Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


TUBERKOLUSIS PARU
Di Ruang Kenanga RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

Oleh
RIZKI RAHADIANTO
NG1D008057

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah penyakit infeksi dan menular yang
menyerang paru-paru yang disebabkan oleh kuman Micobacterium
Tuberkulosis.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat 10 12 juta
penderita TB Paru dan mempunyai kemampuan untuk menular, dengan
angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadaan tersesebut 75 %
terdapat di Negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi rendah
seperti Indonesia. Di Indonesia penyakit TB Paru merupakan penyakit
rakyat nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga.Prevalensi BTA
positif adalah 0,3 % (1982).Prevalensi pasien di dunia saat ini adalah sekitar
20 juta orang dan terdapat 3 juta pasien yang meninggal setiap tahunnya
karena TB Paru, dan pada survey kesehatan rumah tangga (SKRT) Depkes
RI 1986TB Paru menduduki urutan 10 morbiditas dan urutan ke-4
mortalitas. Pada SKRT tahun 1992 mortalitas ini meningkat ke urutan ke-2.
Berdasarkan informasi dari WHO tahun 1998, program TB Paru di
Indonesia masih menempati rangking ke-3 di dunia setelah India dan RRC.
Hal ini bisa dilihat dari angka kematian yang masih cukup tinggi yaitu
sekitar 2,2 per-1000 penduduk. Dari angka tersebut setiap tahun di
Indonesia muncul sejumlah kasus baru sekitar 436.000 kasus.
Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan yang
tepat,cepat,segera dan intensif, maka prevalensi penyakit ini akan terus
meningkat serta resiko penularan pun semakin tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan

adanya

asuhan

keperawatan

yang

komprehensif

untuk

mempercepat proses penyembuhan penyakit TB paru.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru

b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian TB paru
2) Mengetahui etiologi TB paru
3) Mengetahui faktor predisposisi TB paru
4) Mengetahui patofisiologi TB paru
5) Mengetahui tanda gejala TB paru
6) Mengetahui pemeriksaan penunjang TB paru
7) Mengetahui pathway TB paru
8) Mengetahui pengkajian pada klien dengan TB paru
9) Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB paru
10) Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada klien dengan TB
paru

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection.
B. Etiologi
Bakteri Myobakterium tuberculosis, dengan ukuran panjang 1-4 m
dan tebal 1,3-0,6 m, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta
tahan asam atau basil tahan asam.
C. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
a. Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran
dari Asia Tenggara.
b. Klien dengan ketergantuangan

alkhohol

menimbulkan penurunan status kesehatan.

dan

kimia

lain

yang

c. Bayi dan anak di bawah 5 tahun.


d. Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid &
kemoterapi kanker.
D. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui
tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka
yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara
(airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman
dari orang yang terinfeksi sebelumnya .(Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang
ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan
keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini
mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin
dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh
manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paruparu. ( Hendrawan, 2000)
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan
yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar
melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan
kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah
kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil
tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang
mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau
dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi
peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan
oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan
menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat
menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional,
sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang
dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang
dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari.
Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan

bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer


dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran
ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian
selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga
tengah atau usus.(Sylvia.A Price, 2000).
E. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting
karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi
terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi
sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
-

Dengan atau tanpa gejala klinik

BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali


disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:


-

Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

c. Bekas TB Paru dengan kriteria:


-

Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan


serial foto yang tidak berubah.
Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

F. Tanda dan Gejala


a. Batuk lama lebih dari 3 minggu
b. Demam

c. Berat badan menurun


d. Keringat malam
e. Mudah lelah
f.

Nafsu makan hilang

g. Nyeri dada
h. Batuk darah

G. Manesfestasi Klinik
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit
yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadangkadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
i.

Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.

ii.

Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak


berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung
dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
iii.

Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena

ada

hal-hal

yang

menyertai

seperti

efusi

pleura,

pneumothorax, anemia dan lain-lain.


iv.

Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik, meliputi:


i.

Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin
lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek.

ii.

Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,

akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara


pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

I. Pathway
Mycobacterium
TB

Masuk ke jalan
nafas

Tinggal di alveolus

Reaksi inflamasi

Alveolus
peradanagan

mengalami

Nyeri

Ketidaknyamanan
pada rongga dada
dan diafragma

Anoreksia

Bersihan
jalan
nafas tidak efektif
Masukan
peroral
menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

J. Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelelelahan umum dan kelemahan
Dispnea saat kerja maupun istirahat
-

Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari,
menggigil dan atau berkeringat

Mimpi buruk

Tanda:
Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
b.

Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)

Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi
Tanda:
Takikardia, disritmia
-

Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)

Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan


mediastinal

Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara


dalam mediatinum)

c.

TD: hipertensi/hipotensi

Distensi vena jugularis

Integritas ego:
Gejala:
Gejala-gejala

stres

yang

berhubungan

lamanya

perjalanan

penyakit, masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa,


menurunnya produktivitas.
Tanda:
Menyangkal (khususnya pada tahap dini)

d.

Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.

Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)

Makanan dan cairan:


Gejala:
Kehilangan napsu makan
-

Penurunan berat badan

Tanda:
Turgor kulit buruk, kering, bersisik
e.

Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan

Nyeri dan Kenyamanan:


Gejala:
Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
-

Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin


menyebar ke bahu, leher atau abdomen.

Tanda:
Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
f.

Pernapasan:
Gejala:
Batuk (produktif atau tidak produktif)
-

Napas pendek

Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi

Tanda:
Peningkatan frekuensi pernapasan
-

Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan


pada dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat

Pengembangan dada tidak simetris

Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi


hiperresonan di atas area yang telibat.

Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral

Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi

Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk


pendek (crackels posttussive)

Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak


darah

g.

Deviasi trakeal

Keamanan:
Gejala:
Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi
sekunder.
Tanda:
Demam ringan atau demam akut.

h.

Interaksi Sosial:
Gejala:
Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
-

Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik


untuk melaksanakan peran

i.

Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat keluarga TB
-

Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk

Gagal untuk membaik/kambuhnya TB

Tidak berpartisipasi dalam terapi.

K. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat di


alveolus.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan memasukkan makanan karena faktor biologi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.

L. Rencana Asuhan Keperawatan


No
Diagnosa keperawatan
.
1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d.
adanya eksudat di
alveolus

2.

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil:
Menunjukan jalan nafas yang paten
Mendemonstrasikan batuk efektif
Foto thorak dalam batas noraml

1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw


thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu
pernafasan
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5. keluarkan sekret dengan batuk atau suction
6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
7. Berikan pelembab udara
8. Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimlkan
keseimbangan
9. Monitor respirasi dan status O2

Ketidakseimbangan
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
nutrisi: kurang dari jam diharapkan kebutuhan nutrisi menjadi seimbang, dengan
kebutuhan tubuh b.d kriteria:
ketidaakmampuan
mencerna,
Berat badan meningkat
memasukkan,
Tidak ada rasa mual
mengasorbsi makanan
karena faktor biologi.

1. Kaji pola makan, kebiasaan makan dan makanan


yang disukai
2. Berikan makanan sesuai diet dan berikan selagi
hangat
3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan nutrisi yang
adekuat

5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet


sesuai indikasi
3.

Nyeri (akut) berhubungan


dengan agen injury
biologi

NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan , diharapkan nyeri
hilang/terkendali dengan skala :
Skala nyeri berkurang
Tidak mengalami gangguan tidur

6. Ukur berat badan pasien


1. Kaji nyeri secara komprehensif (skala, kualitas,
2.
3.
4.
5.
6.
7.

lokasi dan intensitas)


Observasi reaksi pasien terhadap nyeri
Jelaskan faktor penyebab nyeri
Gunakan komunikasi terapeutik
Kaji TTV
Berikan posisi yang nyaman
Ajarkan teknik relaksasi (misal : nafas dalam, pijat

punggung )
8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Daftar Pustaka
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,
EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Johnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome Classification. New
York : Mosby.
Mccloskey, Joanne& Bulechek, Gloria. 1996. Nursing Intervention Clasification.
New York: Mosby.
Mosby, NANDA, 2012, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta,
Prima Medika
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,
EGC, Jakarta
Smelzer,Suzanne.C,2001.buku ajar keperawatan medikal bedah brunner dan
suddarth.Ed 8.Jakarta : EGC.
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab.
Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai