Anda di halaman 1dari 111

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM

PENGEMBANGAN PERUMAHAN
(Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara)
Oleh:
JHON SUMIHARJO HUTABARAT
030903023

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dalam suka cita penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan

skripsi

ini

yang

berjudul:Evaluasi

Pelaksanaan

Program

Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan


Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara)
Skripsi ini merupakan suatu penilaian yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan
program pengembangan perumahan di Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara periode 2004-2009. Penulis
merasakan perlunya melakukan penilaian terhadap program-program yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Tapanuli Utara, dan salah satunya adalah program pengembangan
perumahan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tulisan ini banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan, isi dan penyampainnya. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara;
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP., selaku Dosen Wali penulis;
4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP., selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan yang sangat berharga
dalam penyusunan skripsi ini;
5. Bapak/Ibu dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara, pegawai tata usaha
beserta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU;
6. Bapak

Tongam

Hutabarat,

selaku

Kepala

Dinas

Permukiman

dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara; Bapak Arnol Poltak


Sitorus, selaku Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas Kimbangwil
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Taput; Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala BAPPEDA Tapanuli Utara; dan
Bapak Ihsar, selaku Developer (pengembang) perumahan di Kabupaten
Tapanuli Utara);
7. Buat K Sondang Pane, yang telah banyak memberi bantuan yang sangat berarti
buat penulis;
8. Bapak/ Ibu guru SD No. 174566, Hutabarat Partali Julu, Tarutung; Bapak/Ibu
guru SMP Swasta St. Maria Tarutung; Bapak/Ibu guru SMU N 1 Tarutung;
9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis: Ayahanda H. Hutabarat dan
Ibunda R. Simorangkir, yang telah membina, membesarkan, mendidik
sehingga

penulis

dapat

duduk

di

bangku

perkuliahan

dan

dapat

menyelesaikannya;
10. Buat abang-abangku, Sanggam Hutabarat, S.Pd, Sandro Hutabarat, S.Si; adikadikku: Indra Hutabarat, Patar Hutabarat, Poppy Hutabarat, terima kasih buat
doa dan motivasinya guna penyelesaian studiku;
11. Rekan-rekan mahasiswa AN 03: Ezra, Edoe, Edward, Rikardo, Rein, Anggara,
Saor, Elvin, Tarida, Melly, d....l....l...
12. Saudara/saudariku di GMKI Komisariat FISIP-USU: Berkatdo, Rahmawana,
Martin, Sarjani, Novita, Fernando, Melki, Heri, Frans, Rudi, Alex, Roni,
Sandrakh, Susi, Yhonatan, Sertha, Sastri, Marisa, Yehezkiel, B Hotler
Zidane, B Marganda, K Debora, K Santi, dan yang lainnya yang tidak
dapat kusebutkan satu per satu: UT OMNES UNUM SINT, SYALOM...........
13. Buat rekan-rekan alumni SMUNTA 03: Angga, Jack Alles, Hardi, Robin,
Amri, Jefri, Ronal, Elly, Langlang, Oka, Seprina, Irene, Atha, Handra, Saut,
Marganti, DNA ( Dohot Na Asing );
14. Buat adek angkatku Indah, Sandra, ditunggu kedatangannya di alam
perkuliahan; Anggraeni Titin, jangan contoh aku yang lama tamat ini ya;
15. Adagio, Angra, Annihilator, Apocalyptica, Ark Storm, Arthemis, Athena,
Avantasia, Benedictum, Casiopea, Concerto Moon, Dark Moor, Death,
Dragonforce, Dragonhammer, Dreamaker, Dream Theater, Edguy, Epica,
Evergrey, Freedom Call, Full Strike, Galloglass, Gamma Ray, Gordian Knot,
Haggard, Hammerfall, Heavenly, Helloween, Hour Glass, Human Fortrees,
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Imperia, Insania, Iron Maiden, Judas Priest, Kamelot, Kenziner, Labyrinth,


Lost Horizon, Loudness, Majestic, Martir, Master Plan, Metallium, Morifade,
Nightwish, Opeth, Pagans Mind, Persuader, Powergod, Pyramaze, Rhapsody,
Shaman, Silent Eedge, Sinergy, Sonata Aarctica, Storm, Stratovarius, Stryper,
Sun Caged, Syhmpony X, Thunderstone, Thy Majesty, Tristania, Vision
Divine, Vision Of Atlantis, Watch Tower, Within Temptation, Zero Hour ( The
METAL WARRIORS) Wellcome to the Metal Zone
16. Last but not least.., seseorang yang jauh disana S. R. R. K. M, yang
selalu mengawasi, memotivasi, mendokan aku: sehat kau disitu, ya!!!!!!!

Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah diterima dari
berbagai pihak. Semoga Tuhan lah yang membalas segala kebaikan mereka dan
memberikan berkatNya, dan skripsi ini juga dapat bermanfaat kepada pembacanya.

Medan,

April 2009

Penulis

Jhon S. Hutabarat
NIM: 030903023

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI
ABSTRAK........i
DAFTAR ISI........ iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ iv
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 8
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian..... 9
E. Kerangka Teori...... 9
E. 1. Evaluasi..... 9
E. 1. 1. Pengertian Evaluasi.... .9
E. 1. 2. Jenis-jenis Evaluasi..... 15
E. 1. 3. Proses Evaluasi... 20
E. 1. 4. Pendekatan Dalam Evaluasi... 22
E. 2. Pengembangan Perumahan.... 24
E. 2. 1. Pengertian Perumahan... 24
E. 2. 2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan... 25
E. 2. 3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman... 27
E. 2. 4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman........................................................................................ 32
E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan.... 36
F. Definisi Konsep......... 37
G. Definisi Operasional. 38
H. Sistematika Penulisan 39
BAB II: METODE PENELITIAN.... 40
A. Bentuk Penelitian..... 40
B. Lokasi Penelitian..... 40
C. Populasi dan Sampel... 40
D. Teknik Pengumpulan Data.. 41
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

E. Teknik Analisa Data.... 42


BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELTIAN 43
A. Profil Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara.... 43
A. 1.1. Struktur Organisasi. 43
A. 1. 2. Tugas Pokok dan Fungsi45
A. 1. 4. Perencanaan Stratejik 46
A. 1. 4. A. Tujuan 48
A. 1. 4. B. Kebijakan.... 50
A. 1. 4. C. Program Kerja 51
B. Sekilas Tentang Kabupaten Tapanuli Utara... 52
B. 1. 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 52
B. 1. 2. Sejarah Kabupaten Tapanuli Utara... 60
B. 1. 3. Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara................................. 65
B. 1. 4. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah.......................... 66
BAB IV: PENYAJIAN DATA... 69
A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan................................. 69
B. Program Pengembangan Perumahan...................................................... 78
C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan........... 83
BAB V: ANALISA DATA.... 86
A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan.... 86
B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan... 91
BAB VI: KESIMPULAN dan SARAN. 96
A. Kesimpulan.. 96
B. Saran.. 97
DAFTAR PUSTAKA. 99

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselon, Fungsional, dan Staf
Tahun 2008........................................................................... ............. 72
Tabel 2 : Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Jenjang Pendidikan............ 73
Tabel 3 : Jumlah Dana Untuk Program Pengembangan Perumahan................... 74

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN


(Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara)
Nama
NIM
Departemen
Judul

Dosen Pembimbing

: Jhon Sumiharjo Hutabarat


: 030903023
: Ilmu Administrasi Negara
: Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan
(Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara)
: Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan
Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara.
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam situasi
apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal bagi dirinya dan
keluarganya, mengembangkan hubungan sosial dan membangun lingkungan
permukimannya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia, baik sebagai
pribadi, keluarga dan masyarakat.
Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan
sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan
sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar. Dengan
berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan
permukiman, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif berperan
serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya untuk
menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya.
Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara
dimulai pada pertengahan tahun 1990-an dan masih berlangsung sampai dengan
sekarang. Hal yang mendasari pelaksanaan program ini adalah karena keterbatasan dari
masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah tinggal sendiri. Sehingga pemerintah
memasukkan program pengembangan perumahan ini ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program
pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, untuk mengetahui kendalakendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini dan juga untuk mengetahui sudah
sejauh mana keberhasilan program pengembangan perumahan ini.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan informan kunci yaitu
Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara,
Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Kabupaten Tapanuli Utara, dan Developer (Pengembang) Perumahan di Kabupaten
Tapanuli Utara. Dan peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat yang tinggal
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

di perumahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Kemudian data yang diperoleh dari
penelitian tersebut dianalisa dengan metode analisa deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan perumahan yang dibangun di
Kabupaten Tapanuli Utara terdapat di tiga lokasi yang berbeda yaitu di Desa Hutabarat,
Kecamatan Tarutung; Desa Silangkitang, Kecamatan Sipoholon; Desa Sitabo-tabo,
Kecamatan Siborong-borong. Dari ke tiga kawasan perumahan tersebut belum ada yang
selesai tahap pembangunannya disebabkan karena pembangunan yang bertahap yang
dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara.
Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon berjarak
12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237 unit, luas
tanah per unit 200 m, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m.
Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan
rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya
ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh
masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali
dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi ini cukup tinggi
karena luas tanah per unit cukup luas yaitu 200 m.
Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung
berjarak 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas
per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 7 Ha.
Pembangunan rumah dilokasi ini juga masih berlangsung baik untuk
pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah
dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi
masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong
semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang
cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang sangat
terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut. Sedangkan harga per
unitnya 35 juta rupiah dan pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil sekitar 2 juta
rupiah per tahun.
Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah
mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas 5 Ha terletak di
Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang akan dibangun
sebanyak 215 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150.
Kondisi perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara juga cukup memprihatinkan
karena belum memiliki prasarana dan sarana yang memadai seperti jalan, air bersih,
sebagian rumah yang layak huni dan sanitasi yang baik, tahapan pembangunan drainase
dan saluran pembuangan sanitasi masih kurang baik jika dibandingkan dengan kebutuhan
terhadap kelengkapan perumahan dan permukiman yang ada. Disamping itu, rumah yang
sudah dibangun di kawasan perumahan tersebut masih ada yang belum ditempati
sehingga banyak yang rusak yang nantinya akan membutuhkan dana yang cukup besar
untuk melakukan perbaikan, dan lahan yang sebelumnya digunakan untuk perumahan
masih ada yang kosong sehingga dijadikan sebagai lahan pertanian, seperti yang terjadi di
Perumahan Barat Indah Permai.
Dari hasil temuan dilapangan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan
program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara belum terlaksana
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara.
Kata Kunci: Evaluasi, Program Pengembangan Perumahan

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dari hal-hal yang
berhubungan dengan tempat dimana dia tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi
manusia kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need),
disamping kebutuhan akan sandang dan pangan.
Tempat tinggal memang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tanpa tempat
tinggal yang cukup, manusia tidak akan dapat hidup dengan layak. Manusia tidak cukup
dengan terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, meskipun kenyataannya terdapat
peringkat pemenuhan akan kebutuhan itu dari kebutuhan yang minimum hingga
kebutuhan yang tidak terbatas.
Teori Maslow menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan
jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat
tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi
lagi. Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam
melangsungkan kehidupannya.
Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan
sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan
sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar. Dengan
berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan
permukiman, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif berperan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya untuk
menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya.
Dalam hal pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan perumahan
dan permukiman, masyarakat berperan sebagai pelaku utama, sementara pemerintah
mempunyai kewajiban sebagai pihak yang berkewajiban yang bertugas mengarahkan,
membimbing, dan menciptakan suasana kondusif. Demi tercapainya tujuan pembangunan
nasional maupun daerah, kegiatan masyarakat dan pemerintah harus saling mendukung
dan melengkapi sehingga terjadi satu kesatuan langkah.
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam situasi
apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal bagi dirinya dan
keluarganya,

mengembangkan

hubungan

sosial

dan

membangun

lingkungan

permukimannya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia, baik sebagai
pribadi, keluarga dan masyarakat. Tanpa campur-tangan pihak lain dari luar lingkungan,
mereka pun akan mengusahakan penyelenggaraan rumah dan permukimannya sendiri
secara mandiri dan berdaulat. Terjadi dikotomi antara aksesibilitas terhadap sumber daya
perumahan dan permukiman yang semakin terbatas dan mahal, dengan kebutuhan akan
lokasi tempat tinggal yang aksesibel pada tempat kerja dan usaha, fasilitas umum dan
pusat layanan publik. Diperkuat realitas tekanan sosial, ekonomi dan kependudukan,
maka situasi inilah yang mendorong terjadinya konsentrasi perumahan dan permukiman
yang padat, miskin dan kumuh. Penguasaan dan penggunaan lahan oleh warga masih
banyak yang lemah dari sisi hukum dan administrasi; seperti: bantaran sungai, pinggiran
rel, tanah makam, tanah in-absentia atau menganggur maupun lahan dalam status
penguasaan atau pemilikan pihak lain.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Dalam paradigma lama dan kepentingan konvensional pembangunan perkotaan,


lingkungan demikian sering berhadapan dengan masalah penggusuran. Hal tersebut
menjadi salah satu bentuk konflik sosial pembangunan dan pengingkaran hak dasar atas
perumahan dan permukiman di daerah perkotaan.
Kebutuhan akan perumahan dan permukiman sebagai hak asasi dan hak dasar
setiap manusia diakui secara universal, menjadi landasan hukum internasional dan
dituangkan dalam DUHAM (Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia) Pasal 25 ayat (1),
yang berbunyi Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan standar hidup yang
layak atas kesehatan dan kehidupan serta keluarganya, termasuk makanan, pakaian,
perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang dibutuhkan, dan hak
untuk diperlakukan sama
Kesepakatan universal telah mengelompokkan rumah sebagai bagian dari hak
dasar bersama dengan layanan kesehatan dan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya,
termasuk kebutuhan dasar pangan, sandang, perumahan, layanan kesehatan dan
pemenuhan kebutuhan sosial lainnya terutama ketika mengalami pemutusan hubungan
kerja, sakit, cacat, menjanda, masa tua dan atau kondisi ketidakberdayaan di luar kendali
dirinya. Deklarasi hak dasar ini telah diratifikasi oleh 108 negara termasuk Indonesia, dan
membawa konsekwensi kepada negara negara tersebut untuk mengambil langkahlangkah yang diperlukan dalam rangka merealisasikan hak tersebut. Deklarasi ini
selanjutnya diperkuat oleh Deklarasi PBB tentang pembangunan dan kemajuan sosial
tahun 1969, deklarasi permukiman Vancouver tahun 1976 dan deklarasi PBB di Istanbul
tahun 1996.
Indonesia telah menetapkan dalam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Dasar RI
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

tahun 1945, bahwa setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh karenanya, rumah
sebagai wadah tempat tinggal perseorangan ataupun dalam entitas sosial baik dalam
bentuk keluarga atau lainnya merupakan hak setiap orang. Secara fungsional rumah
dijadikan sebagai wadah untuk berlindung dari tantangan alam dan ancaman binatang,
sekaligus wadah interaksi sosial keluarga dan pada kasus tertentu mewadahi aktivitas
ekonomi penghuninya. Hak perumahan secara nasional didefinisikan sebagai hak bagi
setiap orang untuk mendapatkan akses menghuni rumah yang layak dalam suatu
komunitas yang aman dan bermartabat secara berkelanjutan. Lebih jauh kelayakan
didefinisikan sebagai kelengkapan rumah dengan jaminan keamanan dan hukum, jaminan
perolehan prasarana, sarana dan utilitas dasar, akses pada pembiayaan, dan atau hal lain
untuk memenuhi martabatnya sebagai manusia. Menghuni rumah yang layak berarti
pengakuan status legal kependudukan yang membuka identitas sosial, akses pada
program peningkatan kesejahteraan serta peluang usaha yang membutuhkan kredibilitas
hunian.
Apabila dilihat secara makro, dalam pembangunan khususnya pembangunan
perumahan dan permukiman, seharusnya dilakukan sinkronisasi antara dua sistem, yaitu
perkotaan dan pedesaan. Hal ini harus diupayakan guna menghindari terjadinya over load
(kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan yang dapat
menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah perkotaan maupun
wilayah di belakangnya (hinterland), yang biasanya adalah wilayah pedesaan.
Oleh karena itu perencanaan pembangunan sebuah perumahan memegang
peranan yang sangat penting dalam mengendalikan laju pembangunan agar berdampak
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

