Anda di halaman 1dari 9

TELAAH KRITIS

Kasus Menghambat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pelecehan Seksual Siswa TK Jakarta Internasional School (JIS)
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pediatri Sosial
Dosen pengampu Dr. Abdul Salim Choiri, M.Kes

Oleh :

Mahardika Nugraheni
K5111035 / B
Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2014

RINGKASAN ARTIKEL
Beberapa orang tua siswa TK Jakarta International School (JIS)
mengadukan kekhawatiran bahwa anak mereka juga menjadi korban pelecehan
seksual seperti yang dialami AK (6). Menurut Sekjen KPAI Erlinda mengatakan
bahwa "Ada yang sudah memberikan pernyataan untuk bisa bertemu dengan
Kapolda. Kasus ini sudah jadi (pemberitaan) internasional. Orang tua merasa
ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tapi, ini kan baru dugaan," dan "Hari
ini saya akan bertemu dengan (para) orang tua itu secara tertutup. Ada lebih dari
lima orang. Kami dan para orang tua itu akan segera bersurat ke Kemendikbud
untuk meminta perlindungan jiwa,".
Pihak JIS terkesan lepas tangan, karena dilihat dari surat elektonik (e-mail)
"Mereka selalu bicara, 'oke, nanti kami bantu,' tapi omdo (omong doang) itu. Ada
lebih dari dua e-mail (yang isinya begitu). Tidak hanya ke kami, tapi ke wali
murid lain juga begitu. Nanti (e-mail itu) kita jadikan bukti,"
Menurut Komnas PA yaitu Arist mencurigai bahwa pelecehan seksual
terhadap siswa taman kanak-kanak itu secara berkomplotan, bisa diartikan kalau
jumlah korban itu tidak hanya satu orang siswa, tetapi pihak Komnas PA akan
memanggil beberapa orang tua siswa yang bersekolah di JIS, mereka akan ditanya
mengenai perubahan perilaku anak.
AK selaku korban pelecehan seksual ini didiagnosis terkena virus herpes.
AK trauma hingga mengigau, teringat kejadian buruk yang menimpanya. Pihak
KPAI memberikan terapi penyembuhan kepada para korban dan pelaku telah
dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Pelaku adalah 2 petugas kebersihan sekolah dan
tukang kebun sekolah

PENDAPAT PARA AHLI


Menurut Sutanto (2006) kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak
yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang
tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau

pengasuh yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat/kematian. Kekerasan


pada anak lebih bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya
tanda atau luka pada tubuh sang anak.
Sedangkan Patilima (2003) menganggap kekerasan merupakan perlakuan
yang salah dari orangtua. Patilima mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak
adalah segala perlakuan terhadap anak yang akibat dari kekerasannya mengancam
kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial
maupun mental.
Menurut Barker (1987:23) mendefinisikan "The recurrent infliction of
emotional injury on a dependent minor, through intentional beatings, uncontroled
corporal

punishment,

parents

or

others

in

change

of

the

child's

care". (Kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang berulang - ulang
secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan
dan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan
permanen atau kekerasan seksual, biasanya dilakukan para orangtua atau pihak
lain yang seharusnya merawat anak).
Menurut WHO (World Health Organization) terdapat beberapa jenis
kekerasan pada anak:
1. Kekerasan Fisik

Tindakan yang menyebabkan rasa sakit/potensi menyebabkan sakit yang


dilakukan orang lain, dapat terjadi satu kali atu berulang kali.
2. Kekerasan Seksual

Kekerasan ketertiban anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya.


Kekerasan seksual dapat berupa perlakuan tidak senonoh dari orang lain,
kegiatan yang menjurus pada pornografi, perkataan porno dan melibatkan
anak dalam bisnis prostitusi.
3. Kekerasan Emosional

Segala sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan


emosional (mental) anak. Hal ini dapat berupa kata-kata yang mengancam
atau menakut-nakuti.

4. Tindakan Pengabaian/Penelantaran

Ketidakpedulian orangtua atau orang yang bertanggung jawab atas anak pada
kebutuhan mereka seperti mengekang anak.
5. Kekerasan Ekonomi

Penyalahgunaan tenaga anak untuk bekerja dan kegiatan lainnya demi


keuntungan orangtua/orang lain seperti menyuruh anak bekerja secara
seharian dan menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya
belum dijalaninya.
Pasal 13 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU
Perlindungan Anak) yang menyatakan bahwa setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab
atas pengasuhan,berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
1. Eksploitasi, baik secara ekonomi maupun seksual
2. Penelantaran
3. Kekerasan, kekejaman, dan penganiayaan
4. Ketidak-adilan
5. Perlakuan salah dan lainnya

