Anda di halaman 1dari 6

DENTAL CT VERSUS RADIOGRAF PADA DETEKSI FRAKTUR AKAR

VERTIKAL
*Shruti Chandak *Shalini Saraswat *Omprakash *Vijai Pratap

Abstrak
Tujuan dan manfaat : untuk membandingkan temuan radiograf dan computed
tomography (CT) pada diagnosis fraktur akar vertikal dan menghubungkan
temuan tersebut secara post-operative.
Material dan Metode: Kami mengevaluasi 22 kasus yang dicurigasi mengalami
fraktur akar vertikal yang kami rujuk untuk dental CT dan membandingkan
temuan radiograf dan CT. Radiograf didapatkan dari departemen oral radiology
dan dental CT didapat menggunakan Phillips Brlliance multislice CT scanner.
Temuan radiograf dan CT kemudian dibandingkan oleh dua radiologis yang
berpengalaman

secara

independen.

Semua

pasien

dikonfirmasi

secara

intraoperatif.
Hasil: Sensitifitas radiograf untuk deteksi fraktur akar vertikal adalah 27% untuk
pemeriksa I dan 25% untuk pemeriksa II. Spesifisitas radiograf untuk deteksi
fraktur akar vertikal adalah 100% pada kedua pemeriksa. Sensitifitas CT untuk
deteksi fraktur akar vertikal adalah 93% untuk pemeriksa I, dan 95% untuk
pemeriksa II. Spesifisitas CT untuk deteksi fraktur akar vertikal adalah 94% untuk
pemeriksa I dan 100% untuk pemeriksa II.
Kesimpulan : kesimpulannya, CT merupakan alat yang sangat dibutuhkan untuk
deteksi fraktur akar vertikal dan nilainya jauh lebih baik dibandingkan radiograf.
Kata Kunci : Fraktur akr vertikal, CT dental, Dentascan.

Pendahuluan
Fraktur akar vertikal merupakan fraktur arah longitudinal pada akar yang
umumnya terjadi pada gigi yang dirawat endodontik. Fraktur ini meluas dari
saluran akar ke periodonsium. Fraktur ini dapat melibatkan keseluruhan panjang
akar atau sebagian. Fraktur ini juga dapat hanya mengenai satu sisi atau kedua sisi
dari akar. Penegakan diagnosis fraktur sangat menantang karena gambaran
klinisnya sangat bervariasi dan kadang tidak terlihat secara radiograf.

Terdapat

beberapa gambaran radiograf seperti terpisahnya fragmen akar, visualisasi terang


dari garis fraktur, ruang kosong dekat pengisian saluran akar atau post, hilangnya
tulang atau keluarnya material pengisi. Karena fraktur akar vertikal mengharuskan
untuk mengekstraksi gigi, akan lebih baik untuk mengetahui penegakan diagnosis
preoperatif

yang efisien dan reliabel sehingga rehabilitasi prostetik dapat

diinisiasi dan biaya serta usaha untuk reseksi akar apikal yang inefektif dapat
dihindari. Dental CT selama ini telah terbukti sebagai alat yang sangat diperlukan
untuk mendiagnosis fraktur akar vertikal. Tujuan utama penelitian ini adalah
untuk membandingkan radiograf dengan dental CT untuk diagnosis fraktur akar
vertikal.
Bahan dan Metode
Kami mengevaluasi 22 kasus yang dicurigai secara klinis mengalami
fraktur akar yang dirujuk kepada kami untuk dilakukan Dental CT dan
membandingkan antara hasil radiografi dan CT. Informed consent telah diperoleh
dari semua pasien. Radiograf didapat dari departemen oral radiologi dan dental
CT didapat menggunakan Philips Brilliance multislice CT scanner. Rekonstruksi
dilakukan menggunakan Dentascan software pada extended workstation. Kami
pertama kali menggambar planning line sepanjang lengkung rahang dan
kemudian panoramik, dan kemudian dilakukan rekonstruksi cross sectional .
Seluruh gambar diperiksa dari gambaran aksial, sagital, panoramik, dan
cross sectional. Hasil radiograf dan CT dibandingkan oleh dua radiologis yang
telah berpengalaman secara independen. Semua pasien telah dikonfirmasi secara
intraoperatif. Tanda fraktur pada radiograf adalah terpisahnya fragmen akar,
visualisasi garis fraktur yang terang, adanya ruang yang terlihat jelas (kosong)
pada saluran akar yang terisi atau post, hilangnya tulang dan keluarnya meterial

pengisi. Temuan CT pada fraktur akar dikarakteristikan oleh terpisahnya segmen


akar yang berdekatan atau terdapatnya garis fraktur hypodense.
Observasi dan Hasil
15 dari 22 kasus yang dicurigai secara klinis mengalami fraktur
ditemukan secara intraoperatif mengalami fraktur. Dua radiologis yang
berpengalaman mengevaluasi gambar secara independen untuk fraktur akar
vertikal. Pada temuan radiograf fraktur terindikasi oleh visualisasi langsung dari
garis radiolusen, terpisahnya fragmen akar, terdapatnya ruang yang jelas dekat
akar yang terisi dan post, hilangnya akar atau keluarnya material pengisi. Temuan
CT dari fraktur akar adalah garis linear hypodense yang melintasi akar pada gigi
secara vertikal atau terpisahnya segmen akar yang berdekatan. Sensitivitas dan
spesifisitas dental radiograf dan CT ditentukan secara terpisah oleh setiap
pemeriksa.
Pada radiograf, pemeriksa pertama yang benar didiagnosis fraktur adalah 4
dari 15 gigi. diagnosis salah pada 11 kasus. 7 kasus tanpa fraktur didiagnosis
dengan benar karena tidak ada hasil false-positive. Sensitifitasnya adalah 27% dan
spesifisitas 100%. Sensitifitas dan spesifisitas untuk pemerikasa II adalah 25%
dan 100%.

Gambar 1a: kasus degan kecurigaan klinis mengalami fraktur akar vertikal.
Garis fraktur tidak terlihat pada IOPA

Pada pemeriksa dental CT pertama terdiagnosis 14 dari 15 kasus fraktur secara


tepat. Terdapat 1 kasus false-negative. Terdapat 6 diagnosis negatif yang benar
dan tidak terdapat hasil false-positive. Sensitifitas dan spesifisitas dari pemeriksa I
adalah 93% dan 100%, (Gambar 1a & 1b)

Gambar 1b: Potongan crosssectional dan aksial CT menunjukkan


garis fraktur yang jelas.

Diskusi
Pasien mengalami rasa sakit, tenderness dan pembengkakan lokal setelah
perawatan endodontik. Hanya terdapat jumlah yang terbatas dari laporan pada
literatur radiologi yang berkaitan dengan masalah fraktur akar vertikal. Fraktur
ini secara klinis sangat menantang.

3,4

fraktur akar horizontal biasanya terjadi

akibat trauma relatif mudah untuk didiagnosis. Fraktur akar vertikal umumnya
iatrogenik dan sering diikuti dengan perawatan endodontik. Fraktur ini terjadi
pada gigi vital dengan pulpa yang intak sebagai hasil dari restorasi konservatif.
(restorasi filling seperti amalgam) atau pada gigi yang dirawat secara endodontik
(pengangkatan pulpa gigi dengan pengisian akar yang merupakan non vital)
sebagai hasil dari tekanan yang hebat selama perawatan endodontik. Fraktur
tersebut juga terjadi selama pengisian gigi atau penempatan post. Deteksi fraktur
akar vertikal penting secara klinis karena gigi harus diekstraksi. Tanda klinis dari
perkembangan fraktur berkembang sangat lamban dan biasanya tidak terlihat jelas
sampai 1 atau 2 tahun setelah injuri.
Pada penelitian kami, sensitifitas radiograf untuk deteksi fraktur akar
vertikal sebesar 27% untuk pemeriksa I dan 25% pada pemerksa II. Spesifisitas
radiograf untuk deteksi fraktur akar vertikal adalah 100% pada dua pemeriksa.
Sensitifitas CT dalam mendeteksi fraktur akar vertikal adalah 93% untuk
pemeriksa pertama dan 95% untuk pemeriksa II. Spesifisitas CT untuk deteksi
fraktur akar vertikal adalah 94% untuk pemerksa I dan 100% untuk pemeriksa II.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Soraya Youssefzadeh et.al. 1 yang meneliti 42
gigi memperihatkan CT 100% sensitive dan spesifik untuk mendiagnosis fraktur
akar vertikal. Tanda radiograf biasanya hilang akibat arah dari X-ray beam tidak

tegak lurus pada bidang fraktur. Superimpos juga membatasi sensitifitanya untuk
mendeteksi fraktur longitudinal.

Kesimpulan
Kesimpulanya, fraktur akar vertikal merupakan diagnosis yang sangat
sulit karena tanda klinis dan gejala sangat bervariasi dan ragiograf juga sangat
unrealiable. Tidak terdapat pathognomonic clinis single atau tanda radiograf.
Bagaimanapun, meski CT merupakan alat yang sangat dibutuhkan untuk deteksi
fraktur akar vertikal dan nilainya lebih tinggi dibanding radiograf, namun hanya
diindikasikan pada kasus yang sulit dimana secara radiograf negatif namun
memiliki kecurigaan klinis, karena dosis radiasi CT yang tinggi dibandingkan
dengan radiograf.

REFERENSI
1. Soraya Youssefzadeh, Andre Gahleitner, Roland Dorffner, Thomas
Bernhart, Franz M. Kainberger: Dental Vertical Root Fractures: Value of
CT in Detection. Radiology 1999; 210:545549.
2. Pitts DL, Natkin E. Diagnosis and treatment of vertical root fractures. J
Endod 1983; 9:338346.
3. Haverling M, Ramstrom G. Dental root fracture diagnosed by
polytomography. Acta Radiol Diagn Stockh 1974; 15:558560.
4. Barkhordar RA, Radke R, Abbasi J. Effect of metal collars on resistance of
endodontically treated teeth to root fracture. J Prosthet Dent 1989; 61:676
678.
5. Tamse A. Iatrogenic vertical root fractures in endodontically treated teeth.
Endod Dent Traumatol 1988; 4:190196.

Anda mungkin juga menyukai