1. Tujuan Pembelajaran
Guru perlu mengindentifikasi tujuan pembelajaran sehingga akan lebih mudah membuat
pembelajaran berjenjang, sistematis, dan memberikan bantuan. Misalnya: ketika peserta didik
diarahkan untuk mengakses sumber-sumber di internet, dapat dimungkinkan ada peserta didik
yang kebingungan dengan sekian banyak sumber yang mereka temukan untuk topik yang dikaji.
Guru perlu membantu peserta didik untuk mensortir beberapa website dan buku yang akan
dibaca lebih lanjut.
Selanjutnya, fokuslah pada mengidentifikasi tujuan yang tidak membatasi cara untuk
mencapainya, karena ketika guru mencantumkan bagaimana cara peserta didik mencapai tujuan
tersebut, maka guru sudah membatasi pencapaian tujuan pada sejumlah peserta didik.
Contoh:
Tujuan pembelajaran: Peserta didik mampu membaca buku tentang sejarah kemerdekaan
Indonesia dan menulis di buku minimal 5 tokoh yang terlibat disertai kontribusi mereka.
Telaah: Untuk tujuan ‘menulis di buku’, dimungkinkan ada hambatan dalam penyampaian materi
karena beberapa peserta didik mungkin kesulitan mengakses tulisan secara visual dan
membuka buku karena memiliki hambatan fisik. Selain itu, beberapa peserta didik mungkin
masih kesulitan membaca. Hambatan dalam mengekspresikan melalui tulisan dapat mungkin
dijumpai pada peserta didik yang kesulitan menulis dengan pensil dan beberapa peserta didik
yang mungkin belum efektif menuangkan gagasan tertulis dan membuat tulisan banyak.
Perbaikan dari tujuan di atas dapat dilakukan dengan tidak perlu mencantumkan cara khusus
tentang cara mempelajari materi melalui membaca dan tidak perlu membatasi aktivitas menulis
sebagai tagihan pembelajaran. Oleh karena itu, di tujuan pembelajaran guru tidak perlu
membatasi cara peserta didik mengakses pembelajaran dan mengekspresikan hasil belajar
mereka. Tujuan berikut ini sudah dibuat fleksibel dengan tidak membatasi cara peserta didik
dalam mengakses materi dan merespon apa yang mereka kuasai.
Tujuan pembelajaran berbasis UDL: Peserta didik akan mempelajari tentang sejarah
kontribusi mereka
Bila guru menginginkan semua peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran, maka guru
perlu memperbanyak akses untuk materi pelajaran. Contoh: bila di tujuan pembelajaran sudah
tertulis kalau peserta didik akan menulis laporan tentang sejarah perang kemerdekaan, apa yang
akan terjadi dengan kata ‘menulis’? sebagian peserta didik dengan kesulitan menulis pasti akan
terhambat mencapai tujuan tersebut. Namun, bila aktivitas menulis menjadi target pembelajaran
untuk melatih peserta didik dengan masalah koordinasi tangan, maka pemberian tahapan
menuliskan di komputer dapat membantu peserta didik. Hal lainnya, bila peserta didik kesulitan
untuk memulai kalimat pertama, guru dapat memberikan kalimat pertama sehingga mereka dapat
menuliskan lanjutannya. Di tahap berikutnya kita akan membahas mengenai materi ajar.
Selain memberikan fleksibilitas yang tertulis di tujuan pembelajaran, dalam tujuan perlu kejelasan
mengenai target yang dicapai. Untuk kejelasan tujuan pembelajaran pada kurikulum Merdeka
perlu dicantumkan kriteria pencapaian yang perlu dikuasai oleh peserta didik. Contoh kriteria
keberhasilan yang dapat ditetapkan:
Sesuai harapan
Peserta didik
Di atas harapan
mencantumkan lebih dari
dan karakter
2. Materi Ajar
Selama ini banyak kita jumpai materi ajar dalam bentuk buku dan kadang diselingi dengan video dari
Youtube dengan lembar tugas yang perlu diisi oleh peserta didik. Dari media yang digunakan untuk
menyampaikan materi ajar tersebut terdapat hambatan yang dimungkinkan dihadapi oleh peserta didik.
Prinsip UDL mendorong guru untuk menggunakan materi pembelajaran yang lebih fleksibel
sehingga dimungkinkan mampu menjangkau keragaman kebutuhan belajar peserta didik.
