Anda di halaman 1dari 31

GEA DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

Dokter Pembimbing :
dr. Deasy Oktian

Oleh :

dr. Erna Zunita Rahmawati

RSUD KOTA AGUNG


KABUPATEN TANGGAMUS
INTERNSHIP PERIODE 2014-2015
BANDAR LAMPUNG

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum kematian di dunia. Perkiraan
terdahulu menempatkan diare sebagai penyebab kematian lima teratas di dunia yang sering
terjadi pada anak-anak. Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus,
parasit, toksin, dan obat. Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri. Virus dan
bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah terkontaminasi. Dalam 50%
kasus diare, tidak ditemukan penyebab yang spesifik. Virus menjadi penyebab kasus kematian
denna persentasi yang signifikan pada semua umur.
Gastroenteritis akut atau Diare dan orang awam menyebutnya dengan mencret memang
merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun
(balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak
acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian
kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan
bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi
kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).
Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena gastroenteritis adalah
karena penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang tidak memenuhi sehingga memungkinkan
penyebaran agen penginfeksi, dan/ atau kondisi fisiologis seperti malnutrisi yang menebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi.
Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak memadai bagi penderita membunuh 5 sampai 8
juta orang per tahun dan menjadi penyebab utama kematian bayi dan anak dibawah umur.
Setidaknya 50% kasis gastroenteritis yang penyebarannya melalui makanan Disebabkan karena
infeksi norovirus. Sedangkan 20% nya pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus.

Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk:
1.
2.
3.
4.

Mengetahui penyebab dan patologi dari gastroenteritis.


Mengetahui manifestasi klinik dari gastroenteritis.
Mengetahui metode diagnosis klinik dalam mendeteksi penyebab gastroenteritis.
Mengetahui terapi pengobatan gastroenteritis akut

STATUS PASIEN
RM No : 03.34.09.2015

IDENTITAS PASIEN
I.
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Masuk RS
II.

: An. C
: 1 tahun
: Perempuan
: Islam
: Jln. Waytaman Pasar Madang ,Tanggamus
: 9 September 2015

Identitas Orang Tua


Ayah

Nama
Tn. A
Umur
28 thn
Pekerjaan
Wiraswasta
Agama
Islam
Perkawinan
1
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
III.

Ibu
Ny. F
24 thn
Ibu rumah tangga
Islam
1

Anamnesa
Keluhan Utama
Mencret

Keluhan tambahan
Muntah dan demam

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RSUD Kota Agung dengan keluhan
mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 5 kali/hari.
Mencret cair menyemprot, ada ampas dan berwarna kuning. Mencretnya ada sedikit
bercampur dengan lendir tetapi darah disangkal. Bau tinjanya seperti biasa tidak berbau
asam maupun berbau busuk.
10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien muntah sebanyak 3x berisi makanan yang
dimakan sebanyak setengah gelas aqua. Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu
juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu

tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil masih
ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien sebelumnya membawa keBidan
belum tapi keluhan keluhannya ini masih berlanjut sesampainya dibawa ke RS.
Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
Penyakit
Alergi
Cacingan
Demam berdarah
Demam tifoid
Otitis
Parotitis

Umur
-

Penyakit
Difteri
Diare
Kejang
Kecelakaan
Morbili
Operasi

Umur
-

Penyakit
Peny. Jantung
Peny. Ginjal
Peny. Darah
Radang Paru
Tuberculosis
Asma

Umur
-

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-), BAK sakit
dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir
: spontan
Tempat lahir
: rumah bersalin
Ditolong oleh
: bidan
Masa gestasi
: cukup bulan
Berat lahir
: 3100 gram
Panjang lahir
: 49 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin
0 bulan
BCG
DPT
Polio

1 bulan

2 bulan

Umur
4 bulan

6 bulan

9 bulan

18 bulan

Campak
Hepatitis B

Riwayat tumbuh kembang:


Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor :
* Duduk
: 9 bulan
* Berdiri
: 11 bulan
* Berjalan : belum bisa berjalan
Riwayat Pemberian ASI :

ASI sejak lahir sampai 10 bulan


Frekuensi 4-6 kali perhari

Data Perumahan
Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah tembok,
kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur pompa. Terdapat jamban
keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan lingkungan jarak
antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari, pertukaran udara dan
kebersihan rumah kurang.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 9 September 2015

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tidak sesak, tidak gelisah,lesu


Kesadaran
: Compos mentis
Frekwensi Nadi
: 108 x/menit (reguler,kuat angkat)
Frekwensi Pernafasan : 30 x/menit (reguler)
Suhu tubuh
: 38 C
Data Antropoemetri
Berat Badan
Tinggi Badan

