yang
aneh.
Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia.
Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan
terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil
yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan
ini mencapai 40% sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9
kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir
dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut
di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius
dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Di Amerika Serikat
disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang
mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka
kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis.
Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang
terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta,
hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan
jumlah anak austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang.
Berdasarkan hal diatas, maka kami sebagai penulis tertarik untuk lebih memahami
konsep anak dengan autisme, dimana konsep ini saling terkait satu sama lain. Semoga Askep
ini dapat membantu para orang tua, masyarakat umum dan khusnya kami (mahasiswa
keperawatan) dalam memahami anak dengan autisme, sehingga kami harapkan kedua anak
dengan kondisi ini dapat diperlakukan dengan baik.
B. Tujuan
a.
Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan autism.
b. Tujuan Khusus
a)
Mahasiswa memahami pengertian Autisme.
b)
Mahasiswa memahami etiologi dan manifestasi klinik autisme
c)
Mahasiswa memahami cara mengetahui autis pada anak.
d) Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan anak
dengan autism.
C. Ruang Lingkup
Batasan masalah yang akan dibahas dalam masalah ini adalah kelainan perkembangan
perpasif pada anak dengan autisme.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,
aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan.
(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan,
perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock dan
sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan
perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan
antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit
sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a.
Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada
keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
d.
b.
c.
Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur
e.
f.
kejang epilepsi
Lingkungan
terutama
Gambaran
Autisme
sikap
pada
masa
orang
tua,
perkembangan
dan
anak
kepribadian
dipengaruhi
anak
oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon
saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau
tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada
lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan
terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis
memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan
tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
destruktif
marah
berlebihan
dan
akurangnya
istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki
kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
c.
a.
b.
Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat bermain,
pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a.
Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila diangkat
,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa
atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras
b.
atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai kontak
mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk,
menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
c.
orang tuanya.
Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat terganggu
bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang
bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah
beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada
tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi
berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a.
Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau
kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang
didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan
pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal,
tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki
kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas
intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan
b.
bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit,
c.
d.
g.
e.
f.
Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok
permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan,
sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara
h.
i.
j.
k.
c.
a.
b.
Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
c.
a.
b.
Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang tua
sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik children yang
dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi,
sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga
memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan
terapeutik
dapat
dilakukan
untuk
menangani
anak
austik
tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi
dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah
dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu
dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk
mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran
diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang
mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu
terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan
latihan
antar
perorangan
terstruktur
dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi
dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita
yang "meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi Gelombang SMR atau
Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and Hyperactivity
Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita
gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan
getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam pengobatan anak
autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami tahu, CD Terapi Anak Autis sudah
membantu banyak orang. Puluhan orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan
perkembangan motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik dibanding
sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat terjangkau ini bisa
membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi mendengar penuturan para pembeli CD
Terapi Anak Autis ini, kami sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan
anak autis. Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan utama,
melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis. Tetaplah berkunjung ke dokter
atau ahli lainnya untuk memeriksakan anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi lumba-lumba.
Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di kota tempat anda tinggal tidak ada
tempat terapi lumba-lumba. Namun dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang
meniru pola gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-lumba
sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD Terapi Anak Autis ini di
ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh juga diputar di kamar tidur, saat anak anda
sedang tidur. Anda tida perlu memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar
saja CD ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak anak tetap
merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu yang keluar dari speaker. CD ini
bisa diputar dengan semua perangkat elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker
stereo untuk hasil tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman digunakan
oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta
program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a.
b.
c.
d.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat
berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak
penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt
intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku
aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan
diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a.
b.
c.
d.
e.
Factor predisposisi
Psikososial
Konsep diri
Staus mental
Mekanisme koping
2.
3.
4.
Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1.
pemecahan masalah.
Domain 9
Kelas 2
: Respon Koping
pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumbersumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2.
Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan dalam
berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan diri,kepentingan dan
kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan mengenai diri atau
kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3.
Domain 9
: respon koping
Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan
kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi, sensasi, persepsi, kognisi,
dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah, abstaksi, pengambilan
keputusan, insight/pandangan, kapasitas intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a.
pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1.
2.
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Aktivitas
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi tingkat stress anak.
b.
Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan dalam
berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1.
2.
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3.
Aktivitas
c.
2.
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3.
Aktivitas
d.
Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan
kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1.
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses penyakit dan prosedur
tindakan pengobatan.
2.
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut penanganan yang di
anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3.
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal belajar
berkomunikasi.
wajar.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sacharin,
r.m,
1996,
Prinsip
Keperawatan
Pediatrik
Edisi
2,
EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa
Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA
Hari Sabtu, Desember 17, 2011
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama