Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi
Kanker nasofaring (KNF) adalah adalah kanker yang terjadi di selaput
lendir daerah nasal dari faring yang terletak posterior dari kavum nasi dan di
atas bagian bebas dari langit-langit lunak, tepatnya pada cekungan
Rosenmuelleri

dan

tempat

bermuaranya

saluran

Eustachii

yang

menghubungkan liang telingan tengah dengan ruang faring.


2. Patofisiologi
3. Etiologi
Penyebab utama KNF adalah Virus Epstein-Barr (EBV). Namun untuk
bisa aktif, virus ini membutuhkan media sebagai faktor pemicu, faktor pemicu
tersebut, seperti :
a. Genetik
Seseorang yang riwayat keluarganya menderita KNF, lebih rentan terkena
penyakit yang sama dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya
tidak memiliki riwayat menderita KNF.
b. Ras
Kanker nasofaring paling banyak diderita oleh mereka yang merupakan
Ras Mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Thailand,
Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Ras kulit putih jarang terkena
penyakit ini.
c. Keadaan sosial-ekonomi yang rendah
d. Lingkungan
Lingkungan yang penuh asap dapat memicu terkena KNF, lingkungan
kerja di pabrik atau industri dengan bahan-bahan kimia pun rentan
terhadap KNF.
e. Kebiasaan hidup yang buruk
- Kebiasaan merokok
- Terlalu sering mengkonsumsi

ikan

asin,

karena

terdapat

zat

Nistrosamine yang terbukti bersifat karsinogenik.


- Memasak menggunakan kayu bakar
f. Sering kontak dengan zat-zat yang karsinogenik, seperti : benzopyrenen,
benzoanthracene, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak
tumbuhan.
g. Jenis Kelamin
Karsinoma Nasofaring lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan. Perbandingannya sekitar 1 : 3.
h. Usia
Meskipun bisa terjadi pada usia berapapun, namun KNF sering terjadi
pada mereka yang berumur sekitar 40 tahun ke atas.
i. Menderita radang kronis di daerah nasofaring.

4. Manifestasi Klinis
1. Gejala Dini
a. Gejala telinga
- Rasa penuh pada telinga
- Tinitus
- Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
- Epistaksis
- Hidung tersumbat
- Mimisan
c. Gejala mata dan saraf
- Diplopia
- Gerakan bola mata terbatas
2. Gejala Lanjut
- Metastase berupa benjolan kecil pada kelenjar getah bening di leher
- Limfadenopati servikal
- Gejala akibat metastase jauh
3. Gejala yang timbul karena tumbuh dan menyebarnya tumor
a. Ekspansif
Ke muka : tumor tumbuh ke depan mengisi nasofaring dan
menutuk koane sehingga timbul gejala obstruksi nasi / hidung
buntu.
Ke bawah : tumor mendesak palatum mole sehingga terjadi
bombans palatum mole sehingga timbul gangguan menelan /
sesak.
b. Infiltratif
Ke atas : melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka
terkena dura dan timbul sefalgia / sakit kepala hebat, Kemudian
akan terkena N VI, timbul diplopia, strabismus. Bila terkena N V,
terjadi Trigeminal neuralgi dengan gejala nyeri kepala hebat pada
daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang atas, rahang bawah
dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan oftalmoplegi.
Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.
Ke samping : masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX
dan X : Terjadi Paresis palatum mole, faring dan laring dengan
gejala regurgitasi makan-minum ke kavum nasi, rinolalia aperta
dan suara parau. Menekan N XI : Gangguan fungsi otot
sternokleido mastoideus dan otot trapezius. Menekan N XII :
terjadi deviasi lidah ke samping/gangguan menelan.
c. Gejala karena metastasis melalui aliran getah bening.
Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak di bawah ujung
planum mastoid, di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung

bagian atas muskulus sternokleidomastoideum, bisa unilateal dan


bilateral. Pembesaran ini di sebut tumor colli.
d. Gejala karena metastasis melalui aliran darah.
Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan
sebagainya
Klasifikasi TNM
-

Stadium T (ukuran/luas tumor):


T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletak/terbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum
nasi.
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang dan/atau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial, dan/atau melibatkan syaraf kranial,
hipofaring, fossa infratemporal atau orbita.

