Dokter Pembimbing :
dr. Deasy Oktian
Oleh :
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum kematian di dunia. Perkiraan
terdahulu menempatkan diare sebagai penyebab kematian lima teratas di dunia yang sering
terjadi pada anak-anak. Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus,
parasit, toksin, dan obat. Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri. Virus dan
bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah terkontaminasi. Dalam 50%
kasus diare, tidak ditemukan penyebab yang spesifik. Virus menjadi penyebab kasus kematian
denna persentasi yang signifikan pada semua umur.
Gastroenteritis akut atau Diare dan orang awam menyebutnya dengan mencret memang
merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun
(balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak
acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian
kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan
bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi
kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).
Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena gastroenteritis adalah
karena penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang tidak memenuhi sehingga memungkinkan
penyebaran agen penginfeksi, dan/ atau kondisi fisiologis seperti malnutrisi yang menebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi.
Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak memadai bagi penderita membunuh 5 sampai 8
juta orang per tahun dan menjadi penyebab utama kematian bayi dan anak dibawah umur.
Setidaknya 50% kasis gastroenteritis yang penyebarannya melalui makanan Disebabkan karena
infeksi norovirus. Sedangkan 20% nya pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus.
Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk:
1.
2.
3.
4.
STATUS PASIEN
RM No : 03.34.09.2015
IDENTITAS PASIEN
I.
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Masuk RS
II.
: An. C
: 1 tahun
: Perempuan
: Islam
: Jln. Waytaman Pasar Madang ,Tanggamus
: 9 September 2015
Nama
Tn. A
Umur
28 thn
Pekerjaan
Wiraswasta
Agama
Islam
Perkawinan
1
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
III.
Ibu
Ny. F
24 thn
Ibu rumah tangga
Islam
1
Anamnesa
Keluhan Utama
Mencret
Keluhan tambahan
Muntah dan demam
tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil masih
ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien sebelumnya membawa keBidan
belum tapi keluhan keluhannya ini masih berlanjut sesampainya dibawa ke RS.
Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
Penyakit
Alergi
Cacingan
Demam berdarah
Demam tifoid
Otitis
Parotitis
Umur
-
Penyakit
Difteri
Diare
Kejang
Kecelakaan
Morbili
Operasi
Umur
-
Penyakit
Peny. Jantung
Peny. Ginjal
Peny. Darah
Radang Paru
Tuberculosis
Asma
Umur
-
1 bulan
2 bulan
Umur
4 bulan
6 bulan
9 bulan
18 bulan
Campak
Hepatitis B
Data Perumahan
Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah tembok,
kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur pompa. Terdapat jamban
keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan lingkungan jarak
antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari, pertukaran udara dan
kebersihan rumah kurang.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 9 September 2015
: 13 kg
: 94 cm
Kepala
Kepala
Rambut
: bulat, normocephli
: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata
Telinga
Hidung
Bibir
Gigi geligi
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Toraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Kulit
Ekstremitas
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 9 September 2015
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
Urine lengkap
warna
kerjeniahan
pH
berat jenis
albumin
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah samar
Lekosit esterase
Nitrit
Eritosit
Lekosit
Silinder
Epitel
Kristal
Bakteri
Lain-lain
Feses lengkap
Warna
Konsistensi
Bau
Campuran
Lekosit
Eritrosit
Bakteri
Parasit
Telur cacing
Jamur
Amylum
Lemak
Serat
Ph
Reduksi
Kuning
Agak keruh
7.0
1010
Negatif
Negatif
Negatif
0.2
Negatif
Negatif
Positif 1 (+)
Negatif
0-2
5-10
Negatif
Gepeng (-)
Negatif
Positif 1(+)
Negatif
Kuning
Cair
Khas
Tidak
ditemukan
0-5
0-2
Pos (++)
Negatif
Negatif
Negatif
Pos (++)
Positif
Positif serat
tumbuhan
5.0
Negatif
V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Mencret kurang lebih 5 kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada ampas dan
berwarna kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur dengan lendir tetapi darah disangkal. Bau
tinjanya seperti biasa tidak berbau asam maupun berbau busuk. 10 jam sebelum masuk rumah
sakit pasien muntah sebanyak 3x berisi makanan yang dimakan sebanyak setengah gelas
aqua. Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba
dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat
pasien kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien belum
mengobati keluhan keluhannya ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 13 kg
Tinggi Badan
: 94 cm
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, air mata (+)
Abdomen
Inspeksi
: Perut tampak datar
Auskultasi
: Bising usus (+) normal : 5x/menit
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat
Perkusi
: Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
PEMERIKSAAN LAB :
Feses lengkap : warna kuning,cair, bakteri positif (++), amylum pos (++), lemak (+), positif serat
tumbuhan.