Salah satu contoh pengemasan materi yang fleksibel adalah penggunaan teks di komputer
yang dapat dimanipulasi dalam berbagai cara (misal: hurufnya diperbesar, diubah menjadi
suara dengan bantuan software, digaris bawahi saat membaca) untuk menjadikan lebih
aksesibel bagi peserta didik.
Untuk mendorong guru menggunakan media pembelajaran yang fleksibel, guru-guru dapat
mengakses alternatif media yang diperjualbelikan di toko atau mengkreasi media yang dapat
disentuh atau mempresentasikan materi dalam ukuran besar. Di samping itu, penggunaan
pilihan penyajian materi secara bervariasi dalam graphic organizer maupun tabulasi dapat
membantu peserta didik memilih akses informasi sesuai gaya belajar mereka.
Saat guru mengidentifikasi materi yang akan digunakan selama pembelajaran, guru perlu
memperhatikan materi atau keterampilan yang akan diajarkan. Misal: pelajaran tentang
respirasi pada serangga akan lebih mudah dipahami dengan eksperimen.
Setelah belajar bagaimana prinsip UDL diterapkan dalam media dan materi, guru dapat
mengembangkan berbagai akses untuk materi. Guru akan tetap menggunakan sumber-
sumber yang ada tapi tetap menerapkan tiga prinsip UDL untuk menjadikan sumber belajar
lebih aksesibel untuk semua peserta didik. Guru-guru juga dapat menambah sumber belajar
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam dan keragaman gaya belajar.
Berikut adalah ringkasan dari hasil diskusi para guru.
3. Metode Pembelajaran
Setelah mengkaji tujuan pembelajaran dan sumber belajar, selanjutnya Anda dapat mengevaluasi
metode pembelajaran untuk mengajarkan materi. Dalam hal ini perlu digali, apakah perlu
menyajikan materi dalam berbagai cara?
Metode pembelajaran tradisional yang saat ini banyak diterapkan masih belum fleksibel karena
didominasi oleh guru sehingga peserta didik pasif saat pelajaran. Peserta didik diarahkan untuk
mengingat informasi dari bacaan, ceramah, dan video. Meskipun peserta didik diberikan
kesempatan untuk praktik (misal: melengkapi lembar tugas), peserta didik jarang mendapat respon
balik untuk mengoreksi pekerjaan yang keliru. Hal ini tentu saja tidak memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik. Oleh karena itu, guru-guru perlu mengevaluasi metode pembelajaran yang selama
ini digunakan di kelas. Berikut adalah beberapa hambatan yang dapat muncul dari metode
pembelajaran yang sering digunakan oleh guru-guru.
Ketika guru mendesain pembelajaran dengan prinsip UDL, guru perlu memperhatikan
bagaimana pengajaran yang efektif untuk keragaman peserta didik dalam segi kemampuan
dan gaya belajar. Hal ini memerlukan fleksibiltas dalam menyajikan dan mengajarkan materi
melalui pemberian pilihan belajar bagi peserta didik. Berikut ini adalah daftar dari metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dengan prinsis UDL (penyajian, aksi, dan
partisipasi).
I. Penyajian
a. Memberikan beragam contoh,
b. Menggarisbawahi informasi penting,
c. Menyajikan materi dengan beragam format, dan
d. mengaktifkan pengetahuan sebelumnya
Saat Pak Anto menjelaskan tentang gunung berapi, beliau bertanya tentang pengalaman
peserta didik saat ada gunung berapi meletus. Apa yang peserta didik lihat saat itu dan
meminta peserta didik mendiskusikan pengalaman mereka. Lebih lanjut, Pak Anto
mengajarkan beberapa kosa kata terkait gunung berapi dan memberikan beberapa buku dan
peta untuk menjadi bahan diskusi peserta didik dalam kelompok untuk menandai peristiwa
gunung berapi. Sebagai tambahan, Pak Anto memberikan beberapa tautan internet untuk
dapat dikunjungi peserta didik saat istirahat.
II. Aksi dan Ekspresi:
Modelling keterampilan dengan berbagai cara
Memberikan kesempatan untuk praktik dengan dukungan
Memberikan umpan balik
Memberikan alternatif untuk peserta didik dalam mengekspresikan hasil belajar.
