Anda di halaman 1dari 3

TUGAS AKHIR SEMESTER I

FALSAFAH PANCASILA

Saat ini kita telah memasuki era globalisasi, yang dimana waktu, ruang, dan jarak bukan lagi
menjadi pembatas. Globalisasi dapat berpengaruh terhadap perubahan nilai-nilai budaya
suatu bangsa. Yang mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai
yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif.
Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini
untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya pada generasi muda
Indonesia.
Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin kental. Batas antarnegara hampir tidak ada
artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antarbangsa yang
semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di
antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut
adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu :
munculnya sikap individualistis, konsumerisme, semakin menonjolnya sikap materialistis,
dan lunturnya budaya leluhur dari semulanya. Arus informasi yang semakin pesat
mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang negatif semakin besar.
Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan berakibat lebih serius ketika pada puncaknya
masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya. Pada genersi muda hal ini
merupakan masalah yang serius karena mereka adalah tunas penerus bangsa, yang jika tidak
dibendung akan mengancam eksistensi dan ciri luhur bangsa ini.
1. Pengamalan Pancasila dalam Rangka Menghargai Perbedaan
Pancasila dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud
dalam sikap menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi
hambatan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal itu merupakan sikap
yang harus kita tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum memiliki dasar
negara. Tetapi, sikap para tokoh telah mencerminkan semangat kebersamaan
dan jiwa ksatria. Mereka bersedia menerima perbedaaan apa pun ketika proses
perumusan dasar negara berlangsung. Nah, sekarang kita telah memiliki
Pancasila sebagai dasar negara yang kuat. Kekuatan Pancasila telah terbukti
selama berdirinya negara Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila juga mampu bertahan menghadapi rongrongan
pemberontak. Oleh karena itu, kita harus bangga memiliki dasar negara yang
kuat. Kita harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita harus memiliki

sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan Pancasila. Kita harus


menyadari bahwa negara kita terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku
Bangsa memiliki ragam budaya yang berbeda. Perbedaan suku bangsa dan
budaya bukan menjadi penghalang untuk bersatu. Tetapi, justru perbedaan itu
akan menjadikan persatuan negara kita kuat seperti Pancasila.

2. Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi


Mengamalkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup
bangsa) berarti melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ,
menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup sehari-hari , agar hidup kita
dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahir dan batin.
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah sangat penting
karena dengan demikian diharapkan adanya tata kehidupan yang serasi
(harmonis).
Bahwa pengamalan pancasila secara utuh (5 sila) tersebut adalah merupakan
menjadi syarat penting bagi terwujudnya cita-cita kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila
Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar
Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara,
baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.
Oleh sebab itu, diharapkan lebih terarah usaha-usaha pembinaan manusia
Indonesia agar menjadi insan Pancasila dan pembangunan bangsa untuk
mewujudkan masyarakat Pancasila.
Kendala
Penghambat dari ideologi Pancasila adalah penganut ideologi-ideologi lain. Pada
dasarnya peperangan diantara manusia adalah perang ideologi yang bisa
mewujud dalam bentuk apa saja.
Pancasila adalah ideologi, walaupun lahirnya di Indonesia tidak berarti hanya
bangsa/orang Indonesia saja yang tehu! Artinya orang dari bangsa lain bisa juga
mempelajarinya, kemudian bisa juga dia menganutnya.
Ideologi adalah gagasan tentang tujuan kehidupan sosial manusia. Mereka yang
menyetujui akan saling mengikatkan diri satu sama lain dan bekerjasama dalam
mewujudkan tujuan seperti yang dinyatakan oleh ideologinya. Oleh karena itu,
ideologi akan mempersatukan manusia-manusia dan menggerakkannya menuju
cita-cita yang dirumuskan oleh ideologi itu, tanpa perlu adanya pemaksaan

ataupun iming-iming. Oleh karena itu, ideologi bisa menjadi senjata yang sangat
ampuh untuk mengendalikan sekelompok manusia atau suatu bangsa.
Pancasila adalah sebuah ideologi yang lahir setelah ideologi-ideologi lain
(kapitalis, sosialis, komunis, agama). Sangat wajar bahwa sebagian dari
penganut ideologi-ideologi tertentu merasa terganggu karena ideologinya
mendapatkan saingan dalam penyebarluasannya. Oleh karena itu penganut
ideologi tertentu yang merasa ideologinya mendapatkan saingan cenderung
berupaya melemahkan hingga menghancurkan ideologi saingannya. Ideologi
bersifat tidak bisa mati. Artinya, walaupun jumlah penganutnya sedikit, para
penganut ideologi itu tetap ada. Jadi apabila sebuah ideologi kalah di dalam
persaingan, yang terjadi adalah melemahnya kekuatan ideologi itu, artinya,
jumlah penganutnya menurun.
Untuk Indonesia, ideologi Pancasila tampaknya kalah di dalam peperangan
melawan ideologi lain. Bukti yang bisa disajikan antara lain lemahnya
pengamalan sila2 Pancasila. Sebagian bangsa Indonesia saat ini lebih tampak
berideologi kapitalis dari pada Pancasila. Sebagian bangsa Indonesia lebih
tampak berideologi Agama daripada berideologi Pancasila. Dengan kata lain
Pancasila sebagai idelogi bangsa Indonesia telah terkalahkan oleh ideologiideologi yang lain. Maka wajar kiranya bahwa sebagian dari bangsa Indonesia
lebih menyukai produk-produk dari negara-negara yang ideologinya mampu
mengalahkan ideologi Pancasila (produk asing).
Kalau kita mencermati, manusia Indonesia menyukai produk-produk yang
bermerk termasuk perilaku manusia barat, maka kesimpulan kasarnya ideologi
kapitalis berhasil mengalahkan ideologi Pancasila. Sebagian orang Indonesia
menyukai bentuk-bentuk budaya Arab (cara berpakaian, hiasan rumah dls),
maka kesimpulan kasarnya ideologi Pancasila kalah dengan ideologi Agama,
walaupun Agama merupakan salah satu silanya. Selanjutnya, bangsa Indonesia
semakin tidak bangga dan tidak menyukai produk budayanya, maka kesimpulan
kasarnya ideologi Pancasila tidak hanya kalah dari ideologi lain, bahkan telah
dikalahkan oleh hawa nafsu dari manusia-manusia yang ada di tempat
kelahirannya.

Anda mungkin juga menyukai