: 13 kg
: 94 cm

Kepala

Kepala
Rambut

: bulat, normocephli
: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata

Telinga

Hidung

Bibir
Gigi geligi
Lidah
Tonsil
Faring
Leher

Toraks
Inspeksi

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik


Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, air mata (+)
: Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/: Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
: Mukosa bibir kering, sianosis (-)
: tidak ada kelainan
: tidak hiperemis
: T1 T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
: tidak hiperemis
: Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
: Vokal fremitus kiri dan kanan sama
: Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
: Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

: Perut tampak datar


: Bising usus (+) normal : 5x/menit
: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat
: Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)

Kulit

: ikterik (-), petechie (-)

Ekstremitas

: Bentuk biasa, deformitas (-),Akral hangat,


sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik

IV.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 9 September 2015
JENIS PEMERIKSAAN

HASIL

Urine lengkap
warna
kerjeniahan
pH
berat jenis
albumin
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah samar
Lekosit esterase
Nitrit
Eritosit
Lekosit
Silinder
Epitel
Kristal
Bakteri
Lain-lain
Feses lengkap
Warna
Konsistensi
Bau
Campuran
Lekosit
Eritrosit
Bakteri
Parasit
Telur cacing
Jamur
Amylum
Lemak
Serat
Ph
Reduksi

Kuning
Agak keruh
7.0
1010
Negatif
Negatif
Negatif
0.2
Negatif
Negatif
Positif 1 (+)
Negatif
0-2
5-10
Negatif
Gepeng (-)
Negatif
Positif 1(+)
Negatif
Kuning
Cair
Khas
Tidak
ditemukan
0-5
0-2
Pos (++)
Negatif
Negatif
Negatif
Pos (++)
Positif
Positif serat
tumbuhan
5.0
Negatif

V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Mencret kurang lebih 5 kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada ampas dan
berwarna kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur dengan lendir tetapi darah disangkal. Bau

tinjanya seperti biasa tidak berbau asam maupun berbau busuk. 10 jam sebelum masuk rumah
sakit pasien muntah sebanyak 3x berisi makanan yang dimakan sebanyak setengah gelas
aqua. Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba
dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat
pasien kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien belum
mengobati keluhan keluhannya ini.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tidak sesak, tidak gelisah,lesu


Kesadaran
: Compos mentis
Frekwensi Nadi
: 108 x/menit (reguler,kuat angkat)
Frekwensi Pernafasan : 30 x/menit (reguler)
Suhu tubuh
: 38 C
Data Antropoemetri

Berat Badan : 13 kg
Tinggi Badan
: 94 cm

Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, air mata (+)
Abdomen
Inspeksi
: Perut tampak datar
Auskultasi
: Bising usus (+) normal : 5x/menit
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat
Perkusi
: Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
PEMERIKSAAN LAB :
Feses lengkap : warna kuning,cair, bakteri positif (++), amylum pos (++), lemak (+), positif serat
tumbuhan.
VI.

Diagnosa Kerja
Diare akut e.c bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang
VII. Diagnosa Banding
Diare akut e.c virus
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
Diet : biasa
IVFD : Ringer laktat 12 tetes/menit
MM : - paracetamol 10 mg/kgBB/kali
-

ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari


Zinc 20 mg per hari (PO)

Probiotik 3 x 1 sachet (PO)

Edukasi kepada orang tua


IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
Kultur tinja
X. PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam

:ad bonam
:ad bonam
: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari
3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak.1
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
B. Cara Penularan dan Faktor Resiko
Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barabg barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat. ( melalui 4 F = finger, flies, fluid, field ).

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antra lain : tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
keberihan ( MCK ), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain
hal- hal tersebut, beberapa factor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan
untuk terjangkit diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman
lambu ng, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
factor genetic.
1. Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insideen tetinggi
terjadi pada kelompok umur 6 11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping
ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu,
kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi
bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi
mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian
kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan
menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif. Pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan
infeksi asimtomatik berparan penting dalam peyebaran banyak enteropaogen terutama
bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan berpindah
pindah dari satu tempat ke tempat lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub tropik
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena
virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik
( termasuk Indonesia ), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang
tahun dengan peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri
cenderung meningkat pada musim hujan.
4. Epidemi dan pandemic
Vibrio cholera

0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyababkan epidemic dan

pandemic yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua
golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan vibrio cholera 0.1 biotipe
Eltor telah menyebar ke Negara Negara di Afrika, Amerika latin, Asia, Timur
Tengah, dan di beberapa daerah di amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang
sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika

Tengah dan terakhir di Afrika tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992, dikenal
strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyababkan pandemic di Asia dan lebih dari 1
negara mengalami wabah.
C. Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri
dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah non inflammatory dan
inflammatory.
GOLONGAN BAKTERI

GOLONGAN VIRUS

GOLONGAN PARASIT

Aeromonas

Astrovirus

Balantidiom coli

Bacillus cereus

Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)

Blastocystis homonis

Canpilobacter jejuni

Enteric adenovirus

Crytosporidium parvum

Clostridium perfringens

Corona virus

Entamoeba histolytica

Clostridium defficile

Rotavirus

Giardia lamblia

Eschercia coli

Norwalk virus

Isospora belli

Plesiomonas shigeloides

Herpes simplek virus

Strongyloides stercoralis

Salmonella

Cytomegalovirus

Trichuris trichiura

Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun

Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur7
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak antara lain:

Kesulitan makanan

Defek anatomis

Neoplasma

Neuroblastoma

Phaeochromocytoma

Sindroma Zollinger Ellison


Lain-lain:

Malrotasi

Infeksi non gastrointestinal

Penyakit Hirchsprung

Alergi susu sapi

Short Bowel Syndrome

Penyakit Crohn

Atrofi mikrovilli

Defisiensi imun

Stricture

Colitis ulserosa

Ganguan motilitas usus

Pellagra
Keracunan makanan

Malabsorbsi

Defesiensi disakaridase

logam berat

Malabsorbsi glukosa dan galaktosa

Mushrooms

Cystic fibrosis

Cholestosis

Penyakit celiac
Endokrinopati

Thyrotoksikosis

Penyakit Addison

Sindroma Androgenital
Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak

D. Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.
Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering
ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi
bersamaan pada satu anak.1,8

1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir
kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan
mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan
dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan
yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen
ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan
seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah
berlabihan akan memberikan dampak yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi
klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit
keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau
V. cholera.01.7
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda osmotik
dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan
kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan
mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan
osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 2902 (Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan
beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare
mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari 20
mOsm/L.6

Osmotik

Sekretorik

Volume tinja

<200 ml/hari

>200 ml/hari

Puasa

Diare berhenti

Diare berlanjut

Na+ tinja

<70 mEq/L

>70 mEq/L

Reduksi

(+)

(-)

pH tinja

<5

>6

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin


bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam
empedu bentuk dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab
diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP,
cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifasi protein kinasi. Pengaktifan
protein kinase akan menyebabkan fosforilase membrane protein sehingga
megakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar.
Disisi lain terjadi peningkatan pompa natrium , dan natrium masuk ke dalam
lumen usus bersama Cl-.1
3. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas.
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, teatpi
perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbs. Baik peningkatan ataupun
penurunan motilitas keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit
obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas usus yang
berat menyebabkan statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu
dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare
dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi.
Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada Thyrotoksikosis,
malabsorbsi asam empedu, dan berbagai peyakit lain.1
4. Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein
dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.

Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare laina seprti
diare osmotik dan sekretorik.1,9
E. Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi

komplikasi

ekstraintestinal

termasuk

manifestasi

neurologic.

Gejala

gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1
Rotavirus

Shigella

Salmonella

ETEC

EIEC

Kolera

17-72 jam

24-48 jam

6-72 jam

6-72 jam

6-72 jam

48-72 jam

++

++

++

Sering

Jarang

Sering

Sering

Tenesmus

Tenesmus,

Tenesmus,kolik -

Tenesmus,

Kramp

kramp

kramp

5-7 hari

3-7 hari

2-3 hari

3 hari

Gejala klinis
:
Masa
Tunas
Panas
Mual,
muntah
Nyeri

>7hari

perut

variasi

Nyeri
kepala
lamanya
sakit
Sifat tinja:
Volume

Sedang

Sedikit

Sedikit

Banyak

Sedikit

Banyak

Frekuensi

5-10x/hari

>10x/hari

Sering

Sering

Sering

Terus

Konsistens

Cair

Lembek

Lembek

Cair

Lembek

menerus

Kadang

Cair

Darah

Langu

Busuk

Bau

Kuning

Merah-

Kehijauan

Tak

Merah-

Amis khas

Warna

hijau

hijau

berwarna

hijau

Seperti

Leukosit

Sepsis +

cucuian

Lain-lain

anorexia

Kejang+

Meteorismu

Infeksi

beras

sistemik+

Tabel 5. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab


F. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah
volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam
6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas
atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan
yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke
puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat
imunisasinya.1
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan
menggunakan criteria WHO dan MMWR.1
Symptom

