Anda di halaman 1dari 21

Usaha Pencapaian MDGs di Indonesia

Tujuan Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang musti dicapai dalam jangka
waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015. Tujuan ini
dirumuskan dari Deklarasi Milennium, dan Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara
penandatangan pada September 2000.
Delapan Tujuan Pembangunan Milenium juga menjelaskan mengenai tujuan pembangunan
manusia, yang secara langsung juga dapat memberikan dampak bagi penanggulangan
kemiskinan ekstrim. Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas
pencapaian minimum yang harus dicapai Indonesia pada 2015. Buku ini berisikan sekelumit
gambaran mengenai 8 tujuan Pembangunan Milenium, pencapaian serta tantangannya dalam
mencapai 18 target tersebut di Indonesia
Untuk mencapai tujuan MDG tahun 2015 diperlukan koordinasi, kerjasama serta komitmen dari
seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah (nasional dan lokal), masyarakat sipil,
akademia, media, sektor swasta dan komunitas donor. Bersama-sama, kelompok ini akan
memastikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai tersebar merata di seluruh
Indonesia.Pemerintah Indonesia tetap memegang komitmenya untuk melaporkan kemajuan
pencapaian MDGs.
Tujuan Ke-1: Mengentasan Kemiskinan Ekstrim dan Kelaparan
Target 1: Menurunkan hingga setengahnya Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan
ekstrim hingga 50%
Target 2: Mengurangi Jumlah penduduk yang menderita kelaparan hingga setengahnya.
Situasi Saat Ini
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai Target pertama MDGs. Pada tahun 1990,
15,1% penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan ekstrim. Jumlahnya saat itu mencapai 27
juta orang. Saat ini proporsinya sekitar 7,5% atau hampir 17 juta orang. Pada tingkat nasional,
dengan usaha yang lebih keras, Indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan
hingga setengahnya pada 2015. Meskipun begitu, masih terdapat perbedaan yang cukup besar
antara daerah kaya dan miskin. Banyak daerah miskin di perdesaan, terutama di wilayah timur
Indonesia yang memerlukan kerja lebih keras untuk mencapai target mengurangi kemiskinan dan
kelaparan.
Tindak Lanjut
Pencapaian tujuan MDG yang pertama tahun 2015 hanya akan dapat dilakukan dengan
keikutsertaan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap kabupaten dan kota.
Masyarakat miskin di Indonesia memerkukan akses yang lebih baik untuk mendapatkan
makanan, air bersih, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan. Masyarakat miskin juga
membutuhkan jalan dan infrastruktur lain untuk mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka
akses pasar untuk menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di Indonesia

akan meningkat dengan peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan usaha. Perubahan
mendasar perlu dilakukan pada tingkat pembuatan kebijakan. Kebijakan yang pro-kemiskinan
harus mulai dikembangkan. Dalam era desentralisasi, tanggungjawab pembuatan kebijakan dan
penganggaran dibuat di tingkat lokal oleh pemerintahan daerah. Masyarakat sipil dan kalangan
swasta, media dan akademisi dapat pula membantu pemerintah dengan menyampaikan
kebutuhan kaum miskin melalui advokasi dan keterlibatan langsung dengan pembuat kebijakan.
Keluarga dan kelompok masyarakat di seluruh Indonesia juga harus diberdayakan untuk lebih
berperan aktif dalam menentukan dan meraih yang mereka perlukan. Pembangunan
berkelanjutan harus dimulai dari akar rumput, dan kemudain bergerak ke tingkat yang lebih
tinggi. Untuk membantu kaum miskin agar lebih sejahtera, mereka harus diberi sumberdaya yang
cukup untuk membantu mereka tumbuh dan mebjadi sejahtera.
Tujuan Ke-2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 3: Pada 2015, semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun prempuan, akan dapat
menyelesaikan pendidikan dasar
Situasi Saat Ini
Target MDG kedua adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua pada 2015. Ini artinya bahwa
semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, akan dapat menyelesaikan pendidikan
dasar. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memenuhi target ini dengan mencanangkan
Program Wajib Belajar 9 tahun. Kebijakan ini terbukti telah meningkatkan akses untuk
pendidikan SD. Akan tetapi, masih banyak anak usia sekolah di pelosok negeri yang belum dapat
menyelesaikan SD-nya. Bahkan di perdesaan, tingkat putus sekolah dapat mencapai 8,5%.
Kualitas pendidikan di Indonesia selama ini masih perlu ditingkatkan dan manajemen pendidikan
juga kurang baik.
Tindak Lanjut
Apabila target kedua ini ingin dicapai, seluruh pemangku kepentingan diseluruh negeri, termasuk
pemerintah pusat dan daerah, organisasi masyarakat sipil, masyarakat umum, akademisi, sektor
swasta dan media perlu untuk bekerja sama memastikan bahwa kebijakan, strategi dan program
di masa yang datang terkait Program Wajib belajar 9 tahun harus terfokus pada peningkatan
akses dan memperluas kesempatan belajar kepada seluruh anak usia sekolah , terutama mereka
yang berada di daerah miskin dan daerah pedalaman. Dinas Pendidikan di daerah juga perlu
untuk meningkatkan kualitas dan kesesuaian pendidikan dasar untuk memastikan bahwa seluruh
lulusannya akan memiliki kemampuan dasar untuk bekerja atau meneruskan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
Sistem manajemen sumberdaya pendidikan juga perlu ditingkatkan, sehingga seluruh lembaga
yang terkait dengan pendidian dasar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara lebih efisien
dan efektif. Kunci dari kesusksesan pemerintah dalam mensukseskan pendidikan dasar 9 tahun

adalah dengan keterlibatan orang tua murid dan tokoh masyarakat, sertaorganisasi masyarakat
sipil dan sektor swasta. Kelompok pemangku kepentingan ini akan membantu memobilisasi
berbagai sumberdaya untuk mendukung tercapainya tujuan program Wajar 9 Tahun. Selain itu,
kesempatan juga perlu diperluas kepada sekolah swasta dan lembaga pendidikan berbasis
masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar.
Tujuan Ke-3: Mendukung Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Perempuan
Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan sekolah menengah
di Indonesia
Situasi Saat Ini
Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam mengatasi persoalan kesenjangan antara lakilaki dan perempuan. Program Wajib belajar 9 tahun telah membawa dampak positif dalam
pengurangan kesenjagan dalam dunia pendidikan. Rasio antara partisipasi murid laki-laki dan
perempuan, baik partisipasi bersih amupun kotor, sudah hampir mencapai 100% di seluruh
tingkat pendidikan. Akan tetapi, keberhasilan ini masi perlu ditingkatkan, terutama untuk
kelompok usia yang lebih tua. Masih terdapat cukup banyak kesenjangan dan anggapan yang
salah dalam konteks peranan dan gender di masyarakat. Persepsi yang salah ini hampir terjadi di
semua aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan (kesempatan dan kesetaraan imbalan) hingga
keterwakilan di bidang politik.
Proporsi perempuan dalam pekerjaan non-pertanian relative stagnan, begitu pula debngan
keterwakilan perempuan di parlemen, yang masing-masing masih berkisar pada 33% dan 11%.
Tindak Lanjut
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakuan banyak strategi untuk mendukung pencapaian
tujaun ketiga MDG. Selain program gender di bidang pendidikan, upaya juga dilakukan untuk
meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di sektor non-pertanian dan kesetaraan
imbalan. Aspek pemberdayaan perempuan merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan
ketiga MDG, termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek politik
Mekipun Pasal 27 UUD 45 menjamin kesetaraan hak bagi seluruh penduduk Indonesia lakilaki maupun perempuan, cukup banyak ditemukan praktek-praktek yang justru
mendiskriminiskian dan memicu terjadinya kesenjangan, terutama di tingkat daerah. Hal ini
mencakup implementasi peraturan daerah yang mengandung unsur dualisme yang tidak sesuai
dengan UUD 45. Seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, termasuk Pemerintah, masyarakat
sipil, sektor swasta, akademisi dan media dapat berperan dalam mencegah dampak negatif dari
praktek semacam ini, dengan cara berpedoman secara teguh terhadap hak konstitusional setiap
warga negara.

Tujuan Ke-4: Mengurangi Tingkat Kematian Anak


Target 5: Mengurangi hingga dua pertiga-nya , tingkat kematian anak dibawah usia 5 tahun
Situasi Saat Ini
Di Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan mennggal sebelum mereka berusia
5tahun. Statistik ini dikenal dengan Angka kematian Balita (AKB). AKB Indonesia saat ini
adalah yang tertinggi diantara Negara ASEAN lain. Meskipuns demikian, Indonesia sebenarnya
telah mencapai tujuan keempat MDG. Hal yang menjadi pekerjaan kita sekarang adalah
memastikan bahwa anak-anak Indonesia mendapatkan hak konstitusional mereka. UU no 23
tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka.
Sepertiga kematian bayi di Indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, 80%
diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian adalah infeksi pernafasan
akut, komplikasi kelahiran dan diare. Selain penyebab utama, beberapa penyakit menular seperti
infeksi radang selaput otak (meningitis), typhus dan encephalitis juga cukup sering menjadi
penyebab kematian bayi.
Tindak Lanjut
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issu kematian bayi dan balita sebagai salah satu
bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah
gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, dari mulai pemerintah, sektor swasta
hingga akademisi dan masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan
kualitas kesehatan dan kesejaheraan Bayi dan Balita. Selain mempromosikan hidup sehat untuk
anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif,
bagian dari Target keempat MDG adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu
tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif
mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita.
Tujuan Ke-5: Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 6: Menurunkan -nya Tingkat Kematian Ibu di Indonesia
Situasi Saat Ini
Resiko kematian ibu karena propses melahirkan di Indonesia adalah 1 kematian dalam setiap 65
kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu karena komplikasi sewaktu
melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat Kematian Ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian
setiap 100.000 kelahiran. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage,
eclampsia yang menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan, komplikasi karena

aborsi, infeksi dan komplikasi sewaktu melahirkan. Meskipun Indonesia belum memiliki sistem
pendataan yang baik untuk mendapatkan infromasi mengenai AKI, para ahli memperkirakan
bahwa AKI pada tahun 1992 di Indonesia adalah 425 Lebih dari satu dekade kemudian,
angkanya berubah menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laju ini, diperlukan
usaha yang jauh lebih besar untuk mecapai Target MDG ke 5. Selain itu, perhatian khusus harus
diberikan kepada daerah miskin, terutama di bagian timur Indonesia, dimana banyak daerah
masih memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di Indonesia, dan juga karena daerah tersebut
memiliki infrastruktur yang sangat terbatas.
Tindak Lanjut
Yang sangat diperlukan oleh Ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayana kesehatan
berualitas untuk ibu dan anak, terutama selama dan segera setelah kelahiran. Selain peningkatan
pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan perubahan perilaku masyarakat yang paling rentan
terhadap kematian ibu. Hal ini termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status
kesehatan dan nurtisi, serta pemberitahuan mengenai jangkauan dan macam pelayanan yang
dapat mereka pergunakan. Pemerintah juga perlu untuk meningkatkan sistem pemantauan untuk
mencapai tujuan MDG ke 5. Peningkatan sistem pendataan terutama aspek manajemen dan
aliran informasi terutama data dasar infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi
terkait dengan masyarakat donor juga perlu ditingkatkan untuk untuk menghindari overlap dan
kegiatan yang tidak tepat sasaran, sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai secara lebih
efektif dan efisien.
Tujuan Ke-6: Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Target 7: Menghentikan dan mulai menurunkan kecenderungan penyebaran HIV/AIDS di
Indonesia
Target 8: Menghentikan dan menurunkan kecenderungan penyebaran Malaria dan penyakit
menular lain di Indonesia.
Situasi Saat Ini
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh HIV (the
Human Immunodeficiency Virus) . HIV dapat merusak siste kekebalan tubuh terhadap penyakit
dan infeksi, sehingga dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Pengobatan dengan Anti
Retro Viral (ARV)dapat mennghambat perkembangan penyakit AIDS dan oleh karena itu
meningkatkan kondisi tubu penderitanya. Tetapi obat ini tidak dapat menyembuhkan HIV, karena
balum ditemukan obat untuk HIV dan AIDS. HIV disebarkan melalui kontak seksua dan melalui
darah yang sudah terinfeksi. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2007, jumlah penderitanya
terus meningkat. Hingga Maret 2007 hampir 8.988 kasus AIDS dan 5.640 kasus HIV dilaporkan.
Menurut beberapa ahli, jumlah ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan penderita yang ada.
Kalompok masyarakat yang paling beresiko untuk terinfeksi penyakit ini adalah Pekerja seks

komersial dan pelanggannya, serta pengguna narkoba suntik. Selain itu, kesadaran dan
pengetahuanyang benar mengenai HIV dan AIDS juga masih merupakan persoalan besar di
Indonesia. Lebih dari sepertiga perempuan dan seperlima laki-laki belum pernah mendengar
sama sekali mengenai HIV/AIDS. Apabila kecenderunganseperti ini tidak berubah, diperkirakan
lebih dari 1 juta masyarakat Indonesia akan terinfeksi pada 2010. Penyakit lain yang juga
menjadi perhatian MDG 6 adalah Malaria dan Tubeculosis (TBC). Setiap tahun diperkirakan
terdapat 18 juta kasus Malaria dan lebih dari 520 ribu kasus TBC.
Tindak Lanjut
Upaya pemerintah untuk memerangi HIV/AIDS dilaksanakan oleh Komisi Nasional
Pemnanggulangan AIDS (KPA), sebuah badan nasional yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan kampanye danpemberian informasi yang benar mengenai HIV/AIDS,
penyebarannya dan apa saja yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari dan
melindungi diri mereka dari tertular penyakit tersebut. KPA juga membentuk masyarakat untuk
mengerti bagaimana hidup bersama ODHA dan untuk tetap hidup secara produktif. Upaya
peningkatan pemantauan dan peningkatan fasilitas kesehatan dan perawatan untuk ODHA juga
perlu dilakukan. Setiap warga negara dapat membantu menghentikan penyebaran HIV dengan
mengurangi resiko penularan dengan melakukan praktek seksual yang aman dan menggunakan
kondom secara teratur. Kampanye mengenai Roll Back Malaria dan DOTS juga termasuk usaha
yang secara periodik dilakukan untuk memerangi Malaria dan TBC.
Tujuan Ke-7: Memastikan Kelestarian Lingkungan
Target 9: Mengintergrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan kedalam kebijakan dan
program pemerintah Indonesia, serat mengembalikan sumberdaya yang hilang
Target 10: Mengurangi hingga setengahnya proporsi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki
akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.
Target 11: Meningkatkan secara signifikan kehidupan masyarakat yang hidup di daerah kumuh.
Situasi Saat Ini
Antara tahun 1985 dan 1997, laju deforestasi di Kalimantan, Maluku, Papua, ulawesi dan
Sumatra adalah 1.8 juta hektar per tahun. Ancaman utama tehadap hutan hujan Indonesia adalah
pembalakan liar di kawasan hutan lindung. Di era desentralisasi dan otonomi daerah, lebih
banyak hutan yang dikeploitasi, pembalakan liar semakin menjadi-jadi dan batas kawasan
lindung sudah tidak diperdulikan lagi. Panyebab utamanya adalah lemahnya supresmasi hukum
dan kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai ptujuan pembangunan jangka panjang dan
perlindungna biosphere.
* Air Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh PDAM ternyata tidak
memenuhi persyarat air minum aman yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Hal ini

utamanya disebabkan oleh kualitas jaringan disribusi dan perawatan yang kemudian
menyebabkan terjadinya kontaminasi.
* Sanitasi Berdasarkan data terahir yang tersedia, akses masyrakat secara umum terhadap
fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi prioritas utama
pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, badan legislative maupun sektor swasta. Hal ini
tampat dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan untuk sanitasi.
Tindak Lanjut
Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumberdaya alam dan lingkungan merpakan aspek
yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini dapat membantu memperkaya pengetahuan
dan wawasan kelompok masyarakat yang hidup di daerah perdesaan dan daerah terpencil
mengenai pentingnya perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini juga perlu disandingkan dengan
promosi mengenai kesehatan dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti
petingnya air bersih dan dapat berpartisipasi aktif menjaga dan merawat fasilitas air bersih yang
ada. Kampanye mengenai pentingnya sanitasi juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat
kebijakan, dan badan legislatif, termasuk juga kapada masyarakat. Diperlukan investasi dan
prioritisasi yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pelayanan sanitasi
untuk masyarakat di seluruh Indonesia.
MDG 8: Mengembangkan Kemitraan untuk Pembangunan
Target 12: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan,
dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif
Target 13: Mengatasi persoalan khusus dari negara-negara paling tertinggal. Hal ini termasuk
akses bebas tariff dan bebas kuota untuk produk eksport mereka, meningkatkan pembebasan
utang untuk negara berutang besar, penghapusan utang bilateral resmi dan memberikan ODA
yang lebih besar kepada Negara yang berkomitmen menghapuskan kemiskinan.
Target 14: Mengatasi kebutuhan khusus di negara-negara daratan dan kepulauan kecil
Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun Internasional
agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Target 16: Bekerja sama dengan negara berkembang mengembangkan pekerjaan yang layak dan
produktif untuk kaum muda
Target 17: Bekerjasama dengan Perusahaan Farmasi, memberikan akses untuk penyediaan obatobatan penting dengan harga terjangkau di negara berkembang
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi
informasi dan komunikasi.
Tujuan kedelapan berisikan aksi yang harus dilakukan oleh Negara maju kepada negara
berkembang untuk mencapai Tujuan 1-7 MDG. Konsensus Monterrey yang merupakan hasil
dari Konferensi Internasional tentang Pembiayaan untuk Pembangunan tahun 2002 dipandang
sebagai unsure kunci Tujuan 8. Konsensus tersebut berintikan kebebasan perdagangan, aliran
dana swasta, utang, mobilisasi sumberdaya domestic dan hibah untuk pembangunan. Berkaca

pada fakta bahwa investasi dalam bidang kesehatan publik adalah investasi yang non-profit,
hibah menjadi penting, terutama di sector kesehatan.

Baca ringkasan eksekutif laporan VSO berjudul "Perempuan dalam Power: melampaui akses
untuk mempengaruhi dalam dunia pasca-2015", dirilis bulan Agustus ini:
"Proses internasional di bawah cara untuk mengembangkan-pos 2015 kerangka pembangunan
memberikan kesempatan untuk mengatasi ketimpangan sangat mengakar dan gigih dalam
masyarakat kita, sebuah ketimpangan yang tidak hanya merupakan pelanggaran terhadap hakhak perempuan, tetapi juga penghalang untuk pemberantasan kemiskinan . Untuk menjadi sukses
kerangka perlu memperhitungkan hambatan untuk kesetaraan gender, bagaimana dan mengapa
ini sedang diabadikan, dan bukti langkah-langkah yang telah terbukti berhasil dalam menangani
mereka.
Laporan ini akan menetapkan pemikiran VSO mengenai partisipasi kesetaraan perempuan dan
pengaruh dalam kehidupan publik dan politik, dan mengapa hal itu menganggap masalah ini
memiliki intrinsik dan instrumental penting. Ini akan menilai situasi seperti sekarang untuk
menunjukkan kesenjangan yang ada dalam kekuasaan, dan secara singkat akan menguraikan
hambatan-hambatan ke dan enabler partisipasi dan pengaruh yang VSO telah diidentifikasi dari
pengalaman sendiri bekerja di 33 negara selama 55 tahun. Laporan ini akan menyimpulkan
dengan menetapkan bagaimana pasca-2015 dapat mengintegrasikan kerangka prioritas dalam
tujuan, sasaran dan indikator struktur. "

2013 Laporan Pembangunan Eropa ( ERD ) 'Post 2015 : Aksi Global untuk Masa Depan Inklusif
dan Berkelanjutan ' menawarkan dua ambisi untuk agenda pembangunan pasca -2015 global.
Pertama , seharusnya tidak hanya ' MDGs plus' , tetapi juga benar-benar transformatif . Agenda

harus mendukung transformasi ekonomi dan sosial melalui pekerjaan , kesetaraan sosial ekonomi
dan kelestarian lingkungan . Kedua, harus melihat melampaui tujuan , dan lebih banyak di driver
internasional yang menciptakan lingkungan pengembangan - friendly.
Mengingat ambisi ini , ada dua daerah di mana Uni Eropa bisa dan harus mencoba untuk
mendorong agenda global . Satu didasarkan pada kekuatan domestik , dan yang lainnya
mengenai potensi internasional .
1 . ketidaksamaan
Uni Eropa dapat memberikan kontribusi untuk membalikkan tren negara - tingkat global dan
arah pelebaran ketimpangan sosial ekonomi . Model sosial Eropa adalah salah satu keberhasilan
terbesar Eropa : meskipun mereka meningkat baru-baru ini , Uni Eropa masih memiliki tingkat
terendah ketidaksetaraan di dunia. Uni Eropa sehingga bisa mendorong lebih keras untuk target
kesenjangan tertentu dalam agenda pasca -2015 . Ini bisa, misalnya , memimpin jalan dengan
menerapkan janji-janji yang dibuat pada bulan Agustus 2012, ketika Komisi merilis Komunikasi
sangat baik pada perlindungan sosial dalam kerjasama pembangunan Uni Eropa .
Ketimpangan terutama masalah dalam negeri , dan Uni Eropa tidak bisa memaksa negara lain
untuk mengatasi itu , tetapi dapat memberikan dukungan kepada mitra yang ingin mengatasi
masalah ketimpangan mereka sendiri . Hal ini dapat mencakup membangun kemauan politik
dengan menempatkan perlindungan sosial di tengah-tengah dialog kebijakan , mendukung
inisiatif domestik untuk mereformasi sistem pajak - termasuk dengan menutup bebas pajak Eropa
- dan menyediakan keahlian teknis untuk membangun sistem pengiriman kesejahteraan .
Sayangnya , ada banyak alasan untuk meragukan bahwa Eropa akan mampu membuat ambisi ini
menjadi kenyataan .
Pertama , ketimpangan bukanlah prioritas kebijakan pembangunan Uni Eropa . Meskipun ciri
Komisi 20 % dari bantuan untuk program sosial , sebagian besar sebenarnya dihabiskan untuk
mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan mengatasi isu-isu pemerintahan seperti polisi dan
reformasi peradilan . Meskipun ini sangat membantu , mereka tidak langsung menjawab
ketidaksetaraan .
Kedua , Uni Eropa melepaskan diri dari pembangunan tingkat negara kerjasama dengan negaranegara berpenghasilan menengah ( MIC ) . Kemiskinan masih menjadi masalah besar bagi
banyak MIC , dan meskipun kekayaan nasional mereka meningkat , ada beberapa hambatan
utama untuk memastikan bahwa orang-orang manfaat biasa. Mengatasi ketimpangan karena itu
bisa menjadi topik sentral untuk kerjasama dengan MIC tertarik.
Ketiga , Uni Eropa harus menetapkan contoh . Mengembangkan elit negara tidak akan

mengambil Uni Eropa serius sementara ketidakmerataan meningkat di Eropa . Sebagai Eropa
bergulat dengan masa depan dan tempatnya di dunia, ini adalah saat yang tepat untuk
merenungkan apa proyek Eropa telah tentang : menjamin perdamaian dan kemakmuran dari
warga negara anggotanya jangka panjang . Kohesi sosial , yang dicapai dengan memastikan
bahwa sebanyak mungkin orang memiliki standar hidup yang layak , adalah elemen inti dari
strategi Uni Eropa .
2 . Kondisi Kerangka
Meskipun pasca -2015 gol akan sangat penting bagi agenda pembangunan global , mereka tidak
akan sama pentingnya dengan kondisi kerangka . Tujuan akan ditetapkan setelah larut malam
kuda -trading di PBB , jadi kita akan harus melihat bagaimana rinci dan layak mereka akhirnya
menjadi . Tapi kondisi kerangka kerja , yang memberikan konteks untuk kedua agenda
pembangunan global itu sendiri dan pelaksanaannya di tingkat domestik , akan terus berkembang
terlepas dari apa negosiator dapat menyetujui .
Kondisi kerangka kerja yang mana potensi terbesar Uni Eropa untuk mendukung perkembangan
global kebohongan. Eropa bisa membuat dua kontribusi besar . Yang pertama adalah melalui
kebijakan pembangunan tradisional . Sementara bantuan pembangunan resmi ( ODA ) mungkin
tidak penting bagi banyak negara berkembang pada tahun 2030 seperti sekarang , Uni Eropa
perlu terus bekerja untuk meningkatkan efektivitas bantuan sejalan dengan komitmen
internasional . Eropa juga perlu untuk terus membuat kemajuan pada Coherence Kebijakan
agenda Pembangunan sejalan dengan komitmen yang dibuat , khususnya yang berkaitan dengan
pertaniannya , perikanan dan kebijakan perdagangan .
Kontribusi kedua , dan berpotensi terbesar di Eropa bisa datang di bidang kebijakan publik
global : kebijakan untuk membentuk perjanjian internasional dan aturan yang mendukung barang
publik global ( GPGs ) ketentuan dalam daerah penting untuk pembangunan. ERD berurusan
dengan tiga jenis rezim internasional : bantuan dan keuangan , perdagangan / investasi, dan
tenaga kerja migrasi . Daerah lain termasuk rezim keamanan regional , arus keuangan terlarang,
industri ekstraktif dan pemerintahan maritim , serta GPGs lingkungan seperti keanekaragaman
hayati dan iklim. Pada dasarnya , Uni Eropa memiliki peran utama dalam negosiasi internasional
pada banyak rezim ini, dan sekarang saatnya untuk menarik proses ini bersama-sama di belakang
agenda pembangunan global.
Oleh karena itu , Uni Eropa tetap penting karena apa itu : aktor pembangunan global utama , dan
proyek visioner yang telah ditanggung perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di benua Eropa .
Agenda pembangunan pasca - 2015 memberikan kesempatan emas untuk menegaskan kembali
ini di panggung global . Pada saat ini , tanda-tanda tidak baik bahwa Uni Eropa akan mengambil
kesempatan ini . Krisis euro yang sedang berlangsung tidak meninggalkan banyak ruang untuk
agenda global yang ambisius dan , di banyak negara-negara anggota , negara kesejahteraan

sedang dibongkar daripada dipromosikan sebagai model bagi orang lain . Singkatnya , agenda
pembangunan global bisa dilakukan dengan sedikit lebih EU phoria
1. +Anda
2. Telusuri
3. Gambar
4. Maps
5. YouTube
6. Berita
7. Gmail
8. Drive
9. Kalender
10. Lainnya
1. Terjemahan
2. Buku
3. Foto
4.
5. Masih banyak lagi

Account Options
1.
2. Masuk
Coba browser baru dengan terjemahan otomatis.Unduh Google ChromeTutup
tr

Terjemahan
en

en

id

Dari: Inggris
id

Ke: Bahasa Indonesia


Terjemahkan

_t

id

UTF-8

Inggris
Bahasa Indonesia
Jepang
Deteksi bahasa
Merjemahkan teks atau laman web
tr

Bahasa Indonesia
Inggris
Arab
Setiap hari , kontraktor truk hampir empat juta liter air ke kamp pengungsi Suriah untuk Za'atari
di Yordania utara
STOCKHOLM , 6 September 2013 ( IRIN ) - Sebuah air terkemuka think tank hari ini
mengeluarkan panggilan untuk 2015 pasca - sasaran pembangunan di atas air ditujukan untuk
membuat lebih baik menggunakan pasokan air yang langka , mewujudkan hak manusia untuk air
minum yang aman dan sanitasi , dan meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan banjir
pada 2030 .
Banding , dari Stockholm International Water Institute , datang setelah seminggu diskusi dan
konsultasi dengan lembaga bantuan , organisasi pembangunan dan ahli air tentang bagaimana
membangun pada Millenium Development Goals ( MDGs ) , yang menetapkan target 2015 untuk
meningkatkan akses ke aman air minum dan sanitasi dasar .
"MDGs telah memberikan fokus yang luar biasa bagi agenda pembangunan internasional dan
menjabat sebagai seruan pada saat dukungan untuk tujuan internasional mulai memudar , " kata
Michel Jarraud , ketua PBB-Air . " Tantangan Air terkait memukul miskin yang paling sulit - ini
adalah di mana kita harus memfokuskan upaya kami . Kita sekarang perlu untuk membangun apa
yang sudah kita miliki dan bagaimana membuat tujuan berikutnya lebih baik . "
Masalah ini adalah salah satu topik utama perdebatan Minggu Air Dunia , sebuah acara yang
angin hari ini , di Stockholm . 12 bulan ke depan dipandang sebagai penting untuk
mengamankan target air minum dan sanitasi yang akan membantu panduan bantuan dan upaya
pembangunan untuk 15 tahun ke depan .
Namun, meski indikasi positif dari Panel Tingkat Tinggi Post -2015 Agenda Pembangunan , air /
sanitasi sasaran khusus tidak dijamin , ahli air takut tahun kesulitan jika proses ini gagal , dan
ada tanda-tanda di +20 KTT Rio tahun lalu bahwa para pemimpin dunia mungkin kekurangan
antusiasme untuk janji air yang baru .

" Tidak memiliki tujuan air saja akan mempersulit tugas kita untuk menjaga air yang sangat
tinggi pada agenda publik , " kata Bart Devos dari Parlemen Pemuda Dunia untuk Air ( WYPW )
.
Hasil MDG Campuran
Karena MDG Target awal tahun 1990, setidaknya dua miliar orang telah memperoleh akses ke
sumber air minum . Namun hampir 800 juta masih tersisa , dari mereka , 40 persen tinggal di
Afrika sub - Sahara .
" Tidak memiliki tujuan air saja akan mempersulit tugas kita untuk menjaga air yang sangat
tinggi pada agenda publik "
" Ini [ target MDG air ] berguna karena membuat pemerintah berpikir tentang apa yang mereka
lakukan dan seberapa baik mereka lakukan . Tetapi juga pergi melalui beberapa cegukan , yang
cukup edukatif , " Mike Muller , dari Universitas Witwatersrand Sekolah Umum dan
Pengembangan Manajemen , kepada IRIN .
" Ketika menteri berpikir bahwa semua mereka harus lakukan adalah untuk menempatkan pipa di
tanah dan PDAM pada akhir mereka, mereka fokus pada penyediaan infrastruktur , dan mereka
mampu untuk mengatakan ' Kami telah menyediakan infrastruktur bagi jutaan orang ' . Hanya
ada satu masalah dalam banyak kasus - infrastruktur tidak bekerja " .
Indikator kemudian tweak untuk mencoba untuk memastikan hanya pelayanan air yang bekerja
dihitung .
Target air global dicapai lima tahun awal , pada tahun 2010 , tetapi sanitasi tetap menjadi tujuan
yang lebih keras , 2,5 miliar orang masih kekurangan akses terhadap fasilitas sanitasi yang baik .
Diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian di banyak negara berkembang , dan 1,1
miliar orang buang air besar di tempat terbuka .
Tantangan sanitasi cenderung meningkat sebagai penduduk perkotaan meningkat , Bank Dunia
memperkirakan 70 persen dari populasi China akan berada di kota-kota pada tahun 2030 .
Air MDG dan sasaran sanitasi membantu mendorong tindakan oleh negara-negara , donor dan
lembaga; itu aspiratif dan dapat diukur dan dikomunikasikan .
Apa yang mereka kurang kuat pada yang mengatasi ketimpangan , yang kampanye berharap
akan lebih kuat ditekankan dalam pasca - target 2015 , dijuluki Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan ( SDGs )
Tapi itu mungkin menjadi tantangan sulit , terutama dengan air dan sanitasi target universal yang
topeng variasi regional . Tapi Amanda Marlin dari Air Bersih dan Sanitasi Collaborative Council
( WSSCC ) mengatakan mereka seharusnya tidak hanya bertujuan untuk target mudah .
"MDGs telah membantu kami , tapi kami ingin melakukan yang lebih baik pasca - 2015. Kami

tidak ingin hanya pergi untuk buah tergantung rendah , hanya mencoba untuk menurunkan
angka, dan bahwa paling sulit untuk mencapai yang ditinggalkan lagi dan lagi . "
Apa yang harus bertujuan untuk
Berbeda dengan pengembangan target MDG , devising SDGs telah melibatkan proses konsultasi
yang luas dan kadang-kadang membingungkan , yang telah meninggalkan ruang untuk lobi dan
komentar dari semua bagian dari sektor ini .
Meskipun semua melihat air dan sanitasi sebagai isu dasar, ada berbagai pandangan tentang
strategi terbaik untuk merangkul .
Banyak orang, termasuk mereka yang berada dibalik Pernyataan Stockholm hari ini , berdebat
untuk tujuan mandiri atau dedicated bertujuan pada berbagai sasaran . Saran populer termasuk
target untuk mengakhiri buang air besar terbuka dan target untuk akses universal terhadap air dan
sanitasi .
Millenium Development Goals
Tujuan 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Target 7a : Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan
program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang .
Targetkan 7c : Belah , pada tahun 2015 , proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan terhadap
air minum yang aman dan sanitasi dasar
Dan ada keinginan untuk bergerak di luar kuantitas untuk melihat kualitas - bagaimana aman
adalah air , yang bebas dari polusi , dan melakukan toilet yang dibangun masih berfungsi ? Harus
ada target untuk fasilitas sanitasi air dipasang dan di sekolah-sekolah dan pusat kesehatan ?
Harus ada unsur kesetaraan ?
" Kita perlu meyakinkan target , dan kita perlu [ untuk melihat ] bahwa mereka didasarkan pada
indikator yang terukur . Kami belum ada di sana . Banyak orang yang mengusulkan terlalu
banyak target , terlalu banyak , " kata Gerard Payen , dari Dewan Penasehat Sekretaris Jenderal
PBB untuk Air dan Sanitasi ( UNSGAB ) .
Saran lainnya termasuk bertujuan untuk penarikan air tawar untuk mencocokkan apa yang
berkelanjutan untuk memasok , dan semacam gol tentang kebersihan cuci tangan dan
menstruasi .
Untuk setiap target , perlu ada cara untuk mengetahui apakah tujuan tercapai, suatu kondisi yang
membuat beberapa target yang kurang bisa diterapkan . Mengukur indikator perkiraan yang salah
dapat menyebabkan hasil yang tidak diinginkan atau bahkan negatif.
" Indikator-indikator dan tujuan benar-benar dapat bermanfaat , dan bisa membuat orang
berkonsentrasi pada apa yang mereka capai . Tetapi juga kita harus belajar bahwa kita harus
membentuk mereka sangat hati-hati atau Anda mungkin memiliki insentif dan orang-orang mulai
melakukan hal yang salah , " kata Muller .

Jika masyarakat air tidak masuk ke diskusi awal tahun depan dengan satu suara , Muller
khawatir, mereka mungkin berakhir dengan hasil yang memuaskan tidak ada .
" Akan jauh lebih baik jika kita pergi dengan benar-benar well- dibangun set gol. Jika tidak , apa
yang terjadi - dan itulah yang terjadi dengan MDGs - yang Anda pergi dengan daftar belanja
yang besar , itu tidak masuk akal , mereka semua setuju bahwa ada harus menjadi gol , dan
seseorang jenis memasak sampai larut malam , dan itu adalah kompromi yang buruk , " kata
Muller .
Pergi sendiri ?
Salah satu kesulitan sektor tersebut menghadapi adalah bahwa air jelas terkait dengan beberapa
sektor kemanusiaan dan pembangunan lainnya seperti kesehatan dan pendidikan - hubungan
yang tidak pernah ditangkap dalam MDGs aslinya .
Beberapa, seperti Muller , berpendapat bahwa hal itu mungkin ide yang baik untuk
menempatkan target air bersih dan sanitasi di daerah lain seperti kesehatan , dalam rangka
menyebarkan kewajiban dan sumber daya .
" Kita harus menyadari bahwa kita tidak dapat mencapai segala sesuatu pada kita sendiri , " kata
Nina Odenwaelder , dari Masyarakat Jerman untuk Kerjasama Internasional ( GIZ ) . " Kita perlu
memiliki tanggung jawab bersama; keterkaitan perlu lebih dibicarakan . "
Tapi banyak ketakutan meninggalkan tujuan mandiri akan membagi sektor : " Jika Anda
menyebarkan tujuan air antara tujuan-tujuan lain , hanya akan menciptakan persaingan raksasa
untuk sumber daya air di antara sektor-sektor , " kata Devos .
Untuk lebih lanjut tentang masalah ini , mendengarkan podcast IRIN khusus dicatat pada
Minggu Air Dunia dengan tamu Joakim Harlin ( UNDP ) dan Torgny Holmgren ( Stockholm
International Water Institute )
Apapun, kemitraan lintas sektor akan menjadi bagian penting untuk meningkatkan akses ke
layanan air bersih , para ahli mengatakan .
Ada juga dorongan yang kuat untuk melihat ke dalam pengelolaan air limbah dan pengelolaan
sumber daya air, yang tidak benar-benar dibahas dalam target MDG air . Ini adalah " bukan
urusan yang belum selesai , tapi bisnis kita belum hadir untuk benar , " kata Joakim Harlin ,
seorang penasihat senior sumber daya air dengan Program Pembangunan PBB . Diperkirakan 80
persen dari air limbah dibuang ke perairan terbuka , katanya .
Tapi menempatkan air limbah ke air target SDG tidak duduk nyaman dengan semua orang . Ada
yang mengatakan lingkungan alam sering dapat mengatasi dengan sejumlah air limbah , air
limbah bahwa infrastruktur cenderung hanya menguntungkan elit , dan bahwa usaha air besar
bisa berada di balik dorongan untuk target .
Lain khawatir bahwa itu hanya bisa membantu untuk membagi sektor ke WASH terpisah,

manajemen sumber daya dan target limbah .


