Laporan Kelompok DM
Laporan Kelompok DM
DEFINISI
Diabetes adalah kata Yunan berarti mengalirkan. Melitus adalah kata Latin
untuk Madu atau Gula. Diabetes Melitus adalah penyakit dimana
seseorang mengeluarkan sejumlah besar urin yang terasa manis.
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan hereditas
dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria , disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut maupun kronik, sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme
karbohidrat
yang
biasanya
disertai
juga
gangguan
Dari tabel diatas tampak bahwa diabetes mellitus type 1 terjadi mulai dari
usia anak-anak dengan onset yang akut dan manifestasi klinis yang lebih
parah dibandingkan dengan diabetes mellitus type 2. Insulin hampir tidak
diproduksi pada Diabetes Mellitus type 1 sehingga pasien mutlak
membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan hidup atau sering dikenal
sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) sedangkan Diabetes
Mellitus type 2 masih memproduksi insulin dalam tubuh hanya saja
jumlahnya yang kurang atau sensitivitas dari insulin tersebut berkurang
sehingga hanya pada keadaan-keadaan tertentu pasien membutuhkan
insulin dari luar.
Klasifikasi diabetes mellitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi
(2007: 70), antara lain:
a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) DM tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans
yang
Endokrinopati:
Akromegali,
Hipertiroidisme
Sindroma
Cushing,
Feokromositoma,
3. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang
diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total
populasi, insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun
2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi
dunia, DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus
tipe 2 terjadi di negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar
adalah di Asia dan di Afrika, ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya
hidup seperti pola makan yang tidak sehat,
di Indonesia sendiri,
penderita
terbanyak,
yang
terus
mengalami
peningkatan
4. ETIOLOGI
a. Diabetes melitus tipe 1
Secara garis besar bisa dikatakan DM tipe 1 disebabkan hal yang
multifaktoral:
- Faktor genetic
Terdeteksi adanya HLA (Human Leucocyte Antigen) yang
merupakan autoantibody yang menyerang sel beta pancreas. Ada
beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1,
antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet
cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic
acid decarboxylase). ICCA merupakan otoantibodi utama yang
ditemukan pada penderita DM Tipe 1. Hampir 90% penderita DM
Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di dalam tubuh nondiabetik, frekuensi ICCA hanya 0,5-4%. Oleh sebab itu,
keberadaan ICCA merupakan prediktor yang cukup akurat untuk
-
DM Tipe 1.
Faktor autoimun, respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,
antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri.
Factor lingkungan, terinfeksi virus yang memicu destruksi sel beta
pancreas.
Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas. Penderita tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimum sel beta pankreas.
Otoantibodi terhadap antigen permukaan sel atau Islet Cell Surface
Antibodies (ICSA) ditemukan pada sekitar 80% penderita DM Tipe 1.
Sama seperti ICCA, titer ICSA juga makin menurun sejalan dengan
lamanya waktu. Beberapa penderita DM Tipe 2 ditemukan positif
ICSA.
b. Diabetes melitus tipe 2
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan
cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain
obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi
utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan bahwa ada
5. FAKTOR RESIKO
Faktor Resiko DM secara umum, yaitu :
a. Riwayat Keluarga (saudara atau keluarga dengan diabetes )
b. Obesitas ( > 20 % , BMI > 27 kg/m)
c. Ras / etnik ( afro-amerika, hispanic, native american, kepulauan
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
pasifik)
Usia >45 tahun
Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa
Hipertensi ( >140/90 mmhg)
Kolesterol (HDL < 35 mg/dl (0.90 mmol/l) dan atau TG >250 mg/dl
(28 mmol/L))
Riwayat diabetes gestasional. (Brunner and suddarth, 2009)
Kaffein karena mengurangi toleransi glukosa
Kurang Olah raga
Diet tinggi kalori , rendah serat , tinggi lemak
Pola hidup yang stress
Stress menyebabkan seseorang untuk cenderung mencari makanan
yang cepat saji yang kaya dengan pengawet, lemak dan gula.
Makanan-makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja dari pancreas.
Stress juga meningkatkan kerja dari metabolism dan meningkatkan
kebuthan seseorang akan sumber energy yang juga meningkatkan kerja
Mellitus tipe 1
Kerusakan sel sistem imun : terkdang keluarga atau seseorang
dengan diabetes mellitus akan diuji untuk adanya autoantibodi
terhadap diabetes. Ketika seseorang memiliki antibodi tersebut,
maka resiko terhadap Diabetes Mellitus tipe 1 akan meningkat.
Tetapi tidak semua orang yang memiliki autoandibodi tersebut
secara langsung.