Minimal atau tanpa Dehidrasi

ringan Dehidrasi

berat,

air

Kesadaran
Denyut

dehidrasi,

sedang,

kehilangan BB<3%

BB 3%-9%

Baik

Normal,

Normal

kehilangan kehilangan BB>9%


lelah, Apatis, letargi, idak

gelisah, irritable

sadar

Normal meningkat

Takikardi, bradikardi,

jantung

(kasus berat)

Kualitas nadi

Normal

Normal melemah

Lemah,

kecil

tidak

teraba
Pernapasan

Normal

Normal-cepat

Dalam

Mata

Normal

Sedikit cowong

Sangat cowong

Air mata

Ada

Berkurang

Tidak ada

Kering

Sangat kering

Mulut

dan Basah

lidah
Cubitan kulit

Segera kembali

Kembali<2 detik

Kembali>2detik

Cappilary

Normal

Memanjang

Memanjang, minimal

Hangat

Dingin

Dingin,mottled,

refill
Ekstremitas

sianotik
Kencing

Normal

Berkurang

Minimal

Tabel.6 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003


Skor Dehidrasi WHO
1

Baik

Lesu / haus

Gelisah, lemas, ngantuk

Mata

Tidak cekung

Agak cekung

Sangat cekung

Mulut

Biasa

Kering

Sangat kering

<30x / menit

30-40x / menit

>40x / menit

Baik

Kurang

Jelek

< 120x / menit

120-140x / menit

>140x / menit

Keadaan umum

Pernapasan
Turgor
Nadi

Penilaian :
<6
: Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang

>13

: Dehidrasi berat

Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:3

dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L

dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L

dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L

Gejala

Hipotonik

Isotonik

Hipertonik

Rasa haus

Berat badan

Menurun sekali

Menurun

Menurun

Turgor kulit

Menurun sekali

Menurun

Tidak jelas

Kulit/ selaput lender

Basah

Kering

Kering sekali

Gejala SSP

Apatis

Koma

Irritable,

apatis,

hiperfleksi
Sirkulasi

Jelek sekali

Jelek

Relatif masih baik

Nadi

Sangat lemah

Cepat dan lemah

Cepat, dan keras

Tekanan darah

Sangat rendah

Rendah

Rendah

Banyaknya kasus

20-30%

70%

10-20%

Tabel 8. Gejala dehidrasi menurut tonisitas


3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan
tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadangkadang diperlukan pada diare akut:1

darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika

urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan
tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa,
atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga
mengandung darah atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan
E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja,
adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak
berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya
warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada
keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja
atau obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan
adanya gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket,
dan berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja
menggambarkan kelainan di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang
sangatberbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.
Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam
lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak
diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung
bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa.8
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat rusaknya
mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim

laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa


dan galaktosa, yangs elanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu cara
menentukan malabsorbsi laktosa

adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi

dengan pemeriksaan pH tinja. Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip


melihat perubahan reaksi warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan
tablet clinitest. Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang
mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam).
Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas
tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan
warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negative,
kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru terdapat
variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan
terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai steatore.8
b. Pemeriksaan mikroskopik
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar leukosit
dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit
tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi
tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:5
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan III
yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai
secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak dengan
warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:8
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan memakai
batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan delam tetesan
NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan Yodium. Pengambilan
tinja cukup sedikit saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi
sediaan sehingga tidak terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak
berwarna (NaCL fisiologis), karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan
protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan

perwanaan yodium. Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran objekstif 10x, lalu


40x untuk menentukan spesiesnya.
G. Tata laksana
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,
pemberian zinc, antibiotik dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:8

Mencegah dehidrasi

Mengatasi dehidrasi yang telah ada

Antibiotik selektif

Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare

Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc

Edukasi
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10
1. Pengobatan Diare tanpa dehidrasi
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga
untuk mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dan
sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah
cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml,
1-5 tahun dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300400 ml setiap BAB.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
setiap 1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas
dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
kemudian mulai lagi perlahan lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit.
Pemberian cairan dilanjutka sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga ASI

dan makanan yang biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
2. Pengobatan Diare dehidrasi Ringan-sedang
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit
yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral,
oralit dapat diberikan nelalui nsogasterik deng an volume yang sama dengan
kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah
membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaikdan dehidrasi teratasi
pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan makanan
dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.
3. Pengobatan diare dehidrasi berat
TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai
cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian
cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum dengan baik biasanya
dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar ). Untuk
rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB.
Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam
berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2
jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi
ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
4. Seng ( Zinc )

Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh yang


penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah
merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg
per hari selama 10-14 hari, dan pada bayi<6 bulan dengan dosis 10 mg per hari
selama 10-14 hari
5. Pemberian makanan selama dan setelah diare
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak
mampu menerima. Meneruskan pemberian makanan aan mempercepat kembalinya
fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi
berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak
dikurangi. Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama
anak mau. Bayi yang tidak mium ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling
tidak setiap 3 jam.
Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak
atau padat, makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam porsi kecil atau sering
( 6 kali ataulebih ).
6. Terapi Medikamentosa
a. Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karen sebagian besra diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Antibiotika pilihan pada diare antara
lain erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari, ciprofloxacin 15
mg/kgBB 2x sehari selama 3hari. Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5
hari.
b. Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pad anak, beberapa
dianteranya:

Adsorben, Contoh : kaolin, attapulgite. Obat-oat ini dipromosikan untuk


mengikat dan menginaktivasi toksin bakteri atau bahan lain yang
menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi
mukosa usus.

Antimotilitas, Contoh : loperamide hydrochloride. Obat ini dapat


mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi tidak
mengurangi volume tinja pada anak.

7. Probiotik dan Prebiotik


a. Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora
intestinal yang lebih baik. Mekanisme efek probiotik melalui perubahan
lingkungan mikro lumen usus ( pH , O2 ), produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen usus,kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada
enterosit, modifikasi toksin/ reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus
melalui penyediaan nutrien dan imunomodulator. Contohnya : Lacto B.
b. Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan umumnya
komplks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora
intestinal yng menguntungkan kesehatan. Oligosakarida di ASI merupakan
prototipe prebiotik karena dapat merangsang lactobacilli dan Bifidobacteria di
colon bayi yang minum ASI

Penyebab

Antibiotik pilihan

Alternatif

Kolera

Tetracycline 12,5 mg/kgBB

Erythromycin

4x sehari selama 3 hari

mg/kgBB

12,5

4x sehari selama 3 hari


Shigella Disentri

Ciprofloxacin 15 mg/kgBB

Pivmecillinam
BB

20

mg/kg

2x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 3 hari


Ceftriaxone

50-100

mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis

Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)

Giadiasis

Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

H. Komplikasi1,3
1. Gangguan elektrolit

Hipernatremia, Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L


memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat
sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral
atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%
saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat
badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam. Bila normal
lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa
kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5%
dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500
ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap
BAB, sampai diare berhenti.1

Hiponatremia, Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130

mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada
anak malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum yang
diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8
jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh
melebihi 2 mEq/L/jam.1

Hiperkalemia, disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan


pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10
menit dengan monitor detak jantung.1

Hipokalemia, dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan


menuurut kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr
dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak
boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2
mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat
menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia
jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi
dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah
diare berhenti1

2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya
demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi
pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/
antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.3
3. Edema/overhidrasi

Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak
biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak.
Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan
garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan,
kortikosteroid jika kejang.3
4. Asidosis metabolic
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa cairan
ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup
mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung,
muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral
dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.3
6.

Kejang3
Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita
dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB,
diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia
dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.

kejang demam
Hipernatremia dan hiponatremia
penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare,

seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.


7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama
diare dapat menyebabkan:3
Volume tinja bertambah
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
8. Malabsorbsi glukosa

Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan
intravena3
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi
sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3
menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan
kesadaran.3
I. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan
campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati,
cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diperkirakan
imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat
mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian
karena diare pada balita.1,3

d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi alamiah,
tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare. Di
dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan
dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18
J. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus
diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan menjadi diare
persisten.8

DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi
Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI.
2010:87-110
2. WHO.
Diarrhoeal

Disease

(Updated

February

2009).

In

http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html. [diunduh tanggal


10 Juli 2007]
3. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto. 2007:1-24
4. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The Journal of
Infectious disease 200: S188-94, 2009.
5. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta Gastroenterologi
Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53
6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition. United Stated
of Amrica, Lippincot wiliams
7. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced Based Guidelines
for Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008.

8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
9. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the tight
junction barrier, ion transport and inflammation. Dalam http:www.glut.bmj.com.
[diunuduh tanggal 10 Juli 2011].
10. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta: WHO
Indonesia.2009.
11. UNICEF. Oral Rehydration Salt (ORS) A New Reduced Osmolality Formulation.
Http:www// rehydrate/ors/oral rehydration salt.htm.2002. [diunduh tanggal 16 Juli 2011].
12. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
13. Aggarwal et al. Role of Zinc Administration in Prevention of Childhood Diarrhea and
respiratory illness. A merk analisis. Pediatric 2007 ;119:1120.
14. Isolaun E. Probiotics : A role in the treatment of intestinal infection and inflammation.
Gut.2002,50 (Supple III):III:54-1159
15. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus dalam Kapita
Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-111

Anda mungkin juga menyukai