FAKTA DI LAPANGAN
Masih banyak orang yang melakukan tindak kekerasan pada anak,
termasuk kekerasan seksual pada anak. Anak-anak banyak dijadikan sasaran untuk
melakukan aktivitas seksual oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Anak-anak sering dijadikan korban karena anak-anak masih polos, dan mereka
belum menerti tentang apa itu perilaku seksual.
Masih disepelekan mengenai tindakan perlindungan anak atau masih
banyak orang yang belum menyadari akan pentingnya perlindungan kepada anak.
Pelaku tindak kekerasan pada anak belum mendapatkan hukuman yang sebanding
dengan perbuatan yang teah dilakukannya. Sehingga orang dewasa pelaku

kekerasan pada anak, masih merajalela dan merasa tidak takut untuk melakukan
kekerasan pada anak.

PENDAPAT PRIBADI
Setiap kita mendengar pemberitaan tentang pelecehan seksual yang
dialami oleh anak Taman Kanak-Kanak (TK) pasti akan merasa sedih, seperti
contoh di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Bertambah miris ketika
mendapati temuan fakta bahwa pelakunya bukanlah tunggal.
Bayangan, anak akan kesakitan dan dampak yang diterima anak pada saat
dan paska pelecehan terjadi membuat kita marah dan kecewa. Marah kepada para
pelaku, dan kecewa akan lalainya para pihak dalam memberikan perlindungan
pada anak agar terhindar dari tindak pelecehan seksual, dalam kasus ini pihak
sekolah.
Hal ini dapat berdampak fisik dan psikis yang dialami oleh korban
kekerasan seksual, tidak bisa disepelekan. Sehingga sudah pasti dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam kasus ini misalnya,
dari sisi fisik yang dapat menghambat perkembangan anak yaitu si korban diduga
terpapar beberapa penyakit menular seksual dari pelaku. Di sisi psikis yang dapat
menghambat perkembangan anak yaitu, si korban mengalami trauma. Lebih jauh,
dampak yang bersifat fisik dan psikis ini potensial akan berlangsung dalam jangka
panjang, mengingat si korban yang masih berusia sekitar 6 tahun.
Peristiwa ini juga menjadi momentum untuk semua pihak, orang tua, pihak
sekolah, pemerintah untuk melakukan introspeksi diri dalam kewajiban kita
memberikan perlindungan rasa aman terhadap anak dari berbagai bentuk tindak
kekerasan termasuk kekerasan seksual.
Seharusnya pelaku kekerasan termasuk dalam kasus ini, harus diberikan
hukuman yang setimpal yang sebanding dengan perilaku yang telah dilakukannya.
Dalam kasus ini sebaiknya si pelaku diberikan hukuman penjara seumur hidup.
Karena dampak yang dialami korban ini adalah seumur hidup anak. Anak akan

terhambat dalam perkembangan dan pertumbuhan anak, meskipun telah diberikan


tindakan terapis penyembuhan pada korban.

DAFTAR PUSTAKA
KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
http://megapolitan.kompas.com diunduh tanggal 16 April 2014 pukul 22.00
http://aswaggygirl.blogspot.com/2013/01/makalah-kekerasan-pada-anak.html
diunduh pada tanggal 19 April 2014 pukul 19.15
http://bimosjg.blogspot.com/2013/02/mengapa-terjadi-kekerasan-terhadapanak.html diunduh pada tanggal 19 April 2014 pukul 19.30
metro this week, metrotv pukul 19.30 tanggal 20 April 2014

Pelecehan Seksual Siswa TK Jakarta Internasional School (JIS)


KPAI: Wali Murid TK JIS Akan Minta Perlindungan Kemendikbud
Rabu, 16 April 2014 | 18:56 WIB http://megapolitan.kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com Beberapa orang tua siswa TK Jakarta
International School (JIS) mengadukan kekhawatiran bahwa anak mereka juga
menjadi korban pelecehan seksual seperti yang dialami AK (6).
Hal itu dikatakan Sekjen Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda
saat ditemui di depan gerbang Kompleks JIS, Rabu (16/4/2014).
Erlinda menuturkan, ada pertemuan lebih dari 100 wali murid terkait kasus
pelecehan seksual di sekolah tersebut. Pertemuan itu berlangsung di rumah salah
satu siswa. "Ada yang sudah memberikan pernyataan untuk bisa bertemu dengan
Kapolda. Kasus ini sudah jadi (pemberitaan) internasional. Orang tua merasa
ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tapi, ini kan baru dugaan," papar
Erlinda.
Erlinda menambahkan, dia akan kembali menghadiri pertemuan orang tua
murid yang sudah memberikan pernyataan soal dugaan ada siswa lain yang
menjadi korban. "Hari ini saya akan bertemu dengan (para) orang tua itu secara
tertutup. Ada lebih dari lima orang. Kami dan para orang tua itu akan segera
bersurat ke Kemendikbud untuk meminta perlindungan jiwa," kata Erlinda dalam
perbincangan dengan Kompas.com di depan Kompleks JIS, Rabu (16/4/2014).
Kuasa hukum keluarga AK, Andi Asrun, mengatakan, orang tua AK juga
menghadiri pertemuan yang berlangsung Selasa kemarin. "Nampaknya kami
mengalami masalah yang sama. Tim hukum kami siap membantu," katanya. Andi
sangat menyayangkan sikap JIS yang terkesan lepas tangan. Hal itu terlihat dari
surat elektronik dari JIS sebagai balasan dari pengaduan keluarga AK soal
pelecehan seksual tersebut.
"Mereka selalu bicara, 'oke, nanti kami bantu,' tapi omdo (omong doang)
itu. Ada lebih dari dua e-mail (yang isinya begitu). Tidak hanya ke kami, tapi ke
wali murid lain juga begitu. Nanti (e-mail itu) kita jadikan bukti," kata Andi.
Komnas PA Curiga Korban Pelecehan di JIS Bukan Hanya AK
RODERICK ADRIAN MOZES Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan
Anak, Arist Merdeka Sirait, dalam sesi wawancara bersama Kompas.com di
kantor Komnas Perlindungan Anak, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta
Timur, Rabu (16/4/2014). KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) curiga bahwa korban
lain pada kasus pelecehan seksual terhadap siswa taman kanak-kanak di Jakarta

International School (JIS). Komnas PA memiliki dugaan demikian karena aksi


pelecehan tersebut dilakukan secara berkomplot.
"Kalau berkomplot itu bisa jadi korbannya lebih banyak. Itu artinya,
menurut saya, ini bukan sekali terjadi," kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka
Sirait, dalam jumpa pers di Kantor Komnas PA, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu
(16/4/2014).
Arist melanjutkan, pihaknya mendapat laporan dari dua keluarga yang
anaknya juga bersekolah di JIS. Namun, dia masih belum berasumsi dini apakah
anak dari dua keluarga tersebut juga merupakan korban pelecehan.
"Besok mungkin kita akan bertemu dua keluarga lagi. Dua keluarga ini
akan memberi keterangan. Tapi saya minta anaknya diperiksa dulu apa. Caranya
(pemeriksaan), apakah ada perubahan-perubahan prilaku, apakah anaknya takut
sekolah atau takut sesuatu," ujar Arist.
Sebelumnya diberitakan, AK (6), salah satu siswa TK di JIS, mengalami
pelecehan seksual oleh dua petugas kebersihan di toilet sekolahnya. AK sempat
takut untuk ke toilet karena kerap disekap oleh pelaku, untuk kemudian menjadi
korban tindakan asusila.
Akibat hal tersebut, AK didiagnosis terkena virus herpes. AK trauma
hingga mengigau, teringat kejadian buruk yang menimpanya. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menganjurkan Jakarta International School
untuk menghentikan sementara kegiatan belajar-mengajar di TK, selama proses
penyelidikan kasus pelecehan seksual terhadap salah seorang siswanya.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal KPAI Erlinda saat ditemui di
depan JIS, Rabu (16/4/2014). "Adik-adik (siswa) merasakan ketakutan mendalam
mengingat temannya diperlakukan seperti itu. Sementara, proses belajar-mengajar
masih berjalan. KPAI menyarankan (belajar-mengajar) untuk sementara
dihentikan," kata Erlinda.
Selama libur tersebut, KPAI sudah setuju untuk memberikan terapi
penyembuhan kepada para siswa. Tim pemberi terapi tersebut juga sudah
terbentuk. "Sudah bisa mulai hari ini (terapi penyembuhan). Bersyukur juga Kak
Seto mau mendampingi," katanya.
Erlinda menambahkan, terapi tersebut akan diberikan selama satu bulan.
Setelah itu, KPAI akan mengevaluasi hasilnya. Sebelumnya diberitakan, seorang
siswa TK JIS mengalami kekerasan seksual di toilet sekolah. Pelakunya adalah
petugas cleaning service. Kejadian itu telah dilaporkan ibu korban ke Polda Metro
Jaya.
Dalam kejadian itu, polisi telah memeriksa sembilan orang, yakni ibu korban,
guru, pejaga sekolah, dan petugas kebersihan. Sejauh ini polisi telah menetapkan
dua tersangka. Keduanya merupakan petugas kebersihan.

Anda mungkin juga menyukai