Anda di halaman 1dari 27

1.

DEFINISI
Diabetes adalah kata Yunan berarti mengalirkan. Melitus adalah kata Latin
untuk Madu atau Gula. Diabetes Melitus adalah penyakit dimana
seseorang mengeluarkan sejumlah besar urin yang terasa manis.
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan hereditas
dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria , disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut maupun kronik, sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme

karbohidrat

yang

biasanya

disertai

juga

gangguan

metabolisme lemak dan protein (Askandar, 2007)


Menurut Perkeni (2011) dan ADA (2012) diabetes mellitus adalah suatu
kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah.
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah meurmuskan bahwa
Diabetes Mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam
satu jawaban yang singkat dan jelas, tetapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi in sulin baik absolut maupun
relatif dan gangguan fungsi insulin dan jga kerja dari insulin itu sendiri.
2. KLASIFIKASI

Dari tabel diatas tampak bahwa diabetes mellitus type 1 terjadi mulai dari
usia anak-anak dengan onset yang akut dan manifestasi klinis yang lebih
parah dibandingkan dengan diabetes mellitus type 2. Insulin hampir tidak
diproduksi pada Diabetes Mellitus type 1 sehingga pasien mutlak

membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan hidup atau sering dikenal
sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) sedangkan Diabetes
Mellitus type 2 masih memproduksi insulin dalam tubuh hanya saja
jumlahnya yang kurang atau sensitivitas dari insulin tersebut berkurang
sehingga hanya pada keadaan-keadaan tertentu pasien membutuhkan
insulin dari luar.
Klasifikasi diabetes mellitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi
(2007: 70), antara lain:
a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) DM tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans

yang

berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik,


predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung ketosis dan
terjadi pada usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem
imunitas yang kemudian merusak pulan Langerhans di pankreas.
Kelainan berdampak pada penurunan fungsi insulin.
b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM) DM tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada
semua umur. Kebanyakan penderita mengalami kelebihan berat badan,
ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat
c.

hiperglikemik selama stress.


Diabetes Mellitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik yang terjadi karena penyakit lain: penyakit pankreas,
hormonal, bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin,
sindrom genetik tertentu.
- Defek genetik fungsi sel :
kromosom 12, HNF-1 (dahulu disebut MODY 3),
kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)
kromosom 20, HNF-4 (dahulu disebut MODY 1)
DNA mitokondria
- Defek genetik kerja insulin
- Penyakit eksokrin pankreas:
Pankreatitis, Trauma/Pankreatektomi, Neoplasma, Cistic Fibrosis,
Hemokromatosis, Pankreatopati fibro kalkulus
-

Endokrinopati:
Akromegali,
Hipertiroidisme

Sindroma

Cushing,

Feokromositoma,

Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid,

asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon


Diabetes karena infeksi
Diabetes Imunologi (jarang)
Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner,
Huntington Chorea.

d. Impaired Glukosa Tolerance (Gangguan Toleransi Glukosa)


Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menajdi normal atau
e.

tetap tidak berubah.


Diabetes Mellitus Gestasional
Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Saat hamil, terjadi
perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang
aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3x lipat dari
keadaan normal. Jika seorang ibu tidak dapat menigkatkan produksi
insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi.
Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,
progesteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi
aktivitas insulin. DM Gestasional dapat diklasifikasikan menurut
kelasnya, yaitu :
kelas I : GD, Diabetes yang timbul pada waktu hamil dan

menghilang setelah melahirkan


kelas II : Pre GD , Diabetes mulai sejak sebelum hamil dan

berlanjut setelah hamil


Kelas III : Pre GD yang disertai penyakit Pembuluh darah
seperti retinopati , nefropati , Penyakit Pembuluh darah

panggul dan pembuluh darah perifer.


f. DM malnutrisi
Fibro calculus pankreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah
protein sehingga klasifikasi pankreas melalui proses mekanik

(fibrosis) atau Toksik (cyanide) yang menyebabkan sel beta rusak.


Protein defisiensi Pancreatic Diabetes Mellitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi
sel beta pankreas.

3. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang
diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total
populasi, insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun
2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi
dunia, DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus
tipe 2 terjadi di negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar
adalah di Asia dan di Afrika, ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya
hidup seperti pola makan yang tidak sehat,

di Indonesia sendiri,

berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden berusia > 15


tahun, 10,2% mengalami toleransi glukosa tergangggu (kadar glukosa 140200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glucosa sebanyak
75 gram), DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding dengan
pria, lebih sering pada golongan tingkat pendidikan dan status sosial yang
rendah, daerah dengan angka penderita DM yang tertinggi adalah
Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1% sedangkan kelompok
usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%, beberapa hal yang
dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas, hipertensi,
kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan buah
(Riskesdas, 2007).
Menurut kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Edwin Effendi, penyakit
DM di Medan, sejak September-Oktober 2009 merupakan penyakit
dengan

penderita

terbanyak,

yang

terus

mengalami

peningkatan

jumlahnya, jika dibanding dengan jumlah pasien Penyakit Jantung


Koroner atau penyakit yang lainnya. Diperkirakan di Medan terdapat lebih
dari 14 juta orang menderita diabetes, tetapi baru 50% yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat
teratur (Waspada Online, 2009).
Insidens DM tipe-1 sangat bervariasi baik antar negara maupun di dalam
suatu negara. Insidens tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 43/100.000 dan
insidens yang rendah di Jepang yaitu 1,5-2/100.000 untuk usia kurang 15
tahun. Insidens DM tipe-1 lebih tinggi pada ras kaukasia dibandingkan
ras-ras lainnya.