Geografi : beberapa negara, seperti Finlandia dan Swedia memiliki
resikoDiabetes mellitus.
Polycystic Ovary Syndrome : untuk wanita memiliki Policystic
Ovary Syndrome yang ciri kondisi umumnya adalah periode
menstruasi yang tidak teratur , peningkatan pertumbuhan rambut
dan obesitas akan meningkatkan resiko terhadap Daibetes Mellitus
tipe 2.
Hipertensi : tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg
6. PATOFISIOLOGI (terlampir)
7. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal 3 P + 1 B :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia(peningkatan rasa haus)
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
d. Penurunan berat badan
e. Cepat merasa lelah (fatigue)
f. Pruritus (gatal gatal pada kulit)
g. Pengelihatan Kabur
Gejala Kronik
Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun setelah penderita menderita diabetes. Gejala kronik yang
sering dikeluhkan oleh penderita, yaitu:
a. Kesemutan / rasa baal, terjadinya neuropati
Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persyarafan
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama
l.
dari 4 kg.
Koma, bisa diakibatkan karena adanya ketoasidosis diabetik
yang tidak ditangani. Lebih banyak terjadi pada DM tipe I
a.
glukosa
- Saat pemeriksaan, pasien harus istirahat, dan tidak boleh merokok
Pada keadaan sehat, kadar glukosa darah puasa individu yang dirawat
jalan dengan toleransi glukosa normal adalah 70 110 mg/dl. Setelah
pemberian glukosa, kadar glukosa akan meningkat, namun akan
kembali ke keadaan semula dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa serum
yang < 200 mg/dl setelah . 1, dan 1 jam setelah pemberian
glukosa, dan <140 mg/dl setelah 2 jam setelah pemberian glukosa,
ditetapkan sebagai nilai TTGO normal.
b. Tes Benedict
Pada tes ini, digunakan reagen Benedict, dan urin sebagai specimen
Cara kerja :
- Masukkan 1 2 ml urin spesimen ke dalam tabung reaksi
- Masukkan 1 ml reagen Benedict ke dalam urin tersebut, lalu
-
dikocok
Panaskan selama kurang lebih 2-3 menit
Perhatikan jika adanya perubahan warna
Tes ini lebih bermakna ke arah kinerja dan kondisi ginjal, karena pada
keadaan DM, kadar glukosa darah amat tinggi, sehingga dapat
merusak kapiler dan glomerulus ginjal, sehingga pada akhirnya, ginjal
mengalami kebocoran dan dapat berakibat terjadinya Renal Failure,
atau Gagal Ginjal. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa adanya
penanganan yang benar untuk mengurangi kandungan glukosa darah
yang tinggi, maka akan terjadi berbagai komplikasi sistemik yang
pada akhirnya menyebabkan kematian karena Gagal Ginjal Kronik.
Hasil dari Benedic Test.
Interpretasi :
0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM
+1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau
DM stadium dini/awal
+2 = Berwarna Orange. Ada Glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa
c.
tabung
Taruh tabung dalam keadaan tegak
Baca hasil dalam setelah 3 menit
Adanya warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan
cairan menandakan adanya zat zat keton
d.
e.
kali pemeriksaan.
Kadar gula darah puasa 126 mg/dl (yang dimaksud puasa adalah
f.
g.
mmol/L)
Kadar C-peptida: untuk melihat fungsi sel residu yaitu sel yang
masih memproduksi insulin dan dapat digunakan apabila sulit
h.
i.
j.
diagnosis.
Reduksi urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine
rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan
adanya glukosuria.
Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine
adalah :
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan
untuk menegakkan diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
- Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal
glukosuria, obat-obatan, dan lainnya
- Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 300 mg%
- Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 400 mg%
- Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
A1C
5.7% atau kurang
5.7-6.4 %
6.5% atau lebih
OGTT
<140 mg/dl
140-199 mg/dl
200 mg/dl atau lebih
untuk
jangka
pendek
tujuannya
adalah
Latihan Jasmani
Manfaat :
Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin
,meningkatkan sensitivitas insulin)
Menurunkan berat badan
Mencegah kegemukan
Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik ,
gangguan
Lipid darah , peningkatan tekanan darah,hiperkoagulasi darah.
Prinsip : Continuous , Rhytmic , Interval , Progressive , Endurance
Continuous adalah latihan harus berkesinambungan dan dilakukan
terusmenerus tanpa henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit ,
maka selama 30 menit pasien melakukan jogging tanpa istirahat.
Rhytmic adalah latihan olah raga harus dipilih yang berirama,yaitu
otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.Contoh: jalan
kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung.