positif dan berkesinambungan. Perencanaan itu harus dimulai dari perencanaan rumahrumah hingga perencanaan lingkungan permukiman, ruang perkotaan, dan skema
wilayahnya.
Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal beserta sarana
dan prasarananya memang perlu mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sudah selayaknya apabila untuk
pembangunan perumahan dan permukiman itu pemerintah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk
memberikan arahan (guide line) bagi pembangunan sektor perumahan dan permukiman.
Peraturan perundang-undangan itu antara lain tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4
tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992.
Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran
kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang-Undang
Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang itu
menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana lingkungan, sedangkan
permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari program
pembangunan nasional sebetulnya sudah dicanangkan semenjak pemerintahan orde baru
dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap I, dengan target terpenuhinya kebutuhan akan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

sarana dan prasarana dasar serta meningkatnya mutu lingkungan perumahan dan
permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan. Adapun realisasi dari pembangunan
perumahan dan permukiman dalam PJP I itu dilaksanakan melalui berbagai program
antara lain program perumahan rakyat, program penyediaan air bersih, dan program
penyehatan lingkungan permukiman dan juga dilaksanakan program penunjang yang
berupa pengembangan sistem pembiayaan, pengembangan teknologi perumahan dan
permukiman yang memberi dukungan operasional dalam rangka pembangunan fisik
perumahan dan permukiman, serta pemantapan dan peningkatan kelembagaan maupun
penyiapan peraturan perundang-undangannya.
Program pengembangan perumahan yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM NAS.) dijadikan acuan daerah baik
tingkat satu maupun tingkat dua dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah. Hal inilah yang mendasari pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
menetapkan program ini menjadi salah satu program pembangunannya, yang pada
dasarnya dilatarbelakangi pada keterbatasan masyarakat berpenghasilan rendah untuk
memiliki rumah tinggal sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya program ini diharapkan
masyarakat akan memiliki rumah tinggal sendiri. Pada Kabupaten ini, program
Pengembangan Perumahan termasuk kategori Multy Years Program, artinya program ini
selalu termasuk ke dalam program kerja tahunan Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut, yaitu: pertama,
mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua,


meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka
pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif secara
ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat, harmonis,
dan berkelanjutan.
Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga kawasan perumahan yaitu, di Desa
Hutabarat Partali Julu dan Parbaju Julu (Kecamatan Tarutung), Desa Silangkitang
(Kecamatan Sipoholon), dan di Desa Sitabo-tabo (Kecamatan Siborong-borong). Dari
ketiga kawasan perumahan tersebut, belum ada yang selesai tahap pembangunannya.
Perumahan di Desa Silangkitang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1990-an, akan
tetapi belum semua rumah yang sudah dibangun tersebut ditempati. Sedangkan
perumahan yang terdapat di Desa Hutabarat masih dalam tahap pembangunan yang
dimulai sekitar tahun 2002, dan perumahan yang terdapat di Desa Sitabo-tabo masih
dalam tahap perencanaan dan pembangunannya akan dimulai pada bulan Januari 2008.
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan perumahan tersebut
terletak pada pendanaan sehingga pembangunan perumahan tersebut terkadang
dihentikan untuk sementara waktu seperti pada pembangunan perumahan di Desa
Hutabarat yang sering kali terhenti sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam
pelaksanaan program pengembangan perumahan ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian

dengan

judul

EVALUASI

PELAKSANAAN

PROGRAM

PENGEMBANGAN PERUMAHAN ( Studi Pada Kantor Dinas Pemukiman dan


Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara).
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

B. Perumusan Masalah
Dalam mengadakan pembahasan terhadap permasalahan tertentu maka selalu
terdapat masalah yang menyebabkan perlunya diadakan pembahasan, demikian juga
halnya dengan pelaksanaan program pengembangan perumahan. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai
berikut :
Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan di kabupaten
Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
tahun 2004-2009.
C. Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk

mengetahui

bagaimana

pelaksanaan

program

pengembangan

perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara


b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
program pengembangan perumahan
c. Untuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program pengembangan
perumahan di kabupaten Tapanuli Utara

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

pemerintahan daerah melalui penerapan teori-teori yang diperolah selama


perkuliahan.
b. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Departemen Ilmu Administrasi
Negara, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai
bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap
masalah evaluasi program pembangunan.
E. Kerangka Teori
E.1. Evaluasi
Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu
program

yang

telah

dilakukan

yang

akan

digunakan

untuk

meramalkan,

memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih


baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat
kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan
demi keberhasilan program.
E.1.1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya dimana hasil
evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan
dilakukan di depan.
Menurut O.Jones (1994:357), evaluasi adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk
menimbang manfaat program dan semua proses pemerintahan. Ia bervariasi dalam
spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk rekomendasi.
Spesifikasi mengacu pada identifikasi tujuan-tujuan serta criteria yang harus dievaluasi.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Pengukuran mengacu pada pengumpulan informasi yang relevan dengan tujuan dan
analisis adalah penerapan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan guna membuat
kesimpulan, sedangkan rekomendasi adalah suatu penentuan mengenai apa yang akan
dilakukan selanjutnya.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah
pencapain hasil kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana
pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak
(impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan
yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indicator kinerja
pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi;(i) indikator masukan, (ii)
indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil (dalam Penjelasan PP No.39 tahun 2006, pasal
12).
Selain definisi di atas, ada sepuluh pertanyaan yang harus dijawab untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi (Robert O. Brinkerhoff, dalam Farida
Yusuf Tayibnapis, 2000, 3), yaitu:
1. Apa arti evaluasi ?
Banyak definisi evaluasi dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya,
antara lain definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi adalah proses yang
menentukan sampai sejauh mana tujuan pembangunan perumahan dapat dicapai (Tyler,
1950:63). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh
Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Malcolm, Provus, pencetus

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Diseperancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada
dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.
Kelompok Konsorsium Evaluasi Standford menolak definisi evaluasi yang
menghakimi (judgemental definition of evaluation) karena menurut mereka bukanlah
tugas evaluator menentukan apakah suatu program berguna atau tidak. Evaluator tidak
dapat bertindak sebagai wasit terhadap orang lain. Maka definisi yang tidak menghakimi
(non judgemental definition of evaluation) tampaknya lebih dapat diterima.
2. Untuk apa evaluasi ?
Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama . Kemudian Stufflebeam
membedakan evaluasi atas Proactive Evaluation untuk melayani pemegang saham, dan
Retroactive Evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapat mempunyai
dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan
kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif,
evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi
evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program,
perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, menambah motivasi dan dukungan dari
mereka yang terlibat.
3. Apakah objek evaluasi ?
Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Programprogram pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah dapat dijadikan objek
evaluasi terhadap kinerja pemerintah. Penting sekali menentukan dan mengetahui apa
yang akan dievaluasi. Hal ini akan menolong menentukan apa informasi yang
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

dikumpulkan dan bagaimana menganalisanya. Hal ini akan membantu pemfokusan


evaluasi. Rumusan tujuan yang jelas akan menghindari salah tafsir dan kesalahpahaman
4. Aspek dan dimensi objek apa yang akan dievaluasi ?
Setelah memilih objek evaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari
objek tersebut yang akan dievaluasi. Masa lalu evaluasi berfokus pada kebanyakan atas
hasil yang dicapai. Akan tetapi pada saat ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas
dan memperbanyak variabel evaluasi dalm bermacam-macam model evaluasi (Stake,
1967: Stufflebeam, 1959,1974; Alkin, 1969; Provus, 1971)
5. Kriteria apa yang dipakai untuk menilai suatu objek ?
Memilih kriteria yang akan dipakai untuk menilai objek evaluasi merupakan tugas
yang paling sulit dalam evaluasi. Apabila yang dievaluasi hanya pencapai tujuan maka ini
merrupakan pekerjaan yang mudah, namun ini baru sebagian daripada kriteria evaluasi.
Pencapaian tujuan-tujuan yang penting memang merupakan salah satu kriteria yang
penting. Kriteria yang lainnya yaitu identifikasi kebutuhan dari klien yang potensial,
nilai-nilai sosial, mutu dan efisiensi dibandingkan dengan objek-objek alternatif lainnya.
Tampaknya ada persetujuan di antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang dipakai untuk
menilai suatu objek tertentu hendaknya ditentukan dalam konteks objek tertentu dan
fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria
penilaian suatu objek adalah:
a. Kebutuhan ideal dan nilai-nilai
b. Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan
c. Ketepatan efektivitas training
d. Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

6. Siapa yang harus dilayani oleh evaluasi ?


Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk
klien atau audiensi khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan audiensi
khusus. Namun ada tiga hal yang diusulkan penulis sehubungan dengan tulisan ini, yaitu:
a. Evaluasi dapat mempunyai lebih dari satu audiensi
b. Masing-masing audiensi mempunyai kebutuhan yang berbeda
c. Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu
memulai rencana evaluasi
7. Apa langkah-langkah dan prosedur yang dilakukan dalam evaluasi
Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang
dianut. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi
evaluasi, yaitu:
a. Memfokuskan evaluasi
b. Mendesain evaluasi
c. Mengumpulkan informasi
d. Menganalisa informasi
e. Melaporkan hasil evaluasi
f. Mengelola evaluasi
g. Mengevaluasi evaluasi
8. Metode apa yang digunakan dalam evaluasi ?
Kiranya pendekatan electic (memilih berbagai metode dari beberapa pilihan
sesuai dengan kebutuhan) merupakan cara yang terbaik. Yang dipilih hendaknya sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat. Provus (1971) dan Stufflebeam (1971)
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

memperkenalkan beberapa variasi metode evaluasi, disamping disain eksperimen dan


kuasa eksperimen yang tradisional (Campbell & Stanley,1981; Patton, 1980), dengan
metode Naturalistic (Gubu & Lincoln, 1981; Patton,1980), Jury trial (Wolf,1975) dengan
analisa sistem, dan yang lainnya merupakan metode yang sudah lazim dipakai dalm
evaluasi program.
9. Siapa yang akan melakukan evaluasi ?
Untuk menjadi kelompok professional evaluator dituntut mempunyai ciri-ciri
tertentu yang mempunyai latihan yang memadai. Untuk menjadi seorang evaluator yang
kompeten dan dapat diandalkan ia harus mempunyai berbagai ciri, antara lain:
mengetahui dan mengerti teknik pengukuran dan metode penelitian, mengerti tentang
kondisi sosial, dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human relation, jujur
dan bertanggungjawab. Karena sulit mencari orang yang mempuyai begitu banyak
kemampuan, maka sering dilakukan oleh satu kelompok.
10. Apa standar untuk menilai evaluasi ?
Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi.
Standar yang paling komprehensif dan dikembangkan oleh Committee on Standart
Educational Evaluation Committee (1981) dengan ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu:
a. Utility (bermanfaat dan praktis)
b. Accuracy (secara teknik tepat)
c. Feasibility (realistik yang teliti)
d. Prosperity (dilakukan dengan tegar dan etik)

E.1.2. Jenis-jenis Evaluasi


Secara umum, evaluasi dibagi menjadi atas tiga jenis yaitu :
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

1. Evaluasi pada tahap perencanan


Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka
mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternative dan
kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk
itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut
dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam
pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut
hakekat dari permasalahannya sendiri.
2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan melakukan analisa untuk
menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat
perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring/ pengendalian.
Monitoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa proyek
tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Monitoring melihat apakah
pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap
dapat mencapai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah.,apakah pencapaian
hasil proyek tersebut akan memecahkan masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.
Evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan
proyek tersebut, baik membantu atau menghambat.
3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan
Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap
pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

pelaksanaan dibanding rencana, tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni
apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Dari ketiga jenis evaluasi di atas, penelitian ini merupakan evaluasi pada tahap
pelaksanaan program pengembangan perumahan yang telah ditunagkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara, dimana penelitian ini
nantinya akan menilai sejauh mana pelaksanaan program pengembangan perumahan di
Kabupaten Tapanuli Utara.
Di samping itu, penelitian ini merupakan evaluasi implementasi kebijakan yang
telah dituangkan ke dalam program-program pembangunan. Maksudnya bahwa penelitian
ini nantinya berusaha untuk mengetahui apakah kebijakan pembangunan yang telah
ditetapkan apakah telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi
dilakukan untuk

memperoleh umpan

balik

agar dapat

dikenali secara dini

peyimpanganpenyimpangan pelaksanaan dari rencana pembangunan, dan kemudian dapat


dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang tepat sasaran dan tepat waktu. Evaluasi
dilakukan dengan merujuk pada lintasan sebab akibat, melalui penetapan indikator
kinerja.
Di dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun
maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang
berhubungan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi
pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut program.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi beberapa model


(dalam Subarsono, 2005, 189) yaitu :
1.Goal Oriented Evaluation Model
Merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan
pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditentukan jauh sebelum program
dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus mencek sejauh
mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.
2. Goal Free Evaluation Model
Model ini dapat dikatakan berbeda dengan Goal Oriented Evaluation Model
karena dalam melakukan evaluasi, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang
menjadi tujuan program akan tetapi bagaimana kerjanya program dengan jalan
mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal yang positif (yaitu hal
yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang sebetulnya tidak diharapkan).
Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan
evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan
khusus

tercapai,

memperhatikan

artinya
sejauh

terpenuhi

mana

dalam

masing-masing

penampilan,
penampilan

tetapi

evaluator

tersebut

lupa

mendukung

penampillan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum, maka akibatnya jumlah
penampilan khusus itu tidak banyak manfaatnya.
3. Formatif-Sumatif Evaluation Model
Model ini menunjuk pada adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi,
yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan
ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif ).
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang
dirancang dapat berlangsung sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan mengetahui
hambatan-hambatan, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang
mendukung kelancaran pencapain tujuan.
Sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk mengatur ketercapaian program.
Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program dimaksudkan sebagai sarana untuk
mengetahui posisi/kedudukan individu di dalam kelompoknya.
Menurut Finance (1994:4 dalam Hanif Nurcholis;2007,276) ada empat tipe
evaluasi yaitu:
1. Evaluasi kecocokan, yaitu menilai apakah kebijakan yang ditetapkan memang cocok
untuk dipertahankan, perlukah diganti dengan kebijakan lain, dan apakah kebijakan
ini cocok dilakukan oleh pemerintah daerah dan bukan oleh swasta
2. Evaluasi efektifitas, yaitu melakukan penilaian apakah kebijakan yang dilaksanakan
tersebut telah menghasilkan hasil dan dampak sesuai dengan tujuan yang diharapkan
3. Evaluasi efisiensi, yaitu melakukan penilaian berdasarkan tolok ukur ekonomis yaitu
seberapa jauh tingkat manfaat dibandingkan dengan biaya dan sumber daya yang
dikeluarkan. Dengan kata lain apakah input yang digunakan sebanding dengan output
yang diharapkan, dan apakah cukup efisien penggunaan keuangan publik dalam
mencapai dampak kebijakan.
4. Evaluasi meta, yaitu melakukan penilaian terhadap proses evaluasi itu sendiri.
Apakah evaluasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang sudah professional ?
Apakah evaluasi yang dilakukan tersebut sensitif terhadap kondisi sosial, kultural dan

