Anda di halaman 1dari 8

Kajian Permasalahan Wilayah

1. Terbelakang (Underdevelopment Region)


Sejak perang dunia ke II, ada faktor internal dan eksternal sebagai alasan utama
dari terjadinya keterbelakangan dan terhambatnya pertumbuhan di suatu negara.
Pandangan umum telah berubah kembali dan seterusnya dengan berfokus pada
kegagalan pasar dan kegagalan
negara. Sejak kekalahan dari blok
Soviet

pada

tahun

1989,

liberalisme dan ekonomi pasar


terbuka mendominasi pandangan
umum

dari

meskipun

ilmuwan/ahli,

pada

saat

ini

liberalisme dan ekonomi pasar


terbuka bergeser beberapa sejak
puncak liberalisme pada tahun
1980-an.

Neo

liberalisme

pragmatis dipengaruhi oleh konsensus post


Washington

yang

merupakan

teori

Situasi Pembongkaran Peti


Kemas. Sumber: African
Development Report 2014.

pembangunan yang sangat dianjurkan saat


ini dipromosikan oleh WTO dan IMF. Bagaimanapun juga, perdagangan bebas
meminta institusi yang kuat dan dasar politik untuk tidak menyebabkan pengaruh sisi
eksploitasi (exploiting side-affects). Perkembangan saat ini di Afrika, terutama di
wilayah Sub Sahara adalah contoh yang baik bahwa perdagangan bebas tidak
menyebabkan peningkatan pembangunan, tetapi lebih menyebabkan ketidakmerataan
dan kondisi keterbelakangan (Euler dan Chelpin, tanpa tahun).
Dalam pengklasifikasian pembangunan, ada beberapa definisi atau batasan yang
menjadi acuan apakah sebenarnya pembangunan tersebut. Sejak selesainya perang
dunia, pembangunan didefinisikan mengacu pada pertumbuhan ekonomi, biasanya
diindikasikan oleh GNP (Gross National Product) suatu negara. Namun, pernyataan
tersebut menuai argumentasi karena pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan
trickle-down affect, yang berarti pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi yang
dibutuhkan dan merupakan syarat untuk perbaikan sosial seperti perbaikan pada

ketidakmerataan. Dukungan ilmiah datang dari kurva Kuznet yang menggambarkan


hubungan positif antara pertumbuhan dan kemerataan. Para peneliti akhirnya
menemukan kriteria untuk pembangunan yang menyebabkan adanya indeks
pembangunan manusia dari United Nation atau UNs Human Development Index
(HDI) yang terdiri dari harapan hidup, pendidikan, dan pendapatan. Melalui indeks
ini, UN/PBB mengkategorisasi negara ke dalam tiga kelompok setelah ada nilai dari
HDI (Robert dan Marc, 2010).
Peneliti Richard Sandbrook dan Dickson Eyoh mengkritik kesempatan neoliberal pragmatis untuk membangun Afrika dan berpendapat bahwa pengaruh
eksternal dari globalisasi dan liberalisasi menghalangi Afrika untuk mengalami
pertumbuhan.

Strategi

pembangunan

neo-liberal

pragmatis memiliki hasil


yang tidak signifikan baik
secara

kualitatif

kuantitatif,

dimana

pendukung
penyebab

dan

dari
internal

menyangkal

teori
telah
sebagai

pembuat kebijakan miskin,


korupsi,
politik

ketidakstabilan
atau

kegagalan

Tingkat Kemiskinan dan GDP per kapita


di Negara Sub Saharan Afrika. Sumber:
dan
struktur
institusi
sangat
Pinkovskiy&Sala-i-Martin (2010) dalam
http://ourworldindata.org/data/economic-d
dipengaruhi oleh konteks histori
evelopment-work-standard-of-living/trends
kolonial, ekonomi pasar global yang -in-africa/
(Diakses pada Sabtu, 5 September 2015
tak bisa dihentikan dan efek
Pukul 07.40 WIB).
sampingnya. Negara Sub Saharan sangat bergantung pada bantuan luar negeri dari
domestik lainnya. Kegagalan politik

IMF, Bank Dunia dan agensi multilateral lainnya, organisasi ini menerima banyak
pengaruh di wilayah (Eyoh dan Sandbrook dalam Kohli, 2003).
Konteks sejarah dari koloni Afrika sangat penting terutama untuk mengerti
keterbelakangan dari banyak negara Afrika. Sejarah kolonialisasi di Afrika sangat
mudah untuk dihubungkan pada teori ketergantungan Frank dari akhir tahun 60-an.