Interval adalah latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat
dan
c.
permainan lain)
Jangan teruskan bila ada gejala hipoglikemia
Obat-obatan
Obat-obatan hipoglikemik oral (OHO)
Golongan Sulfoniluria
Cara kerja dari golongan ini adalah : merangsang sel beta pancreas
untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan ini hanya bekerja bila
sel-sel pancreas langerhans utuh, menghalangi pengikatan
insulin, mempertinggi kepekaan jaringan tehadap insulin dan
menekan pengeluaran glucagon.
Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.
Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi
normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi.
Efek samping peggunaan obat ini adalah :
Anoreksia
Nausea
Nyeri abdomen
Diare
Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia post pandrial. Obat ini
bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemi dan
tidak mempengaruhi kadar hormone insulin. Alfa glukosidase
inhibitor
dapat menghambat
biovailabilitas
metformin
jika
juga
DM
Gestasional
dan
penderita
DM
yang
hamil
energi
yang
meningkat,
secara
bertahap
Tiazolidindion
Adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis
meningkatkan sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral.
Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel
dan mengurangi produksi glukosa dihati.
Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih tepat kerjanya pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin dan dapat pula dipakai
untuk mengatasi berbagai manifestasi resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan
sel- pankreas.
Penghambat Glukosidase Alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif megnhambat kerja enzim
kosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial.
obat ini bekerja di dalam lumen usus dan tidak menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. Efek
samping
akibat
maldigestif
karbohidrat
berupa
gejala
d.
dilakukan
e.
untuk
menghindari
terjadinya
hipoglikemia
dan
10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bersifat akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan
berupa gelisah sampai berat koma
golongan
sulfonilurea
[klorpropamida
dan
glibenklamid.
Penyebab: [1] makan kurang dari aturan yang ditentukan; [2] berat
badan turun; [3] sesudah olah raga; [4] sesudah melahirkan; [5]
sembuh dari sakit; [6] makan obat yang mempunyai sifat serupa;
[7] pemberian suntikan insulin yang tidak tepat.
Tanda-tanda hipoglikemia mulai muncul bila glukosa darah 50
mg/dl, meskipun dapat pula terjadi pada kadar glukosa darah
yang lebih tinggi, berbeda pada orang seorang. Adapun tandatanda hipoglikemia adalah: [1] Stadium parasimpatik: lapar, mual,
dan tekanan darah turun; [2] Stadium gangguan otak ringan:
lemah, lesu, sulit bicara, dan kesulitan menghitung sederhana; [3]
Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung,
bibir atau tangan, dan berdebar-debar; [4] Stadium gangguan otak
berat : koma [tidak sadar] dengan atau tanpa kejang.
Hipoglikemia dapat berlangsung lama dengan koma yang
dalam
glibenklamida].
Pencegahan untuk pasien yang menggunakan insulin : [1] dosis
insulin tepat; [2] menyuntik di bawah kulit, jangan terlalu dalam;
[3] kurangi dosis insulin bila ada perubahan seperti makan agak
kurang, olah raga, sesudah operasi, dan melahirkan.
Salah satu jenis hipoglikemia adalah :
Efek Somogyi : Penurunan unik kadar glukosa darah pada malam
hari, diikuti oleh peningkatan rebound pada padinya. Penyebanya
hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan dengan
penyuntikan insulin pada sore harinya.
b. Hiperglikemia
HNK
ditandai
atau
ketotik
dengan
hiperglikemia
berat
non
ketotik
dan
pemakaian
gula
perifer
akan terhambat,
[3]
Jika kadar glukosa darahnya tetap tinggi akan dapat timbul beberapa
penyulit pada berbagai organ kulit, seperti pada :
a. Pembuluh darah otak
: stroke
b. Pembuluh darah mata
: kebutaan
c. Pembuluh darah jantung
: penyakit jantung koroner
d. Pembuluh darah ginjal: penyakit ginjal kronik
e. Pembuluh darah kaki
: luka sukar sembuh
Komplikasi kronik juga dapat dibedakan menjadi :
a. Komplikasi makrovaskular
Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang
pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary
heart disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan
penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease =
PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi
pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasi
makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya
menderita
hipertensi,
dislipidemia
dan
atau
kegemukan.
untuk
perkembangan
mencegah
komplikasi
atau
memperlambat
mikrovaskular
adalah
jalan
dengan
dapat
menurunkan
risiko
timbulnya
komplikasi
pula ada bukti yang pasti yang menunjukan hal ini dapat mencegah
Diabetes tipe 1.
b. Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2.
10 al yang dapat dilakukan untuk mencegah Diabetes Mellitus tipe 2: