Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
By. Ny. T DENGAN BBLR, KB, SMK, GEMELI, dan IKTERIK KRAMER III
DI NICU RSUP Dr. SARJITO JOGJAKARTA

Disusun Oleh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
JOGJAKARTA
2004

A. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)


1. Definisi
Bayi Berat Lahir rendah adalah bayi yang beratnya kurang atau sama dengan 2500 gram
saat lahir. Tujuh persen dari kelahiran termasuk golongan ini. Kebanyakan persoalan terjadi
pada bayi yang beratnya kurang dari 1500 gram dengan angka kematian yang tinggi dan
membutuhkan perawatan dan tindakan medik yang khusus. Kelompok ini disebut bayi berat
lahir sangat rendah.
Usia kehamilan digolongkan menjadi
a. kurang bulan

<37 minggu

b. cukup bulan

<37-41 minggu

c. lebih bulan

> 4 minggu

Penilaian yang tepat dapat dicapai dengan pemeriksaan klinik bayi baru lahir dengan
mengamati :
-

karakteristik luar (kulit, putting susu, telinga, genitalia, kaki)

postur dan tonus otot

reflek premature

Bayi berat lahir rendah mungkin :


-

kurang bulan, terlalu cepat lahir

kecil untuk masa kehamilan : lahir terlalu kecil

2. Klasifikasi
a. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah, kurang dari 1500 gram
c. Bayi berat lahir sangat rendah sekali, kurang dari 1000 gram

3. Penyebab
a.

kelainan pada janin

b.

gangguan fungsi plasenta

c.

factor ibu ( penyakit vascular, keadaan uterus memburuk)

d.

infeksi ibu dan anak

e.

obat dan merokok

4. Masalah yang sering dihadapi


Masalah yangs erring dihadapi BBLR ialah maturitas organ organ tubuh karena lahir
kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum matangnya organ tubuh antara lain:

a. Sistem pengaturan suhu yang belum matang menyebabkan BBLR memerlukan


perawatan dalam incubator
b. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik menyebabkan bayi sangat
rentan dengan infeksi
c. Imaturitas system syaraf pusat menyebabkan mudahnya terjadi perdarahan
peribentruker
d. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin
e. Imaturitas metabolisme bilirubin menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia
f.

Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom malabsorbsi

5. Morbiditas BBLR
a. hiperbilirubinemia
b. Asfiksia neonatorum
c. Infeksi
d. Sindrom gangguan pernafasan
e. Trauma lahir
f.

Kelainan bawaan

6. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya.
Beberapa factor yang memberikan efek pada masalah gizi :
a. menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pertumbuhan
c. Belum matangnya fungsi mekanisme dari saluran pencernaan.

7. Pengelolaan BBLR
Semua bayi berat lahir rendah akan memerlukan :
1. Suhu yang tinggi dan stabil untuk mempertahankan suhu tubuh
2. Atmosfer dengan kadar oksigen dan kelembaban tinggi
3. Pemberaian minum secara hati hati karena ada kecenderungan terisapnya susu ke
paru
4. Perlindungan terhadap infeksi
5. Pencegahan kekurangan zat besi dan vitamin.
Bayi paling kecil yang beratnya kurang dari 2000 gram dirawat telanjang dalan incubator
dalam suhu 32-35oC dengan kelembaban tinggi. Akhirnya sebelum bayi pulang mereka
dirawat di dalam kamar bayi yang dingin (21oC) untuk menyesuaikan diri dengan suhu
kamar.

Pemberian minum
Minuman diberikan pada bayi yang terkecil dengan kateter makanan no 6 yang terpasang
terus melalui hidung bayi. Lebih baik diberikan ASI tetapi ada susu pengganti yang cukup
memuaskan yaitu susu yang disesuaikan dengan ASI dengan pemberian 150-180 ml/kg/hr.
Pedoman berikut ini merupakan pedoman yang memuaskan. Minum dimulai bila bayi
berusia 4 jam.
Hari 1 : 20 ml/500 gram BB/hari
Hari 2 : 30 ml/500 gram BB/hari
Hari 3 : 40 ml/500 gram BB/hari
Hari 4 : 50 ml/500 gram BB/hari
Hari 5 : 75 ml/500 gram BB/hari
Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan ini dilakukan dengan perawatan yang aman. Semua petugas harus mencuci
tangannya dengan cermat, menggunakan krem heksaklorofen. Disediakan ruang terpisah
untuk bayi yang terinfeksi dan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Incubator memberikan
lingkunagn yang relatif steril untuk bayi yang terkecil, tetapi ibu harus dianjurkan untuk
menyentuh bayinya melalui lubang incubator.