Setelah Perang Dunia kedua, sebagian besar bangsa Afrika mendeklarasikan


kemerdekaan dan kekuasaan kaum elite dikonfrontasi dengan tantangan rangkap dari
promosi pendirian bangsa dan pembangunan ekonomi. Negara-negara baru tidak
memiliki kelas menengah sebagai penguasa elite sebelumnya yang secara aktif
mengatur pembangunan kembali untuk tidak menyebabkan gangguan politik,
pembangunan tersebut sangat bergantung pada ekspor sumberdaya primer/utama,
kurangnya fungsi institusi independen dan diatur oleh penguasa baru yang tidak
memiliki pengalaman dalam mengatur sebuah negara. Penguasa kolonial sangat
menyukai perusahaan Eropa di atas Afrika, ada kekurangan dari pengusaha yang
dapat membentuk industrialisasi setelah kolonial. Pada pertengahan tahun 1970,

banyak negara di Afrika yang bangkrut


kerena

krisis

eksternal,

yang

bisa

menyebabkan respon bantuan dari Bank


Dunia dan IMF dengan syarat-syarat
kebebasan. Setelah krisis di Afrika dimana
banyak negara secara virtual bangkrut,

Pertumbuhan tahunan dari GDP per kapita


sebelum dan sesudah tahun 1996.
Sumber: Max Roser
http://ourworldindata.org/data/economic-d
evelopment-work-standard-of-living/trends
-in-africa/
(Diakses pada Sabtu, 5 September 2015
Pukul 07.40 WIB).

agensi barat memberikan bantuan dengan syarat agensi tersebut dapat membuka
pasarnya. Doktrin neo-liberal mengatakan bahwa liberal dan ekonomi orientasi pasar
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang akan mengurangi kemiskinan dan
memperbaiki ketidakmerataan. Hal ini menyebabkan penolakan dari pembangunan
negara yang dipimpin dan kehilangan kebijakan moneter dan fiskal di negara-negara

Afrika (Frank dalam Roberts, 1969). Hernandez-Cata mengatakan bahwa Afrika


memiliki sedikit untuk kehilangan globalisasi dan banyak mendapatkan, diikuti oleh
perubahan kebijakan di beberapa area. Namun, Patrick Bond menunjukkan
analisanya bahwa pengaruh neo-liberalisme modern tidak memberikan manfaat untuk
Afrika,

tetapi

keterbelakangan yang
parah.

Bond

menunjukkan

bahwa

pada saat ini Afrika


mendapatkan
pendapatan per kapita
paling rendah/miskin
yaitu

lebih

rendah

daripada pada tahun


1950-an dan 1960-an
(Patrick,

2006).

Christian

Aid

mengatakan

bahwa

ada hubungan/korelasi
antara pembukaan pasar dan buruknya
kemiskinan di Afrika karena harga
komoditas yang mudah berubah/tidak
stabil. Data terbaru menunjukkan
bahwa pendapatan per kapita antara

Kolonial Afrika, 1912. Sumber: World


Development Report (2009)
http://ourworldindata.org/data/economic-d
evelopment-work-standard-of-living/trends
-in-africa/
(Diakses pada Sabtu, 5 September 2015
Pukul 07.40 WIB).

negara paling kaya dan negara paling miskin di dunia (termasuk banyak negara Sub
Saharan), menggunakan pembagian populasi yang sama dan telah meluas, dari 30 ke
1 pada tahun 1960 menjadi 74 ke 1 pada tahun 1999 dengan angka yang terus
meningkat. Secara keseuruhan, produsen lokal menjual lebih sedikit pada saat ini
daripada sebelumnya sebelum adanya perdagangan bebas. Bond mengatakan bahwa
potensi produktif Afrika telah dikurangi karena perdagangan bebas memangkas
banyak industri lokal termasuk pertanian domestik. Sebenarnya ada sedikit harapan
untuk perbaikan posisi ekspor Afrika dengan fokus yang besar pada pertanian dan
tekstil. Peraturan perdagangan baru-baru ini membuat batasan yang lebih jauh bagi

pembangunan Afrika. Persetujuan di Uruguay pada GATT dan WTO tidak menyukai
kepentingan Afrika. Peraturan perdagangan melarang perlindungan signifikan pada
industri kecil dan pilihan terbatas bahwa wilayah dinikmati oleh EU. Konteks histori
Afrika dan situasi sekarang merupakan pendukung penyebab internal yang
mengatakan bahwa keterbelakangan karena kegagalan politik dan kegagalan struktur
institusi. Pasar terbuka dan aturan perdagangan global yang tidak disukai akan
mengakibatkan eksploitasi dari Afrika dan peningkatan keterbelakangan. Hal ini
mengakibatkan adanya harapan kecil untuk perbaikan pada posisi ekspor Afrika yang
penting

dalam

pertumbuhan

orientasi

ekspor.

Liberalisasi

mengakibatkan

peningkatan ketidakmerataan pendapatan antara negara paling kaya di dunia dan


negara paling miskin di dunia (banyak negara Sub-Sahara). Faktor eksternal
merupakan dasar dari keterbelakangan di Afrika dan masih menghalangi
pembangunan

dengan

memberikan

kesempatan

negara-negara

maju

untuk

mengeksploitasi (Euler dan Chelpin, tanpa tahun). Patrick Bond, eyoh dan Sandbrook
mengemukakan bahwa sistem neo-liberal mengakibatkan keterbelakangan lebih
lanjut dan ketidakmerataan yang lebih besar antara negara kaya dan negara miskin.
Afrika tidak memiliki struktur institusi dan politik untuk membangun dari pasar
terbuka dan perdagangan bebas. Hal ini tentu mengakibatkan eksploitasi
berkepanjangan dan kosntan. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan kegagalan
struktur internal, sistem liberal eksploitasi eksternal harus berubah terlebih dahulu
dengan memberi kesempatan bangsa Afrika kemungkinan untuk membangun tanpa
ketergantungan dan eksploitasi (Euler dan Chelpin, tanpa tahun).

Negara Sub-Saharan Afrika memiliki lingkungan penyakit didominasi oleh


Malaria dan HIV/AIDS. Hal ini mempengaruhi kesehatan populasi lebih besar

daripada wilayah lain di dunia yang


didominasi penyakit tersebut. Selain dua
penyakit utama tersebut, Negara Sub
Saharan Afrika juga memiliki masalah
dengan infeksi cacing, akses pada air

Kematian Anak-anak di Afrika di tahun


1990 dan 2012. Sumber: Max Roser
http://ourworldindata.org/data/economic-d
evelopment-work-standard-of-living/trends
-in-africa/
(Diakses pada Sabtu, 5 September 2015
Pukul 10.22 WIB).

bersih, nutrisi dan kematian anak-anak


(Easterly, 2008 dalam Jacobsen, 2014). Kondisi kesehatan menderita karena korupsi,
absensinya tenaga kesehatan, inefisiensi birokrasi yang semuanya merupakan
permasalahan budaya. Korupsi merupakan masalah umum yang terjadi, absensi
tenaga kesehatan merupakan masalah disiplin dan etika kerja dan inefisiensi birokrasi
merupakan masalah budaya bekerja. Usia harapan hidup bagi penduduk Afrika
sekitar usia 58 tahun. Absensi tenaga kesehatan masih menjadi permasalahan budaya
di negara berkembang yang serius dan butuh fokus. Mengacu pada air bersih di
Afrika, masalah air bersih menjadi masalah yang berpengaruh pada kesehatan,
dimana penduduk masih kurang pengetahuannya dan tidak memiliki kesadaran untuk
membayar air bersih. Penelitian tentang bagaimana air bersih diolah menunjukkan
bahwa meskipun air tersebut bersih tetapi ketika masuk ke dalam rumah tangga air
tersebut terkontaminasi dengan bakteri coli dan sejenisnya karena tidak ada
pengetahuan mengenai kebersihan sederhana (Easterly, 2008 dalam Jacobsen, 2014).

Dampak penyakit AIDS bagi pertumbuhan ekonomi tidak terlalu signifikan. Namun,
permasalahannya ada di pengetahuan dari penduduk di Afrika sehingga ketika
generasi sebelumnya meninggal sebelum generasi setelahnya (muda) dapat
mengetahui cara perawatan dan pengobatan AIDS hal ini disebut epidemic or
regressive trap. Masalah selanjutnya adalah tentang biaya obat untuk AIDS, dimana
obat yang harus dipenuhi memiliki harga yang signifikan. Jika pasien sakit, maka
pasien tidak bisa bekerja dan tidak produktif sehingga tidak akan mendapatkan
pendapatan (Couderc dan Ventelou, 2005 dalam Jacobsen, 2014).

Daftar Pustaka
African Development Bank group. 2014. African Development Report 2014Regional Integration for Inclusive Growth. Afdb.org.
Euler, Douglas von dan Chelpin. Tanpa tahun. Causes of Underdevelopment.
International Political Economy - CBS.
Bond, Patrick. 2006. Resource Extraction and African Underdevelopment. Routlrdgr
Taylor and Francis Group.
Eyoh D, Sandbrook R. 2003. Pragmatic neo-liberalism and just development in
Africa. The United Nations University Press Tokyo dalam Kohli. 2003. States,
Markets and Just Growth.
Frank, A.G. 1969. The Development of Underdevelopment. Dalam Roberts, J.T &
A.A Hite. The Globalization and Development Reader. Oxford Blackwell,
pp.76-84.
Jacobsen,

Soren

Laust.

2014.

Thesis

Master:

Sub

Saharan

Africas

underdevelopment, causes of it, and what the future might hold. Aarhus
University: Aarhus School of Business and Social Sciences.
Max Roser http://ourworldindata.org/data/economic-development-work-standard-ofliving/trends-in-africa/ (Diakses pada Sabtu, 5 September 2015 Pukul 07.40
WIB).
Max Roser http://ourworldindata.org/data/economic-development-work-standard-ofliving/trends-in-africa/ (Diakses pada Sabtu, 5 September 2015 Pukul 10.22
WIB).
O Brien Robert & Williams Marc. 2010. Global Political Economy 4rd edition. New

York. Palgrave Macmillan.


Pinkovskiy&Sala-i-Martin (2010) dalam http://ourworldindata.org/data/economicdevelopment-work-standard-of-living/trends-in-africa/ (Diakses pada Sabtu, 5
September 2015 Pukul 07.40 WIB).
World

Development Report (2009) http://ourworldindata.org/data/economicdevelopment-work-standard-of-living/trends-in-africa/ (Diakses pada Sabtu, 5


September 2015 Pukul 07.40 WIB).

Anda mungkin juga menyukai