SKENARIO B BLOK 8
Kelompok 9
Tutor : Fatmawati, S.Si, M.Si
4101401
033
4101401
034
4101401
035
4101401
036
4101401
081
4101401
082
4101401
083
4101401
084
4101401
Krypton Rakehalu
121
4101401
Karnadjaja
Vita Seprianty
122
4101401
123
Inda Sumerah
4101401
124
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
Laporan Tutorial Skenario
B Blok
8 sebagai tugas
kompetensi
Palembang, 26
September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.............
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.............
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
3
......
1.2
.............
Bab II Pembahasan
2.1 Skenario Kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
............
2.2 Paparan
I. Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
5
5
7
20
.........
20
II. Identifikasi
21
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
III.Analisis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..........
IV.Jawaban Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.........
V. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
22
25
31
32
34
..........
VI. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..........
VII.
...............
Bab III Sintesis
3.1 Kejang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.............
3.2 Kejang Demam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
............
3.3 DD Kejang Demam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
............
3.4 Gerak Refleks Meningeal (GRM) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
...........
3.5 Refleks
Patologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
....
Daftar
37
Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
........
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Skenario Kasus
4
Anamnesis :
Colek, 11 bulan, dibawa ke UGD oleh ibunya pada pukul 15.00
dengan keluhan kejang kelonjotan seluruh tubuh selama + 5 menit
dengan mata mendelik ke atas. Subuh tadi Colek juga kejang 1x
selama + 1 menit dengan gejala sama seperti di atas, sesudah
kejang Colek menangis. Sejak 2 hari yang lalu, Colek menderita
demam disertai pilek.
Colek adalah anak ke-3 dari tiga bersaudara. Kakak tertuanya juga
sering kejang jika badannya panas tapi sejak umur 5 tahun tidak
pernah lagi kejang.
Pemeriksaan fisik di UGD :
BB = 8 kg
PB = 70 cm
38,5 oC (aksilaris)
RR = 34 x/menit
HR = 106 x/menit
Suhu =
UbunGerak
patologis (-)
2.2 Paparan
I.
Klarifikasi Istilah
1. Kejang kelonjotan : Spasme atau kejang yang terdapat kedutan
otot yang konvulsif.
2. Demam
3. Pilek
4. Compos mentis
GCS = 15.
: Ubun-ubun belum tertutup sempurna namun
tidak
menunjukkan
adanya
tekanan
berbeda
8. Gerak rangsang
yang
diperlukan
untuk
: keadaan fisiologis.
meningeal
9. Refleks patologis
dari
yang
timbul
akibat
adanya
Identifikasi Masalah
1. Colek, 11 bulan, dibawa ke UGD oleh ibunya pada pukul 15.00
dengan keluhan kejang kelonjotan seluruh tubuh selama + 5
menit dengan mata mendelik ke atas dan subuh tadi Colek
juga kejang 1x selama + 1 menit dengan gejala yang sama
dan sesudah kejang ia menangis.
2. Sejak 2 hari yang lalu, Colek menderita demam disertai pilek.
3. Colek adalah anak ke-3 dari tiga bersaudara, kakak tertuanya
juga sering kejang jika badannya panas, tapi sejak umur 5
tahun tidak pernah lagi kejang.
4. Pemeriksaan fisik di UGD :
III.
Analisis Masalah
jam ?
g) Mengapa Colek menangis setelah kejang ?
2. a) Bagaimana patofisiologi demam dan pilek pada kasus ini ?
b) Mengapa kejang kelonjotan terjadi setelah hari ke-3 Colek
menderita demam disertai pilek ?
3. a) Apa saja faktor resiko seorang anak menderita kejang
demam ?
b) Apa hubungan kejang demam yang dialami Colek dengan
kejang yang dialami kakak tertuanya ?
c) Mengapa kejang demam tidak terjadi lagi setelah umur 5
tahun ?
4. a) Bagaimana metode pemeriksaan fisik pada kasus ini ?
b) Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada kasus
5.
6.
7.
8.
9.
10
ini ?
Bagaimana DD-nya ?
Bagaimana WD-nya ?
Bagaimana cara mendiagnosis penyakit pada kasus ini ?
Bagaimana penatalaksanaan kejang demam ?