Penjelasan:
● Modelling keterampilan dengan berbagai cara. Saat mengajarkan keterampilan tertentu,
guru dapat mengajarkan keterampilan tersebut diterapkan dalam berbagai situasi (misal:
kelompok kecil, online, pengajaran individu). Guru mungkin dapat mempertimbangkan media
digital untuk menambah kesempatan peserta didik berlatih.
● Memberkan kesempatan praktik dengan dukungan. Pembagian keterampilan kompleks ke
dalam pecahan kelompok keterampilan kecil akan memudahkan peserta didik
mengaplikasikan keterampilan tersebut. Dalam hal ini, guru memberikan sajian materi
terstruktur. Guru dapat menggunakan media digital untuk membantu peserta didik yang
belum lancar membaca agar mereka mampu mendengarkan kata atau kalimat yang belum
mampu dibaca dengan menjadikan kata atau kalimat tersebut bersuara.
● Memberikan Umpan Balik. Bila peserta didik diharapkan untuk menguasai keterampilan
tertentu, mereka memerlukan umpan balik atas capaian belajar mereka saat ini. Umpan balik
yang konstruktif akan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar dan tidak takut untuk
menjadi gagal (misal: "ayo coba lagi!”, “soalnya memang agak sulit, tapi kamu pasti bisa, ayo
coba strategi lain!”). Guru dapat memberikan umpan balik atau mengajarkan peserta didik
memonitor hasil pekerjaan mereka dengan berbagai cara (online kuis yang memberikan
feedback ‘coba lagi’ saat peserta didik memberikan respon belum benar).
●Memberikan alternatif pada peserta didik untuk mengekspresikan dan mendemonstrasikan
hasil belajar. Guru perlu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mendemonstasikan penguasaan keterampilan atau pengetahuan melalui cara yang efektif
bagi mereka. Peserta didik dapat memilih presentasi, film pendek, rangkuman tertulis, dan
presentasi di komputer.
III. Partisipasi
Memberikan pilihan materi dan media belajar
Memberikan tingkatan penguasaan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik
Memberikan peserta didik berbagai reinforcers
Menerapkan pengelompokan yang fleksibel
Penjelasan:
●Memberikan pilihan materi dan media belajar
Dengan memberikan pilihan untuk belajar, guru memfasilitasi peserta didik belajar sesuai
dengan kebutuhan mereka, gaya belajar mereka dan minat mereka (misal: belajar pembagian
untuk menerapkan resep kue). Contoh lainnya dengan memberikan alternatif topik
penugasan, misal: dampak gunung meletus, tanda-tanda gunung merapi aktif, manfaat dari
gunung merapi, sesuai dengan minat peserta didik.
●Memberikan tingkatan penguasaan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik
Untuk mendapatkan dan mempertahankan partisipasi peserta didik di kelas, guru perlu
memberikan tantangan kepada peserta didik yang dapat disesuaikan dengan peningkatan
kemampuan belajar mereka. Secara ideal, guru dapat memberikan tantangan satu tahapan
lebih tinggi dari kemampuan saat ini agar mendorong peserta didik meningkatkan
kemampuannya untuk menghindari pemberian tantangan yang tidak dapat dicapai peserta
didik. Penggunaan aktivitas pembelajaran elektronik mempermudah guru membuat
fleksibilitas level tantangan yang diberikan ke peserta didik. Contoh: beberapa peserta didik
sudah mampu membaca setara bacaan kelas 2, namun sebagian besar lainnya mampu
membaca setara kelas 1, dan beberapa peserta didik masih sulit mengenali huruf namun
mampu mengetahui isi bacaan bila dibacakan. Oleh karena itu, guru dapat membuat tugas
yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik agar sesuai dengan kemampuan
mereka.
Dua tipe evaluasi yaitu formatif dan sumatif, bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.
Asesmen formatif dilakukan berkelanjutan sehingga membantu guru untuk mengetahui perkembangan
belajar peserta didik dari hari ke hari dan memberikan informasi kepada guru tentang kebutuhan untuk
mengulang materi atau melanjutkan materi atau menggunakan metode yang sama atau merubah metode
bila peserta didik tampak kesulitan menujukkan perkembangan. Asesmen sumatif, biasanya dilakukan di
akhir bab untuk mengetahui seberapa penguasaan mereka tentang suatu hal dengan beragam cara.