PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
Blok Sistem Respirasi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
1. DEFINISI
PPOK adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi
Streptococcus,
Pneumococcus,
Haemophilus
atau
tanpa
gejala
klinis
(batuk
produksi
sputum).
Keterbatasan aliran udara ringan (VEP1/ KVP < 70%; VEP1> 80%
prediksi). Pada derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari
bahwa fungsi parunya abnormal.
Derajat II : PPOK sedang
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP 1/ KVP < 70%;
50% < VEP1< 80%), disertai dengan adanya pemendekan dalam
bernafas. Dalam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan
oleh karena sesak nafas yang dialaminya.
Derajat III : PPOK berat
Ditandai dengan keterbatasan / hambatan aliran udara yang semakin
memburuk (VEP1/ KVP < 70%; 30% VEP 1< 50% prediksi). Terjadi
sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan
eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup
pasien.
Derajat IV : PPOK sangat berat
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP 1/ KVP < 70%;
VEP1< 30% prediksi) atau VEP1< 50% prediksi ditambah dengan
adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan.
3. EPIDEMIOLOGI
Survei th.2001 : Di US, kira-kira 12.1 juta pasien menderita PPOK, 9
juta menderita bronkitis kronis, dan sisanya menderita emfisema, atau
kombinasi keduanya.
The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan, jumlah
penderita PPOK sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik
mencapai 56,6 juta penderita dengan angka prevalensi 6,3% (Kompas,
2006).
Angka prevalensi bagi masing-masing negara berkisar 3,5-6,7%,
antara lain China dengan angka kasus mencapai 38.160 juta jiwa,
Jepang (5.014 juta orang), dan Vietnam (2.068 penderita). Sementara
itu, di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita dengan
prevalensi 5,6 persen.
Kejadian meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok (90%
penderita COPD adalah smoker atau ex-smoker).
Prevalensi PPOK adalah 13 per 1000 penduduk, dengan perbandingan
antara laki-laki dan perempuan adalah 3 : 1.
4. FAKTOR RISIKO
Kebiasaan merokok
merupakan penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari
faktor penyebab lainnya. Prevalensi tertinggi terjadinya gangguan
respirasi dan penurunan faal paru adalah pada perokok. Komponenkomponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil
mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan
atau
disfungsional
serta
metaplasia.
Perubahan-
6. MANIFESTASI KLINIS
Sesak nafas (dispnea). Pada awalnya sesak nafas hanya dialami
setelah beraktivitas fisik. Namun, ketika paru-paru semakin rusak,
memiliki
mekanisme
untuk
mengusir
bakteri
dengan
VEP1/KVP (%).
Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
Uji bronkodilator
-
perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml.
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil.
Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar jantung menggantung (jantung pendulum /
tear drop / eye drop appearance).
Pada bronkitis kronik :
- Normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
1) Faal paru
- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF),
Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat.
- DLCO menurun pada emfisema
- Raw meningkat pada bronkitis kronik
- Sgaw meningkat
- Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
2) Uji latih kardiopulmoner
- Sepeda statis (ergocycle)
- Jentera (treadmill)
- Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
3) Uji provokasi bronkus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Edukasi
Obat - obatan
Terapi oksigen
Ventilasi mekanik
Nutrisi
Rehabilitasi
sebelumnya.
Terdapat ko-morbid yang berat, misalnya edema paru,
keganasan.
Aktiviti sebelumnya terbatas meskipun terapi sudah maksimal
protein
seperti
pada
umumnya,
protein
dapat
Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping
sebagai
-
bronkodilator
juga
mengurangi
sekresi
lendir
penggunaan
dapat
sebagai
monitor
timbulnya
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih
golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai
terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid
positif
yaitu
terdapat
perbaikan
VEP1
pascabronkodilator
Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang
rutin.
Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada
PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian
rutin.
Antitusif
Diberikan dengan hati hati.
c. Terapi O2
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ
lainnya.
Manfaat oksigen :
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi
- PaO2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- PaO2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor
Pulmonal, perubahan P pulmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal
jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain.