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

lingkungan ? Apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan yang mempengaruhi


pilihan-pilihan manajerial.
Sedangkan dalam P.P. No.39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
1. Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilaksanakan sebelum
ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan
skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat
pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan
rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan
setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah
pencapaian

(keluaran/hasil/dampak)

program

mampu

mengatasi

masalah

pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi
(keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap
sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.
E.1.3. Proses Evaluasi
Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika
internal berjalannya suatu program. Mereka menfokuskan pada jenis-jenis pertanyaan
sebagai berikut : Faktor apa yang hadir bersamaan yang membuat seperti apa program itu
? Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan program itu ? Bagaimana klien dibawa ke

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

dalam program dan bagaimana mereka bergerak melalui program sekaligus mereka
sebagai peserta ? Interaksi seperti apa yang trejadi pada staf dan klien ?
Proses evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya suatu
program. Setiap deskripsi biasa jadi berdasarkan pada observasi atau wawancara dengan
staf, klien, dan petugas administrasi program. Banyak proses evaluasi terpusat pada
bagaimana program itu dirasakan oleh peserta dan oleh staf. Berupaya membangkitkan
penggambaran secara tepat dan rinci jalannya suatu program terutama membiarkan diri
menggunakan metode kualitatif.
Proses sebagai fokus dalam evaluasi berimplikasi pada bagaimana dalam
melihat bagaimana hasil atau keluaran itu dihasilkan daripada hanya melihat hasilnya
semata; itulah , suatu analisis proses dengan mana suatu program membuahkan hasil.
Proses evaluasi itu berkembang, deskriptif, berkesinambungan, luwes, dan induktif.
Evaluator proses mengedepankan pemahaman dan mendokumentasikan realitas dari hari
ke hari suatu program selama pengkajian. Evaluator mencoba mengurai apa yang
sesungguhnya terjadi pada suatu program dalam suatu pencarian pola utama dan nuansa
penting yang memberi karakter program. Proses evaluasi mensyaratkan adanya kepekaan
baik

kualitatif

maupun

kuantitatif

yang

berubah

dalam

program

selama

perkembangannya; artinya menjadi sangat akrab dengan hal rinci suatu program. Proses
evaluasi memandang tidak hanya aktifitas formal dan hasil yang diharapkan, tetapi juga
menyelidiki pola-pola tidak formal dan akibat yang tidak diharapkan dalam konteks yang
penuh dari implementasi program dan perkembangannya. Akhirnya, proses evaluasi
biasanya memasukkan persepsi orang yang dekat dengan program mengenai bagaimana

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

semuanya berjalan. Variasi perspektif bisa dilihat dari orang, dalam hubungannya yang
tidak sama dengan program dari dalam dan dari luar sumber.
Proses evaluasi mengijinkan pengambil keputusan dan pengguna informasi
memahami dinamika berjalannya suatu program. Setiap pemahaman memungkinkan
orang memutuskan tentang luasan program yang berjalan seperti seharusnya dijalankan.
Proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyatakan cakupan yang disitu program
dapat dikembangkan, seperti halnya menyoroti kekuatan program yang harus dipelihara.
Proses evaluasi juga berguna dalam memungkinkam masyarakat untuk tidak terlibat
secara dekat dalam program sebagai contoh pemberi dana dari luar, pegawai
pemerintah, dan agensi dari luar untuk memahami bagaimana program berjalan. Ini
memungkinkan orang luar untuk membuat keputusan yang lebih cerdas tentang
tanggungjawab mereka sendiri mengenai suatu program. Akhirnya, proses evaluasi pada
umumnya berguna untuk menyebarluaskan gagasan dan meniru program dibawah suatu
kondisi dimana program itu telah dilakukan sebagai proyek percontohan atau
dipertimbangkan sebagai model yang berguna untuk ditiru di tempat lain.
E.1.4. Pendekatan Dalam Evaluasi
Pengetahuan tentang evaluasi akan mempengaruhi jawaban tentang evaluasi.
Kualifikasi ini penting karena tidak ada satu definisi pun yang paling tepat untuk
menyatakan evaluasi jika tidak ada prosedur yang paling tepat untuk melakukan evaluasi.
Ada beberapa konsep tentang evaluasi dan bagaimana melakukannya, yang dinamakan
pendekatan evaluasi. Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat
tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain tujuan dan
prosedur evaluasi.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Michael Schriven mengemukakan beberapa pendekatan dalam evaluasi (dalam


Farida Yusuf Tayibnapis, 2000, 64) , yaitu:
a. Pendekatan experimental
Yang dimaksud dengan pendekatan experimental yaitu evaluasi yang berorientasi
pada penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini
berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik.
Tujuan evaluator yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang
dampak suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan
mengisolasi pengaruh program. Evaluator berusaha menggunakan metode saintifik
sebanyak mungkin.
b. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan
Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola
program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan
amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan.
Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk
keputusan program.
c. Pendekatan yang responsif
Dalam pendekatan ini, evaluasi berarti mencari pengertian suatu isu dari berbagai
sudut pandang semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan
dengan evaluasi. Evaluator tidak percaya ada satu jawaban untuk suatu evaluasi
program yang dapat ditemukan dengan tes, kuesioner, atau analisa statistik. Tapi
setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik, dan evaluator
mencoba menolong menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskan atau
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

menguraikan pertanyaan melalui pandangan orang-orang tersebut. Tujuan evaluator


adalah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandang yang
berbeda.
d. Pendekatan Evaluasi bebas dari tujuan
Evaluasi

program

secara

tradisional

artinya

mengukur

pencapaian

suatu

tujuan,berdasarkan perangkat yang dibuat sebelumnya secara hati-hati dari tujuan


yang dapat diukur. Evaluasi bebas dari tujuan artinya mengumpulkan data secara
langsung tentang pengaruh dan efektifitas program tanpa dibatasi oleh focus sempit
yang dinyatakan sebagai tujuan. Pada umumnya, evaluasi bebaas dari tujuan
mesyaratkan evaluator menduga penilaian tentang apakah program itu mencoba
melakukan sesuatu dan malah menfokuskan pada temuan apa yang sebenarnya terjadi
dalam program dan sebagai akibat dari program. Evaluator selanjutnya dapat menjadi
terbuka apakah data muncul dari fenomena suatu program.
E.2.Pengembangan Perumahan
E.2.1.Pengertian Perumahan
Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana.
Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan
unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial diantara
penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan yang

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini biasanya mempunyai
aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang berlaku bagi warganya.
Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah rumah
oleh berbagai instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit rumah yang
sama atau hampir sama. Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini tidak tertentu, dapat
terdiri dari dua atau tiga rumah atau dapat juga sampai ratusan rumah. Bentuknya pun
tidak terbatas hanya pada bangunan satu lantai saja, yang berderet secara horizontal,
melainkan dapat juga merupakan bangunan bertingkat yaitu merupakan rumah susun.
E.2.2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan
Untuk membuat sebuah perencanaan perumahan yang betul-betul dapat menjawab
tuntutan pembangunan perumahan dan permukiman maka perlu dipertimbangkan secara
matang aspek-aspek perencanaannya. Dengan memperhatikan aspek-aspek perencanaan
sepanjang pembangunannya, diharapkan baik arah maupun laju pembangunan perumahan
akan dapat mencapai suatu kondisi dimana jumlah dan kualitasnya sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat. Adapun aspek-aspek yang mendasari perencanaan
pembangunan perumahan tersebut antara lain :
1.Lingkungan
Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah
manajemen lingkungan yang baik dan terarah. Karena lingkungan perumahan merupakan
aspek yang sangat menentukan dan keberadaannya tidak dapat diabaikan. Hal tersebut
dapat terjadi karena baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak terhadap
penghuni perumahan.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan dalam perencanaan lingkungan


perumahan mutlak diperlukan karena pada hakekatnya proses terbentuknya lingkungan
perumahan merupakan akumulasi dari unit-unit rumah sebagai pembentuk perumahan
tersebut. Oleh karena itu dalam perencanaan perumahan diperlukan juga perencanaan
terhadap lingkungan perumahan tersebut, terkait secara mikro (perencanaan secara detail
terhadap unit-unit rumah) serta makro (perencanaan dan pencermatan terhadap
lingkungan dimana perumahan tersebut berada).
2. Daya Beli (Affortability)
Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembangunan yang telah dicanangkan sesusi dengan programnya. Didalam perencanaan
perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukuran bangunan, kebutuhan ruang,
konstruksi bangunan, ataupun bahan bangunan yang digunakan dengan jangkauan
pelayanannya. Hal itu perlu diantisipasi karena kemampuan rata-rata (kemampuan daya
beli) masyarakat pada wilayah yang satu dengan yang lain tidak sama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antar lain :
a. Pendapatan per kapita sebagian besar masyarakat yang masih rendah (di bawah
standar) ;
b. Tingkat pendidikan sebagian masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang
masih relatif rendah ;
c. Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga memicu
timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi ;

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

d. Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga


mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan mengembangkan
modal ;
e. Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan yang
berdampak dengan melambungnya harga rumah.
3. Kelembagaan
Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di perkotaan
maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pihak yang
berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang
kondusif bagi terciptanya keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan memegang peran penting dalam setip program pembangunan yang
dijalankan. Apabila dikaji lebih jauh tentang unsur pelaku pembangunan perumahan,
maka peran swasta dalam hal ini pengembang (kontraktor) sangatlah

menentukan

terciptanya arah dan laju pembangunan menuju masyarakat yang adil dan sejahtera
dengan tercukupinya segala kebutuhan, termasuk kebutuhan perumahan.
E.2.3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Program yang dijalankan dalam pembangunan perumahan dan permukiman oleh
pemerintah, terdiri dari program pokok dan program pendukung (Dinas Kimbangwil
Taput, Buku Panduan Penyusunan Program Pengembangan Perumahan, 2004), yaitu:
1. Program Pokok
Program pokok merupakan yang dijalankan dalam rangka mewujudkan berbagai
sasaran dan melaksanakan berbagai kebijakan dalam GBHN 1993 yang meliputi program

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

penyediaan dan perbaikan perumahan dan permukiman, program penyehatan lingkungan,


penyediaan dan pengelolaan air bersih, penataan kota dan penataan ruangan.
1.1. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman
Pada prinsipnya program pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta meningkatkan
kemandirian, kesetiakawanan sosial masyarakat. Program ini dibagi menjadi dua kegiatan
yaitu pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan, dan pembangunan
perumahan dan permukiman di pedesaan.
Program pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan meliputi
beberapa yaitu :
a. Perintisan kawasan permukiman skala dalam bentuk penyediaan kawasan siap
bangun (kasiba), lingkungan siap bangun (lisiba) di wilayah kota yang sudah terbangun
atau di wilayah pengembangan yang berupa pengembangan kota baru;
b. Perintisan pola kerja sama pemerintah dengan dunia usaha dalam
pengembangan perumahan dalam skala besar;
c. Penyiapan dan pengadaan rumah susun sewa di perkotaan;
d. Penyiapan pengadaan rumah yang meliputi rumah inti, rumah sederhana, dan
rumah sangat sederhana;
e. Pengembangan dan pemantapan pola pembinaan khusus bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dengan memanfaatkan dana pemerintah dan dana masyarakat
melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit perbaikan rumah,
kredit pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit pembangunan
rumah, dan kredit rumah sewa
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Program pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan, meliputi


beberapa kegiatan yaitu :
a. Pembangunan rumah percontohan dengan pengadaan rumah desa melalui
pengembangan swadaya masyarakat dalam bentuk sistem arisan serta sistem perguliran;
b. Pengembangan penyuluhan dan pergerakan pasrtisipasi masyarakat dalam
kegiatan swadaya;
c. Penyediaan sarana dan prasarana pedesaan.
1.2. Program perbaikan perumahan dan permukiman
Program perbaikan perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan
Tribina (bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha), yang juga dilaksanakan oleh
berbagai instansi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan
pengelolaan dan pemaliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun.
Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :
a. Perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman di perkotaan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan masyarakat
terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, melalui perbaikan lingkungan dan
penyediaan prasarana dasar;
b. Pemugaran perumahan dan permukiman di pedesaan. Kegiatan ini dilakukan
dengan pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan secara terpadu yang
mencakup perumahan, permukiman, jalan desa, dan listrik.
1.3. Program penyehatan lingkungan permukiman
Program ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, yaitu:

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

a.Pengelolaan air limbah, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya;
b. Pengelolaan persampahan, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk mengendalikan,
mengumpulkan, dan membuanng atau memusnahkan limbah padat guna menghasilkan
lingkungan yang bersih, sehat, dan aman;
c. Penanganan drainase, yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang aman, baik terhadap genangan maupun luapan air sungai, serta banjir
yang diakibatkan oleh hujan.
1.4. Program penyediaan dan pengelolaan sarana air bersih
Program ini terbagi dalam dua kegiatan, yaitu :
a. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di perkotaan
Kegiatan ini meliputi peningkatan pengelolaan air bersih perpipaan melalui upaya
penurunan kebocoran pada PDAM, peningkatan dan perluasan prasarana air bersih untuk
memenuhi kebutuhan dasar penduduk serta menunjang perkembangan ekonomi kota dan
kawasan pertumbuhan melalui sistem perpipaan dan non perpipaan, peningkatan
pemanfaatan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perluasan jaringan
distribusi, sambungan rumah, hidran umum, serta peningkatan efisiensi pengelolaan dan
pengusahaan PDAM;
b. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di pedesaan
Kegiatan ini direalisasikan dengan cara pengembangan dan penerapan teknologi
tepat guna untuk penyediaan air bersih, peningkatan swadaya masyarakat dalam
penyediaan dan pengelolaan air bersih, peningkatan penyuluhan tentang pentingnya

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

penggunaan air bersih bagi kesehatan masyarakat, pengoperasian sarana dan prasarana air
bersih di pedesaan.
1.5. Program Penataan Kota
Program penataan kota dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Penyiapan dan penyusunan rencana program jangka menengah (PJM) dalam
rangka pelaksanaan pembangunan prasarana kota terpadu yang mengacu pada rencana
tata ruang dan rencana pengembangan wilayah;
b. Rintisan pengadaan sistem data dan informasi penataan kota yang membantu
informasi dalam rangka pengadaan perumahan dan permukiman.
Pada prinsipnya program penataan kota bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
penyedian, pelayanan prasarana dan sarana perkotaan yang mendorong pemantapan
fungsi kawasan-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan produktivitas kota dengan
tidak mengesampingkan aspek-aspek pemerataan, lingkungan, dan budaya.
1.6. Program Penataan Bangunan
Program penataan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata
bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang
perkotaan yang tertib dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya bangunan dan
lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi serta sejarah yang luhur. Program penataan
bangunan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:
a. Pengendalian ketertiban dan keselamatan bangunan melalui penyusunan peraturan
daerah;

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

b. Perintisan penyusunan pedoman teknis dan prosedur pembangunan serta standar


bangunan dan lingkungan;
c. Pemasyarakatan dan penyuluhan produk hukum ataupun produk teknis yang telah
dibuat.
2. Program Pendukung
Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman mutlak
diperlukan karena program inilah yang akan mendukung pelaksanaan pembangunan dan
permukiman.
Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman antara lain
berupa Program Penelitian dan Pengenbangan Perumahandan Permukiman serta Program
Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air.
1. Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Program penelitian dan pengembangan perumahan dan permukiman bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan terapan, terutama
yang sedang berkembang pesat dan diperhitungkan memiliki pengaruh yang besar bagi
pembangunan. Disamping itu juga diharapkan akan dikembangkan teknologi tepat guna
serta pendayagunaan sepenuhnya bahan baku total yang dilaksanakan oleh pusat-pusat
penelitian dan pengembangan permukiman, termasuk perguruan tinggi.
2. Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air
Program Penyelamatan hutan, tanah, air bertujuan untuk melestarikan fungsi dan
kemampuan sumber daya hayati dan non hayati serta lingkungan hidup. Penyediaan dan
pengelolaan air bersih dalam pembangunan perumahan dan permukiman merupakan

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

suatu hal yang utama sehingga perlu dilakukan pemberdayaan kegiatan pengembangan
sistem tata guna serta alokasi air bagi pembangunan.
E.2.4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang
dituangkan dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan
Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu:
1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan
melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui strategi:
a.