" Jika Anda sekarang mulai memisahkan kualitas air dari kuantitas air, Anda hancur integrasi
yang orang telah bekerja di selama 40 tahun terakhir , jadi saya pikir itu pendekatan yang benarbenar pendek terlihat , " kata Muller .
Data dan tanggung jawab
Data adalah komponen penting dari setiap sistem berbasis target , target yang terukur membawa
akuntabilitas dan menarik dana .
Tapi ada tetap gelar baik ketidakpastian tentang berapa banyak air yang ada dan siapa yang
menggunakannya . Data penginderaan jauh dari satelit dapat memberikan beberapa informasi ,
tapi penerapannya terbatas .
Target perlu mencerminkan hal-hal yang bahkan negara-negara berkembang mungkin memiliki
atau bisa memiliki kapasitas untuk mengukur , termasuk pemantauan dari waktu ke waktu .
" Saya sangat skeptis tentang statistik , meskipun saya sangat percaya pada mengetahui apa yang
kita lakukan , " kata Franz Marre , dari Kementerian Federal Jerman Kerja Sama Ekonomi dan
Pembangunan ( BMZ ) .
Beberapa ahli bahkan air menyarankan membuat target dari pengumpulan data air.
Dan bahkan definisi dasar menunggu klarifikasi - misalnya, adalah lubang bor dihitung sebagai
titik air yang aman ?
" Target harus sesuai untuk tindakan . Mereka harus memberikan pesan yang jelas tentang apa
yang harus dilakukan dan menjadi jelas tentang kepemilikan. Mereka juga harus dapat dicapai ,
dan kita perlu tahu apakah kami berada di jalur atau keluar jalur , " kata Odenwaelder .
Pertanyaan tentang siapa yang akan bertanggung jawab untuk mencapai target dan membayar
untuk itu adalah tantangan terakhir .
" Siapa yang melakukan pemantauan? Siapa yang membayar untuk itu ? Dimana rumah ? Siapa
yang melakukan semua pekerjaan itu ? " Kata Uschi Eid dari UNSGAB tersebut .
" Saya takut jika air adalah urusan semua , maka air tidak ada bisnis . "
Urungkan pengeditan
Dalam memimpin hingga Majelis Umum PBB , World Forum Skoll bermitra dengan Johnson &
Johnson , United Nations Foundation dan Bill dan Melinda Gates Foundation untuk
menghasilkan online debat difokuskan pada 850 hari terakhir sebelum MDGs berakhir pada
2015. Kami meminta beberapa ahli terkemuka di dunia yang merupakan salah satu hal yang
harus kita lakukan secara berbeda atau lebih baik untuk mencapai MDGs 4 , 5 dan / atau 6 semua difokuskan pada peningkatan kesehatan masyarakat - dengan tenggat waktu ? Lihat seri
lengkap di sini .

Jutaan orang di dunia saat ini hidup dalam kemiskinan , sebagian karena mereka tidak memiliki
akses terhadap layanan energi modern . Di Afrika saja , 80 persen dari populasi benua itu terus
menggunakan biomassa tradisional untuk memasak dan pemanasan tujuan . Di Afrika Sub Sahara , hanya 31 persen yang memiliki akses listrik .
Sebagai seorang pemuda yang tumbuh di Sierra Leone , saya belajar dengan cahaya lilin . Hari
ini , 31 tahun setelah pendidikan sarjana saya di Njala University College , masalah tetap tidak
hanya di Sierra Leone tapi di seluruh dunia . Memang , tanpa akses ke energi , suatu negara atau
masyarakat tidak dapat mencapai Tujuan Pembangunan Milenium . Energi berkelanjutan sangat
penting untuk pembangunan berkelanjutan .
Pada perjalanan baru ke desa saya Kychum di Northern Sierra Leone , aku sedang duduk di luar
dan mengobrol dengan tetangga ketika saya melihat seorang wanita tiba dengan perahu . Saya
melihat wanita memilih atas kayu dan menaruhnya di atas kepalanya . Apa yang sangat
mencolok adalah bahwa dia juga hamil dan membawa dua tahun di punggungnya .
Beberapa hari kemudian , saya berbicara dengan seorang wanita muda yang telah melahirkan di
rumah dalam gelap , bukan di klinik kesehatan . Ketika saya bertanya mengapa , dia mengatakan
bahwa klinik tidak punya listrik , dan dia tidak memiliki uang untuk membeli lilin . Bagi banyak
wanita di seluruh dunia , ini adalah kenyataan .
Akses ke layanan modern yang energi, pencahayaan , pendinginan , dan air bersih sangat penting
untuk pembangunan sosial dan ekonomi di hampir setiap sektor, dalam perawatan kesehatan ,
lebih dari itu - itu dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati .
Pada tahun 2011 , Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki -moon meluncurkan inisiatif global untuk
mencapai tiga tujuan ambisius pada tahun 2030 : memastikan akses universal untuk layanan
energi modern , menggandakan tingkat global perbaikan dalam efisiensi energi , dan
menggandakan pangsa energi terbarukan di bauran energi global . Majelis Umum baru-baru ini
menyatakan Dekade PBB Energi Berkelanjutan untuk Semua , akan dimulai pada 2014.
Masyarakat global telah rally terutama di sekitar MDGs meningkatkan kesehatan ibu dan
mengurangi kematian anak . Energi merupakan enabler penting untuk layanan perawatan
kesehatan primer , keadaan darurat terutama ibu dan melahirkan , namun di seluruh dunia , hot
spot kematian dan penyakit cocok dengan daerah di mana fasilitas kesehatan kekurangan
pasokan listrik untuk penerangan , peralatan medis , dan komunikasi mobile .
Kekurangan air dipompa , bersama dengan bahan bakar untuk perebusan untuk mensterilkan
peralatan atau menyediakan kondisi sanitasi dasar untuk mendukung pelayanan kesehatan , lanjut
melemahkan kemampuan untuk melawan bayi dan kematian ibu . Menurut Organisasi Kesehatan

Dunia ( WHO ) , pada tahun 2010 diperkirakan 287.000 perempuan di seluruh dunia meninggal
karena komplikasi kehamilan dan persalinan , sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan
menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas .
Pada tingkat masyarakat , kekurangan energi di klinik medis menghambat kemampuan tenaga
medis untuk memberikan pengobatan dan perawatan yang memadai . Listrik yang dapat
diandalkan diperlukan untuk segalanya dari pencahayaan untuk sterilisasi peralatan , powering
peralatan medis penting untuk tujuan diagnostik dan pengobatan , dan penyimpanan vaksin namun di beberapa negara Afrika Sub - Sahara , seperempat hingga setengah dari semua fasilitas
pelayanan kesehatan tidak memiliki listrik , dan sebagian besar fasilitas yang memiliki listrik
padam menderita kronis dan kekurangan .
Energi dan kesehatan perhubungan tidak terbatas pada klinik . Secara global , 1,3 miliar orang
masih kekurangan akses ke listrik , dan kaum miskin sering membayar paling sebagai proporsi
dari pendapatan rumah tangga mereka untuk sumber energi yang tidak memadai , berbahaya ,
dan tidak sehat yang membunuh banyak wanita dan anak-anak prematur . Beberapa 2,7 miliar
orang tergantung pada sumber kotor dan berbahaya bahan bakar untuk penerangan , pemanasan ,
dan memasak . Asap inhalasi menyebabkan jutaan kematian dihindari setiap tahun melalui
penyakit pernapasan seperti pneumonia. Cukup mengumpulkan kayu bakar menempatkan
perempuan dan anak perempuan pada risiko serangan dan perkosaan . Mereka juga kehilangan
hak dasar mereka untuk pendidikan yang layak : Kita tahu bahwa tanpa akses terhadap cahaya ,
mereka tidak bisa belajar.
Untuk mendukung kesehatan perempuan , Energi Berkelanjutan untuk Semua inisiatif berfokus
awalnya pada penyediaan klinik dengan listrik untuk penerangan dan pelayanan energi lain yang
tergantung pada kesehatan , dalam upaya yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia
( WHO ) , Perserikatan Yayasan Bangsa , UN Women , Bank Dunia , dan tertarik perusahaan dan
mitra LSM , bekerja sama dengan pemerintah . Pendekatan multi - stakeholder yang kolaboratif
akan mendukung kebijakan dan investasi untuk mempercepat pengkajian dan penyebaran ,
khususnya melalui pendekatan berbasis pasar , untuk layanan energi modern .
Akses ke pengembangan taji energi pada berbagai tingkatan - menciptakan pasar baru untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi , meningkatkan keadilan sosial , dan melindungi lingkungan
untuk sehat , masa depan yang lebih berkelanjutan . Fokus pada energi dan kesehatan perempuan
akan membawa para pemangku kepentingan bersama-sama untuk mengatasi MDGs untuk
mengurangi angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu dengan cara yang nyata ,
terukur , dan berkelanjutan . Kami mendorong Anda untuk bergabung dengan kami dalam
mendukung pekerjaan penting ini.

Harian Umum Sore. Redaksi: (021) 57851555. Sirkulasi:(021) 8280000 ext 108, 140. Iklan:
(021) 71688268. Tahun XXIII 8.311. 24 Halaman. Rp 2.800. Langganan Rp 68.000

Kunjungi kami di:

KLASIFIKASI |

GALERI FOTO |

E-PAPER |

Agenda Pasca MDGs 2015, Kemiskinan Tetap Isu Utama


Jumat, 31 Mei 2013 | 11:39

Presiden SBY menyerahkan hasil Panel Level


Tertinggi kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon di New York, Kamis [rumgapres]
Berita Terkait

BKKBN dan TNI Dukung Percepatan MDGs

3 Sasaran MDGs Masih Ketinggalan Kereta

[NEW YORK] Agenda pembangunan pasca-Millennium Development Goals (MDGs) 2015


masih menempatkan upaya penurunan kemiskinan sebagai isu utama. Indonesia dalam 12,5
tahun MDGs sudah mencatat kemajuan berarti dan akan terus mencatat kemajuan pada masa
mendatang.
Ada tiga aspek utama pada pasca-MDGs 15 tahun setelah tahun 2015, yaitu ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Indonesia sudah mencatat kemajuan dan akan lebih baik lagi pada 2,5 tahun

mendatang dan 15 tahun pasca-MDGs, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
kepada pers seusai menyerahkan The Report of The UN High Level Panel of Eminent Persons on
The Post-2015 Development Agenda, di New York, Amerika Serikat (AS), Kamis (30/5).
Sejak Kamis pagi, Presiden memimpin Panel Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengenai Agenda Pembangunan Pasca-2015 (UN High-Level Panel of Eminent Persons on the
Post-2015 Development Agenda) di Markas Besar PBB di New York. Dia menjelaskan, meski
ada perbedaan, tim akhirnya menyetujui 12 butir agenda. Kami mengajukan 12 butir
agenda. Jika dunia sungguh menjalankan agenda itu, bumi akan selamat dan generasi baru akan
lebih sejahtera, ujar Presiden SBY.
Kepala Negara mengemukakan, Indonesia terus menurunkan angka kemiskinan dan
pengangguran serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Jangan terus merasa
rendah diri, minder, pesimistis, seakan kita tak punya titik terang. Kita harus yakin bahwa kita
bisa, tegas Presiden.
Masih 2,5 tahun untuk menuntaskan MDGs, Presiden SBY menjelaskan, capaian Indonesia jauh
lebih baik dibandingkan banyak negara lain. Moga-moga pada 15 tahun berikut, Indonesia
lebih baik lagi, papar Presiden SBY, seperti dilaporkan wartawan SP, Primus Dorimulu, dari
New York.
Ke-12 butir agenda yang ditawarkan tiga pemimpin bersama panel tingkat tinggi untuk agenda
pasca-MDGs adalah pertama, mengakhiri kemiskinan; kedua, meningkatkan pemberdayaan
wanita dan mencapai kesetaraan gender; ketiga, menyediakan pendidikan berkualitas dan
suasana belajar seumur hidup; keempat, memastikan kesehatan yang layak; kelima, ketahanan
pangan dan tercukupinya nutrisi; keenam, mencapai akses air minum dan sanitasi.
Adapun butir ketujuh, yaitu menjaga keberlanjutan ketersediaan energi; kedelapan, penciptaan
lapangan kerja, mata pencarian keberlanjutan, dan pertumbuhan ekonomi yang adil; kesembilan,
pengelolaan aset sumber daya alam secara berkesinambungan; kesepuluh, memastikan
terciptanya tata kelola yang efektif di pemerintahan dan lembaga; kesebelas, memastikan
terciptanya kehidupan sosial yang stabil dan damai; dan keduabelas, menciptakan lingkungan
yang berdaya dengan pendanaan jangka panjang. Akan Lebih Baik Dengan 12 tujuan universal
ini, kata Presiden SBY, melalui laporan yang diberi tema A New Global Partner-ship: Eradicate
Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development, mereka yakin dunia akan
lebih baik.
Kepala Negara mengatakan, pihaknya tidak mendikte semua negara untuk mewujudkan tujuan
butir-butir yang sudah disepakati tim. Semuanya diserahkan kepada masing-masing negara.
Presiden menjelaskan, dirinya sebagai wakil tiga co-chair atau ketua bersama telah memberikan
hasil akhir kepada Sekjen PBB dan memberikan briefing kepada wakil anggota PBB. Panel
sudah bekerja keras selama 10 bulan, menghimpun pandangan dari berbagai pihak.
Hasil tim ini akan didiskusikan lagi antarnegara anggota PBB. Tapi, laporan panel akan menjadi

rujukan, karena 12 butir agenda dihimpun dari berbagai pihak, yakni kalangan profesional,
pengusaha, pemerintah, akademisi, dan LSM, kata SBY.

Anda mungkin juga menyukai