ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN PENYAKIT HIRSCHPRUNG
Oleh:
Rinny Cahyaneng Widhi, S.Kep
peristaltic dan evakuasi usus secara spontan, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi, tidak mau mencegah keluarnya feses secara spontan,
kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada
bagian tersebut, sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal. Tidak adanya plexus tersebut diakibatkan karena kegagalan selektif
dari migrasi kraniokaudal dari neuroblast pada minggu ke 5-12 kehamilan. Penyakit ini terjadi sepuluh kali lebih sering pada anak-anak
dengan trisomi 21 (sindrom Down) dan sering terjadi pada kelainan bawaan lainnya.
Hirschsprung dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai
pada usia 1 minggu (Irwan B, 2003), dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir < 3Kg, lebih banyak laki-laki daripada
perempuan.
2. Etiologi
Penyebab Hirschprung atau mega colon belum diketahui tetapi diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada
anak Syndrom Down, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub
mukosa dinding plexus.
3. Patofisiologi
Kegagalan sel neural
pada masa embrio
dalam dinding usus,
gagal eksistensi,
kranio kaudal pada
myenterik dan sub
mukosa dinding
Sel ganglion
pada kolon
tidak
ada/sangat
Control kontraksi
dan relaksasi
peristaltik
Spingter rectum
tidak dapat
Peristaltik tidak
sempurna
Obstruktif
parsial
Refluk peristaltik
Mual dan
Risiko
Kekurangan
volume cairan
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Akumulasi
benda padat,
gas, cair
Distensi
Abdomen
Obstruksi
Nyeri
Akut
Feses tidak
mampu
Pelebaran kolon
(mega kolon)
Perasaan
Ketidakseimb
angan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
Intervensi
pembedahan
Gangguan
defekasi
Kurangnya
informasi
Konstipasi
Ansietas
5. Komplikasi
Obstruksi usus
Konstipasi
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Entrokolitis
Struktur anal dan inkontinensial (pos operasi)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain (Irwan B, 2003; Ngastiyah, 2005):
a. Biopsy isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap
dan mencari sel ganglion pada daerah mukosa
b. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rektun, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
c. Pemeriksaaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada
penyakit ini khas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetilkolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
e. Foto rontgen abdomen; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
Didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang
melebar normal dan colon distal tersumbat dengan diameter yang lebih kecil
karena usus besar yang tanpa ganglion tidak berelaksasi. Pada pemeriksaan
foto polos abdomen akan ditemukan usus melebar / gambaran obstruksi usus
letak rendah.
f. Enema barium; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon. Pada
bayi baru lahir, barium enema tidak selalu memperlihatkan gambaran yang
jelas dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai sel ganglion. Hal
ini terjadi meskipun pengeluaran barium terlambat 24 jam setelah
pemeriksaan diagnostik.
g. Biopsi rectal; dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2 cm
diatas garis pektinatus memperlihatkan ada tidaknya sel sel ganglion di sub
mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
h. Manometri anorektal; untuk mencatat respon reflex sfingter interna dan
eksterna. Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula
rektum. Balon akan mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani
interna pada pasien yang normal. Sedangkan pada pasien yang megacolon
akan mengalami tekanan yang luar biasa.
7. Penatalaksanaan Medis (Irwan B, 2003)
a. Tindakan Bedah Sementara
Tindakan bedah sementara pada penderita penyakit Hirschsprung adalah
berupa kolostomi pada usus yang memiliki ganglion normal paling distal.
Tindakan ini dimaksudkan guna menghilangkan obstruksi usus dan mencegah
enterokolitis sebagai salah satu komplikasi yang berbahaya. Manfaat lain dari
kolostomi adalah : menurunkan angka kematian pada saat dilakukan tindakan
bedah definitif dan mengecilkan kaliber usus pada penderita Hirschsprung yang
telah besar sehingga memungkinkan dilakukan anastomose.
b. Tindakan Bedah Definitif
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
b.
c.
d.
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian
proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a. Anak : Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping yang
digunakan.
b. Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga,
penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi penyakit anaknya.
6. Kaji identitas, keluhan utama, pengkajian pola fungsional dan keluhan
tambahan.
7. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar abdomen
semakin besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi abdomen.
8. Lakukan pemeriksaan TTV
9. Observasi manifestasi penyakit hirschprung
a. Periode bayi baru lahir
-
Distensi abdomen
b. Masa bayi
-
Konstipasi
Distensi abdomen