8. Masalah keperawatan
a. Risiko tinggi ketidakefektifan pola nafas
-

kaji tanda vital setiap 2 jam

berikan rangsangan dengan perlahan

ubah posisis etiap 2 jam

pertahankan posisi kelapa pada incubator

Kolaborasi pemberian kebutuhan oksigen dan pemeriksaaan AGD

b. Resiko timggi terjadi distress pernafasan


-

kaji adanya tanda tanda ditress pernafasan

observasi tanda vital

kaji kemampuan reflek isap dan menelan

beri posisi miring ke kanan setelah pemberiaan minum

beri makan/minum sedikit demi sedikit

c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan keseimbangan elektrolit


-

kaji tanda vital

kaji adanya dehidrasi

catat intake dan output, timbang BB

kaji dan hitung kebutuhan cairan

pertahankan lingkungan yang nyaman

Kolaborasi : pemeriksaan elektrolit, pemberian cairan dan elektrolit

d. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi


-

Observasi dan laporkan adanya muntah, distensi abdomen, perubahan feses dan
bising usus

Timbang BB

Kaji reflek menghisap dan menelan

Ajurkan ibu untuk memberikan ASI

Barikan makanan sedikit demi sedikit setiap 2-3 jam

Kolaborasi : kebutuhan kalori, pemeriksaan glukosa darah

e. Ketidakefektifan termoregulasi
-

kaji tanda vital

berikan suhu lingkungan yang netral

pertahankan suhu aksila 36,5-37oC

Hindari bayi kontak langsung dengan benda benda panas/dingin

Kolaborasi : kebutuhan cairan

f.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit

Kaji daerah atau lokasi lesi

Jada kebersihan dan kekeringan kulit

Ubah posisi setiap 2 jam

Lakukan perawatan kulit

Kolaborasi pemberian antibiotik

B. Hipotermia
Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh sentral menurun dibawah 350C.
Penurunan suhu ini mencerminkan keseimbangan negatif antara produksi panas dengan
kehilangan panas.
1). Faktor Lingkungan
Hipotermi dapat terjadi dengan agak cepat pada neonatus khususnya mereka yang
dilahirkan dalam ruangan ber AC atau mereka yang terpapar dengan suhuruangan sebelum
cairan ketuban mongering.
2). Syok
Suhu tubuh dapat menurun drastic selama keadaan syok, dehidrasi, infeksi,
perdarahan, obstruksi usus, dan trauma dapat menjadi factor pencetus.
3). Gangguan susunan syaraf pusat
Hipotermi dapat mencerminkan gangguan berat terhadap susunan syaraf pusat,
terutama jika melibatkan mekanisme pengaturan suhu sentral di daerah hipotalamus
-

Infark/perdarahan intrakranial

Trauma

Asfiksia lahir berat

Tumor (kraniofaringioma, astrositoma)

Malformasi serebral (anensefali)

4). Infeksi (meningitis, ensefalitis, sepsis)


5). Gangguan endokrin metabolic
-

penyakit adison

hipotiroidisme

hipopituitarisme

hipoglikemi

6). Kurang gizi energi protein


Pada anak anak dengan kwasiokor, suhu tubuh dapat menurun dibawah 35oC
walaupun suhu lingkungan yang tinggi.
7). Obat obatan ( alcohol, narkotik, barbiturat, fenotiazin, atropin, overdosis asetaminofen)

C. Atresia Anii
1. Definisi
Menurut kamus kedokteran atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya ada lubangnya. Sedangkan atresia anii berarti tidak terbentuknya lubang
anus.
Atresia Anii adalah tidak komplitnya perkembangan embrionik pada distal usus (anus)
atau tertutupnya anus secara abnormal.