Apa saja komplikasi kejang demam ?
Bagaimana prognosis kejang demam ?
.
11 Bagaimana preventif kejang demam ?
.
12 Bagaimana edukasi yang tepat bagi orang tua dalam
.
IV.
Jawaban Analisis
1. a) Bagaimana fisiologi dari saraf dan otot ?
medulla
medula
spinalis.
aferen
dan
oblongata
PNS
eferen
dan
terdiri
sistem
dari
saraf
terbesar
dan
paling
Serebelum
berfungsi
sebagai
pusat
refleks
yang
tonus
dan
kekuatan
kontraksi
untuk
stasiun
penghubung
dan
pengintegrasi
dan
kulit
leher,
dada,
abdomen
dan
ekstremitas.
-
Saraf kranial
Saraf Kranial
I Olfaktorius
II Optik
III Okulomotoriu
s
IV Troklearis
V Trigeminus
VI Abdusens
VII Fasialis
Jenis
Fungsi
Sensori Penciuman
k
Sensori Penglihatan
Motorik Mengangkat kelopak mata atas
Kontriksi pupil
Sebagian besar gerakan ekstraokular
Motorik Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
Motorik Menutup rahang, mengunyah; gerakan
Sensori rahang ke lateral
k
Kulit wajah; mukosa mata; mukosa hidung
dan rongga mulut, lidah, serta gigi
Refleks kornea atau refleks mengedip
Motorik Devisiasi mata ke lateral
Motorik Otot-otot ekspresi wajah, dahi, sekeliling
VIIIVestibulokokle
aris
IX Glosofaringeu
s
X Vagus
XI Aksesorius
XII Hipoglossus
Kejang parsial
Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah; fokus di satu
bagian tetapi dapat menyebar ke bagian lain.
o Parsial sederhana
-
Autonom
takikardia,
bradikardia,
takipneu,
o Parsial kompleks
-
akut,
pneumonia,
gastroenteritis
akut,
exantema
11
Demam
difusi
lepas muatan
kejang demam
dan
dapat
membuat
Colek
menangis
setiap
Agen penginfeksi
aktivasi makrofag
sitokin pirogenik
pelepasan
PGE2
set point
demam
Agen penginfeksi
replikasi
saja
faktor resiko
seorang
anak
menderita
kejang
demam ?
Genetik
menyebabkan
perubahan
keseimbangan
elektrolit
14
Ringan
Sedang
Berat
Kesadaran pasien
Nadi
Tekanan darah
Pernafasan
Suhu tubuh
Panjang badan
Berat badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Tonik
Klonik
Umum
Fokal
Kaku kuduk
Kernig sign
Brudzinski I
Brudzinski II
ini ?
Nilai
Compos
GCS
14
mentis
Apatis
Delirium
15
12 13
10 11
Interpretasi
Kesadaran
normal,
sadar
sepenuhnya.
Sikapnya acuh tak acuh.
Gelisah, disorientasi,
memberontak, berteriak-teriak
Somnolen
79
dan berhalusinasi.
Respon psikomotor lambat,
mudah tertidur namun dapat
Stupor
46
Koma
nyeri.
Tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon terhadap
rangsangan apapun.
Interpretasi
< 35
Hipotermia
< 36,5
Subnormal
36,5 - 37, 2
Normal
> 37, 2
> 41,2
Demam/Febris/Pireksi
a
Hiperpireksia
RR = 34 x/menit (normal)
Umur (tahun)
Respiratory Rate
<1
(x/menit)
30 40
25
20 30
5 12
15 20
> 12
12 16
3 bulan - 2 tahun
100 190
2thn - 10 thn
60 140
Ubun-ubun besar/UUB datar (normal)
5. Bagaimana DD-nya ?
Kejang
Gejala
Demam
KDS KDK
Tetan
Meningi
Ensepal
Epilep
us
tis
itis
si
Demam
Kejang
Compos
Mentis
Mata
k
GRM
Strabism
us
Kejang
mendeli
berulang
6. Bagaimana WD-nya ?
Kejang demam kompleks, dengan kejadian/frekuensi kejang 2x
dalam 24 jam.
7. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit pada kasus ini ?
Anamnesis
-
Riwayat imunisasi
Riwayat trauma
Status Neurologi
- Fungsi sensorik
- Fungsi Motorik
- Fungsi Autonom
- Gejala rangsang meningeal
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
rutin
tidak
dianjurkan,
atau
kecuali
untuk
mencari penyebab
menegakkan
atau
menyingkirkan
kemungkinan
bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tandatanda meningitis. Bila yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan.
pasien
kejang
demam,
oleh
sebab
itu
tidak
Obat
yang
cepat
untuk
menghentikan kejang
adalah
intravena
0,3
0,5
mg/kgBB/kali
dengan
19
Prognosisnya
adalah
DUBIA
at
Bonam
yaitu
bila
dengan
pasien
retrospektif
yang
yang
sebelumnya
melaporkan
normal.
kelainan
Ada
penelitian
neurologis
pada
tidak
diterapi
dengan
baik,
kejang
demam dapat
berkembang menjadi :
20
Masing-masing
faktor
resiko
meningkatkan
kemungkinan
adalah
lebih
dari
ataksia,
38,
derajat
mengantuk
celsius. Efek
dan
hipotoonia.
1-2
tahun
setelah
kejang
terakhir
dan
dihentikan
Saat terjadi kejang demam, orang tua tidak perlu panik. Beberapa
hal yang perlu diingat atau tindakan yang perlu diambil adalah :
1) Letakkan anak di tempat yang aman, misalnya di lantai atau
kasur. Pindahkan dari sekitar anak, semua benda yang
mungkin berbahaya atau dapat menimbulkan luka.
2) Kendorkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher.
3) Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut anak, misalnya
jari tangan, sendok, atau kayu.
4) Jangan mengguncang-guncang atau berusaha membangunkan
anak.
5) Jangan menahan tubuh anak yang kejang.
6) Jika anak sudah berhenti kejang, miringkan anak.
7) Catat lamanya kejang dan apa yang dialami anak selama
kejang. Catatan ini penting bagi dokter atau praktisi medis
untuk menilai kejang demam anak.
8) Setelah kejang berhenti, segera
bawa
anak
ke dokter,
Kejang
yang
berlangsung
singkat
tidak
menyebabkan
V.
Hipotesis
Colek, 11 bulan, menderita kejang demam kompleks karena
demam disertai pilek selama tiga hari.
VI.
Kerangka Konsep
Infeksi ekstrakranial
Metabolisme tubuh
Influks Ca2+
ATP
Depolarisasi
VII.
Kejang Demam
23
Pokok
What
Pembahasa
What
I Know
I Dont
Kejang
Definisi
Etiologi
Klasifikasi
Patofisiologi
What I
Have
Will
Know
What I
To Prove
Tatalaksana
Edukasi bagi
orang tua
Prognosis
Kejang
Definisi
Etiologi
Tatalaksana
Klasifikasi
Mekanisme
Preventif
demam
Learn
(profilaksis)
Text book
Jurnal
Internet
Diagnosis
Komplikasi
Prognosis
DD kejang
Diagnosis
Gejala khas
demam
banding
pasti kejang
demam
Gerak
Definisi
Jenis
Identifikasi
rangsang
pemeriksaa
penyakit
meningeal
(GRM)
Interpretasi
Refleks
Definisi
Jenis
Identifikasi
pemeriksaa
kejang
demam
patologis
Diagnosis
24
BAB III
SINTESIS
3.1 Kejang
3.3.1 Definisi
Kejang adalah suatu bentuk manifestasi klinik akibat
lepas muatan paroksismal (mendadak) yang berlebihan dari
sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang tergangu
akibat suatu keadaan patologik. Klasifikasi kejang didasarkan
oleh pemeriksaan EEG, MRI, penilaian klinis dan anamnesis.
Dari hal tersebut, kejang diklasifikasikan menjadi 2 macam,
yaitu kejang parsial dan kejang generalisata berdasarkan
apakah kesadaran utuh atau lenyap.
Kejang parsial adalah kejang dengan kesadaran utuh
walaupun mungkin berubah; fokus di satu bagian tetapi dapat
menyebar ke bagian lain. Kejang parsial masih dibagi menjadi 2
macam, yaitu kejang parsial sederhana (kesadaran utuh) dan
kejang parsial kompleks (kesadaran berubah tetapi tidak
hilang).