4. ETIOLOGI
a. Diabetes melitus tipe 1
Secara garis besar bisa dikatakan DM tipe 1 disebabkan hal yang
multifaktoral:
- Faktor genetic
Terdeteksi adanya HLA (Human Leucocyte Antigen) yang
merupakan autoantibody yang menyerang sel beta pancreas. Ada
beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1,
antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet
cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic
acid decarboxylase). ICCA merupakan otoantibodi utama yang
ditemukan pada penderita DM Tipe 1. Hampir 90% penderita DM
Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di dalam tubuh nondiabetik, frekuensi ICCA hanya 0,5-4%. Oleh sebab itu,
keberadaan ICCA merupakan prediktor yang cukup akurat untuk
-

DM Tipe 1.
Faktor autoimun, respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,
antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu

sendiri.
Factor lingkungan, terinfeksi virus yang memicu destruksi sel beta

pancreas.
Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas. Penderita tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimum sel beta pankreas.
Otoantibodi terhadap antigen permukaan sel atau Islet Cell Surface
Antibodies (ICSA) ditemukan pada sekitar 80% penderita DM Tipe 1.
Sama seperti ICCA, titer ICSA juga makin menurun sejalan dengan
lamanya waktu. Beberapa penderita DM Tipe 2 ditemukan positif
ICSA.
b. Diabetes melitus tipe 2
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan
cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain
obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi
utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan bahwa ada

hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas


dengan gen-gen yang merupakan faktor pradisposisi untuk DM Tipe 2.
Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang
berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang
cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi.
Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya
sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
sebagai Resistensi Insulin. Resistensi insulin banyak terjadi di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat
dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan. Pada
diabetes melitus tipe 2, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah
menjadi meningkat.
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes Mellitus)
adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama
masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau
temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan
umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. Biasa terjadi
karena perubahan metabolism dan hormone pada ibu hamil.
Kemungkinan lain adalah ibu sudah obesitas sebelum hamil dan
ditambah dengan kehamilannya berarti ibu sudah memulai kehamilan
dengan kebutuhan insulin yang tinggi.
d. Diabetes mellitus Tipe Spesifik Lain
Etiologi bagi diabetes tipe ini merupakan defek spesifik pada sekresi
atau fungsi insulin, kelainan metabolik yang menyebabkan gangguan
sekresi insulin, kelainan mitokondria, dan keadaan-keadaan yang
lainnya yang menyebabkan IGT.
e. Pra-diabetes
Pra-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada
diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal
tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2.

Kondisi pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan


jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pradiabetes dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu
5-10 tahun. Namun pengaturan diet dan olahraga yang baik dapat
mencegah atau menunda timbulnya diabetes.
Ada dua tipe kondisi pra-diabetes, yaitu:
- Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar
glukosa darah puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar
-

glukosa darah puasa normal: <100 mg/dl), atau


Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah
seseorang pada uji toleransi glukosa berada di atas normal tetapi
tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam kondisi diabetes.
Diagnosa IGT ditetapkan apabila kadar glukosa darah seseorang 2
jam setelah mengkonsumsi 75 gram glukosa per oral berada
diantara 140-199 mg/dl. (Fitriani, F. 2008)

5. FAKTOR RESIKO
Faktor Resiko DM secara umum, yaitu :
a. Riwayat Keluarga (saudara atau keluarga dengan diabetes )
b. Obesitas ( > 20 % , BMI > 27 kg/m)
c. Ras / etnik ( afro-amerika, hispanic, native american, kepulauan
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

pasifik)
Usia >45 tahun
Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa
Hipertensi ( >140/90 mmhg)
Kolesterol (HDL < 35 mg/dl (0.90 mmol/l) dan atau TG >250 mg/dl
(28 mmol/L))
Riwayat diabetes gestasional. (Brunner and suddarth, 2009)
Kaffein karena mengurangi toleransi glukosa
Kurang Olah raga
Diet tinggi kalori , rendah serat , tinggi lemak
Pola hidup yang stress
Stress menyebabkan seseorang untuk cenderung mencari makanan
yang cepat saji yang kaya dengan pengawet, lemak dan gula.
Makanan-makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja dari pancreas.
Stress juga meningkatkan kerja dari metabolism dan meningkatkan
kebuthan seseorang akan sumber energy yang juga meningkatkan kerja

dari pancreas. Bebean kerja pancreas yang tinggi dapat merusak


pancreas sehingga insulin yang diproduksi akan berkurang.
Faktor resiko DM berasarkan tipenya, yaitu :
a. Faktor resiko untuk Diabetes Mellitus tipe 1:
- Riwayat keluarga : faktor resiko akan meningkat ketika orangtua
-

atau saudara memiliki Diabetes Mellitus tipe 1.