Macam terapi oksigen :
- Pemberian oksigen jangka panjang
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
maksimum,
memperbaiki
kualitas
hidup
dan
PPOK
bersifat
individual. Apabila
ditemukan
penderita
PPOK
akan
berakibat
dilaksanakan.
Dua bentuk latihan dinamik yang tampaknya cocok untuk
penderita di rumah adalah ergometri dan walking-jogging.
Ergometri lebih baik daripada walking-jogging. Begitu jenis
latihan sudah ditentukan, latihan dimulai selama 2-3 menit,
yang cukup untuk menaikkan denyut nadi sebesar 40%
maksimal. Setelah itu dapat ditingkatkan sampai mencapai
denyut jantung 60%-70% maksimal selama 10 menit.
Selanjutnya diikuti dengan 2-4 menit istirahat. Setelah
beberapa minggu latihan ditambah sampai 20-30 menit/hari
e. Asuhan keperawatan
Kasus
Tn. K, usia 65 tahun datang ke IRD RS dr. Saiful Anwar (RSSA)
Malang dengan ditemani oleh anaknya. Menurut cerita dari anaknya, Tn. K
satu hari yang lalu kehujanan setelah menengok cucunya yang ada diluar
kota. Serangan sesak nafas yang dialami saat ini dirasakan sejak tadi malam
jam 23.15, dan bertambah sesak sampai pagi ini sehingga keluarga
memutuskan dibawa ke UGD RSSA. Tn. K mengeluh nafasnya terasa sesak
sekali berbunyi ngik-ngik bertambah sesak bila digunakan untuk berjalan dan
mengangkat benda-benda berat. Tn. K juga mengeluh batuk sejak 3 bulan
yang lalu dan mengeluarkan banyak dahak berwarna putih kental. Pada saat
dilakukan pengkajian saat ini Tn. K duduk dengan kedua tangan memegang
tepi brankart. Menurut anaknya Tn. K pada waktu muda suka merokok
dengan rata-rata 1 pak perhari selama 20 tahun. Serangan batuk yang saat ini
dialami ayahnya sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien dalam kondisi
sadar, GCS 456, dan tampak gelisah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan hasil RR : 29 x/menit, ronkhi dan wheezing terdengar di kedua
lapang paru, bentuk dada barrel chest, pernafasan cuping hidung, terdapat
penggunaan otot bantu pernafasan retraksi otot area supraklavikular dan
sternocleidomastoideus, nadi : 115 x/menit, regular, tekanan darah : 145/100
mm Hg, suhu : 37,5C. Akral dingin dan berkeringat, sianosis pada mukosa
bibir, CTR 3. Rongent toraks : terdapat pelebaran antar iga, diafragma letak
rendah, penumpukan udara daerah retrosternal, tampak penurunan vaskuler
dan peningkatan bentuk bronkovaskuler, jantung tampak membesar. ECG :
deviasi aksis kanan, gelombang P pada lead II, III tinggi dan lebih panjang.
A. PENGKAJIAN
Data Dasar
Nama
: Tn. K
Jenis Kelamin
: laki - laki
Umur
: 65 tahun
Diagnosa Medis
: PPOK
Sumber Informasi : Anak
Anamnesa
Keluhan utama : Serangan sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang :
Serangan sesak nafas yang dialami saat ini dirasakan sejak tadi malam
jam 23.15, dan bertambah sesak sampai pagi ini sehingga keluarga
memutuskan dibawa ke UGD RSSA. Tn. K mengeluh nafasnya terasa
sesak sekali berbunyi ngik-ngik bertambah sesak bila digunakan untuk
berjalan dan mengangkat benda-benda berat.
Riwayat penyakit dahulu :
Tn. K juga mengeluh batuk sejak 3 bulan yang lalu dan mengeluarkan
banyak dahak berwarna putih kental. Waktu muda suka merokok dengan
rata-rata 1 pak perhari selama 20 tahun.