Penyusunan,

pengembangan

dan

sosialisasi

berbagai

produk

peraturan

perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman.


b. Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif.
c. Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung dan lingkungan.
2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh

lapisan

masyarakat, melalui strategi:


a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (primer dan
sekunder), meliputi (a) Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan
perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit,
dan pengkajian ulang peraturan terkait; (b) Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF
(Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, lembaga pelayanan
dokumentasi kredit; dan lembaga sita jaminan.
b. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat,
meliputi (a) Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok
masyarakat (P2BPK); (b) Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

masyarakat; (c) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta (d)
Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.
c. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk
subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan
permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut.
d.

Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi (a) Pemberdayaan


masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif; (b)
Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha
bagi keluarga miskin, serta (c) Pelatihan teknologi tepat guna, pengembangan
kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.

e. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan
kerusuhan sosial, meliputi (a) Penanganan tanggap darurat; (b) Rekonstruksi dan
rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman; serta
(c) Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat merupakan upaya
yang harus dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban
dampak bencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih lanjut seperti
pemulangan, pemberdayaan, dan pengalihan (relokasi).
f.

Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan teknis


penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.

3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna


mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat,
melalui strategi:

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukiman


kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi (a) Penataan dan rehabilitasi kawasan
permukiman kumuh; (b) Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman; serta (c)
Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
b.

Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, meliputi (a)


Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba);
dan (b) Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, yang
berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan
melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksudkan untuk
mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu
dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba
serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan
pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.

c.

Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi (a) Pelembagaan RP4D, yang


merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian
pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; (b) Pelestarian bangunan bersejarah dan
lingkungan permukiman tradisional; (c) Revitalisasi lingkungan permukiman
strategis; serta (d) Pengembangan penataan dan pemantapan standar pelayanan
minimal lingkungan permukiman untuk mencegah perubahan fungsi lahan,
menghindari upaya penggusuran,

mengembangkan pola

hunian berimbang,

menganalisis dampak lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan


Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

(AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan


Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten.

E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan


Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangat fundamental
menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah
kepada

perwujudan

transparansi,

demokratisasi,

desentralisasi,

dan

partisipasi

masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber
dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta
berkelanjutan.
Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah
mengundangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN),

yang

didalamnya diatur sistem perencanaan

pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) penyusunan rencana;
(2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; (4) evaluasi pelaksanaan
rencana. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana
merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Program-program pembangunan khususnya program pengembangan perumahan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada saat ini memerlukan suatu pengevaluasian
untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana pelaksanaannya karena hal ini berkaitan

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

dengan aspek transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah terhadap pihak-pihak


yang berkepentingan.
Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dilakukan untuk
menilai pencapaian pelaksanaan program tersebut, efektifitas, efisiensi, manfaat, dampak,
dan keberlanjutan dari program tersebut. Pengevaluasian ini juga menggunakan
indikator-indikator yang digunakan dalam penyusunan program pengembangan
perumahan ini yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tapanuli Utara. Dan apakah program ini telah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu terpenuhinya kebutuhan akan rumah
yang sehat, aman, serasi dengan lingkungan, terjangkau masyarakat terutama yang
berpenghasilan menengah dan rendah dan juga meningkatkan kualitas perumahan melalui
penguatan komunitas lembaga yang ada dalam rangka peningkatan kualitas sosial
kemaasyarakatan.
F. Definisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun (1989;17), konsep merupakan unsur penelitian yang
paling penting dan merupakan definisi yang akan dipakai untuk menggambarkan secara
abstrak suatu fenomena sosial.
Berdasarkan uraian di atas, konsep penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Evaluasi, merupakan proses penilaian untuk menentukan sampai sejauh mana
tujuan suatu program dapat tercapai.
2. Pelaksanaan Program, merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu
pejabat atau kelompok baik pemerintah atau swasta untuk melaksanakan aktifitas yang
telah dirancang untuk mencapai sasaran kebijaksanaan secara keseluruhan.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

3. Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan, merupakan penilaian


yang dilakukan terhadap pelaksanaan program pengembangan perumahan sejak
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara.
G. Definisi Opoerasional
Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan diukur dengan
indikator :
1. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan
a. Kemampuan organisasi melaksanakan program, meliputi :
- Kemampuan sumber daya manusia
- Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber dana
- Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber daya manusia
b. Memasyarakatkan program, meliputi :
- Adanya koordinasi antar instansi yang terkait
- Dukungan dari masyarakat
2. Program Pengembangan Perumahan
Tersedianya komponen penyelenggara program, yaitu :
- Pelaksana program
- Penilaian Masyarakat
- Sarana dan prasarana yang digunakan
- Peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan perumahan
3. Keberhasilan pelaksanaan,dengan indikator :
- Target dan realisasi pelaksanaan program pengembangan perumahan

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

H. Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep,
Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan.

BAB II

: METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan
Sampel, Teknik Pengumpilan Data, dan Teknik Analisa Data.

BAB III

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


Bab ini merupakan gambaran umum tentang penelitian ini, sehingga
didalamnya akan dijelaskan mengenai: Gambaran umum tentang kantor
Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara, sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan tata kerjanya.

BAB IV

: PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan tentang data-data yang diperoleh dari hasil penelitian

BAB V

: ANALISA DATA
Bab ini berisikan interpretasi dari data-data yang diperoleh sehingga
menjawab permasalahan yang dirumuskan

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

BAB II
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (1990;64),
metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena
yang ada pada saat penelitian ata masalah yang bersifat actual, kemudian
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti diiringi dengan interpretasi
rasional yang akurat. Penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan
dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba
menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2004:90). Maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di Kantor Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang berjumlah 50 orang.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2004:91), sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Arikunto (2004:109)
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik penentuan sampel yang
digunakan yaitu Proposive Sampling. Menurut Arikunto Proposive Sampling diambil
berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan kutipan di dalam penelitian ini adalah
responden yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang permasalahan penelitian.
Dimana cara pengambilan sampel bukan atas strata, pedoman atau wilayah, tetapi
berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan memakai informan kunci. Adapun yang
menjadi informan kunci disini adalah Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabid Perumahan dan Permukiman. Dan untuk
menambah perbendaharaan data, penulis mengambil sampel dari masyarakat dengan
menggunakan teknik sampling insedental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yakni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapat
digunakan sebagai sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang
diperlukan, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Primer
Yaitu perolehan data melalui kegiatan penulis langsung untuk mendapatkan data
yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara:
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada
responden tentang permasalahn yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung ke lokasi
penelitian.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

2. Pengumpulan Data Sekunder


Yaitu cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan
lain yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Analisa Data


Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
kualitatif, yaitu analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar
peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik analisa data
dilakukan dengan penyajian data yang terdapat melalui keterangan yang diperoleh dari
responden, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. PROFIL DINAS PERMUKIMAN dan PENGEMBANGAN WILAYAH


KABUPATEN TAPANULI UTARA
1. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No.03 tahun 2004
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Tapanuli
Utara, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara adalah
instansi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Tapanuli Utara.
Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (Eselon IIb). Kepala Dinas ini dibantu oleh 4
(Empat) orang pejabat struktural, yaitu:
Bagian Tata Usaha, yang membawahi 2 sub bagian, yaitu :
1. Sub Bagian Umum Kepegawaian;
2. Sub Bagian Keuangan
Bagian program, Yang membawahi 2 Seksi, yaitu :
1. Seksi Perencanaan Teknis Konstruksi dan Arsitektur;
2. Seksi Pendataan, Evaluasi dan Pelaporan
Bagian Perumahan Permukiman, yang membawahi 2 Seksi yaitu:
1. Seksi Sarana Pemugaran dan Permukiman
2. Seksi Perumahan dan Permukiman
Bagian Penertiban dan Registrasi, yang membawahi 2 Seksi yaitu:
1. Seksi Pengawasan, Perijinan dan Penertiban Bangunan
2. Seksi Inventarisasi dan Registrasi
2. Sumber Daya Manusia
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Jumlah SDM per 31 Desember 2006 untuk memdukung pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli adalah
sebanyak 50 orang yang terdiri dari:
Klasifikasi Struktural
1) Pejabat Eselon II

orang

2) Pejabat Eselon III

orang

3) Pejabat Eselon IV

orang

4) Staff PNS

27

orang

5) PTT

orang

6) Tenaga Honorer

orang

Jumlah

50

orang

22

orang

orang

3) SMA Sederajat

20

orang

4) SMP Sederajat

orang

50

orang

1) Golongan IV

orang

2) Golongan III

31

orang

orang

Klasifikasi Pendidikan
1) S1
2) D III

Jumlah
Klasifikasi Golongan

3) Golongan II

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

4) PTT

orang

5) Tenaga Honorer

orang

50

orang

Jumlah
3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 22 Tahun 2004 tentang


tugas dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah di bidang Permukiman dan Pengembangan Wilayah dengan fungsi
sebagai berikut:
1. Melaksanakan pembinaan terhadap bidang kewenangan Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah dan peningkatan sarana dan prasarana permukiman;
2. Merumuskan kebijakan pedoman teknis pembinaan penyuluhan perumahan dan
permukiman;
3. Merumuskan kebijakan pedoman teknis perencanaan, kontruksi bangunan
perumahan dan permukiman baik milik Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat;
4. Merumuskan kebijakan tata ruang wilayah dan mempersiapkan perencanaan
pemanfaatan ruang;
5. Merumuskan kebijakan teknis pengendalian bidang pembangunan perumahan
permukiman;
6. Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan penerimaan daerah di bidang
permukiman dan pengembangan wilayah yang bersumber dari Pemerintah Pusat,
Propinsi, Daerah, dan Pihak Lain;

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

7. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam pembangunan perumahan dan


permukiman;
8. Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
9.

Pelaksanaan penanggulangan bencana alam;

10. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatausahaan dinas, kepegawaian,


keuangan, peralatan/perlengkapan dan organisasi serta ketatalaksanaan dinas.
4. Perencanaan Strategik
Perencanaan stratejik merupakan rencana pembangunan jangka panjang dan
rencana pembangunan jangka menengah Dinas Permukiman dan Pengembang Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utarayang dibuat secara bersama-sama antara pimpinan dan seluruh
komponen organisasi. Perencanaan stratejik bersifat adaptif terhadap perubahanperubahan yang berasal dari internal maupun dari lingkungan eksternal organisasi
VISI dan MISI
Visi merupakan cara pandang jauh ke depan, yang merefleksikan cita-cita, yakni
hendak menjadi apa Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara di masa depan, dan sekaligus menentukan arah perjalanan institusi ini.
Karena Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
merupakan bagian internal dari pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara, secara logis
visinya merupakan turunan dari/dan mendukung visi Kabupaten Tapanuli Utara.
Penetapan Visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara sangat penting sebagai sumber acuan pelaksanaan tugas yang diemban
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

oleh seluruh jajaran pimpinan dan staff dinas. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar
dan nilai-nilai yang dianut seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan factor
lingkungan sekitarnya.
Adapun visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara adalah: PERUMAHAN/PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT,
AMAN, DAN TERATUR
Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Perumahan / Permukiman Yang Sehat, Aman, dan Teratur, artinya
a) Terciptanya Perumahan/Permukiman yang murah serta layak huni;
b) Perumahan/Permukiman yang didukung oleh peraturan-peraturan yang
berlaku serta kebijakan daerah;
c) Ramah lingkungan.
2. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah yang dimaksud adalah Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
Untuk mewujudkan visi Dinas Permukiman dan Pemgembangan Wilaayah
Kabupaten Tapauli Utara tersebut, perlu dirumuskan misi yang menggambarkan amanah
apa yang harus dituntaskan oleh organisasi/dinas agar tujuan organisasi dapat terlaksana
dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan.
Dengan adanya Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan dapat mengenal Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Kabupaten Tapanuli Utara dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang
akan diperoleh di masa akan datang.
Adapun misi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara yaitu:
1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu mewujudkan
pelayanan prima;
2) Mewujudkan lingkungan perumahan/permukiman sehat, aman, dan teratur;
3) Membessrdayakan dalam masyarakat pembangunan dan pengembangan wilayah
melalui penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pengawasan pembangunan.
A. Tujuan
Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dai misi dan merupakan sesuatu
(apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu 1 (satu) sampai
dengan 5 (lima) tahun (kapan harus dicapai).
Karakteristik tujuan adalah sebagai berikut :
a. Idealistik : mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan kuat untuk menjadi
baik dan berhasil;
b. Jangkauan ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana yang
ditetapkan oleh suatu organisasi;
c. Abstrak belum dapat dilihat secara kuantitas karena pencapaian tujuan dapat
berlangsung secara berkesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka Dinas permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan tujuan sebagai berikut:
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

MISI PERTAMA Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu


mewujudkan pelayanan prima
Dengan tujuan :
1) Meningkatkan Keterampilan dan Keahlian Aparatur;
2) Menigkatkan Kesejahteraan Aparatur.
MISI KEDUA Meningkatkan sarana dan prasarana perumahan /permukiman
Dengan tujuan :
1) Meningkatkan sarana dan praasarana Permukiman dan Perumahan;
2) Meningkatkan sarana dan prasarana Gedung Pemerintah;
3) Meningkatkan sarana dan prasarana pasar.
MISI KETIGA Memberdayakan Masyarakat dalam Pembangunan dan Pengembangan
Wilayah

melalui penyelenggaraan perturan, pembinaan, dan

pengawasan pembangunan
Dengan tujuan :
1) Meningkatkan partisipasi masyrakat dalam pembangunan dan pengembangan
wilayah melalui penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pembangunan.
B. Kebijakan
Strategi pencapaian tujuan menentukan keberhasilan organisasi. Strategi tersebut
dirumuskan dalam kebijakan yang menggambarkan bagaimana Program, dan kegiatan
organisasi dapat dicapai.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Berdasarkan pengertian di atas, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah


Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan kebijakan sebagai berikut :
1. Kebijakan Teknis :
- Memberikan Pedoman Teknis Perencanaan Sarana dan Prasarana dan
Ketentuan Perizin.
2. Kebijakan Personalia :
- Meningkatkan Kesejahteraan dan Kualitas SDM yang didukung dengan
Sarana dan Prasarana yang memadai
3. Kebijakan Pelayanan :
- Memberikan pelayanan yang cepat dan murah serta yang terbaik bagi
setiap pemohon IMB.
4. Kebijakan Publik :
-

Memberdayakan

masyarakat

untuk

mampu

merencanakan,

melaksanakan dan memelihara pembangunan.


Keijakan tersebut diatas akan diimplementasikan dalam bentuk surat-surat
keputusan dan akan dijadikan :
-

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan.

Mengatur mekanisme kegiatan lanjutan.

Mengarahkan setiap pejabat dan pelaksana bahwa merreka memperoleh


dukungan untuk bekerja dan mengimplementasikan keputusan.

C. Program Kerja

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang


dilaksanakan oleh Bidang-Bidang dan Badan pada Dinas guna mencapai tujuan dan
sasaran. Hal-hal yang menjadi landasan penetapan program kerja Dinas Pemukiman dan
Pengembangan Wilayah Utara Kabupaten Tapanuli Utara adalah :
-

Memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)


Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.

Memperhatikan kepentingan masing-masing Bidang dan Bagian yang


terdapat pada Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara.

Mempertimbangkan keadaan masa lampau, kini dan masa yang akan


datang.

Memperhatikan skala prioritas yang menunjang visi dan misi.

Program ini bersifat jangka menengah sampai dengan 5 tahun dan dapat
dilanjutkan apabila hasil evaluasi diperlukan untuk kelanjutannya (dapat bersifat jangka
menengah dan jangka panjang). Program Perencanaan Strategis Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara untuk mewujudkan visi dan misi
yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Pemberdayaan usaha mikro.
2. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi.
3. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Energi, Sumber Daya
Alam.
4. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

5. Penataan Ruang.
6. Pengembangan Kecamatan dan Pengembangan Desa Tertinggal.
7. Pengembangan dan Pemeliharaan Prasarana Transportasi Udara.
8. Pengembangan Perumahan.
9. Pemberdayaan Komunitas Perumahan.
10. Lingkungan Sehat.
11. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Daerah Kabupaten Tapanuli Utara,
12. Pembangunan/ Perbaikan Pekan dan Fasilitas Umum.
13. Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Aparatur.
14. Pengurusan IMB dan Registrasi Rumah di Kabupaten Tapanuli Utara.
B. SEKILAS TENTANG KABUPATEN TAPANULI UTARA
B. 1. 1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
Kabupaten Tapanuli Utara secara geografis terletak di bagian tengah Provinsi
Sumatera Utara, terletak pada 120 - 241 Lintang utara dan 9841 Lintang utara dan
9805 - 9916 Bujur timur pada peta bumi. Kabupaten Tapanuli Utara berada pada
ketinggian 300 1500 meter di atas permukaan laut dan kemiringan tanah antara 15 - 44
persen. Berdasarkan letak geografis ini maka daerah Kabupaten Tapanuli Utara
merupakan daerah yang memiliki topografi dan kontur tanah yang beragam yaitu datar,
berombak, bergelombang, dan terjal dengan batas-batas administratif yaitu:

Sebelah Utara

: Kabupaten Toba Samosir

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Sebelah Timur

: Kabupaten Labuhan Batu

Sebelah Selatan

: Kabupaten Tapanuli Selatan

Sebelah Barat

: Kabupaten Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan

Sedangkan luas Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 3.800,31 Km, yang terdiri dari
luas daratan 3.793,71 Km (379.371 Ha) dan perairan Danau Toba yang berada di
Kecamtan Muara dengan luas 6,60 Km. Dari luas wilayah 379.371 Ha terdapat luas
wilayah yang dapat digunakan untuk lahan sawah seluas 30.376 Ha dan untuk lahan
kering seluas 348.788 Ha, dimana daratannya dipergunakan untuk permukiman, sarana
dan prasarana sosial, ekonomi dan budaya, pertanian dalam arti luas, perhubungan,
pertambangan khususnya bahan galian C, dan hutan semak belukar.
Menurut status pemilikan, kurang lebih 288.922,97 Ha atau 76,20% dari luas
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan tanah adat/marga, sebagian lainnya yakni
sekitar 70,34 atau sekitar 18,62% merupakan tanah Negara, sedangkan selebihnya
merupakan tanah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan.

Kabupaten Tapanuli Utara terkenal dengan kesuburan tanah dan keindahan


alamnya. Hal ini karena ditunjang oleh banyaknya gunung-gunung, baik yang masih aktif
maupun dalam kondisi sudah tidak aktif, sekaligus merupakan daerah tangkapan air dan
menciptakan hulu-hulu sungai bagi sungai besar dan kecil yang tersebar di wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Tapanuli Utara yang letaknya berbatasan pada
Sebelah Utara dengan Kabupaten Toba Samosir, pada Sebelah Selatan dengan Kabupaten
Tapanuli Selatan & Tapanuli Tengah, pada Sebelah Barat dengan Kabupaten Humbang
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Hasundutan dan pada Sebelah Timur dengan Kabupaten Labuhan Batu, mempunyai
posisi yang strategis dan memberikan dampak positif maupun negatif yang cukup besar
terhadap kondisi dan perkembangan Sumatera Utara baik dari aspek ekonomi, Sumber
Daya Manusia maupun kelestarian lingkungan hidup.

Dampak lain yang dirasakan oleh Kabupaten Tapanuli Utara adalah peluang
pasar, baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri. Meningkatnya investasi yang masuk
sangat membantu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Kedudukan strategis
tersebut menjadi salah satu peluang di dalam membantu meningkatkan laju pembangunan
Kabupaten Tapanuli Utara dalam Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan fisik di
Kabupaten Tapanuli Utara pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah
menghasilkan banyak kemajuan dalam segenap aspek kehidupan dan telah meletakkan
dasar yang cukup untuk pengembangan selanjutnya. Pada kawasan pertanian dan
perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara adalah produktif dalam menghasilkan komoditi
pertanian dan perkebunan sehingga masih cukup potensial untuk tetap dipertahankan.

Perkembangan pemanfaatan ruang tumbuh dengan pesat selama Pembangunan


Jangka Panjang Pertama.Hal tersebut selain meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
daerah juga berimplikasi pada timbulnya permasalahan ruang, antara lain lingkungan,
kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, perubahan fungsi lahan dan peningkatan
kebutuhan akan prasarana serta sarana. Perkembangan transportasi selama Pembangunan
jangka Panjang Pertama telah dapat mendukung perkembangan ekonomi Kabupaten
Tapanuli Utara.Transportasi jalan raya masih mendominasi pelayanan pergerakan
angkutan barang dan penumpang antar pusat pertumbuhan.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Perkembangan prasarana dan sarana pengairan selama Pembangunan Jangka


Panjang Pertama diindikasikan dengan meningkatnya penyediaan prasarana irigasi, dan
pemenuhan kebutuhan akan air bersih melalui penyediaan air yang belum seimbang
dengan penyediaannya walaupun potensi sumber daya air masih memungkinkan

PENDIDIKAN
Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) dan merupakan asset utama yang sangat strategis dalam
menggerakkan laju pembangunan. Keberhasilan sektor pendidikan salah satunya dapat
dilihat dari indikator meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS). Peningkatan
Angka Partisipasi Sekolah haruslah didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Ditingkat Sekolah Dasar (SD) jumlah sekolah pada tahun ajaran 2006/2007
sebanyak 390 unit termasuk 4 unit diantaranya Madrasah Ibtidaiyah, dengan jumlah guru
sebanyak 2.671 orang dan banyaknya murid 46.238 siswa. Pada tingkat SMP/ MTS
jumlah sekolah sebanyak 65 unit dimana dua diantaranya adalah MTS. Jumlah tenaga
guru sebanyak 1.254 orang dan siswa yang menuntut ilmu sebanyak 20.864 orang.
Pada tahun ajaran 2006/2007, jumlah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak
25 unit termasuk Madrasyah Aliyah sebanyak 1 unit, jumlah tenaga guru sebanyak 679
orang dan murid sebanyak 12.391 siswa. Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) pada tahun ajaran 2006/2007 ini tercatat jumlah sekolah 18 unit, guru 398 orang,
dan 4.774 siswa. Rasio murid SD/MI terhadap sekolah pada tahun ajaran 2006/2007
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

sebesar 119 dengan perkataan lain setiap SD/MI di Kabupaten Tapanuli Utara rata-rata
menampung sekitar 119 murid. Untuk masing-masing tingkat SMP/MTS dan SMU/MA
rasionya adalah sebesar 321 dan 496 sedangkan pada tingkat SMK 265.
Rasio murid terhadap guru SD/MI tercatat sebesar 17 artinya rata-rata setiap guru
mendidik sekitar 17 murid. Untuk tingkat SMP/MTS, SMU/MA dan SMK masingmasing memiliki rasio sebesar 17 ; 18 dan 12.

EKONOMI

Dilihat dari kontribusinya terjadi penurunan di sektor pertanian dan peningkatan


di sektor industri, yaitu pada akhir Pelita I sektor pertanian sebesar 38,83 % dan sektor
industri 8,81%, sedangkan tahun ke II Pelita V kontribusi sektor pertanian turun menjadi
18,78% dan sektor industri meningkat menjadi 21,30%. Hal ini berarti struktur ekonomi
di Kabupaten Tapanuli Utara telah bergeser dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri.

Meskipun kontribusi sektor pertanian makin menurun dibandingkan sektor


industri tetapi kesempatan kerja masih tetap didominasi oleh sektor pertanian, yaitu pada
tahun 1971 di sektor pertanian sebesar 58,40%, sektor industri 2,84% dan sektor lain
38,76% sedangkan pada tahun 1990 kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 43,84,
sektor industri 14,20% dan sektor lainnya 41,96%.

Pendapatan perkapita Kabupaten Tapanuli Utara, baik berdasarkan harga berlaku


maupun harga konstan makin meningkat, demikian juga distribusinya relatif merata.
Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita pada akhir Pelita I sebesar Rp 61.200,00
dan pada akhir Pelita V mencapai Rp 1.025.930,00. Dilihat dari segi pemerataannya
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat relatif masih merata, tetapi antar daerah
Tingkat II masih belum merata. Kabupaten Tapanuli Utara masih mempunyai peluang
untuk meningkatkan pendapatan pada masa mendatang, mengingat banyak potensi yang
belum dimanfaatkan secara optimal, antara lain potensi kawasan industri yang telah
dialokasikan seluas 18.000 ha, disamping adanya zona-zona industri.

Selain itu masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal,
diantaranya potensi pariwisata dengan obyek-obyek wisata alam dan kebudayaan khas
Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara yang besar
merupakan

potensi

bagi

pemasaran

hasil

produksinya.

Selain

itu

semangat

kewiraswastaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara dapat dijadikan modal bagi pembangunan di masa mendatang. Jumlah penduduk miskin secara keseluruhan menunjukkan
penurunan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Utara menurut hasil Susenas
pada tahun 1984 tercatat sebanyak 5.626.569 orang, pada tahun 1987 turun menjadi
5.010.071 orang dan menurun lagi menjadi 4.786.478 orang pada tahun 1990. Bila dilihat
dari penyebarannya, penduduk miskin di perkotaan menunjukkan peningkatan, walaupun
proporsinya terhadap total penduduk perkotaan berkurang, sedangkan penduduk miskin
di perdesaan terus berkurang
AGAMA
Sesuai dengan Falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan. Di
Kabupaten Tapanuli Utara kerukunan antar umat beragama terjalin dengan sangat baik.
Sarana ibadah umat beragama di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 adalah

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

sebagai berikut: Gereja Protestan 805 unit, Gereja Katolik 76 unit, Mesjid 60 unit, dan
Langgar/Surau 16 unit.
KESEHATAN
Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2006
sebanyak 1 buah yang berlokasi di Kecamatan Tarutung, sedangkan sarana kesehatan
lainnya pada tingkat kecamatan terdapat sebanyak 18 unit puskesmas (5 unit diantaranya
Puskesmas berstatus rawat inap) dan 59 unit puskesmas pembantu. Polindes sebanyak
156 unit, posyandu ada sekitar 362 unit, apotek sebanyak 6 unit, toko obat sebanyak 14
unit, klinik bersalin swasta 2 unit dan Balai Pengobatan Swasta sebanyak 4 unit.
Jumlah dokter di Kabupaten Tapanuli Utara (tidak termasuk RSU) pada tahun
2006 sebanyak 45 orang yang terdiri dari dokter umum sebanyak 38 orang dan dokter
gigi sebanyak 7 orang, sedangkan tenaga medis bidan tersedia 364 orang, perawat
sebanyak 105 orang. Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Tapanuli
Utara tahun 2006 sebanyak 32.853 PUS dengan akseptor aktif sebanyak 18.062 atau
sekitar 54,98 %. Pada tahun 2006 terdapat 7.014 akseptor baru atau sekitar 98,51 % dari
jumlah Pemenuhan Permintaan Masyarakat (PPM).
AIR MINUM
Air minum merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, sehingga
pemerintah selalu berupaya membangun sarana air minum. Penyediaan air minum bisa
diusahakan sendiri oleh masyarakat atau perusahaan. Menurut data dari PDAM Mual
Natio Tarutung pada tahun 2006, jumlah pelanggan air minum sebanyak 5.539
pelanggan. Volume air minum yang dikonsumsi pelanggan sebanyak 1.549.668 m3 dan
nilai penjualan Rp. 1,619 miliar rupiah. Kategori/Pelanggan air minum dibedakan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

menurut golongan yaitu Golongan Sosial, Non Niaga dan Niaga. Pelanggan yang
terbanyak yaitu Golongan Non Niaga sebanyak 4.733 pelanggan terdiri dari 4.666
golongan rumahtangga dan 67 golongan pemerintah. Sementara Golongan Niaga
sebanyak sebanyak 644 pelanggan dan Golongan Sosial sebanyak 162 pelanggan.
C. SEJARAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
I.

Pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang


Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi

dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin
seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga.
Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4
Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan,
Afdeling Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten
Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling(Wilayah) yaitu Onder
Afdeling Silindung (Wilayah Silindung) ibukotanya Tarutung. Onder Afdeling Hoovlakte
Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya Siborong-borong. Onder Afdeling Toba
(Wilayah Toba) ibukotanya Balige. Onder Afdeling Samosir (Wilayah Samosir)
ibukotanya Pangururan. Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang)
ibukotanya Sidikalang. Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik (Kewedanaan)
dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan
membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten
Demang.
Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli
dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang


Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di kantor
Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan.
Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang
kepala Negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan
dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri ini
terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut
Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri Hoofd. Negeri
dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-pejabat yang berdiri
sendiri di negeri/kampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari
upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap-tiap tahun upah yang disebut
Yoarliykse Begroting.
Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan
ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kampung masingmasing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi.
Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur pemerintahan
di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti Asistent
Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah batak dan disebut
Tanah Batak Sityotyo.Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin
masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.Asisten Demang tetap berada di
posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo dan kecamatannya diganti dengan
nama

Huku

Gunyakusyo.Negeri

dan

Kampung

Hoofd

tetap

memimpin

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Negeri/Kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri


dan Kepala kampung.

II. Masa Pemerintahan Indonesia Sampai Dengan Sekarang


Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di
daerah. Dengan diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residen Tapanuli,
disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara
sebaga iberikut: Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan
sebagai luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Budrafdeling diganti menjadi
Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala
Urung.
Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil
yang dulu disebut Asisten Demang. Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi
perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi
Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin
oleh Asisten Demang.
Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu
Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah
Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap
seperti yang ditinggalkan Jepang.
Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai menduduki
daerah Sumatera Timur maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan strategis dan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi
4 (empat) kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan.Pada
tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan
Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan jabatan
Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan
dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratip ke
Bupati.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada
permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli
Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang
Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias
(dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten
yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu ditiap kabupaten dibentuk
badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota
partai politik setempat.
Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu
itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956 dibentuk
Kabupaten

Dairi

yang

terpisah

dari

Kabupaten

Tapanuli

Utara.

Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan
ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah
dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara
dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten
Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian


pada tahun 2003 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten
yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan
Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan,
Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang
Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan.
Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan
Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung,
Kecamatan Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan
Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga,
Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborong-Borong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan
Muara.
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan
Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam
antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun
irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak
untuk dimanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun
pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang
di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan Wisata Rohani Salib Kasih. Kekayaan
seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan
Nasional.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti Kaolin, Batu gamping,
Belerang, Batu besi, Mika, Batubara, Panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya
manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang
berjasa baik di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya.Sesuai dengan potensi yang
dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara didominasi
oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat,
menyusul sektor perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan pariwisata. Pada era
informasi dan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swasta semakin nyata dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bidang sehingga
pendapatan masyarakat semakin meningkat.
D. 2. Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara
D. 2. 1. Visi
Adapun visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara yang telah disepakati
menjadi acuan dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu: Mewujudkan kemakmuran
masyarakat berbasis pertanian
Visi ini telah dijadikan pegangan dan arah dalam menjalankan pembangunan
dengan berbagai hasil yang telah dicapai. Keberhasilan yang dicapai itu mengisyararkan
bahwa visi pembangunan masih relevan secara substansial.
D. 2. 2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut disusun misi Kabupaten Tapanuli Utara sebagai
berikut:
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

1. Menempatkan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian rakyat yang


didukung sektor pariwisata, agroindustri, pertambangan dan energi.
2. Meningkatkan sektor pendidikan dan kesehatan guna penciptaan sumber daya
manusia yang berkualitas dan handal.
3. Menciptakan kondisi yang dinamis bagi terjaminnya kesatuan dan persatuan
yang harmonis.
4. Terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) bagi terjaminnya
pelayanan masyarakat yang optimal.
3. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
3.1. Strategi pembangunan daerah
Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut di atas, maka ditetapkan strategi
pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut
1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan derajat kesehatan
3. Peningkatan sarana dan prasarana
4. Optimalisasi kemitraan
5. Peningkatan inisiatif dan prakarsa serta kerukunan hidup masyarakat
6. Peningkatan profesionalisme aparatur.
3.2. Kebijakan pembangunan daerah
Berdasarkan visi, misi dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli
Utara di atas, serta berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD) Provinsi
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Sumatera Utara dan RPJM Nasional, maka disusun Agenda Pembangunan Kabupate
Tapanuli Utara sebagai berikut:
1.

Agenda Pertama: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, dengan arah


kebijakan:
a) Pembangunan pertanian
b) Pembangunan industri berbasis pertanian
c) Pembangunan investasi
d) Percepatan pembangunan desa tertinggal
e) Pembangunan kepariwisataan
f) Pembangunan koperasi dan usaha kecil mikro dan menengah
g) Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan
hidup

2.

Agenda Kedua: Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan


Handal, dengan arah kebijakan:
a) Pembinaan kualitas kehidupan beragama
b) Peningkatan pendidikan yang berkualitas
c) Peningkatan kualitas kesehatan
d) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
e) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas dan pemuda
dan olah raga.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

3.

Agenda Ketiga: Meningkatkan Kemampuan Aparatur Pemerintah dan


Pelayanan kepada Masyarakat, dengan arah kebijakan:
a) Pembinaan aparatur pemrintah menjadi aparatur yang bersih dan berwibawa
b) Melaksanakan sistem pemerintahanyang transparan dan tanggap
c) Peningkatan kesadaran masyarakat akan taat hokum
d) Peningkatan kemampuan penanggulangan keamanan dan ketertiban dan
penanggulangan bencana
e) Percepatan pembangunan prasarana dan sarana
f) Pembangunan sarana komunikasi
g) Peningkatan dan pengembangan teknologi informasi

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

BAB IV
PENYAJIAN DATA
Dalam penelitian ini memerlukan data-data yang dapat diperoleh melalui
dokumen, wawancara mendalam dan observasi. Pada tahap awal peneliti memperoleh
data melalui dokumen atau database yang ada pada Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Selain data langsung dari Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah, data juga dapat diperoleh melalui akses
internet yang kemudian akan diinterpretasikan. Untuk menambah wacana dalam skripsi
ini maka diperlukan data berupa wawancara kepada orang-orang yang memiliki
hubungan dengan permasalahan penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara mendalam kepada orang yang tertentu.
A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan
Program pengembangan perumahan yang merupakan salah satu program
pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Tapanuli Utara untuk periode 2004-2009. Tujuan program pengembangan perumahan ini
yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan
terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah;
kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam
rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif
secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat,
harmonis, dan berkelanjutan.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga lokasi perumahan dimana


pembangunannya masih berlangsung sampai sekarang. Pembangunan yang dilakukan
berupa membangun rumah yang baru atas permintaan dari masyarakat, perawatan
bangunan atau perbaikan rumah yang belum ditempati dan juga pembangunan sarana dan
prasarana pendukung perumahan seperti parit/drainase, jalan, sekolah, rumah ibadah,
sarana olah raga dan juga rumah toko/ruko.
Ketiga lokasi perumahan tersebut adalah:
1. Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon
berjarak 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237
unit, luas tanah per unit 200 m, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m.
Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan
rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya
ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh
masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali
dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi ini cukup tinggi
karena luas tanah per unit cukup luas yaitu 200 m.
2. Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung
berjarak 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas
per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 7 Ha.
Pembangunan rumah dilokasi ini

juga masih berlangsung baik untuk

pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah
dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi
masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang
cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang sangat
terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut.
3. Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah
mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas 5 Ha terletak di
Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang akan dibangun
sebanyak 215 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150.
Untuk lokasi ini pembangunan yang dilakukan masih pada tahap pembukaan jalan
ke lokasi perumahan, pembukaan lahan yang akan dijadikan lokasi perumahan.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa permintaan akan rumah di Kabupaten
Tapanuli Utara terutama oleh PNS tergolong cukup tinggi. Ini menandakan bahwa
program pengembangan perumahan merupakan salah satu program yang penting di
Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam wawancara dengan bapak Tongam Hutabarat, selaku
Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
mengenai seberapa pentingkah program pengembangan perumahan diterapkan di
Kabupaten Tapanuli Utara, beliau mengatakan sebagai berikut
Program pengembangan perumahan ini diterapkan mengingat perumahan dan
permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan
salah satu faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka
perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk
menjaga kelangsungan penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat
yang berpenghasilan rendah, masih belum mampu tinggal di rumah yang layak,
sehat, aman, serasi, teratur.
Pernyataan dia atas diperkuat oleh Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara sebagai berikut
Program ini sangat penting karena kawasan perumahan yang dibangun di
Kabupaten Tapanuli Utara pada dasarnya ditujukan bagi pegawai negeri sipil
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

(PNS) baik yang berasal dari Kabupaten ini atau yang merupakan pindahan dari
daerah lain karena kemampuan untuk memiliki rumah sangat terbatas, sehingga
pemerintah melalui Bappeda dan Dinas Kimbangwil Taput menetapkan rencana
ini dalam RPJMD Taput.
Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan sumber daya
manusia dan juga dana yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan
Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah untuk menggunakan sumber daya
tersebut dengan baik.
Jumlah pegawai di Dinas ini per 31 Desember 2007 untuk mendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari
Tabel 1
Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara
No. Uraian
Jumlah
1

Pejabat Eselon II

1 orang

Pejabat Eselon III

4 orang

Pejabat Eselon IV

8 orang

4.

Staff PNS

27 orang

PTT

5 orang

Tenaga Honorer

5 orang

Jumlah

50 orang

Sumber : Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.


Untuk mendukung segala kinerja pada Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maka diperlukan pelatihan dan pendidikan yang
nantinya akan dimanfaatkan untuk pencapaian visi dan misi Dinas. Menurut Bapak
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah


mengatakan bahwa:
Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat, oleh
sebab itu diklat yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wialayah dilakukan berdasarkan rencana yang sudah ditentukan oleh Pemda
Tapanuli Utara yang dilakukan sekali setahun. Pada pendidikan dan pelatihan
tersebut Dinas ini selalu berpartisipasi atau ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut pegawai akan dibantu dalam
memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelayan masyarakat.
Berdasarkan data dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah bahwa
jenjang pendidikan para pegawai adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Persentase Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)

No.
1.

S.1

22

44

2.

D. III

12

3.

D.II

4.

D.I

5.

SMA/Sederajat

20

40

6.

SMP/Sederajat

7.

SD

50

100

Jumlah

Sumber: Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan S.1 dan SMA/Sederajat
merupakan jumlah yang paling dominan atau persentase yang sangat besar untuk mengisi
jabatan di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
Oleh sebab itu untuk jenjang pendidikan yang ada pada Dinas Permukiman dan

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menjadi faktor yang penting untuk
mengisi jabatan yang ada pada dinas tersebut.
Disamping sumber daya manusia, program pengembangan perumahan ini juga
membutuhkan sumber dana yang besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wialayah Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah dana yang
dibutuhkan dalam program ini mencapai Rp. 51.020.000.00,-, seperti yang ditunjukkan
tabel berikut:
Tabel 3
Jumlah Dana untuk Program Pengembangan Perumahan
No URAIAN
I
II
LOKASI PERUMAHAN PNS PAGAR
BERINGIN PERMAI, KECAMATAN
SIPOHOLON
1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan
2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana
Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan
3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan
4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan
Total I..
LOKASI PERUMAHAN PNS BARAT INDAH
PERMAI, KECAMATAN TARUTUNG
1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan
2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana
Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan
3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan
4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan
Total II.
LOKASI PERUMAHAN PNS SITABO-TABO,
KECAMATAN SIBORONG-BORONG
1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan
2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana
Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan
3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan
4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan
Total III..

JUMLAH (Rp.)
III

Total I+II+III..

51.020.000.000,-

1.750.000.000,4.300.000.000,4.100.000.000,7.900.000.000
18.050.000.000,-

2.800.000.000,3.800.000.000,2.670.000.000,7.650.000.000,16.920.000.000,-

2.500.000.000,4.500.000.000,4.050.000.000,5.000.000.000,16.050.000.000,-

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Sumber: Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.


Besarnya jumlah dana untuk pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli
Utara menjadi salah satu kendala pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli,
seperti yang diungkapkan oleh Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bidang
Perumahan dan Permukiman berikut:
Kendala yang sering dihadapi yaitu masih minimnya dana/anggaran dalam
pelaksanaan program pengembangan perumahan ini, hal ini diakibatkan karena
disamping anggaran yang memang cukup besar untuk pelaksanaan program ini,
pemerintah dan juga Dinas ini harus memikirkan anggaran untuk programprogram kerja yang lain, juga diakibatkan karena terkadang jumlah biaya yang
kita ajukan kepada pemerintah pusat (Kementerian Perumahan Rakyat) tidak
sesuai dengan yang kita minta, jadi pelaksanaan pembangunan perumahan ini
sering terkendala.

Untuk mengatasi masalah dana yang mengakibatkan pelaksanaan program


pengembangan perumahan sering berhenti, maka pemerintah daerah Tapanuli Utara
melalui Dinas Kimbangwil melaksanakan pembangunan perumahan secara bertahap,
artinya jumlah rumah yang akan dibangun tersebut berdasarkan jumlah peminat pada satu
kawasan perumahan dan tetap memperhatikan kapasitas keuangan yang dimiliki oleh
Dinas Kimbangwil maupun Pemerintah Daerah.
Menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan
Permukiman, untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah
Kabupaten Tapanuli Utara melakukan diskusi dengan pihak terkait, seperti yang beliau
paparkan berikut ini,
Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program ini, kita
mengundang seluruh instansi yang terkait dalam pelaksanaan program ini,
seperti Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas-dinas yang lain, PLN, PDAM,
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Developer, Bapertarum, KORPRI, kita memecahkan masalah yang timbul secara


bersama-sama.
Pernyataan ini didukung oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku Pihak Pengembang
kawasan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara berikut,
Selama ini, untuk mengatasi masalah yang kita hadapi, kita sering mengadakan
rapat dengan Dinas Kimbangwil Taput, pemda Taput karena bagaimanapun juga
mereka tetap sebagai koordinator dalam pelaksanaan pembangunan perumahan
ini. Atau kita juga sering meminta saran dari developer yang sebelumnya pernah
menjadi pelaksana pembangunan perumahan di kabupaten ini
Dalam pelaksanaan program ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara membutuhkan dukungan dari Dinas lain maupun dari
masyarakat karena keberhasilan dari pelaksanaan program ini juga ditentukan oleh kerja
sama yang dilakukan oleh Dinas ini, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tongam
Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah:
Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan kerjasama
dan koordinasi dengan dinas atau instansi lain, disamping karena keterbatasan
dinas ini dalam pelaksanaan program ini, kawasan perumahan yang akan
dibangun membutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti listrik, jalan,
maupun air bersih, Dan penyediaan sarana dan prasarana tersebut kita serahkan
kepada dinas atau instansi lain.
Sedangkan menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian
Perumahan dan Permukiman, dinas atau instansi yang terlibat dalam pelaksanaan
program ini yaitu:
1. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yang mengurus
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
fasilitasnya;
2. Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan
perumahan yang akan dibangun;
3. Pengurus KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat
perumahan;
4. PLN, yang mengurus aliran listrik di kawasan perumahan, baik untuk
lampu jalan maupun listrik ke tiap-tiap rumah;
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

5. PDAM Mual Na Tio, yang mengurus ketersediaan air bersih di kawasan


perumahan
Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga membutuhkan
dukungan dari masyrakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai PNS yang nantinya
akan menempati kawasan perumahan tersebut maupun masyarakat yang bersedia
memberikan tanahnya untuk dijadikan sebagai kawasan perumahan. Hal ini dipertegas
oleh Bapak Tongam Hutabarat, selaku kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah kabupaten Tapanuli Utara, yang mengatakan bahwa:
Masyarakat terutama yang tinggal di dekat lokasi perumahan sangat
mendukung, ini dapat dilihat dari kemauan masyarakat untuk memberikan
sebagian dari tanah mereka untuk dijadikan menjadi kawasan perumahan tanpa
banyak permintaan, kemungkinan ini berkaitan dengan dibukanya jalan ke
kawasan perumahan, mereka akan semakin mudah membuka lahan pertanian
yang baru di lokasi yang selama ini masih kosong di dekat lokasi perumahan
tersebut. Dan biasanya apabila pemerintah akan membuka kawasan perumahan
yang baru, masyarakat yang berprofesi sebagai PNS sangat antusias
mendengarnya karena dengan demikian mereka memperoleh kesempatan untuk
memiliki rumah sendiri karena pada dasarnya perumahan yang dibangun di
Kabupaten ini masih ditujukan untuk PNS.

Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak
Developer perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang mengatakan bahwa:
Kita melibatkan masyarakat mulai dari penyedian lahan mereka untuk dijadikan
kawasan perumahan, juga kita melibatkan mereka dalam pembangunan unit-unit
rumah, istilahnya kita menggunakan jasa tenaga mereka selama pembangunan
perumahan tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut, masyarakat sangat mendukung pelaksanaan
program pengembangan perumahan ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kemampuan yang terbatas dari masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah tinggal
sendiri. Program ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di dekat
kawasan perumahan karena dengan adanya program ini mereka semakin mudah untuk
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

membuka areal pertanian/perkebunan yang baru di lahan yang selama ini masih kosong
(belum digarap). Hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat yang tinggi untuk menjual
tanahnya kepada pemerintah tanpa mengalami banyak kendala.