Faktor lingkungan : terekspos terhadap virus yang menyebabkan
penyakit memiliki beberapa peranan dalam menyebabkan Diabetes

Mellitus tipe 1
Kerusakan sel sistem imun : terkdang keluarga atau seseorang
dengan diabetes mellitus akan diuji untuk adanya autoantibodi
terhadap diabetes. Ketika seseorang memiliki antibodi tersebut,
maka resiko terhadap Diabetes Mellitus tipe 1 akan meningkat.
Tetapi tidak semua orang yang memiliki autoandibodi tersebut

berkambang menjadi Diabetes Mellitus.


Faktor diet : termasuk rendahnya konsumsi vitamin D, teralu cepat
terekspos terhadap susu sapi atau formula susu sapi, dan terekspos
dengan sereal sebelum usia 6 bulan. Tetapi diantara faktor tersebut
tidak ada yang terbukti menyebabkan Diabetes Mellitus tipe 1

secara langsung.
Geografi : beberapa negara, seperti Finlandia dan Swedia memiliki

angka yang tinggi untuk Diabetes Mellitus tipe 1.


b. Faktor Resiko untuk Diabetes Mellitus tipe 2 dan Pra-diabetes:
- Berat badan : semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki maka
-

akan semakin resisten terhadap insulin


Kurang aktivitas : aktivitas tubuh yang kurang, maka resiko akan
semakin tinggi. Aktivitas fisik membantu dalam mengontrol berat
badan, saat glukosa digunakan untuk energi, maka sel tubuh akan

semakin sensitif terhadap insulin.


Riwayat keluarga : resiko akan meningkat ketika memiliki orang

tua atau saudara kandung yang terkena Diabetes Mellitus tipe 2.


Ras : meskipun belum jelas mengapa, namun beberapa ras tertentu
seperti orang kulit hitam Amerika Latin, Amerika Hindia, dan Asia

Amerika memiiki resiko ebih tinggi.


Usia : usia tua berisiko tinggi, yang mungkin diakibatkan karena
kebiasaan kurang latihan, hilangnya massa otot, dan peningkatan

berat badan. Tetapi Diabetes Mellitus juga meningkat pada usia


-

anak-anak, dan usia dewasa.


Diabetes gestasiaonal : jika pada saat kehamilan mengalami
diabetes gestasional, resiko terhadap prediabetik akan meningkat,
juga resiko terhadap Diabetes Mellitus tipe 2. Jika melahirkan bayi
dengan berat lebih dari 9 pound (4 kg) juga termasuk kedalam

resikoDiabetes mellitus.
Polycystic Ovary Syndrome : untuk wanita memiliki Policystic
Ovary Syndrome yang ciri kondisi umumnya adalah periode
menstruasi yang tidak teratur , peningkatan pertumbuhan rambut
dan obesitas akan meningkatkan resiko terhadap Daibetes Mellitus

tipe 2.
Hipertensi : tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg

berhubungan dengan peningkatan resiko Diabetes Mellitus tipe 2.


Tingkat kolesterol, dan Trigleserida yang tidak normaal : jika
tingkat HDL rendah maka resiko terhadap Diaebetes Mellitus tipe
2 tinggi. Trigleserida adalah tipe lain dari lemak yang ada di darah.
orang yang memiliki tingkat Trigleserida yang tinggi akan beresiko
terkena Diabetes mellitus tipe 2.

6. PATOFISIOLOGI (terlampir)
7. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal 3 P + 1 B :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia(peningkatan rasa haus)
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
d. Penurunan berat badan
e. Cepat merasa lelah (fatigue)
f. Pruritus (gatal gatal pada kulit)
g. Pengelihatan Kabur
Gejala Kronik
Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun setelah penderita menderita diabetes. Gejala kronik yang
sering dikeluhkan oleh penderita, yaitu:
a. Kesemutan / rasa baal, terjadinya neuropati
Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persyarafan
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama

yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel


b.
c.
d.
e.

persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan.


Kulit terasa panas
Terasa tebal dikulit
Kram
Lelah
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah
pada pasien diabetes lama,katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan

glukosa sebagai energi.


f. Mudah mengantuk
g. Mata kabur
Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa
sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin.
Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak, mungkin juga disebabkan
h.
i.
j.
k.

kelainan pada korpus vitreum.


Gatal disekitar kemaluan
Gigi mudah goyah dan mudah lepas
Kemampuan seksual menurun
Bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran
atau kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih

l.

dari 4 kg.
Koma, bisa diakibatkan karena adanya ketoasidosis diabetik
yang tidak ditangani. Lebih banyak terjadi pada DM tipe I

dibanding tipe II.


m. Ketoasidosis diabetikum menimbulkan manifestasi nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa
darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti dengan Tes
Toleransi Glukosa Oral standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti
usia dewasa tua, tekanan darah tinggi, obesitas, dan adanya riwayat
keluarga, dan menghasilkan hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan
penyaring setiap tahun. Bagi beberapa pasien yang berusia tua tanpa faktor
resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.

a.