VI.
Diagnosa Kerja
Diare akut e.c bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang
VII. Diagnosa Banding
Diare akut e.c virus
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
Diet : biasa
IVFD : Ringer laktat 12 tetes/menit
MM : - paracetamol 10 mg/kgBB/kali
-
:ad bonam
:ad bonam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari
3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak.1
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
B. Cara Penularan dan Faktor Resiko
Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barabg barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat. ( melalui 4 F = finger, flies, fluid, field ).
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antra lain : tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
keberihan ( MCK ), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain
hal- hal tersebut, beberapa factor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan
untuk terjangkit diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman
lambu ng, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
factor genetic.
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insideen tetinggi
terjadi pada kelompok umur 6 11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping
ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu,
kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi
bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi
mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian
kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan
menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif. Pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan
infeksi asimtomatik berparan penting dalam peyebaran banyak enteropaogen terutama
bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan berpindah
pindah dari satu tempat ke tempat lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub tropik
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena
virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik
( termasuk Indonesia ), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang
tahun dengan peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri
cenderung meningkat pada musim hujan.
4. Epidemi dan pandemic
Vibrio cholera
pandemic yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua
golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan vibrio cholera 0.1 biotipe
Eltor telah menyebar ke Negara Negara di Afrika, Amerika latin, Asia, Timur
Tengah, dan di beberapa daerah di amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang
sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika
Tengah dan terakhir di Afrika tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992, dikenal
strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyababkan pandemic di Asia dan lebih dari 1
negara mengalami wabah.
C. Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri
dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah non inflammatory dan
inflammatory.
GOLONGAN BAKTERI
GOLONGAN VIRUS
GOLONGAN PARASIT
Aeromonas
Astrovirus
Balantidiom coli
Bacillus cereus
Blastocystis homonis
Canpilobacter jejuni
Enteric adenovirus
Crytosporidium parvum
Clostridium perfringens
Corona virus
Entamoeba histolytica
Clostridium defficile
Rotavirus
Giardia lamblia
Eschercia coli
Norwalk virus
Isospora belli
Plesiomonas shigeloides
Strongyloides stercoralis
Salmonella
Cytomegalovirus
Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun
Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur7
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak antara lain:
Kesulitan makanan
Defek anatomis
Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Penyakit Crohn
Atrofi mikrovilli
Defisiensi imun
Stricture
Colitis ulserosa
Pellagra
Keracunan makanan
Malabsorbsi
Defesiensi disakaridase
logam berat
Mushrooms
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak
D. Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.
Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering
ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi
bersamaan pada satu anak.1,8
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir
kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan
mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan
dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan
yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen
ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan
seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah
berlabihan akan memberikan dampak yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi
klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit
keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau
V. cholera.01.7
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda osmotik
dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan
kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan
mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan
osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 2902 (Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan
beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare
mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari 20
mOsm/L.6
Osmotik
Sekretorik
Volume tinja
<200 ml/hari
>200 ml/hari
Puasa
Diare berhenti
Diare berlanjut
Na+ tinja
<70 mEq/L
>70 mEq/L
Reduksi
(+)
(-)
pH tinja
<5
>6
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare laina seprti
diare osmotik dan sekretorik.1,9
E. Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi
komplikasi
ekstraintestinal
termasuk
manifestasi
neurologic.
Gejala
gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1
Rotavirus
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72 jam
++
++
++
Sering
Jarang
Sering
Sering
Tenesmus
Tenesmus,
Tenesmus,kolik -
Tenesmus,
Kramp
kramp
kramp
5-7 hari
3-7 hari
2-3 hari
3 hari
Gejala klinis
:
Masa
Tunas
Panas
Mual,
muntah
Nyeri
>7hari
perut
variasi
Nyeri
kepala
lamanya
sakit
Sifat tinja:
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10x/hari
>10x/hari
Sering
Sering
Sering
Terus
Konsistens
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
menerus
Kadang
Cair
Darah
Langu
Busuk
Bau
Kuning
Merah-
Kehijauan
Tak
Merah-
Amis khas
Warna
hijau
hijau
berwarna
hijau
Seperti
Leukosit
Sepsis +
cucuian
Lain-lain
anorexia
Kejang+
Meteorismu
Infeksi
beras
sistemik+
ringan Dehidrasi
berat,
air
Kesadaran
Denyut
dehidrasi,
sedang,
kehilangan BB<3%
BB 3%-9%
Baik
Normal,
Normal
gelisah, irritable
sadar
Normal meningkat
Takikardi, bradikardi,
jantung
(kasus berat)
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Lemah,
kecil
tidak
teraba
Pernapasan
Normal
Normal-cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Kering
Sangat kering
Mulut
dan Basah
lidah
Cubitan kulit
Segera kembali
Kembali<2 detik
Kembali>2detik
Cappilary
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Hangat
Dingin
Dingin,mottled,
refill
Ekstremitas
sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
Baik
Lesu / haus
Mata
Tidak cekung
Agak cekung
Sangat cekung
Mulut
Biasa
Kering
Sangat kering
<30x / menit
30-40x / menit
>40x / menit
Baik
Kurang
Jelek
120-140x / menit
>140x / menit
Keadaan umum
Pernapasan
Turgor
Nadi
Penilaian :
<6
: Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
>13
: Dehidrasi berat
dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
Gejala
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Menurun sekali
Menurun
Menurun
Turgor kulit
Menurun sekali
Menurun
Tidak jelas
Basah
Kering
Kering sekali
Gejala SSP
Apatis
Koma
Irritable,
apatis,
hiperfleksi
Sirkulasi
Jelek sekali
Jelek
Nadi
Sangat lemah
Tekanan darah
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Banyaknya kasus
20-30%
70%
10-20%
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan
tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa,
atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga
mengandung darah atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan
E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja,
adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak
berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya
warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada
keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja
atau obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan
adanya gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket,
dan berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja
menggambarkan kelainan di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang
sangatberbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.
Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam
lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak
diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung
bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa.8
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat rusaknya
mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim
Mencegah dehidrasi
Antibiotik selektif
Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Edukasi
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10
1. Pengobatan Diare tanpa dehidrasi
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga
untuk mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dan
sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah
cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml,
1-5 tahun dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300400 ml setiap BAB.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
setiap 1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas
dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
kemudian mulai lagi perlahan lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit.
Pemberian cairan dilanjutka sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga ASI
dan makanan yang biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
2. Pengobatan Diare dehidrasi Ringan-sedang
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit
yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral,
oralit dapat diberikan nelalui nsogasterik deng an volume yang sama dengan
kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah
membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaikdan dehidrasi teratasi
pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan makanan
dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.
3. Pengobatan diare dehidrasi berat
TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai
cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian
cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum dengan baik biasanya
dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar ). Untuk
rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB.
Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam
berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2
jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi
ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
4. Seng ( Zinc )
Penyebab
Antibiotik pilihan
Alternatif
Kolera
Erythromycin
mg/kgBB
12,5
Ciprofloxacin 15 mg/kgBB
Pivmecillinam
BB
20
mg/kg
50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis
Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giadiasis
Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
H. Komplikasi1,3
1. Gangguan elektrolit
Hiponatremia, Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130
mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada
anak malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum yang
diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8
jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh
melebihi 2 mEq/L/jam.1
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya
demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi
pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/
antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.3
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak
biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak.
Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan
garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan,
kortikosteroid jika kejang.3
4. Asidosis metabolic
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa cairan
ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup
mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung,
muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral
dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.3
6.
Kejang3
Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita
dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB,
diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia
dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.
kejang demam
Hipernatremia dan hiponatremia
penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare,
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan
intravena3
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi
sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3
menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan
kesadaran.3
I. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan
campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati,
cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diperkirakan
imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat
mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian
karena diare pada balita.1,3
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi alamiah,
tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare. Di
dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan
dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18
J. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus
diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan menjadi diare
persisten.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi
Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI.
2010:87-110
2. WHO.
Diarrhoeal
Disease
(Updated
February
2009).
In
8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
9. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the tight
junction barrier, ion transport and inflammation. Dalam http:www.glut.bmj.com.
[diunuduh tanggal 10 Juli 2011].
10. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta: WHO
Indonesia.2009.
11. UNICEF. Oral Rehydration Salt (ORS) A New Reduced Osmolality Formulation.
Http:www// rehydrate/ors/oral rehydration salt.htm.2002. [diunduh tanggal 16 Juli 2011].
12. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
13. Aggarwal et al. Role of Zinc Administration in Prevention of Childhood Diarrhea and
respiratory illness. A merk analisis. Pediatric 2007 ;119:1120.
14. Isolaun E. Probiotics : A role in the treatment of intestinal infection and inflammation.
Gut.2002,50 (Supple III):III:54-1159
15. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus dalam Kapita
Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-111