Kejang parsial, diklasifikasikan menjadi berikut:
Kejang parsial sederhana; karakteristik kejang ini adalah
dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral),
sensorik (merasakan, membaui, mendengar sesuatu
yang abnormal), autonomik (takikardia, bradikardia,
takipneu, kemerahan, rasa tidak enak di epigastrium),
psikik
(disfagia,
gangguan
daya
sebagai
kejang
parsial
sederhana
dan
gejala
motorik,
gejala
sensorik
otomatisme
Beberapa
kejang
parsial
kompleks
mungkin
sebagai
kejang
fokal.
Kejang
ini
memiliki
bergetar
atau
berkedip
secara
cepat,
tonus
detik.
Kejang
mioklonik,
kejang
ini
memiliki
karakteristik
singkat.
Kejang atonik, adalah bentuk kejang yang hilangnya
secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur
suatu
bentuk
kejang
3.3.2 Etiologi
alkohol
serta
obat
gangguan
metabolik,
uremia,
Trauma
(perdarahan)
Perdarahan
subaraknoid,
3.3.3 Patofisiologi
27
Gangguan
pompa Na - K
Gangguan
membran Gangguan
sel
keseimbangan ion
Depolarisasi
Potensial aksi
Pelepasan neurotransmiter
di ujung akson
di pre sinap
KEJANG
3.2.1 Definisi
Kejang
Demam
(Febrile
Convulsion)
adalah
tetapi
sebetulnya
tidak
berbahaya.
Selama
kejang
3.2.2 Patofisiologi
Bahan
baku
untuk
metabolisme
otak
yang
oksigen
disediakan melalui
fungsi
paru-paru
dan
29
membran
dari
sel
neuron.
Untuk
menjaga
ke
sel-sel
neurotransmitter
keseimbangan
dan
ion
tetangganya
terjadilah
melalui
kejang.
menyebabkan
bantuan
Terganggunya
depolarisasi
neuron
tersebut
menjalar
secara
wajar
(pelepasan
mekanisme
inhibisi
menurun
akibant
influks
Ca
yang
kemudian
mencetuskan
depolarisasi
yang
dinamakan
dikarenakan/didahului
oleh
kejang.
demam
Jika
maka
kejadiannya
disebut
kejang
31
Ori
gio
An
Inse
rsio
Per
Fun
gsi
Men
nul
muk
gan
us
aan
gkat
ten
supe
korn
din
rior
ea
eu
bola
ke
mat
atas
co
dan
tepa
medi
mu
al
nis
post
32
pa
erior
da
terh
din
adap
din
taut
corn
po
eo-
ste
scler
rior
al
orb
ita
An
Per
Men
nul
muk
urun
us
aan
kan
ten
infer
korn
din
ior
ea
eu
bola
ke
mat
baw
co
ah
tepa
dan
mu
medi
nis
post
al
pa
erior
da
terh
din
adap
din
taut
corn
po
eo-
ste
scler
rior
al
orb
ita
An
Per
Mem
nul
muk
utar
us
aan
bola
ten
med
mat
33
din
ial
eu
bola
sehi
mat
ngg
co
tepa
korn
mu
ea
nis
post
men
pa
erior
gha
da
terh
dap
din
adap
ke
din
taut
medi
corn
al
po
eo-
ste
scel
rior
eral
orb
ita
An
Per
Mem
nul
muk
utar
us
aan
bola
ten
later
mat
din
al
eu
bola
sehi
mat
ngg
co
tepa
korn
mu
ea
nis
post
men
pa
erior
gha
da
terh
dap
din
adap
ke
din
taut
later
corn
al
po
eo-
ste
scel
34
rior
eral
orb
ita
Din
Mela
Mem
M.
din
lui
utar
Obli
troc
bola
quu
po
hlea
mat
ste
dan
Sup
rior
dilek
sehi
erio
orb
atka
ngg
ita
pada
korn
per
ea
muk
men
aan
gha
supe
dap
rior
ke
bola
baw
mat
ah
dan
later
Da
Per
al
Mem
M.
sar
muk
utar
Obli
orb
aan
bola
quu
ita
later
mat
al
Infe
bola
sehi
rior
mat
ngg
a,
prof
korn
und
ea
men
terh
gha
adap
dap
35
M.
ke
rect
atas
us
dan
later
later
alis
al
satu sama lain akan mempertahan posisi yaitu tetap pada posisi
lurus, apabila diandaikan maka M. rectus superior berkontraksi
maka akan tertarik ke atas, tetapi M. rectus inferior juga
berkontraksi maka posisinya akan tetap lurus. Begitu juga
dengan M. rectus lateralis apabila berkontraksi maka akan bola
mata akan tertarik ke lateral, tetapi M. rectus medialis juga ikut
berkontraksi maka posisinya akan tetap lurus. Namun pada M.
obliquus inferior apabila berkontraksi maka ia akan menghadap
ke atas, begitu juga dengan M. obliquus superior yang berada di
bawah M.rectus superior ternyata apabila berkontraksi maka ia
juga akan menarik keatas. Oleh karena itu mata Colek mendelik
ke atas.
Gangguan pernafasan
Kulitnya kebiruan
Mengantuk.
3.2.4 Diagnosa
lebih
besar
dari
38,90C.
Pemeriksaan
yang
biasa
dilakukan adalah :
CT scan kepala
Pungsi lumbal
Pemeriksaan neurologist
3.2.5 Pengobatan
mengawasi
Orang
anaknya.
tua
sebaiknya
Untuk
tetap
mencegah
tenang
terjadinya
dan
cedera
kejang
3.2.6 Pencegahan
dilakukan.
Kepada
anak-anak
yang
cenderung
Kejang
Dema
En
M
sefalitis
Ton
ik/t
oni
kklo
nik
tan
pa
38
ger
ak
an
fok
al
Kes
Pe
Ta
Pe
np
nur
ad
nu
ara
ru
un
na
ga
an
ng
kes
ke
gu
ad
sa
an
ara
da
ke
ra
sa
da
ra
Ma
ta
me
nd
elik
Str
abi
39
sm
us
Sehingga
kemungkinan
kejang
yang
dialami
Colek
anak
yang
menderita
meningitis,
misalnya
meningitis
tuberkulosa.
40
Kaku
kuduk
merupakan
gejala
yang
sering
meningitis
tanpa
adanya
gejala
ini.
Untuk
pasien
dalam
keadaan
ekspirasi,
sebab
bila
tahanan
didapatkan
bila
kita
menekukkan
kepala,
Kemudian
satu
tungkai
diangkat
lurus,
sudut
90
derajat.
Setelah
itu
tungkai
bawah
tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan bahwa tanda
Kernig positif terjadi pada kelainan rangsang selaput otak dan
iritasi akar lumbosakral atau pleksusnya (misalnya pada HNPlumbal). Pada meningitis tandanya biasanya positif bilateral,
sedangkan pada HNP-lumbal dapat unilateral.
mencapai
dada.
Tangan
yang
satu
lagi
sebaiknya
Bila
tanda
mengakibatkan
Brudzinski
fleksi
kedua
positif,
tungkai.
maka
tindakan
Sebelumnya
ini
perlu
3.5Refleks Patologis
Babinsky
- Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
-
anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki
lainnya
Chadock
- Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar
-
43
Oppenheim
- Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
- Respon : seperti babinsky
Gordon
- Cara : penekanan betis secara keras
- Respon : seperti babinsky
Schaefer
- Cara : memencet tendon achilles secara keras
- Respon : seperti babinsky
Gonda
- Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
- Respon : seperti babinsky
Stransky
- Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
- Respon : seperti babinsky
Rossolimo
- Cara : pengetukan pada telapak kaki
- Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
Mendel-Beckhterew
- Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
- Respon : seperti rossolimo
Hoffman
- Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
- Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
Trommer
- Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
- Respon : seperti hoffman
Leri
- Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap
Mayer
- Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak
-
tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
Sucking refleks
- Cara : sentuhan pada bibir
- Respon : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah-olah
menyusu
Snout refleks
- Cara : ketukan pada bibir atas
44
Grasps refleks
- Cara : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
- Respon : tangan pasien mengepal
Palmo-mental refleks
- Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian
thenar
Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)
DAFTAR PUSTAKA
46