Tes Toleransi Glukosa Oral/TTGO


Tes ini telah digunakan untuk mendiagnosis diabetes awal secara
pasti, namun tidak dibutuhkan untuk penapisan dan tidak sebaiknya
dilakukan pada pasien dengan manifestasi klinis diabetes dan
hiperglikemia Cara pemeriksaannya adalah :
- Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
- Kegiatan jasmani cukup
- Pasien puasa selama 10 12 jam
- Periksa kadar glukosa darah puasa
- Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu
-

minum dalam waktu 5 menit


Periksa kadar glukosa darah saat , 1, dan 2 jam setelah diberi

glukosa
- Saat pemeriksaan, pasien harus istirahat, dan tidak boleh merokok
Pada keadaan sehat, kadar glukosa darah puasa individu yang dirawat
jalan dengan toleransi glukosa normal adalah 70 110 mg/dl. Setelah
pemberian glukosa, kadar glukosa akan meningkat, namun akan
kembali ke keadaan semula dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa serum
yang < 200 mg/dl setelah . 1, dan 1 jam setelah pemberian
glukosa, dan <140 mg/dl setelah 2 jam setelah pemberian glukosa,
ditetapkan sebagai nilai TTGO normal.
b. Tes Benedict
Pada tes ini, digunakan reagen Benedict, dan urin sebagai specimen
Cara kerja :
- Masukkan 1 2 ml urin spesimen ke dalam tabung reaksi
- Masukkan 1 ml reagen Benedict ke dalam urin tersebut, lalu
-

dikocok
Panaskan selama kurang lebih 2-3 menit
Perhatikan jika adanya perubahan warna

Tes ini lebih bermakna ke arah kinerja dan kondisi ginjal, karena pada
keadaan DM, kadar glukosa darah amat tinggi, sehingga dapat
merusak kapiler dan glomerulus ginjal, sehingga pada akhirnya, ginjal
mengalami kebocoran dan dapat berakibat terjadinya Renal Failure,
atau Gagal Ginjal. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa adanya
penanganan yang benar untuk mengurangi kandungan glukosa darah
yang tinggi, maka akan terjadi berbagai komplikasi sistemik yang
pada akhirnya menyebabkan kematian karena Gagal Ginjal Kronik.
Hasil dari Benedic Test.
Interpretasi :
0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM
+1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau
DM stadium dini/awal
+2 = Berwarna Orange. Ada Glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa

c.

darah mendukung/sinergis, maka termasuk DM


+3 = Berwarna Orange tua. Ada Glukosa. Positif DM
+4 = Berwarna Merah pekat. Banyak Glukosa. DM kronik
Rothera test
Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai,
Rothera agents, dan amonium hidroxida pekat. Test ini untuk berguna
untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang
mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM
kronik yang tidak ditangani. Zat zat tersebut terbentuk dari hasil
pemecahan lipid secara masif oleh tubuh karena glukosa tidak dapat
digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM, sehingga tubuh
melakukan mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi.
Zat awal dari aceton dan asam asetat tersebut adalah Trigliseric
Acid/TGA, yang merupakan hasil pemecahan dari lemak. Cara kerja :
- Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
- Masukkan 1 gram reagens Rothera dan kocok hingga larut
- Pegang tabung dalam keadaan miring, lalu 1 - 2 mlmasukkan
amonium hidroxida secara perlahan lahan melalui dinding
-

tabung
Taruh tabung dalam keadaan tegak
Baca hasil dalam setelah 3 menit
Adanya warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan
cairan menandakan adanya zat zat keton

d.

Kadar glukosa darah sewaktu: 200 mg/dl (11,1 mmol/L). Pada


penderita asimtomatis ditentukan kadar gula darah puasa lebih tinggi
dari normal dan uji toleransi glukosa terganggu pada lebih dari satu

e.

kali pemeriksaan.
Kadar gula darah puasa 126 mg/dl (yang dimaksud puasa adalah

f.

tidak ada asupan kalori selama 8 jam).


Kadar gula darah 2 jam pasca toleransi glukosa 200 mg/dl (11,1

g.

mmol/L)
Kadar C-peptida: untuk melihat fungsi sel residu yaitu sel yang
masih memproduksi insulin dan dapat digunakan apabila sulit

h.

membedakan diabetes tipe 1 dan 2.


Pemeriksaan HbA1c dilakukan rutin tiap 3 bulan. Pemeriksaan kadar
HbA1c berguna untuk mengukur kadar gula darah selama 120 hari
yang lalu (sesuai usia eritrosit), menilai perubahan terapi 8-12 minggu
sebelumnya, dan menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan

i.

mencegah terjadinya komplikasi diabetes.


Penanda autoantibodi: hanya sekitar 70-80% dari penderita DM tipe
1 memberikan hasil pemeriksaan autoantibodi (ICA, IAA) yang
positif, sehingga pemeriksaan ini bukan merupakan syarat mutlak

j.

diagnosis.
Reduksi urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine
rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan
adanya glukosuria.
Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine

adalah :
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan
untuk menegakkan diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
- Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal
glukosuria, obat-obatan, dan lainnya
- Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 300 mg%
- Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 400 mg%
- Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

Menurut ADA (American Diabetes Association) diagnosa diabetes dan


pra-diabetes ada beberapa langkah, dan tiap langkah harus diulang untuk
bisa menegakan diabetes.
a. A1C : untuk menghitung rata-rata glukosa darah selama 2-3 bulan.
Keuntungan dari tes ini yaitu tidak membutuhkan puasa atau minum
apapun. Terdiagnosa diabetes apabila nilai A1C 6.5% atau lebih
RESULT
Normal
Prediabetes
Diabetes

A1C
5.7% atau kurang
5.7-6.4 %
6.5% atau lebih

b. FPG (Fasting Plasma Glucose) : tes ini uuntuk mengukur glukosa


darah puasa. Puasa dlakukam selama 8 jam sebelum pemeriksaan.
Diabetes terdiagnosa jika jika kadar FPG 126 mg/dl atau lebih.
RESULT
FPG
Normal
< 100mg/dl
Prediabetes
100-125 mg/dl
Diabetes
126
/dl atau lebih
c. OGTT (Oral Glucose Tolerance Test) : adalah tes 2 jam, yaitu
mengukur tingkat glukosa darah sebelum dan sesudah 2 jam minum,
terutama minum yang manis. Terdiagnosa diabetes jika OGTT 2 jam
200mg/dl atau lebih.
RESULT
Nomal
Prediabetes
Diabetes

OGTT
<140 mg/dl
140-199 mg/dl
200 mg/dl atau lebih

d. Random (Casual Plasma Glucose Test) : yaitu pengukuran glukosa


darah kapan saja dalam sehari ketika gejala diabetes parah.
Terdiagnosa diabetes jika kadar glukosa darah 200 mg/dl atau lebih.
9. PENATALAKSANAAN
Dalam mengelola DM

untuk

jangka

pendek

tujuannya

adalah

menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan


sehat. Untuk jangka panjangnya lebih jauh lagi, yaitu mencegah penyulit,
baik makroangipati, mikroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan
akhir menurunkan morbidilitas dan mortalitas DM.

Lima pilar utama pengelolaan DM :


a. Perencanaan makanan
b. Latihan jasmani
c. Obat berkhasiat hipoglikemik
d. Penyuluhan (edukasi)
e. Pemeriksaan glukosa mandiri
a.

Perencanaan makan yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah :


o Karbohidrat
- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi.
- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
- Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat
tinggi.
- Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake)
- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan
makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari.
o Lemak
- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
- Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
- Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
o Protein
- Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.

- Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,


dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah
lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi
dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
o Natrium
- Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari
3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam
dapur.
- Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg
garam dapur.
- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
o Serat
- Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.
o Pemanis alternatif
- Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan
pemanis tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula
alkohol dan fruktosa.
- Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,
sorbitol dan xylitol.
- Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
- Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes
karena efek samping pada lemak darah.
- Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain
aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan
neotame.

- Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman


(Accepted Daily Intake / ADI)
b.

Latihan Jasmani
Manfaat :
Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin
,meningkatkan sensitivitas insulin)
Menurunkan berat badan
Mencegah kegemukan
Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik ,
gangguan
Lipid darah , peningkatan tekanan darah,hiperkoagulasi darah.
Prinsip : Continuous , Rhytmic , Interval , Progressive , Endurance
Continuous adalah latihan harus berkesinambungan dan dilakukan
terusmenerus tanpa henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit ,
maka selama 30 menit pasien melakukan jogging tanpa istirahat.
Rhytmic adalah latihan olah raga harus dipilih yang berirama,yaitu
otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.Contoh: jalan
kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung.
Interval adalah latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat
dan

lambat.Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging

diselingi jalan, dan lainlain.


Progressive adalah latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai
30-60 menit.
Endurance adalah latihan daya tahan untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai
umur ), jogging, berenang, dan bersepeda.
Dalam latihan jasmani ada hal-hal yang perlu dihindari sebagai
berikut:
Hindari berlatih pada suhu terlalu panas/dingin
Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dl . Jangan melakukan latihan
jasmani berat (misalnya bulu tangkis , sepak bola , dan olah raga

c.

permainan lain)
Jangan teruskan bila ada gejala hipoglikemia
Obat-obatan
Obat-obatan hipoglikemik oral (OHO)
Golongan Sulfoniluria

Cara kerja dari golongan ini adalah : merangsang sel beta pancreas
untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan ini hanya bekerja bila
sel-sel pancreas langerhans utuh, menghalangi pengikatan
insulin, mempertinggi kepekaan jaringan tehadap insulin dan
menekan pengeluaran glucagon.
Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.
Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi
normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi.
Efek samping peggunaan obat ini adalah :
Anoreksia
Nausea
Nyeri abdomen
Diare
Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia post pandrial. Obat ini
bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemi dan
tidak mempengaruhi kadar hormone insulin. Alfa glukosidase
inhibitor

dapat menghambat

biovailabilitas

metformin

jika

dibiarkan bersamaan pada orang normal.


Insulin Sensitizing Agent
Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas
berbagai masalah akibat resitensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
PRINSIP TERAPI INSULIN, Indikasi: (IDAI, 2009)
- Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen
karena produksi insulin endogen oleh sel-sel kelenjar
-

pankreas tidak ada atau hampir tidak ada


Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan

juga

membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain yang


-

diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah


Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan
pembedahan, infark miokard akut atau stroke

DM

Gestasional

dan

penderita

DM

yang

hamil

membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja tidak dapat


-

mengendalikan kadar glukosa darah.