2. Etiologi
a. Etiologi atresia anii belum diketahui secara pasti
b. Merupakan anomali gastrointestinal dan genitourinary

3. Manifestasi Klinis
a. kegagalan lewatnya mekonium saat atau setelah lahir
b. tidak ada atau stenosis kanal rectal
c. adanya membran anal
d. Fistula eksternal pada perineum

4. Patofisiologi
Selama perkembangan embrio, kloaka menjadi jalur utama untuk perkembangan system
urinary, genital dan rectal. Pada usia kehamilan 6 minggu, kloaka terbagi menjadi 2
bagian yaitu nagian simus urogenital anterior dan rectal dengan urorektal septum.
Setelah lateral fold bergabung dengan septum urorektal, pemisahan urinary daris egmen
rectal terjadi, yaitu membran urogenital kearah ventral dan membran anal ke arah dorsal.
Berhentinya perkembangan ini akan mengakibatkan perpindahan rectum pada posisi
normal perineal menjadi terhambat. Selama usia kehamilan ini bagian urogenital pada
kloaka sudah membuka ke arah eksternal, tetapi membran anal tidak akan ruptur sampai

proses ini selesai. Anus berkembang dengan invaginasi eksternal yang dikenal sebagai
proktodeum yang masuk ke dalam rectum tetapi terhalang oleh membran anal. Membran
ini akan ruptur sampai usia kehamilan 8 minggu.
a. ada 2 tipe yaitu letak tinggi yang mana terdapat penghalang diatas otot levater ani.
Dan letak rendah adalah adanya penghalang di bawah otot levator ani.
b. Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang ujung ekor dari bagian
belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinary dan
struktur anorektal.
c. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal
d. Terjadi atresia anii karena tak ada kelengkapan migrasi dan oerkembangan struktur
kolon antara 7 sampai 10 minggu dalam perkembangan fetal
e. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agensia sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina.
f.

Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi

5. Klasifikasi
a. Low Anomalies
Rektum terserang sampai ke otot puborektali, terdapat spinkter internal dan eksternal
yang berfungsi baik dan tidak ada hubungan ke traktus genitourinary.
b. Intermediate anomalies
Rktum berada pada atau di bawah tingkatan dari otot puborektal, posisi anal dimple
dan spinkter eksternal normal
c. High anomalies
Rektum berakhir di atas otot puborektal dan spinkter internal tidak ada. Ini biasanya
dihubungkan dengan fistula genitourinary-rektouretral (pada pria) atau retrovagianl
(pada wanita).

6. Komplikasi
-

obstruksi intestinal

D. Sepsis Neonatorum
1. Pendahuluan
Neonatus sangat rentan terhadap infeksi, penyakit infeksi yang sering terjadi di
Rumah sakit adalah sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum adalah suatu penyakit yang
berat, yang terjadi dengan cepat dan seringkali tidak terpantau. Insiden sepsis
neonatorum akan lebih besar pada bayi yang lahir dengan prematus(kurang bulan), hal
ini berhubungand engan imaturitas dari sistemm imun, infeksi sekunder dan terpenting
dikarenakan adanya factor predisposisi terjadinya sepsis.

Dalam penangan sepsis neonatorum, perawatan menjadi hal yang sangat penting
mengingat pada neonatus yang menderita sepsis beresiko untuk mengakibatkan
terjadinya meningitis bahkan dapat pula berakhir dengan kematian.

2. Patofisiologi
Sepsis Neonatorum adalah infeksi sistemik (masuknya kuman ke dalam tubuh disertai
manifestasi klinik) yeng terjadi pada neonatus. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme seperti bakteri gram positif maupun negatif, virus, parasit dll.
Infeksi pada neonatus dapat terjadi pada saat antenatal, intranatal dan pasca natal.
Infeksi antenatal pada umumnya merupakan infeksi transplasenta, kuman berasal dari
ibu kemudian melewati plasenta dan umbilicus masuk ke dalam tubuh bayi melalui
sirkulasi bayi. Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi asendens yaitu infeksi
yang berasal dari vagina dan serviks, dapat disebabkan karena ketuban pecah dini maka
kuman dari serviks dan vagina menjalar ke atas menyebabkan korionitis dan amnionitis.
Akibat korionitis, maka infeksi menjalar terus ke umbilicus dan akhirnya ke bayi. Selain
itu pada saat intranatal juga dapat terjadi infeksi lintas jalan lahir yaitu infeksi yang terjadi
pada janin pada saat melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lainnya
atau dapat pula akibat pertolongan persalinan yang tidaks teril. Infeksi pascanatal pada
umumnya akibat infeksi nosokomial yang diperoleh bayi dari lingkungan di luar rahim ibu
seperti kontaminasi oleh alat alat, sarana perawatan dan oleh orang yang merawatnya.
Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Early onset
Gejala mulai tampak pada hari hari pertama kehidupan (rata rata 48 jam), biasanya
infeksi berkaitan dengan factor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan amnion yang
terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Kuman penyebab biasanya
streptokokus group beta, H. influenza, S. Pneumonia, E. Coli, Klebsiela spp dll.
b. Late onset
Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa kelainan perinatal.
Infeksi di dapat dari lingkungan atau dari rumah sakit. Sering terjadi komplikasi pada
susunan syaraf pusat. Kuman penyebab biasanya S. aureus, S. apidermidis,
Pseudomonas spp, dapat pula flora vagina seperti streptokokus group beta, E. Coli.
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti
septicemia, pneumonia dan meningitis berhubungan dengan imaturitas dari system imun dan
ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi.

3. Faktor factor risiko


Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat etrjadi melalui
transplasental seperti pada infeksi congenital virus rubella, protozoa Toxoplasma atau
basillus listeria monocytogenes. Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur
vertical dari ibu selama proses persalinan atau secara horizontal dari lingkungan atau
perawatan setelah persalinan.
Faktor factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok yaitu :
a. Faktor Maternal
-

status

social

ekonomi

ibu,

ras,

dan

latar

belakang

etnis,

semuanya

mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak


diketahui sebabnya. Prematuritas adalah factor risiko utama untuk sepsis
neonatal yang berhubungan terbalik dengan status social ekonomi.
-

Umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebihdari 30 tahun), paritas (wanita nullipara
atau gravida lebih dari 3) dan kurangnya perawatan prenatal merupakan factor
factor risiko infeksi neonatal

Ibu yang mengalami demam sebelum persalinan atau segera setelah post partum
telah dihubungkan dengan peningkatan rsiko infeksi neonatal

Sepsis neonatal terjadi kira kira 1% dari bayi yang dilahirkan oleh wanita dengan
ketuban pecah dini

Ibu dengan kolonisasi streptokokus group B tanpa komplikasi obstetric lain


berkaitan dengan 0,5 1 % neonatus yang menderita sepsis.

b. Faktor neonatal
-

Prematuritas

Laki laki dan kehamilan kembar

Paparan obat tertentu seperti steroid

c. Faktor lingkungan
Setelah melalui jalan lahir dan terpapar dengan mikroorganisme pada organ
genitourinary ibu, neonatus kemudian terpapar dengan kuman di ruang perawatan
dan di rumah serta pada individu perawatan. Biasanya potongan tali pusat, kulit dan
nasofaring akan ditempati oleh moktoorganisme darri ruang perawatan dalam
beberapa hari. Dalam waktu 1 minggu saluran cerna juga akan ditempati oleh
organisme.

4. Gambaran klinis sepsis pada neonatus


Penampilan neinatus dengans epsis bisa asimptomatik atau mungkin memiliki
sejumlah tanda dan gejala yang tidak spesifik. Manifestasi klinis tergantung pada apakah
bayi mengalami sepsis onset dini atau onset lambat dan ada tidaknya infeksi lokal
khususnya meningitis.
Sepsis onset dini sering berhubungan dengan komplikasi onbstetrik dan onsetnya
fulminan. Infeksi sering mulai dari dalam uterus tetapi muncul selama hari hari pertama
kehidupan, dengan rata rata onset 20 jam. Bayi bayi inis erring merupakan bayi
premature dan lahir setelah pecah ketuban yang lama atau adanya demam pada ibu
atau korioamnionitis.
Sepsis onset lambat terjadi setelah minggu pertama dan kira kira pada minggu
ketiga, biasanya ditemukan pada bayi cukup bulan yang tidak pernah terpapar komplikasi
obstetric. Infeksinya muncul lebih lambat, lebih ringan dan cenmderung bersifat lokal.

Anda mungkin juga menyukai