Limfonodi regional (N) :


N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus < 6 cm diatas fossa
supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus < 6 cm, diatas fossa
supraklavikula
N3 Metastasis nodus : N3a > 6 cm . N3b meluas sampai ke fossa
supraklavikula

Metastasis jauh (M) :


M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh

5. Epidemiologi

Secara umum, KNF di dunia jarang dijumpai. Angka kejadiannya kurang


dari 1/100.000 jumlah penduduk setiap tahun. Di Asia Tenggara, angka
kejadiannya kira-kira 5/100.000 jumlah penduduk setiap tahun.
Penyakit ini banyak diderita oleh Ras Mongoloid, yaitu penduduk Cina
bagian selatan, Hongkong, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Ras kulit putih jarang terkena penyakit ini.
Sekalipun termasuk ras Mongoloid, bangsa Korea, Jepang, dan Tiongkok
sebelah utara tidak banyak yang dijumpai mengidap penyakit ini.
Penyakit Karsinoma Nasofaring lebih sering ditemukan pada laki-laki
daripada perempuan dengan perbandingan 1: 3. KNF terjadi rata-rata
pada usia di atas 40 tahun.
Angka kejadian KNF di Indonesia cukup tinggi, yakni 4,7 kasus baru per
tahun 100.000 penduduk. KNF menduduki peringkat pertama di Indonesia
sebagai kanker di bagian THT. Catatan berbagai RS menunjukkan bahwa
KNF menduduki urutan ke empat setelah kanker leher rahim. Kanker
payudara dan kanker kulit.
Penelitian mengenai angka kejadian KNF pada imigran dari Tiongkok
yang telah bermukim di China Town (San Fransisco, Amerika Serikat),
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terjadinya KNF antara imigran
dari Tiongkok dengan penduduk di sekitarnya yang terdiri atas orang kulit
putih, kulit hitam dan Hispanics, dimana kelompok Tionghoa menunjukkan
angak kejadian lebih tinggi. Sebaliknya, bila imigran Tionghoa ini
dibandingkan dengan kerabatnya yang di Tiongkok, maka terdapat
penurunan dibanding kerabatnya karena pola makan dan gaya hidup
imigran tersebut berubah lebih baik.
Bukti epidemiologik lain adalah angka kejadian KNF di Singapura.
Persentase terbesar pada masyarakat keturunan Tionghoa (18,5% /
100.00 penduduk), disusul keturuna Melayu (6,5% /100.000), dan terakhir
adalah keturunan Hindustan (0,5% /100.000).
6. Penatalaksanaan
A. Radioterapi
Sampai saat

ini

radioterapi

merupakan

terapi

utama

KNF.

Radioterapi diberikan bertahap dan terbagi dalam beberapa seri sampai


mencapai 6000 6600 rad untuk tumor primer, sedangkan kelenjar leher
yang membesar diberi 6000 rad.
Radioterapi pada KNF bisa dilakukan dengan cara :

- Radiasi eksterna (teleterapi), bisa menggunakan kobalt (Co 60) atau dengan
akselerator linear. Radiasi ini ditujukan pada kanker primer di daerah
nasofaring dan ruang parafaringeal, serta pada daerah aliran getah bening
leher atas, bawah dan klavikula.
- Radiasi interna (brachyterapi), bertujuan untuk memberikan dosis tinggi pada
regio nasofaring tapi tidak pada jaringan sekitarnya maupun kelenjar. Radiasi
ini biasanya dikombinasikan dengan radiasi eksterna sebagai booster.
Kombinasi diberikan pada kasus yang telah memperoleh dosis radiasi
eksterna maksimum tetapi masih dijumpai sisa jaringan kanker atau pada
kasus kambuh lokal.

B. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh. Salah
satu cara penggabungan dengan radiasi adalah dengan cara sandwich
yaitu kemoterapi radiasi kemoterapi. Kombinasi pengobatan dengan
perlu dilakukan bila kanker sudah tumbuh sedemikian besarnya sehingga
menyulitkan tindakan radioterapi. Pemberian kemoterapi diharapkan dapat
meningkatkan

kepekaan

jaringan

kanker

terhadap

radiasi

serta

membunuh sel-sel kanker yang sudah berada di luar jangkauan


radioterapi.
C. Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan deseksi leher pasca radioterapi. Ini
dilakukan bila tumor primer sudah menghilang, namun kelenjar leher
masih tersisa. Pembedahan bukanlah yang utama untuk dilakukan pada
KNF, karena lokasi tumor yang melekat erat pada mukosa tengkorak.
D. Imunoterapi
7. Diagnostik Tes
Biopsi : dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut.
Nasoskopi : pemeriksaan ronnga hidung untuk melihat adanya kelainan

dalam rongga hidung, seperti adanya polip, penyebab mimisan, dll.


