Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS
Nama
: Tn. RM
Jenis Kelamin
: Laki -laki
Umur
: 41 tahun
Status
: Swasta ( Cleaning Service )
Alamat
: Komplek Agraria II, Kecamatan Basirih
No. RMK
: 91 19 97
ANAMNESIS
Hari/tanggal
: Kamis, 30 Desember 2010
Keluhan Utama : Mata merah dan pedih sebelah kanan
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poli mata RSUD Ulin Banjarmasin dengan
keluhan sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal gatal pada
mata kanannya dan kemudian karena itu pasien sering mengucek
ngucek mata sehingga mata menjadi merah dan mata akan bertambah
gatal dan memerah apabila terkena air. Pasien juga mengeluh ada rasa
tidak nyaman jika melihat sinar, serta air mata yang mengalir terus
menerus. Pasien ada riwayat terpapar air hujan dan air genangan hujan
berkali kali pada matanya. Pasien juga mengeluhkan adanya
penurunan kemampuan penglihatan pada mata kanannya semenjak 3
bulan yang lalu dan adanya bercak bercak putih pada mata kanannya
sejak 1 tahun yang lalu tapi tidak ada keluhan. Pasien sudah membawa
matanya ini ke praktek dokter umum dan kemudian pasien dirujuk ke
RSAS dan disana diberikan obat tetes mata dan disarankan untuk
operasi. Pada tanggal 14 Desember merupakan kunjungan pertama

pasien ke RSUD Ulin dan di sini pasien pun disarankan untuk operasi
tapi untuk sementara pasien diberikan terapi medikamentosa terlebih
dahulu untuk mencegah tingkat keparahan dan mengurangi keluhan
Riwayat penyakit Dahulu:
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan tidak ada
riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit saluran pernafasan.
Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit saluran
III.

IV.

pernafasan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda Vital
: TD : 120/80 mmHg
N
: 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,9C

STATUS LOKALIS
Mata Kanan

Mata Kiri

Hiperemi
perikornea

Infiltrat
Sentral, normal
5/5

Kedudukan
Visus

Sentral, normal
(-)

Tidak di lakukan

Visus Koreksi

Tidak dilakukan

Dalam batas normal

Bulbus Oculi

Dalam batas normal

Dalam batas normal


(+) Edema
(-) Edem

Supersilia
Palpebrae Superior
Palpebra Inferior

Dalam batas normal


(-) Edema
(-) Edem

(+) Hiperemi

Konjungtiva

(-) Hiperemi

Palpebralis

(+) Hiperemi

Konjungtiva

(-) Hiperemi

Fornices
(+) Hiperemi

Konjungtiva Bulbi

(-) Hiperemi

Abu - abu

Sklera

Putih

(+)Keruh(+)infiltrat

Kornea

Dalam batas normal

(+) Hiperemi

Limbus

Dalam bats normal

Cukup

Kamera Okuli

Cukup

Reguler(normal)
Normal
Bulat

Anterior
Iris
Lensa
Pupil

Reguler ( normal)
Normal
Bulat

Letak di pusat mata

Letak di pusat mata 3 mm

+ 3 mm
(+) Reflek cahaya
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal

Funduskopi
Tonometri
Tes Fluorescen
Palpasi

V.

DIAGNOSA KLINIS
Keratitis Okuli Dekstra
VI.
DIAGNOSA BANDING
Glukoma kongestif akut
Uveitis anterior
VII. PENATALAKSANAAN
Tarivid eye drop 6x1 tetes
Cendotropin 0,5% 3x1 tetes
Asam Mefenamat 500 mg 3x 1
VIII. USULAN PEMERIKSAAN
Tes Flouresensi
IX.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam

(+) Reflek cahaya


Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal

BAB III
PEMBAHASAN
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, dan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan Kornea
merupakan salah satu media refrakta dengan diameter 11,5 mm, tebal + 1 mm
(0,54 0,65 mm) dan dengan kekuatan bias 43 dioptri. Pembiasan sinar terkuat
dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk
kornea dilakukan oleh kornea. Kornea terdiri dari 5 lapisan yaitu : 2,6
1.

Epitel
Epitel kornea berasal dari ektoderm permukaan dan memiliki ketebalaan
50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel bertanduk yang saling tumpang tindih
satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal terlihat
mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap
dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berikatan erat
dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden dan ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan
membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren.
2. Membran bowman terletak di bawah membran basal epitel komea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi

3.

Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedangkan
di bagian perifer serat kolagen ini bercabang dan terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak
di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4.

Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma.
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 m.

5.

Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
pm. Endotel melekat spada membran descement melalui hemidesmosom
dan zonula okluden

Gambar 1. (A) Anatomi mata (B). Lapisan Kornea

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V. Saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.4
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya
yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi
relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel
dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik, pada endotel jauh lebih
berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila selsel epitel itu telah beregenerasi.2
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke
dalam kornea. Namun sekali ini cedera, stroma yang avaskuler dan membrane
bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam mikroorganisme, seperti
bakteri, amuba, dan jamur. Streptococcus pneumonia (pneumokokkus) adalah

bakteri pathogen kornea sejati; pathogen lain memerlukan inokulum yang berat
atau hospes yang lemah (mis; defisiensi imun) agar dapat menimbulkan infeksi.2
Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan
menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal
lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut
juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.4
Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah:4
1.
Keratitis punctata superfisialis
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan
oleh sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus, keracunan obat
2.

topical, sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa kontak.
Keratitis flikten
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai
kecenderungan untuk menyerang kornea.

3.

Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar

4.

lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva.


Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut

5.

juga keratitis neuroparalitik.


Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple
dan banyak didapatkan pada petani.
Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah :
1. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
2. Keratitis sklerotikans.

Gambar keratitis subepitelial oculi


Pada penderita dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan
pandangan mata merah dan pedih pada mata sebelah kanan sejak 1 bulan yang
lalu, pasien merasa silau serta pasien juga mengeluh mata kanannya sering berair
namun tidak terdapat kotoran pada mata.. Riwayat demam pusing ,mual dan
muntah disangkal oleh pasien. Dari anamnesis menunjukkan bahwa pasien
mengalami suatu infeksi didaerah mata bagian kanan dengan keluhan penurunan
visus (kabur), mata merah, silau (fotofobia), berair Dari gejala yang timbul
tersebut menunjukkan diagnosis mengarah ke diagnosis keratitis.
Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea,
superfisisalis maupun dalam (benda asing kornea, abrasi kornea, phlyctenule,
keratitis interstisisal), menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini
diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan cahaya, lesi kornea umunya agak mengaburkan penglihatan,
terutama kalau letaknya di pusat.2
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang
sakit. Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena reflek yang disebabkan iritasi pada
ujung saraf kornea. Fotofobia, yang berat pada kebanyakan penyakit kornea,

minimal. Meskipun berair mata dan fotofobia umunya menyertai penyakit kornea,
umumnya tidak terdapat tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.2
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD = (5/5), VOS = 5/7, pemeriksaan
mata sebelah kanan ditemukan hiperemi pada perikorneal. Dari hasil pemeriksaan
status lokalis ini tidak didapatkan adanya kelainan visus pada pasien secara
objektif tetapi secara subjektif pasien merasakan adanya penurunan daya
penglihatan pada mata kanannya.
Terapi yang diberikan yaitu pemberian antibiotik, air mata buatan, dan
sikloplegik. Pasien juga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata
hitam) untuk melindungi dari exposure dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet.
Pada pasien diberikan tarivid eye drop dengan nama generiknya Ofloxacin /
Ofloksasin merupakan antibiotik golongan kuinolon yang digunakan untuk
menghilangkan gejala-gejala infeksi pada mata. Cendotropin 0,5% sebagai
Siklopegik, diberikan untuk menghidari terbentuknya sinekia posterior dan
mengurangi nyeri akibat spasme siliar Pasien juga di berikan asam mefenamat
untuk mengurangi proses inflamasi pada mata.

BAB IV
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus penderita laki - laki berumur 41 tahun
datang dengan keluhan mata merah dan pedih sejak 1 bulan yang lalu, mata kanan
terasa nyeri, penglihatan pasien silau serta pasien juga mengeluh mata kanannya
sering berair namun tidak terdapat kotoran pada mata. Riwayat demam ,mual dan
muntah disangkal oleh pasien. Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan visus
OD (5/5) dan OS (5/7), pada mata sebelah kanan tampak kornea keruh dan ada
infiltrat, serta tampak adanya hiperemis pada konjungtiva, tidak didapatkan
adanya kelainan pada palpebra, skera, iris, dan pupil. Berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik penderita didiagnosa keratitis subepitelial ocular sinistra dan
pada penatalaksanaan diberikan tarivid eye drop, cendotropin 0,5% dan asam
mefenamat.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea. San
Fransisco 2007
2. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya
Medika Jakarta, 2000
3. Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2000
4. Ilyas, Sidarta Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI Jakarta,
2006

10

5. Srinivasan M, et al. Distinguishing infectious versus non infectious keratitis.


INDIAN Journal of Opthalmology 2006 56:3;50-56
6. Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata. Airlangga. Surabaya, 1984

11

Anda mungkin juga menyukai