PJBL Alergi Jadi
PJBL Alergi Jadi
DEFINISI
Alergi adalah reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau
pajanan zat asing (alergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Alergen
tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak
menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit. Penyakit alergi adalah
golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat reaksi imunologis
terhadap lingkungan. Walaupun faktor lingkungan merupakan faktor penting,
faktor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat diabaikan. Adanya alergi
terhadap suatu alergen tertentu menunjukkan bahwa seseorang pernah terpajan
dengan alergen tersebut sebelumnya.
Alergi berasal dari kata allos yang berarti suatu penyimpangan atau
perubahan dari cara semula atau cara biasa. Benda asing yang masuk ke tubuh
dan
menyebabkan
perubahan
reaksi
tersebut,
dinamakan
allergen
( Dian.H.Mahdi,1993)
Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh
seseorang
terhadap
lingkungan
berkaitan
dengan
peningkatan
kadar
2.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di
3. ETIOLOGI
PENYEBAB ALERGI
Pada bayi dan anak makanan adalah sebagai penyebab yang utama sedangkan
pada orang dewasa/tua pengaruh makanan semakin berkurang. Penyebab
lainnya adalah hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau
(pada kasur kapuk).
Klasifikasi alergi
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan
antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh
antibodi seluler.
serotonin,
brdikinin,
SRS
(Slow
Reacting
Substances
of
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala
atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: - shok anafilaktis - urtikaria,
edema Quincke - kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis
vasomotorica
Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagianbagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan
terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah,
morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni
dan penyakit-penyakit autoimun.
Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah
terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah
tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan
seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluhpembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit
tuberkulosa), contact
eczema,
contact
dermatitis,
penyakit
autoimun
Macam-macam alergen
Alergen adalah bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Alergen dapat
dibagi menjadi :
a. Alergen inhalatif, yaitu alergen yang masuk melalui udara yang kita hirup dan
masuk melalui saluran pernafasan, seperti bulu hewan, kapuk, serbuk sari
tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur
(aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk
bahan-bahan kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum,
gandum hitam dsb.), uap formalin dll.
f. Auto alergen, yaitu zat dan organik itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang
rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi ( reaksi toksik)
4.PATOFISIOLOGI
Sel darah putih merupakan sistem imunitas tubuh paling utama.
dan
merusak
substansi
yang
ini
menyebabkan
vasodilatasi
perifer
dan
Peptide-peptida
kecil
Presentasi ke sel
Th 2
Th-2
inaktif
Sel B memproduksi
IgG
Sensitifitas tidak
terjadi
Th-2
aktif
IL5
Eosinofil
aktif
Sensitifitas sel
Allergen
berikatan
++ mass dan
basofil
Perubahan
Ion
Ig
Degranulasi
Ca
Emembran
melekat
masuk
sel
pada
sel
selmast
sel mast
&
&
B1
B2
B3
B5
B6
Dispnoe
Pengeluran secret pada mukosa
si
pembuluh
darah
Mk : pola nafas
inefektif kapiler
Permeabilitas
urtikari
gatal
Komplikasi
Perembesan cairan & protein plasma
ke jaringan
hipoten
si
Mual / muntah
Pe TD
MK: - Ggn Integritas kulit
- Ggn Rasa Nyaman
Mk :
Syok Anafilaktik
- Resti Kekurangan Vol
Oedem
Cairan
Mk : bersihan jalan nafas inefektif
- Nutrisi kurang dari
Perfusi
Jaringankulit,
Tanda :Gatal, MK:
kramGgn.
abdomen,
kemerahan
gangguan
saluran cerna, sulit bernafas
Hipoksia
jar
otak
Kehilangan
Mk
:Resiko
5.FAKTOR RESIKO
Macam-macam faktor pencetus alergi yang dikenali oleh umum :
reaksi
yang
ditimbulkan
akan
berlebihan
dan
bisa
yang berlebihan.
Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun
penyebab
alergi
meskipun
terdapat
pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Pencetus alergi tidak akan
berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan.
Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin,
kehujanan, kelelahan atau aktifitas berlebihan seorang penderita
asma tidak kambuh. Karena saat itu penderita tersebut sementara
terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya.
Namun bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi bila terkena
dingin atau terkena pencetus lainnya keluhan alergi yang timbul lebih
berat. Jadi pendapat tentang adanya alergi dingin mungkin keliru.
6.MANIFESTASI KLINIS
Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli alergi
modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar target organ (organ
sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh
proses alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat menggganggu semua
sistem tubuh.(Widodo judarwanto,2007)
Gejala-gejala alergi dapat berupa gatal-gatal, bersin-bersin, dan sesak
napas. Jenis alergi banyak macamnya. Terdapat dua penyakit alergi yang sering
dijumpai, yaitu penyakit alergi yang terkait dengan pernafasan seperti asma dan
rinitis alergi (bersin dan pilek berulang terutama pada pagi hari) dan penyakit
alergi yang terkait dengan kulit seperti urtikaria (gidu-biduran/kaligata) dan
dermatitis atopik (eksem).
Penyakit rinitis alergi biasanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung
terasa gatal, hidung berair atau tersumbat dan sukar bernapas, sedangkan pada
mata akan terasa gatal, kemerahan dan berair. Bila penyakit ini dibiarkan,
kemungkinan
akan
berkembang
menjadi
sinusitis.
Urtikaria
(gidu-
7.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Para spesialis alergi, Allergist, bisa diminta pendapat untuk mengidentifikasi jenis
alergi Anda.
Ada berbagai macam tes identifikasi pencetus alergi:
a) Tes kulit, biasa dilakukan dan hasil yang ditunjukkan sangat memuaskan.
Jaringan kulit akan diperiksa secara mendetail hingga dihasilkan laporan
lengkap tentang kesehatan kulit si penderita.
b) Tes darah (RAST), biasa dikenal sebagai tes identifikasi antibodi (IgE) untuk
menentukan spesifikasi antigen.
c) Tes-tes lain yang dilakukan untuk mengurangi allergen di lingkungan sekitar.
d) Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme
linked immuno assay).
UJI KULIT
kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah
dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan pergelangan tangan.
Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada permukaan
kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau
jarum yang dimodifikasi, atau dengan
tusuk. Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat daripada
yang digunakan
ekstrak pada kulit, diharapkan risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat
rendah. Uji tusuk mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan uji
intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan potensi
yang lebih rendah.
Faktor yang mempengaruhi
UJI PROVOKASI
alergi, maka uji provokasi dikatakan negatif. Bila reaksi yang timbul
tidak sama tetapi diperkirakan sebagai gejala prodromal alergi obat
diberikan obat mulai dengan dosis rendah secara oral. Dosis awal
dapat sampai 1% dari dosis terapeutik, tetapi untuk reaksi alergi obat
hebat dosis awal harus 100-1000 kali lebih rendah. Dosis tersebut
dinaikkan 10 kali setiap 15-60 menit (tergantung dari cara pemberian
obat). Bila terjadi reaksi maka uji provokasi dihentikan, atau
dilanjutkan dengan desensitisasi bila obat tersebut dianggap sangat
penting dan sulit digantikan. Pada uji provokasi dan desensitisasi
harus
selalu
tersedia
peralatan
resusitasi
untuk
mengatasi
DESENTISASI
alergi
terhadap
insulin
manusia
dapat
dilakukan
8.PENATALAKSANAAN
Pengobatan kelainan kul;it yang terjadi akibat makanan tidak berbeda dengan
pengobatan kelainan kulit akibat penyebab lain yang bukan makanan. Bila diagnosis
hipersensitivitas makanan telah ditegakkan, maka alergen penyebab harus dihindari.
Diagnosis alergi makanan pada masa anak tidak bersifat menetap seumur hidup, dan
dianjurkan untuk melaksanakan evaluasi ulang dengan uji kulit, pemeriksaan RAST
atau oral challenge setiap 1-3 tahun. Keadaan ini tidak berlaku untuk dermatitis
herpetiformis, sehingga pada penyakit ini penghindaran alergen berlaku seumur hidup.
Sistemik.
Antihistamin,
misalnya
chlorpheniramine,
promethazine,
hydroxyzine.
Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau eksaserbasi
akut, dapat diberikan dalam jangka waktu pendek (7-10 hari).
Pengobatan Topikal. Bergantung pada jenis kelainan kulit. Pada bayi kelainan
eksudatif, dikompres, misalnya dengan larutan asam salisil 1/ 1000 atau permanganas
kalikus 1/ 10.000. setelah kering, dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1 % atau 2 %.
Pada anak dan dewasa tidak digunakan kompres karena kelainan kulit kering,
melainkan salap karena daya penetrasi lebih baik.
Ada beberapa cara untuk mengobati reaksi alergi. Pilihan tentang pengobatan
dan bagaimana cara pemberian disesuaikan dengan gejala yang dirasakan.
A. Untuk jenis alergi biasa, seperti reaksi terhadap debu atau bulu binatang,
pengobatan yang dilakukan disarankan adalah:
i.
ii.
B. Untuk reaksi alergi spesifik. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk
menekan gejala yang mengikuti :
1. Epinephrine
2. Antihistamines, seperti diphenhydramine (Benadryl)
3. Corticosteroids
inflamasi di hidung.
Decongestan dapat menghilangkan ingus pada sinus. Tersedia dalam bentuk
cairan yang dimasukkan ke mulut dan semprot. Digunakan hanya beberapa
hari, namun terjadi efek
9.ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
A. Data dasar, meliputi :
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan
sumber informasi)
Riwayat Kesehatan
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
Keluhan utama
1. Pasien mengeluh sesak nafas
2. Pasien mengeluh bibirnya bengkak
3. Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
4. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut
5. Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya.
6. Pasien mengeluh diare
Kronologis keluhan
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul
kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di
RS atau pengobatan tertentu.
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut
usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
Dikaji berdasarkan kebutuhan dasar:
Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur
respirasi rate.
Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah
pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan
(lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
Rasa Nyaman
Kebersihan Diri
Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama
di RS.
Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi
yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
Spiritual
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
Keadaan fisik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas
2. Nyeri berhubungan dengan suplai oksigen ke otak menurun
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vasodilatasi
pembuluh darah
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuantentang gejala
penyakit
C. PERENCANAAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas
Tujuan : mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih dalam
1x24 jam
Kriteria hasil : pasien akan mempunyai jalan napas yang paten , mempunyai
irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal Mempunyai fungsi
paru dalam batas normal
TINDAKAN
1. Kaji dan pantau frekuensi
pernapasn
RASIONAL
Pernapasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memenjang dibanding
ekspirasi
INTERVENSI
1. Teliti keluhan nyeri;skala, lokasi,
karakter.
2. Instruksikan pasien untuk
melaporkan nyeri bila muncul
RASIONAL
1. Digunakan untuk memilih intervensi
yang tepat dan evaluasi keefektifan
terapi
2. Pengenalan segera intervensi diri
dan menurunkan beratnya
serangan
3. Mengurangi vasodilatasi
4. Penanganan pertama dari sakit
indikasi : analgetik
menunjukkan
perbaikan
integritas
kulit
(urtikaria
TINDKAN
1. Inspeksi kulit adanya
edema, pigmentasi dan
RASIONAL
1.Mengetahui penyebab dan
kemungkinan terjadi
bercak.
4. Hindari obat IM
TINDAKAN
1. Berikan
sering
penjelasan
dan
informasi
RASIONAL
dengan 1.Pengetahuan mengenai penyakit
tentang dapat mengurangi kecemasan
tentang
edukasi
tindakan
kepada
mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3.
Terjemahan dari: Brunner & Suddarths
Textbook of Medical Surgical Nursing 8/E.Pe n e rj e ma h : dr.Andry Hartoyo,
dkk. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith.2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC, Ed 7. terjemahan dari Nursing Diagnosis Handbook with
NIC Intervensions and NOC Outcomes. Penerjemah: Widyawati, dkk. Jakarta:
EGC