CT Scan nasofaring : untuk melihat tumor primer yang tersembunyi.
MRI
Pemeriksaan serologi : berupa IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk VEB.
Rhinoskopi posterior
Nasofaring direct/indirect

FNAB KGB
Audiometri
Neurooftalmologi
Ro Torax
Bone Scan

8. Asuhan Keperawatan
Tn. TD, 50 th, datang ke poli dengan keluhan pilek. Pilek di derita pasien
sejak 3 bulan yang lalu dan sering kambuh meskipun telah minum obat. Pilek
semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu di sertai mimisan/keluar darah
dan suara serak. Pasien mengatakan gejala semakin bertambah dengan di
sertai nyeri kepala dan leher. Ketika di lakukan pemeriksaan teraba
pembengkakan kelenjar getah bening di leher sebelah kiri dengan lebar 3 cm.
pasien juga mengatakan sejak muda suka merokok dan ada satu orang di
keluarga pasien yang menderita sakit seperti yang di derita pasien saat ini.
Pasien di indikasikan untuk di lakukan nasoscopy dan biopsy.
A. Pengkajian
DATA OBYEKTIF
- Tn. TD 50 tahun
- Pilek sejak 3 bulan
- Sering kambuh meski
-

DATA SUBYEKTIF
Ketika
di
lakukan
pemeriksaan

teraba

pembengkakan kelenjar

sudah minum obat


Nyeri kepala dan leher
Mimisan sejak 1 bulan
Merokok sejak muda

getah bening di leher


sebelah kiri dengan lebar
-

3 cm
Hasil tes nasoscopi dan
biopsi

B. Analisa Data
DIAGNOSA
DATA

ETIOLOGI

DO :
- Pilek sejak 3 bulan
- Mimisan/keluar darah

Faktor pemicu + EBV


Karsinoma nasofaring
Gejala hidung
Pilek sejak 3 bulan
Obstruksi
Mimisan
perdarahan

dari hidung

DO :

KEPERAWATAN
Perdarahan

Nyeri Akut

- Pilek sejak 3 bulan


- Nyeri kepala & leher
DO :
- Pilek sejak 3 bulan
- Suara serak
- Merokok sejak muda

DO :
- Pilek sejak 3 bln
- Sering kambuh meski
minum obat

Faktor pemicu + EBV


Karsinoma Nasofaring
Merokok sejak muda
Gejala hidung
Pilek
Suara serak
Ketidakefektifan jalan nafas
Faktor pemicu + EBV
Karsinoma Nasofaring
Gejala hidung
Pilek
Mengira pilek biasa
Minum obat pilek
3 bln pilek sering kambuh
Defisiensi pengetahuan

Ketidakefektifan
jalan nafas

Defisiensi
pengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perdarahan b.d.
2. Nyeri akut b.d.
3. Ketidakefektifan jalan nafas b.d.
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca.
Nasofaring
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat
perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang
diketahui pasien/keluarga.
2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai
tingkat pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada


pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4. Jelaskan tentang bahaya merokok , akibat, dan hubungannya dengan
Kenker Nasofaring
Rasional : agar pasien atau keluarga lebih berhati-hati dan bisa bergaya
hidup sehat, dan bebas rokok, sehingga KNF dapat diminimalisir.
5. Jelaskan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan
libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam
tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
6. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /
memungkinkan).
Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang
telah diberikan.

REFERENSI
Wilkinson, Judith. 2007. Nursing Diagnosis Handbook with NIC interventions and
NOC Outcome, 7 Ed.
NANDA International. Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2009 2011.
Susworo. 2004. Cermin Dunia Kedokteran : Kanker Nasofaring hal.16. ISSN : 0125913x. PT. Kalbe Farma Tbk. http://www.kalbe.co.id/cdk
dr. Budianto Komari, Sp.THT . Gejala Kanker Nasofaring Mirip Flu Biasa.
www.detikhealth.net
Asroel, Hary. - . Penatalaksanaan Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring.pdf ,
www.repository.usu.ac.id
Arina,

Aria.

2004.

Paralisis

www.repository.usu.ac.id

Saraf

Kranial

pada

Kanker

Nasofaring.pdf,

www.rsharapanbunda.com
http://www.naturindonesia.com/kanker/366-kanker-nasofaring-kenali-hindari-danobati.html
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/12/kanker-nasofaring-kenali-hindaridan-obati
http://staff.ui.ac.id/internal/130611236/material/PenyuluhanESKMART.pdf
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/61/kanker-nasofaring
http://www.cancerhelps.com/kanker-nasofaring.htm

Anda mungkin juga menyukai