Pemeriksaan Fisik
- TTV
RR : 29 x/menit
tekanan darah : 145/100 mm Hg,
nadi : 115 x/menit, regular
suhu : 37,5C
- Sistem neuro : kondisi sadar, GCS 4-5-6 & tampak gelisah.
- Respirasi : onkhi dan wheezing terdengar di kedua lapang paru,
bentuk dada barrel chest,pernafasan cuping hidung, penggunaan otot
-
bantu pernafasan.
Muskulo : retraksi otot area supraklavikular & sternocleidomastoideus.
Integumen : akral dingin dan berkeringat, sianosis pada mukosa bibir,
CTR 3.
B. ANALISA DATA
Pengelompokan Data
DATA SUBYEKTIF
1. Tn. K, usia 65 tahun
2. Kehujanan
3. Serangan sesak nafas yang dialami saat ini dirasakan sejak tadi malam jam
23.15, dan bertambah sesak sampai pagi ini.
4. Mengeluh nafasnya terasa sesak sekali berbunyi ngik-ngik, bertambah sesak
bila digunakan untuk berjalan dan mengangkat benda-benda berat.
5. Mengeluh batuk sejak 3 bulan yang lalu dan mengeluarkan banyak dahak
berwarna putih kental.
6. Menurut anaknya, Tn. K pada waktu muda suka merokok dengan rata-rata 1
1.
2.
3.
-
4.
5.
7.
ETIOLOGI
DO :
- BGA : Pa CO2 : 52
Asap
mmHg,
-
Pa
O2
70
mmHg, PH : 7,25
RR : 29 x/menit
tampak gelisah
Pernafasan cuping hidung
Akral
dingin
dan
berkeringat, sianosis pada
mukosa bibir.
Rongent toraks : terdapat
pelebaran
antar
iga,
Inflamasi
fungsi silia menurun
produksi Mucus
Obstruksi Saluran Nafas
Hipoventilasi, distribusi
ventilasi tak merata
dengan sirkulasi darah
paru, gangguan difusi
gas di alveoli
tampak
Hipoxemia, hiperkapnia
peningkatan
bentuk
Gangguan pertukaran
bronkovaskuler,
jantung
gas
tampak membesar.
DS :
- Serangan sesak
nafas
pagi.
Nafas
terasa
sesak
&
MASALAH
KEPERAWATAN
Gangguan
pertukaran gas
berbunyi
bertambah
ngik-ngik,
sesak
bila
paru
Bentuk dada barrel chest
sianosis pada mukosa bibir
Pernafasan cuping hidung
Terdapat penggunaan otot
bantu pernafasan retraksi
otot area supraklavikular
& sternocleidomastoideus.
DS :
- Serangan sesak nafas
sejak malam jam 23.15, &
bertambah sesak sampai
-
pagi.
Nafas
terasa
berbunyi
bertambah
sesak
&
ngik-ngik,
sesak
bila
putih kental.
Menurut anaknya, Tn. K
waktu
muda
suka
tahun.
Serangan batuk yang saat
Asap
Iritasi jalan nafas
Ketidakefektifan
bersihan
nafas
Inflamasi
fungsi silia menurun
produksi Mucus
obstruksi jalan nafas
Bersihan jalan nafas
tak efektif
jalan
Asap
Iritasi jalan nafas
Obstruktif (kerusakan)
alveoli
digunakan
untuk
aktivitas
Inflamasi
tepi brankart.
DS :
Tn. K mengeluh nafasnya
bila
Intoleransi
dan tersumbat
Alveoli kolaps
suplay oksigen.
4. Membantu
mengencerkan
sekresi.
Harus
diberikan
utk
pemantauan
terjadi
hipoksemia.
RASIONAL
dari
ml/hari
kec.
Tidak
diindikasikan
6. Lakukan fisioterapi dada dgn teknik
postural drainase, perkusi, & fibrasi
dada.
nafas.
6. Utk membantu menaikkan sekresi
sehingga
dihisap
dgn
dikeluarkan
mudah.
atau
Biasanya
7. Kolaborasi
dpt
pemberian
obat
Bronkhodilator
Nebulizer (via inhalasi)
8. Agen mukolitik & ekspektoran
sehingga
lebih
cepat
berdilatasi.
: 8. Mukolitik : menurunkan kekentalan
&
lengketnya
sekret
paru.
inflamasi
akibat
9. Kortikosteroid
3. Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan
Oksigen.
Tujuan :
Klien dapat melakukan aktivitas seperti orang normal (sehat).
Kriteria hasil :
edema
sedikit.
Klien dapat mengungkapkan perlunya untuk melakukan latihan
setiap hari dan memperagakan rencana latihan yang akan
dilakukan di rumah.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Dukung pasien dalam menegakkan 1. Otot-otot
yang
mengalami
kontaminasi
terapi
fisik
program
untuk
latihan
menentukan
spesifik
thd
Melalui
membutuhkan
latihan
yang
lebih
teratur,
lebih
banyak
tanpa
DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2009
2011
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).2003. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia
Sasaran
Tempat
Hari / tanggal
: 4 Maret 2012
Alokasi waktu
: 55 menit
Metode
Pertemuan ke
: 1 (Pertama)
Pengajar
: Anggraeni Citra S.
A. Tujuan lnstruksional
i. Umum
setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta mengerti dan memahami
tentang penyakit PPOK, bahayanya dan upaya pencegahannya.
ii. Khusus
- Klien dan keluarga memahami tentang pengertian PPOK.
- Klien dan keluarga mengerti penyebab PPOK.
- Klien dan keluarga memahami hal hal apa saja yang menimbulkan resiko
terkena PPOK.
- Klien dan keluarga memahami dan mengetahui bagaimana gejala PPOK.
- Klien dan keluarga mengerti serta memahami upaya penanganan PPOK
- Klien dan keluarga mengerti serta memahami upaya pencegahan PPOK
B. Sub Pokok Bahasan
1) Pengertian PPOK
2) Etiologi PPOK
3) Pembagian derajat PPOK
4) Faktor risiko PPOK
5) Tanda dan gejala PPOK
6) Komplikasi PPOK
7) Penatalaksanaan PPOK
C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap
kegiatan
Waktu
Pembukaan
Kegiatan perawat
b.1. Salam pembukaan
2. Memperkenalkan
diri
3. Menjelaskan
Kegiatan perserta
Metode
Media &
alat
1. Menjawab
Ceramah
Micropho
salam
ne
2. Mendengarkan
keterangan
maksud dan tujuan
4. Membagikan
penyaji
leaflet
Penyajian
30
menit
1. Menyampaikan
materi
Memperhatikan
Ceramah
Leaflet,
dan
Diskusi
Flipehart,
mendengarkan
ppt
penjelasan penyaji
Penutup
15
menit
1. Tanya jawab
Mendengarkan
Ceramah,
2. Menutup
pertemuan
menjawab
Tanya
3. Menyampaikan
pertanyaan
Jawab
diskusi,
Leaflet
,Flipehart,
Ppt
kesimpulan
D. Evaluasi
Evaluasi proses :
- Peserta mengikuti kegiatan pengajaran dengan baik
- Peserta terlibat aktif dalam pembelajaran
- Peserta aktif bertanya
Evaluasi hasil :
-
PPOK.
Peserta memahami dan mengetahui bagaimana gejala PPOK.
Peserta mengerti serta memahami upaya penanganan PPOK
Peserta mengerti serta memahami bagaimana mencegah PPOK
Peserta mampu maenjawab pertanyaan penyaji
E. Materi (terlampir)
F. Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).2003. Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di
Indonesia
Smeltzer, Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
1) PENGERTIAN
PPOK adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk
satu kesatuan yang dikenal dengan PPOK, yaitu : bronchitis kronis, emfisema
paru-paru dan asma bronchiale (Price & Wilson, 2005).
2) ETIOLOGI
Gangguan karena adanya bronkhitis obstruktif, emfisema, dan asma bronkhial
yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru.
- bronkhitis obstruktif (kronis) sering disebabkan oleh virus, seperti
Rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus
parainfluenza, & coxsackie virus; & bakteri, seperti Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, Haemophilus influenza; atau karena parasit
-
3) PEMBAGIAN DERAJAT
4) FAKTOR RISIKO
Kebiasaan merokok
merupakan faktor resiko utama pada PPOK. Komponen-komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus.
Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional
serta
metaplasia.
Perubahan-perubahan
pada
sel-sel
Faktor genetik
Penderita dengan defisiensi enzim alfa 1-antitripsin, yaitu suatu serin
protease inhibitor. Enzim ini menetralkan enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan & merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Diturunkan secara autosom resesif padan penderita dengan gen resesif.
Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
Polusi udara terdiri dari polusi di dalam ruangan (indoor) seperti asap
rokok, asap kompor, asap kayu bakar; polusi di luar ruangan (outdoor),
seperti gas buang industri, gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan,
dan lain-lain, serta polusi di tempat kerja, seperti bahan kimia, debu/zat
iritasi, gas beracun, dan lain-lain.
Status sosio-ekonomi
kemungkinan berkaitan dengan polusi, ventilasi yang tidak adekuat pada
tempat tinggal, gizi buruk atau faktor lain yang berkaitan dengan sosioekonomi (Helmersen, 2002).
Hipereaktiviti bronkus
Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5) TANDA DAN GEJALA
Sesak nafas (dispnea). Pada awalnya sesak nafas hanya dialami setelah
beraktivitas fisik. Namun, ketika paru-paru semakin rusak, sesak nafas
terjadi ketika melakukan pekerjaan harian rutin seperti berjalan dan
menyiram tanaman atau bahkan saat beristirahat.
Mengi dan batuk kronis, seringkali disertai dahak, yang berlangsung
lama (berbulan-bulan).
Sering mendapat infeksi paru. Penderita PPOK membutuhkan waktu
lama untuk pulih dari infeksi paru, yang dapat berlangsung bermingguminggu atau berbulan-bulan.
Gagal jantung. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah
ke paru-paru karena begitu banyak jaringan paru-paru yang rusak. Beban
ekstra ini membuat jantung melemah dan membesar.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam darah). Organ tidak mendapatkan
oksigen yang cukup dan menjadi rusak. Kurangnya aliran darah ke otak,
misalnya, dapat menyebabkan kebingungan, pelupa dan depresi. Pada
kulit, kekurangan oksigen ini ditandai oleh semburat biru lebam (sianosis).
Bronkhodilator
Antiinflamasi
Antibiotika
Antioksidan
Mukolitik
antitusif.
b. Terapi O2
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ
lainnya.
Manfaat oksigen :
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
c. Ventilasi Mekanik
Digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut
pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan
napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di
ruang ICU atau di rumah
iii. Rehabilitasi
Tujuan : untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualitas
hidup penderita PPOK.
Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka
yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai :
- Simptom pernapasan berat
- Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
bertambahnya
kemampuan
ventilasi
maksimum,
Program latihan setiap harinya 15-30 menit selama 4-7 hari per
minggu. Tipe latihan diubah setiap hari. Pemeriksaan denyut nadi,
lama latihan dan keluhan subyektif dicatat. Pernyataan keberhasilan
latihan oleh penderita lebih penting daripada hasil pemeriksaan
subyektif atau obyektif. Pemeriksaan ulang setelah 6-8 minggu di
laboratorium dapat memberikan informasi yang obyektif tentang
beban latihan yang sudah dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum latihan :
Tidak boleh makan 2-3 jam sebelum latihan
Berhenti merokok 2-3 jam sebelum latihan
Apabila selama latihan dijumpai angina, gangguan mental, gangguan
4) Latihan Pernapasan
Tujuan : untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas.
Teknik latihan meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips guna
memperbaiki ventilasi dan menyinkronkan kerja otot abdomen dan
toraks. Serta berguna juga untuk melatih ekspektorasi dan memperkuat
otot ekstrimitas.