Ketoasidosis diabetik
Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma

hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik.


Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi
kebutuhan

energi

yang

meningkat,

secara

bertahap

memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar


glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi
insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
Kombinasi Sulfonilurea dengan Insulin
Pemakaian kombinasi kedua obat ini didasarkan bahwa rerata kadar
glukosa darah sepanjangn hari terutama ditentukan oleh kadar
glukosa darah puasnya. Umumnya kenaikan kadar glukosa darah
sesudah makan kurang lebih sama, tidak tergantung dari kadar
glukosa darah puasanya. Dengan memberikan dosis insulin kerja
sedang malam hari, produksi glukosa hati malam hari dapat
dikurangi sehingga kadar glukosa darah puasa dapat menjadi lebih
rendah. Selanjutnya kadar glukosa darah siang hari dapat diatur
dengan pemberian sulfonilurea seperti biasanya Kombinasi
sulfonilurea dan insulin ini ternyata lebih baik daripada insulin saja
dan dosis insulin yang diperlukan pun ternyata lebih rendah. Selain
itu pasien lebih bisa menerima cara pengelolaan kombinasi
daripada pengelolaan dengan suntikan yang lebih sering.
Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjnya sama
dengan sulfonilurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase
pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid
(derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat
ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan
diekskresi secara cepat melalui hati.

Tiazolidindion
Adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis
meningkatkan sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral.
Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel
dan mengurangi produksi glukosa dihati.
Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih tepat kerjanya pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin dan dapat pula dipakai
untuk mengatasi berbagai manifestasi resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan
sel- pankreas.
Penghambat Glukosidase Alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif megnhambat kerja enzim
kosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial.
obat ini bekerja di dalam lumen usus dan tidak menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. Efek
samping

akibat

maldigestif

karbohidrat

berupa

gejala

gastrointestinal seperti meteorismus, flatus dan diare.


Kombinasi Obat Hipoglikemia Oral
Kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dan isulin dapat dimulai
jika dengan OHO dosis hampir maksimal, baik sendiri-sendiri
ataupun secara kombinasi namun kadar glukosa darah belum
tercapai. Pada keadaan ini dipikirkan adanya kegagalan pamakaian
OHO. Untuk kombinasi ini, insulin kerja sedang dapat diberikan

d.

pada pagi atau malam hari.


Indikasi Pemakaian Obat Hipoglikemia Oral:
- Diabetes sesudah umur 40 tahun
- Diabetes kurang dari 5 tahun
- Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit perhari
- DM tipe 2, berat normal atau lebih
Pemantauan mandiri
Tujuan utama dalam pengelolaan pasien diabetes adalah kemampuan
mengelola penyakitnya secara mandiri, penderita diabetes, dan
keluarganya mampu mengukur kadar glukosa darahnya cepat dan
tepat karena pemberian insulin tergantung pada kadar glukosa darah.
Pengukuran kadar glukosa darah beberapa kali per hari harus

dilakukan
e.

untuk

menghindari

terjadinya

hipoglikemia

dan

hiperglikemia serta untuk penyesuaian dosis insulin.


Edukasi
Penderita dan keluarga harus disadarkan bahwa DM tipe 1 merupakan
suatu long life disease yang keberhasilan pengelolaannya sangat
bergantung pada kemauan penderita dan keluarganya untuk hidup
dengan gaya hidup yang sehat . Tujuan pendidikan adalah :
- Menimbulkan pengertian dan pemahaman mengenai penyakit dan
komplikasinya
- Memotivasi penderita dan keluarganya agar patuh berobat
- Memberikan keterampilan penanganan DM tipe 1
- Mengembangkan sikap positif tehadap penyakit sehingga tercermin
dalam pola hidup sehari-hari
- Mencapai control metabolic yang baik sehingga terhindar dari
komplikasi
- Mengembangkan kemampuan untuk memberikan keputusan yang
tepat dan logis dalam pengelolaan sehari-hari
- Menyadarkan penderita bahwa DM bukanlah penghalang mencapai
cita-cita
Edukasi pertama dilakukan selama perawatan di rumah sakit
meliputi : pengetahuan tentang DM (terutama perbedaan dasarnya
dengan tipe lain), pengaturan makanan, insulin ( jenis, cara
pemberian, efek samping dll), dan pertolongan pertama pada
kedaruratan medic akibat DM tipe 1. Edukasi selanjtnya berlangsung
selama konsultasi di poliklinik.

10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bersifat akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan
berupa gelisah sampai berat koma

disertai kejang. Penyebab

tersering adalah akibat pemakaian

obat hiperglikemik oral

golongan

sulfonilurea

[klorpropamida

dan

glibenklamid.

Hipoglikemia sering pula terjadi pada pengobatan dengan insulin,


tetapi biasanya ringan. Begitu pula dengan penggunaan insulin
drip.

Penyebab: [1] makan kurang dari aturan yang ditentukan; [2] berat
badan turun; [3] sesudah olah raga; [4] sesudah melahirkan; [5]
sembuh dari sakit; [6] makan obat yang mempunyai sifat serupa;
[7] pemberian suntikan insulin yang tidak tepat.
Tanda-tanda hipoglikemia mulai muncul bila glukosa darah 50
mg/dl, meskipun dapat pula terjadi pada kadar glukosa darah
yang lebih tinggi, berbeda pada orang seorang. Adapun tandatanda hipoglikemia adalah: [1] Stadium parasimpatik: lapar, mual,
dan tekanan darah turun; [2] Stadium gangguan otak ringan:
lemah, lesu, sulit bicara, dan kesulitan menghitung sederhana; [3]
Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung,
bibir atau tangan, dan berdebar-debar; [4] Stadium gangguan otak
berat : koma [tidak sadar] dengan atau tanpa kejang.
Hipoglikemia dapat berlangsung lama dengan koma yang
dalam

terutama akibat OAD kerja lama [klorpropamida dan

glibenklamida].
Pencegahan untuk pasien yang menggunakan insulin : [1] dosis
insulin tepat; [2] menyuntik di bawah kulit, jangan terlalu dalam;
[3] kurangi dosis insulin bila ada perubahan seperti makan agak
kurang, olah raga, sesudah operasi, dan melahirkan.
Salah satu jenis hipoglikemia adalah :
Efek Somogyi : Penurunan unik kadar glukosa darah pada malam
hari, diikuti oleh peningkatan rebound pada padinya. Penyebanya
hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan dengan
penyuntikan insulin pada sore harinya.
b. Hiperglikemia

Kelompok hiperglikemia, dari anamnese ditemukan masukan


kalori

yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin

yang didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah kesadaran


menurun disertai dehidrasi berat.
Pada sub kelompok ketoasidosis diabetik [KAD] ditemukan
hiperglikemia berat dengan ketosis atau asidosis. Patogesis
keduanya berbeda hanya dalam derajat defisiensi insulin.
Pengobatan : pemberian cairan untuk mengatasi dehidrasi
terutama

pada HNK. Pemberian cepat cairan NaCl normal

dengan insulin dosis kecil akan memperbaiki keadaan. Salah satu


jenis hiperglikemi adalah :
Fenomena Fajar adalah hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5
dan 9) yang tampaknya disebabkan oleh peningkatan sirkadian
kadar glukosa pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpai pada
pengidap diabetes tipe I atau tipe II. Hormon Kortisol dan Hormon
pertumbuhan, dimana keduanya merangsang glukoneogenesis.
c. Hiperglikemik Non-Ketotik [HNK]

HNK

ditandai

atau

ketotik

dengan

hiperglikemia

berat

non

ketotik

dan asidosis ringan. Pada keadaan lanjut dapat

mengalami koma.Koma ini terjadi karena penurunan komposisi


cairan intrasel dan ekstra sel karena banyak diekskresi lewat urine.
Patogenesis : mekanisme terjadinya HNK hampir sama dengan
KAD. Pada awalnya sel beta pankreas gagal atau terhambat
mensekresi insulin adekuat oleh beberapa keadaan stres, terjadi
peningkatan hormon glukagon sehingga pembentukan gula akan
meningkat

dan

pemakaian

gula

perifer

akan terhambat,

yang akhirnya akan menimbulkan hiperglikemia. Perjalanan


selanjutnya terjadi diuresis osmotik yang menyebabkan cairan dan
elektrolit tubuh berkurang, perfusi ginjal menurun dan akibatnya
sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar
hiperglikemik.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan : [1] pasien dalam keadaan
apatis sampai koma; [2] tanda-tanda dehidrasi berat sering diikuti
kelainan neurologis, turgor

kulit menurun, hipotensi postural,

bibir dan lidah kering.


Gambaran laboratorium : GD . 600mg%, osmolalitas serum 350
mOsm/kg dan reaksi keton dengan nitroprusid positif lemah. Perlu
diperhatikan pula hipernatremia, hiperkalemia, azetomia, BUN,
dan kreatinin.
Pengobatan: [1] Cairan NaCl; Glukosa 5%; [2] Insulin;
Kalium;

[4] Hindari infeksi sekunder [suntikan, pemasangan

infus, kateter, dll].

[3]

Komplikasi yang bersifat kronik

Jika kadar glukosa darahnya tetap tinggi akan dapat timbul beberapa
penyulit pada berbagai organ kulit, seperti pada :
a. Pembuluh darah otak
: stroke
b. Pembuluh darah mata
: kebutaan
c. Pembuluh darah jantung
: penyakit jantung koroner
d. Pembuluh darah ginjal: penyakit ginjal kronik
e. Pembuluh darah kaki
: luka sukar sembuh
Komplikasi kronik juga dapat dibedakan menjadi :
a. Komplikasi makrovaskular
Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang
pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary
heart disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan
penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease =
PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi
pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasi
makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya
menderita

hipertensi,

dislipidemia

dan

atau

kegemukan.

Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular


dikenal dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac
Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin
Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit jantung sangat
besar risikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan
komplikasi terhadap jantung harus dilakukan sangat penting
dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol
dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga
tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu
penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk
mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang,
berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan
lain sebagainya.
b. Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita
diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan
protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding
pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi

penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah


yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler,
antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena
kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang
memiliki kondisi hiperglikemia yang sama, berbeda risiko
komplikasi mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat
untuk perkembangan komplikasi mikrovaskular tetap lama
(durasi) dan tingkat keparahan diabetes. Satu-satunya cara yang
signifikan

untuk

perkembangan

mencegah

komplikasi

atau

memperlambat

mikrovaskular

adalah

jalan
dengan

pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif


dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan
pompa insulin yang disertai dengan monitoring kadar gula darah
mandiri

dapat

menurunkan

risiko

timbulnya

komplikasi

mikrovaskular sampai 60%


11. PENCEGAHAN
Menurut WHO tahun 1994, ada 3 tingkat pencegahan Diabetes mellitus,
yaitu :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer mencakup kegiatan yang ditunjukan untuk
mencegah agar diabetes tidak terjadi pada orang atau populasi yang
rentan melalui modifikasi faktor-faktor resiko/ determinan lingkungan
dan perilaku, atau intervensi khusus terhadap orang yang rentan, yaitu
dengan menganjurkan kepada masyarakat agar mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan serat dari sayuran
dan menghindari makanan yang terlalu banyak yang mengandung
protein, lemak, gula, garam, dan mengandung sedikit serat.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder mencakup kegiatan-kegiatan seperti penyaringan
yang ditujukan untuk pendeteksian dini Diabetes Mellitus serta
penanganan segera dan efektip keadaan tersebut dengan tujuan untuk
memperbaiki keadaan atau menghentikan kemajuannya. Penyuluhan
tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer harus dilakukan,

ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan. Selain itu


diperlukan juga penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang
berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi
Diabetes Mellitus.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup setiap upaya yang dilakukan untuk
mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi akut atau
kronik. Upaya ini meliputi:
- Mencegah perkembangan komplikasi
- Mencegah progresi (kemajuan) dan pada komplikasi agar tidak
menjadi keganasan organ
- Mencegah kecacatan yang disebabkan kegagalan organ atau
jaringan.
Pemeriksaan pemantauan yang diperlukan untuk penyulit ini adalah:
o Mata - pemeriksaan mata/fundus secara berkala setiap 6-12
bulan.
o Paru - pemeriksaan berkala foto dada setiap 1-2 tahun atau kalau
keluhan batuk kronik.
o Jantung - pemeriksaan berkala EKG/uji latihan jantung secara
berkala setiap tahun atau kalau ada keluhan nyeri dada.
o Ginjal - pemeriksaan berkala urin untuk mendeteksi adanya
protein dalam urin.
o Kaki - pemeriksaan kaki secara berkala dan penyuluhan
mengenai cara perawatan kaki yang sebaik-baiknya untuk
mencegah kemungkinan timbulnya kaki diabetik dan kecacatan
yang mungkin kemudian ditimbulkan.
Pencegahan Diabetes Mellitus berdasarkan tipenya, yaitu :
a. Pencegahan untuk Diabetes Mellitus tipe 1
Tidak ada cara yang benar-benar sudah terbukti dapat mencegah
diabetes mellitus tipe 1. Defist vitamin D yang sangat umum yang
mungkin meningkatkan resiko. Bagaimanapun memperbaiki defisit
viamin D belum terbukti dapat mencegah diabetes. Demikian juga
dalam menghindari susu sapi selama kehamilan mungkin dapat
mencegah Diabetes tipe 1 dalam kehamilan yang rentan. Namun belum

pula ada bukti yang pasti yang menunjukan hal ini dapat mencegah
Diabetes tipe 1.
b. Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2.
10 al yang dapat dilakukan untuk mencegah Diabetes Mellitus tipe 2:

- Cek resiko terhadap diabetes : dengan mengetahui resiko,


diharapkan dapat mengubah gaya hidup lebih dini, sehingga resiko
terkena dapat diturunkan.
- Mengatur berat badan : kenaikan lemak tubuh, akan menumpuk
disekitar abdomen, sehingga tubuh akan resisten terhadap hormon
insulin yang dapat menjadi diabetes tipe 2
- Olahraga teratur : aktivitas fisik yang cukup akan mampu
mengontrol berat badan, menurunkan gula darah dan mungkin juga
memperbaiki teknaan darah dan kolestrol.
- Makanan seimbang, diet sehat : mengurangi lemak tubuh dengan
cara banyak makan sayur, buah dan makanan berserat
- Kurangi makanan olahan dan cepat saji : karena biasanya banyak
mengandung garam dan lemak
- Kurangi konsumsi lakohol : terlalu banyak alkohol dapat
menambah berat badan dan meningkatkan tekanan darah dan nillai
trigliserida . untuk laki-laki tidak boleh lebih dari 2 gelas standar,
dan wanita tidak boleh lebih dari 1 gelas standar.
- Berhenti merokok : karena orang yang merokok berisko 2x lebih
tinggi
- Mengontrol tekanan darah : mengontrol tekanan darah dengan cara
makan makanan yang bergizi, diet seimbang, dan makanan yang
sehat
- Kurangi resiko terhadap penyakit kardiovaskuler : Diabetes
Mellitus dan CVD memiliki faktor resiko yang umum, yakni
obesitas dan kurang aktivitas
- Cek kesehatan secara berkala.
12. ASUHAN KEPERAWATAN (terlampir)

Anda mungkin juga menyukai