B. Program Pengembangan Perumahan


Di dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dibutuhkan
komponen pendukung seperti pelaksana program, sarana dan prasarana pendukung
program dan juga peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan
perumahan.
Dalam wawancara dengan bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian
Perumahan dan Permukiman, mengatakan bahwa:
Yang menjadi pelaksana program pengembangan perumahan ini yaitu:
1. Bapertarum, yang akan menentukan Developer yang menjadi pelaksana
pembangunan perumahan tersebut;
2. Bank pelaksana (sudah harus berstatus Bank Syariah), yang akan
menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan
anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan tersebut;
3. Developer (Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan
kawasan perumahan tersebut;
4. Pemerintah Kabupaten, yang akan mengawasi pelaksana pembangunan
perumahan

Sedangkan menurut bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan Perencanaan


Pembangunan Daerah Tapanuli Utara mengatakan bahwa:
Pelaksanaan program pengembangan perumahan, disamping melibatkan pihak
Bapertarum, Bank Pelaksana, Developer, dan pemerintah daerah, juga
melibatkan Badan Perencana Pembangunan Daerah Tapanuli Utara untuk
memprogramkan kegiatan pendukung pelaksanaan program ini, dan juga ikut
dalam penentuan anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Untuk menciptakan kondisi kondusif maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang


dapat digunakan dalam melaksanakan tugas para pegawainya. Fasilitas-fasilitas yang
dapat mendukung kinerja dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara dalah sebagai berikut (data dari Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara):
a) Tanah milik Pemda Tapanuli Utara sekitar 950 m
b) Bangunan Kantor 853 m
c) Kendaraan Dinas
c. 1. Kendaraan Roda 4 sebanyak 4 unit
c. 2. Kendaraan Roda 2 sebanyak 6 unit
d) Alat-alat Kantor
d. 1. Komputer 10 unit
d. 2. Mesin Tik 5 unit
d. 3. Mesin cetak gambar 1 unit
d. 4. Meja gambar 4 unit
d. 5. Muebelair kantor
Dengan fasilitas yang ada pada dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
inilah yang akan membantu para pegawai di Dinas ini dalam melaksanakan tugasnya dan
hal ini dikatakan juga oleh bapak Arnol Poltak Sitorus selaku Kepala Bagian Perumahan
dan Permukiman yaitu:
Sarana-sarana ataupun fasilitas yang ada di Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah sangat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas para
pegawai dan yang paling berpengaruh pada pelaksanaan pendataan dan teknis.
Sarana yabg ada pada dinas masih memadai walaupun fasilitas tersebut sering
kali tidak dipakai.
Dengan adanya sarana yang mempermudah pekerjaan tersebut telah banyak
memberikan kontribusi pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan suatu


pedoman pelaksanaan. Disamping Undang-Undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman, program ini juga dilaksanakan berdasarkan Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP).
Dalam wawancara dengan Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara, mengatakan bahwa:
Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman merupakan
arahan dasar yang masih harus dijabarkan secara lebih operasional oleh
berbagai pihak yang berkepentingan di bidang penyelenggaraan perumahan dan
permukiman sehingga pada akhirnya visi yang diharapkan dapat dicapai.
Sedangkan menurut Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman
dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrogaman,
dan kegiatan yang berada dan/atau terkait dalam bidang penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman baik di lingkungan Departemen,
Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Masyarakat,
maupun dunia usaha.
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman
tahun 2002, dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan dari kondisi lingkungan
strategis yang ada pada saat ini dan kecenderungan perkembangan ke depan (2020).
Kebijakan nasional ini dirumuskan dalam 3 (tiga) struktur pokok, yaitu berkaitan dengan
kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman.
Sedangkan strategi untuk melaksanakan kebijakan dirumuskan terutama untuk dapat
mencapai secara signifikan substansi strategis dari masing-masing kebijakan. Pertama,
melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan
masyarakat sebagai pelaku utama, melalui strategi pengembangan peraturan perundangJhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta


fasilitas pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan
partisipatif. Kedua, mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh laisan
masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, melalui pemenuhan kebutuhan
rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat dan
berpendapatan rendah. Dan ketiga, mewujudkan permukiman yang sehat, aman,
harmonis, dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jati diri, kemandirian, dan
produktivitas masyarakat, melalui perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang
responsif dan berkelanjutan.
Untuk mengoptimalkan operasional pembangunan perumahan dan permukiman
maka diperlukan rencana pembangunan yang dirumuskan ke dalam Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D).
Dengan ini pemerintah memberikan solusi dalam penyelesaian pembangunan perumahan
dan permukiman melalui pelaksanaan RP4D dengan melihat sumber daya manusia yang
ada dan kebutuhan masyarakat akan rumah.
Adapun pedoman dalam penyusunan RP4D ini adalah (Deputi Bidang
Pengembangan

Kawasan,

Kementerian

Negara

Perumahan

Rakyat,

Strategi

Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Skala Besar, Batam, 2 Desember


2005)
1. Legalisasinya

berdasarkan

Keputusan

Menteri

Negara

Perumahan

dan

Permukiman Nomor 09/KPTS/M/IX/1999 Tentang Pedoman Penyusunan RP4D;

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

2. Pedoman tersebut merupakan acuan kerja bagi pemerintah daerah dalam


penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah;
Dengan pedoman tersebut, maka pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat
melakukan kerja sama dengan baik agar visi dan misi yang diterapkan dapat dicapai.
Selain itu kedudukan RP4D adalah:
1. Pada tingkat Kabupaten/Kota merupakan acuan untuk mengatur penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur, terencana, dan
terorganisasi;
2. Pada tingkat Propinsi merupakan acuan untuk mengatur dan mengkoordinasikan
pembangunan perumahan dan permukiman khususnya yang menyangkut dua
atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan;
3. Pada tingkat Pusat merupakan masukan daerah dalam penyempurnaan kebijakan,
srategi, dan program nasional di bidang pembangunan perumahan dan
permukiman.
Dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
di Daerah (RP4D) harus berdasarkan peraturan-peraturan yang ada dan melihat kondisi
sosial masyarakat serta kebutuhan masyarakat akan rumah. Oleh sebab itu dalam RP4D
harus memiliki:
1. Penjabaran kebijakan pembanguan perumahan dan permukiman di daerah;
2. Rincian program, target dan sasaran kegiatan dan lokasi dari setiap sektor terkait;
3. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat desa/kelurahan;
4. Rincian rencana pembiayaan dan sumber dananya;
5. Rincian jadwal pelaksanaan program, kegiatan dan pelakunya (Masyarakat,
Badan Usaha, Pemerintah);
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

6. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian program dan kegiatan;


7. Mekanisme penyaluran aspirasi para pelaku terkait;
8. Mekanisme pemberdayaan masyarakat;
9. Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman;
10. Daftar kawasan terlarang (negative list) untuk pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman baru.

C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan


Suatu program dapat dikatakan berhasil dilihat dari target dan realisasi dari
program tersebut. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan ini.
Keberhasilan dari program ini dapat dilihat dari jumlah rumah yang sudah dibangun,
jumlah rumah yang sudah ditempati oleh masyarakat, sarana-prasarana yang sudah ada.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yaitu di Perumahan Pagar Beringin
Permai dan Barat Indah Permai, sarana dan prasarana pendukung seperti pendidikan,
peribadatan, dan transportasi masih sangat minim. Seperti yang diungkapkan oleh bapak
B. Hutabarat, yang tinggal di Perumahan Barat Indah Permai berikut ini
Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk
pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD harus ke desa
terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU
harus ke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke desa terdekat
seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum
ada jadinya kita sering menyewa kendaraan.
Hal ini dipertegas oleh bapak K. Sipahutar, yang tinggal di Perumahan Pagar
Beringin Permai
Sarana pendukung untuk perumahan ini masih sangat sedikit, seperti untuk
pendidikan, mulai dari tingkat SMP sampai SMU belum ada bangunannya jadi
kita menyekolahkan anak-anak kita ke kota Tarutung atau ke Sipoholon, parit
maupun jalan ke kawasan perumahan ini sudah banyak yang rusak

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Terkhusus di Perumahan Pagar Beringin Permai, pemerintah sudah membangun


ruko, akan tetapi pembangunannya tidak dilanjutkan karena terjadi sengketa tanah antara
pemerintah dengan keluarga pemelik tanah tersebut. Hal ini sangat disesalkan oleh
masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Ibu O.
Boru Napitupulu berikut
Ruko yang berada di depan lokasi perumahan ini sudah lama tidak dilanjutkan
pembangunannya karena ada sengketa antara keluarga pemilik tanah itu dengan
pemerintah. Masyarakat sangat berharap sengketa itu cepat selesai karena ruko
itu sangat penting, selama ini untuk membeli kebutuhan sehari-hari kita harus ke
pasar di kota Tarutung atau pasar tradisional di Sipoholon yang jaraknya
lumayan jauh.

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung perumahan tersebut juga diakui


oleh bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah berikut ini
Untuk sementara kita belum bisa mengatakan kalau sarana dan prasarana yang
telah dibangun sudah sesuai rencana karena pelaksanaan pembangunan
perumahan tersebut masih berjalan, pembangunan yang kita lakukan juga secara
bertahap dan tetap melihat kapasitas keuangan yang ada dalam pelaksanaan
pembangunan perumahan tersebut.
Sedangkan menurut Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak Pengembangan kawasan
perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, pelaksanaan program pengembangan
perumahan di Tapanuli Utara, beliau mengatakan bahwa,
Pelaksanaannya cukup baik dan walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaan
program ini, pihak Developer tidak terlalu terbebani karena kami hanya
pelaksana pembangunan perumahan, dan kendala yang biasanya ada berasal
dari pihak pemerintah atau lahan yang menjadi sengketa antara pemerintah
dengan masyarakat pemilik tanah.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

BAB IV
ANALISA DATA
Pada bab ini, peneliti akan menganalisa data-data yang telah disajikan pada bab
sebelumnya yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan informan kunci dan juga
dengan masyarakat yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan
Program pengembangan perumahan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Tapanuli Utara (PEMDA TAPUT) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah baik
untuk tingkat nasional maupun daerah ditujukan pada pemenuhan rumah bagi masyarakat
yang memiliki tingkat ekonomi lemah ataupun kurang mampu untuk memiliki rumah
sendiri. Terkhusus di Kabupaten Tapanuli Utara, perumahan yang dibangun oleh
pemerintah masih ditujukan untuk pegawai negeri sipil. Hal ini disebabkan karena
kemampuan para pegawai negeri sipil untuk memiliki rumah sendiri sangat terbatas.
Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut yang disusun di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tapanuli Utara periode 2004-2009,
yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan
terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah;
kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar terciptanya masyarakat yang produktif


secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman penduduk yang
sehat, harmonis, dan berkelanjutan. (Dokumen Ringkasan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004-2009)
Sedangkan sasaran utama dari pelaksanaan program ini adalah pemenuhan
kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien,
akuntabel, tidak diskriminatif dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang
didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang efisien dan akuntabel;
dan terbentuknya pola subsidi yang tepat sasaran, tidak mendistorsi pasar, akuntabel dan
mempunyai kepastian dalam hal ketersediaan setiap tahun. (Dokumen Ringkasan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 20042009).
Dilihat dari tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tapanuli Utara,
program pengembangan perumahan ini mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas dimana
pelaksanaan program pengembangan perumahan ini pada dasarnya ditujukan kepada
masyarakat miskin dan berpendapatan rendah yang memiliki keterbatasan untuk
mempunyai rumah tinggal sendiri, dan sasaran dari pelaksanaan program ini yaitu
pemenuhan kebutuhan akan rumah oleh masyarakat. Pelaksanaan program ini juga
memiliki peraturan yang mendukung pelaksanaannya seperti Undang-undang Nomor 4
tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, S.K. Menteri Kimpraswil Nomor
217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
(KSNPP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara. Ini

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

menunjukkan bahwa dari segi perencanaan, program ini telah memenuhi karakteristik
perencanaan yang baik. (Malayu Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;70)

Dalam pelaksanaan program ini, juga telah tersedia sumber-sumber yang akan
dipergunakan dalam pelaksanaan program ini seperti sumber daya manusia yaitu pegawai
Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Kabupaten Tapanuli Utara, sumber
dana yang berasal dari APBD Tapanuli Utara dan dari pemerintah pusat, dan juga
fasilitas-fasilitas yang ada di kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
yang sangat membantu dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. (hasil
wawancara dengan Kabid Perumahan dan Permukiman, 26 Juni 2008).
Program pengembangan perumahan ini mempunyai pasar yang lumayan banyak
yaitu masyarakat yang mempunyai keterbatasan memiliki rumah tinggal sendiri dan juga
pegawai negeri sipil yang juga memiliki keterbatasan memiliki rumah. Pembangunan
perumahan di Tapanuli Utara masih ditujukan untuk PNS, akan tetapi kenyataan di
lapangan yang menempati rumah-rumah tersebut kebanyakan masyarakat non PNS
seperti di Perumahan Barat Indah Permai. Hal ini disebabkan karena jarak yang cukup
jauh, bangunan yang tidak sesuai dengan standar, prasarana dan sarana yang masih
kurang memadai sehingga masyarakat kurang termotivasi untuk tinggal di perumahan
tersebut. (hasil wawancara dengan Bapak Ihsar Lubis, tanggal 28 Juni 2008)
Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara
masih dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat tanpa bantuan dari pihak swasta.
Pembangunan yang dilakukan juga mengandalkan dana dari APBD dan APBN. Hal ini
dilakukan agar masyarakat mampu membeli rumah karena harga yang masih relatif bisa
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

dijangkau. Jika dibandingkan dengan harga rumah yang dibangun oleh swasta yang
tinggi.
Keadaan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara masih kurang bagus karena
disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maupun pemerintah daerah, baik
pengawasan terhadap pembangunan rumah yang mengakibatkan rumah yang dibangun
tidak sesuai dengan standar rumah yang layak huni sehingga banyak rumah yang sudah
dibangun cepat rusak dan juga tidak laku karena tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh masyarakat selaku konsumen, dan juga kurangnya pengawasan terhadap lahan yang
akan dijadikan sebagai lokasi perumahan sehingga lahan tersebut sebagian dijadikan
sebagai lahan pertanian oleh masyarakat. Pada hal tanah tersebut sudah menjadi milik
pemerintah.
Dampak dari kurangnya pengawasan tersebut mengakibatkan pembangunan
perumahan lebih terfokus pada perbaikan/rehabilitasi rumah-rumah yang rusak sehingga
pembangunan sering terhenti. Ini mengakibatkan anggaran yang seharusnya ditujukan
untuk pembangunan rumah baru dialokasikan ke perbaikan rumah. Apabila Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
program pengembangan perumahan ini maka proses pelaksanaannya dapat dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah direncanakan, dapat menghemat
penggunaan biaya pembangunan rumah, dan tujuan dari pelaksanaan program ini dapat
tercapai sesuai dengan apa yang telah ditentukan.
Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
seharusnya bersifat Cocurent. Pengawasan ini dilakukan secara bersamaan dengan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Tipe pengawasan ini merupakan


proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih dahulu, atau
syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan untuk
mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan program. (T. Hani Handoko dalam Nurlela
Ketaren;113)
Dilihat dari segi target dari pelaksanaan program ini dimana perumahan yang
dibangun masih ditujukan bagi PNS, akan tetapi kejadian dilapangan yang menempati
perumahan tersebut didominasi oleh masyarakat non PNS seperti di perumahan Barat
Indah Permai. Dari 57 keluarga yang tinggal di perumahan tersebut, sekitar 38 keluarga
merupakan masyarakat dari berbagai profesi seperti petani, purnawirawan TNI/POLRI,
pengusaha, dan pedagang. Sedangkan di Perumahan Pagar Beringin Permai, sebagian
rumah disewakan oleh masyarakat setempat kepada mahasiswa dan yang menempati
perumahan tersebut juga sebagian merupakan petani, pedagang, supir, pengusaha. Hal ini
menandakan bahwa pengawasan terhadap masyarakat yang menempati perumahan
tersebut masih sangat kurang. Ini berdampak pada tujuan dari pelaksanaan pembangunan
perumahan yang masih di luar dari yang telah ditentukan sebelumnya, dimana perumahan
yang dibangun masih untuk PNS yang ada di Tapanuli Utara. Hal ini menunjukkan
kurangnya sosialisasi pelaksanaan program ini kepada masyarakat sehingga tidak ada
kejelasan apakah perumahan yang dibangun tersebut ditujukan kepada masyarakat biasa
seperti pedagang, petani, pengusaha, purnawirawan TNI/POLRI, atau PNS.
Apabila dilihat dari segi pengorganisasian, yang menjadi pelaksana program
pengembangan perumahan ini antara lain Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

fasilitasnya; Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan


perumahan; BAPPERTARUM, yang menentukan Developer yang menjadi pelaksana
pembangunan perumahan; KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat
rumah; PLN, yang mengurus pasokan listrik ke tiap-tiap rumah dan lampu jalan; Bank
Pelaksana, yang menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan
anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan; PDAM, yang mengurus
ketersediaan sarana air bersih di lokasi perumahan termasuk sambungan ke tiap-tiap
rumah; pemerintah daerah, yang mengawasi pelaksanaan pembangunan; dan Developer
(Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan. Pembagian tugas dari masingmasing Dinas/Instansi tersebut sangat jelas. Dengan adanya pembagian tugas yang jelas
tersebut maka diharapkan pelaksanaan program pengembangan perumahan ini berjalan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. (hasil wawancara dengan Kabid Perumahan
dan Permukiman, 26 Juni 2008)
Keikutsertaan Dinas/Instansi yang lain tersebut dalam pelaksanaan program
pengembangan perumahan dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan
dalam program ini cukup banyak dan program pendukung pelaksanaan program ini tidak
dapat ditangani sendiri oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara. Ini menunjukkan adanya koordinasi antar Dinas/Instansi yang serasi
(adanya perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugas), selaras
(adanya sinkronisasi antara staf dengan pimpinan pada hal-hal yang dikehendaki), dan
seimbang (adanya pembebanan yang proporsional serta sinkronisasi pelaksanaan tugas di
masing-masing bagian dalam unit organisasi). (www.google.com, teori-teori motivasi
dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10 WIB)
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu aspek internal yang akan
mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan. Disamping strategi yang
digunakan dan prioritas pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah. Aspek sumber daya manusia ini dilihat dari segi jumlah sumber
daya manusia yang memadai, yang dapat dilihat dari segi kuantitas pegawai yang dimiliki
oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, adanya tugas pokok dan fungsi
Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah kabupaten Tapanuli Utara dalam
menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik.
Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga memiliki peluang dalam
usaha pemenuhan permintaan akan rumah. Peluang tersebut antara lain:
a) Letak Kabupaten Tapanuli Utara di jalur lintas sumatera sanagat memerlukan
perencanaan tata ruang yang baik dan ramah lingkungan. Pembangunan
kawasan perumahan ditujukan untuk pemenuhan rumah terutama PNS
menuntut adanya perencanaan tata ruang untuk meningkatkan kebersihan dan
kerapian lingkungan.
b) Dari aspek ekonomi, pembangunan perumahan di Kabupaten tapanuli Utara
memiliki peluang yang besar dalam kestabilan ekonomi. Dengan adanya
penataan kawasan perumahan yang baik, maka setiap kegiatan ynag dilakukan
oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat dapat dilakukan dengan baik.
Disamping itu, dengan penataan lingkungan yang baik akan mengundang
investor untuk menanamkam modalnya di Kabupaten Tapanuli Utara.

B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan


Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Suatu program dapat dikatakan berhasil apabila target dan realisasi dari program
tersebut sudah tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan yang ditetapkan
dalam RPJMD Tapanuli Utara periode 2004-2009, dimana perumahan yang dibangun
masih untuk PNS.
Dari hasil pengamatan di Perumahan Pagar Beringin Permai di Kecamatan
Sipoholon dan Perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masih banyak
kekurangan seperti sarana ibadah, pendidikan, jalan ke perumahan tersebut banyak yang
rusak, drainase/parit banyak yang sudah rusak sehingga perumahan tersebut masih
terkesan kurang teratur dan semrawut.
Jumlah rumah yang sudah dibangun di Perumahan Pagar Beringin Permai
sebanyak 237 unit. Permintaan akan rumah di lokasi ini masih tergolong cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari pembangunan Perumahan Pagar Beringin Permai tahap ke dua
di Kecamatan Sipoholon masih berlangsung. Ini didasari karena harga rumah per unit
masih dapat dijangkau, luas lahan untuk tiap rumah yang cukup luas yaitu 200 m. Ini
sesuai dengan Teori Kepuasan (Content Theory), dimana dalam teori ini memusatkan
perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan,
mendukung, dan menghentikan perilakunya. Pada dasarnya teori ini mengemukakan
bahwa seseorang akan bertindak atau semangat untuk dapat memenuhi kebutuhannya
(inner needs). (Malayu S.P. Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;96)
Untuk perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masyarakat kurang
termotivasi untuk tinggal disana karena disebabkan letak lokasi yang kurang strategis
yaitu jarak yang cukup jauh dan sarana pengangkutan umum yang ada sangat terbatas.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Hal ini mengakibatkan jumlah rumah yang ditempati sangat sedikit jika dibandingkan
dengan rumah yang kosong dan juga dibandingkan dengan jumlah rumah yang dibeli
ataupun dihuni.
Sedangkan perumahan PNS Sitabo-tabo di Kecamatan Siborong-borong,
pembangunan yang dilaksanakan adalah masih pada tahap perbaikan lahan yang akan
dijadikan kawasan perumahan, pembukaan jalan ke kawasan perumahan, dan jumlah
rumah yang akan dibangun adalah sebanyak 215 unit.
Melihat kenyataan di lapangan, program ini masih belum dapat dikatakan berhasil
karena program ini masih berjalan dan juga sarana dan prasarana pendukung seperti
sarana pendidikan, peribadatan, sarana olah raga pada perumahan ini masih sangat
kurang, seperti yang diungkapkan bapak B. Hutabarat yang tinggal di perumahan Barat
Indah Permai
Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk
pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD harus ke desa
terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU
harus ke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke desa terdekat
seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum
ada jadinya kita sering menyewa kendaraan.
Pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang masih berjalan
sampai sekarang memang belum optimal karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kurang meratanya sumber daya manusia pada Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah sehingga kurang melibatkan bawahan dalam membuat kebijakan, kurang
memadainya dana yang tersalurkan sehingga pembangunan dilakukan secara bertahap,
fasilitas penunjang dalam melaksanakan tugas masih dianggap kurang memadai, belum
optimalnya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak swasta dalam
pengadaan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, kurangnya sosialisasi tentang
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

program pengembangan perumahan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan


Pengembangan Wilayah terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya
masyarakat menempati perumahan PNS.

BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisa data dan juga hasil pengamatan langsung yang peneliti lakukan
di lapangan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Program pengembangan perumahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Tapanuli Utara melalui Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
masih perlu dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat
masih terbatasnya kemampuan masyarakat terutama yang berprofesi
sebagai PNS untuk memiliki rumah sendiri;
2. Masih lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Tapanuli Utara maupun Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
sehingga masyarakat yang tidak berprofesi sebagai PNS dapat tinggal di
perumahan yang disediakan untuk PNS;
3. Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli
Utara masih sering mengalami kendala yang pada dasarnya diakibatkan
oleh keterbatasan dana sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam
pelaksanaan program ini;
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

4. Masih

adanya

masalah

yang

menggangu

pelaksanaan

program

pengembangan perumahan ini seperti sengketa tanah di perumahan Pagar


Beringin Permai sehingga pembangunan perumahannya terbengkalai;
5.

Koordinasi

antar

instansi/dinas

dalam

pelaksanaan

program

pengembangan perumahan ini sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya instansi/dinas yang terlibat dalam program ini dan
melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik;
6. Masih kurangnya perhatian terhadap lahan yang akan dijadikan sebagai
kawasan perumahan sehingga dijadikan areal pertanian oleh masyarakat
padahal lahan tersebut sudah menjadi milik pemerintah;
7. Tingkat kebersihan yang ada di setiap kawasan perumahan dan
permukiman belum tertangani dengan baik, tahapan pembangunan
drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih sangat kurang sehingga
pertumbuhan perumahan dan permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara
masih terkesan kurang teratur dan semrawut.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi beban pemerintah terutama dalam penyediaan dana, ada
baiknya pemerintah melibatkan pihak swasta dalam pelaksanaan program
ini/penyediaan perumahan di Tapanuli Utara;
2. Untuk pembangunan perumahan di Tapanuli Utara di masa yang akan datang
perlu memperhatikan lokasi perumahan tersebut seperti jaraknya dengan ibukota

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

kabupaten atau kecamatan karena ini akan mempengaruhi jumlah masyarakat


yang akan tinggal di perumahan tersebut;
3. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang program pengembangan
perumahan ini agar tepat sasaran, seperti apakah perumahan yang dibangun
adalah untuk masyarakat biasa, PNS, atau Purnawirawan TNI/POLRI;
4. Masih perlunya pembangunan sarana dan prasarana pendukung perumahan
seperti ruko, tempat ibadah, sarana pendidikan dan juga transportasi yang lebih
memadai;
5. Masih perlunya pengawasan terhadap lahan yang selama ini belum dibangun agar
tidak dijadikan sebagai areal pertanian oleh masyarakat.

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2004
Bastian, Indra, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah Di
Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah (edisi revisi cet.1),
Bumi Aksara, Jakarta, 2001.
Jones, Charles, O, Pengantar Kebijakan Publik, P.T.Radja Grafindo Persada,Jakarta,1994
Ketaren, Dra. Nurlela, Bahan Kuliah Azas-Azas Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, USU, Medan, 2002.
Kuswartojo, Tjuk, Suyurti Amir Salim, Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan
Lingkungan,--, Medan, 1998
Moleong, J, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Rosda, Bandung, 2005
Nawawi, Hadari, Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 1990
Quinn, Michael Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2006
Sastra, Suparno, Endy Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Andi,
Yogyakarta, 2006
Singarimbun, Masri, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,1989
Soenarko, H, Public Policy (Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa
Kebijaksanaan Pemerintah), Airlangga University Press, Surabaya,
2000
Subarsono, A.G, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Syahrin, Alvi, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan


Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003

Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, Rineka Cipta, Jakarta, 2000


Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo, Agus Pramusinto, Evaluasi Kebijakan Publik,
Raja Grafindo, Jakarta, 1994
Williams, Chuck, Manajemen, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman (KSNPP)
Sumber-sumber lain
www.penataanruang.net/taru/makalah/sekjen_140604.pdf, diakses tanggal 26 September
2008, pukul 15.00 WIB
www.kemenpera.go.id/detail_brt.asp?id=59, diakses tanggal 26 September 2008, pukul
15.10 WIB
www.sumut.bps.go.id/taput/file/publikasi/kcda/2007/060.tarutung.pdf, diakses
16 Desember 2008, pukul 16.30 WIB

tanggal

www.google.com, teori hierarki kebutuhan abraham maslow diakses tanggal 26 Maret


2009, pukul 21.06 WIB
www.google.com,
akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teorimotivasi,diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.00 WIB
www.google.com, teori-teori motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26
Maret 2009, pukul 21.10
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Daftar pertanyaan wawancara penelitian

I.

Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah,


Kabupaten Tapanuli Utara:
1. Seberapa pentingkah program pengembangan perumahan ini
diterapkan di Kabupaten ini, mengingat masyarakat pada
umumnya memiliki lahan yang cukup untuk mendirikan rumah
pribadi tanpa terpengaruh dampak kenaikan harga-harga bahan
bangunan?
2. Sejauh manakah peranan masyarakat terhadap pelaksanaan
program ini ? Apakah hanya terbatas pada kebersediaan
memberikan tanahnya untuk dijadikan kawasan perumahan atau
hanya

sebatas

membeli

rumah

yang

telah

disediakan

pemerintah?
3. Apa kendala yang sering dihadapi Dinas ini dalam pelaksanaan
program pengembangan perumahan ini?
4. Menurut Bapak apakah peraturan yang sekarang sudah
mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan
ini secara makro?

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

5. Apakah sarana dan prasarana yang dibangun sebagai bagian


dari

perumahan

tersebut

sudah

sesuai

dengan

yang

direncanakan sebelumnya?
6. Apa saja usaha yang dilakukan Dinas ini untuk mengatasi
masalah-masalah yang muncul selama pelaksanaan program
ini?
7. Bagaimana sistem tender yang dilakukan oleh Dinas ini dalam
mencari Developer yang akan membantu pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini?

II.

Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman :


1. Dinas apa saja yang terkait dalam pelaksanaan program ini dan
sejauh peranan Dinas-Dinas tersebut dalam pelaksanaan
program pengembangan perumahan ini?
2. Siapa saja pihak-pihak yang menjadi pelaksana program ini?
3. Apakah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang
dimiliki Dinas ini sudah dapat mendukung pelaksanaan
program ini mengingat begitu banyaknya program yang
menjadi tugas Dinas ini?
4. Apa saja kendala yang dihadapi Dinas ini ketika adanya
sosialisasi program ini terutama sosialisasi kepada masyarakat
yang memiliki profesi sebagai PNS?
5. Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas ini sudah
mencukupi

dalam

pelaksanaan

program

pengembangan

perumahan ini?

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

6. Apa saja proyek atau kegiatan pendukung yang ditetapkan


Dinas ini untuk mendukung pelaksanaan program ini?
7. Secara umum apakah pembangunan perumahan di Kabupaten
ini sudah berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
dalam RPJMD Taput periode 2004-2009?

III.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli


Utara:
1. Apakah program pengembangan Perumahan ini akan tetap
dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat
pelaksanaan program ini masih sering mengalami kendala pada
tahap pelaksanaannya?
2. Bagaimana

menurut

Bapak

pelaksanaan

program

pengembangan Perumahan ini, apakah sudah sesuai dengan


tujuan dari pelaksanaan program ini yang dituangkan dalam
RPJMD Taput periode 2004-2009?
3. Apakah target dan realisasi dari pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini sudah dapat dicapai?
4. Sejauh mana peranan Bappeda Taput dalam pelaksanaan
program pengembangan Perumahan ini, apakah sebatas
merencanakan atau mengawasi pelaksanaan program ini?
5. Menurut Bapak, secara umum apakah pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini telah berjalan dengan baik
ataukah masih perlu dilakukan peningkatan pelaksanaannya?

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

6. Apa saja usaha yang dilakukan oleh Bappeda Taput untuk


mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini?
7. Apakah ada subsidi yang diberikan pemerintah melalui
Bappeda kepada masyarakat agar dapat memiliki rumah? Kalau
ada, dalam bentuk apa subsidi yang diberikan tersebut?

IV.

Pengembang (Developer) Perumahan:


1. Apa saja kendala yang Anda hadapi sebagai Developer yang
dipercaya

Pemda

Taput

dalam

melaksanakan

program

pengembangan Perumahan ini?


2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai pelaksanaan program ini
yang sering mengalami kendala pada tahap pelaksanaannya?
3. Apa saja usaha-usaha yang Anda lakukan untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut?
4. Sejauh mana peranan Dinas Kimbangwil Taput, Bappeda
Taput, dan Pemda Taput untuk meminimalisir masalah yang
Anda hadapi sebagai Developer pada tahap pelaksanaan
pembangunan perumahan?
5. Sejauh mana Anda melibatkan masyarakat dalam membantu
Anda melaksanakan pembangunan kawasan perumahan ini?
6. Seberapa besar target yang dibebankan kepada Anda sebagai
Developer untuk pembangunan kawasan perumahan ini?

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

7. Selain dengan Dinas Kimbangwil Taput, Bapedda Taput, Anda


sebagai Developer apakah melakukan kerjasama dengan pihak
lain dalam membangun kawasan perumahan ini? Kalau ada,
pihak mana saja yang terlibat tersebut?

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai