PERSARAFAN PHARYNX:
-berasal dari plexus pharyngeus yang
dibentuk oleh cabang-cabang nervus
glossopharyngeus, nervus vagus,
dan nervus symphaticus.
VASKULARISASI PHARYNX
cabang-cabang arteri pharyngea
ascendens, arteri palatina
ascendens, arteri facialis, arteri
maxillaris, dan arteri lingualis. Vena
bermuara ke plexus venosus
pharyngeus, yang kemudian
bermuara ke vena jugularis interna.
TONSILITIS KRONIK
DEFINISI:
Epidemiology
Di Indonesia infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) masih
merupakan penyebab tersering
morbiditas dan mortalitas pada anak.
Tonsilitis kronik pada anak mungkin
disebabkan karena anak sering
menderita ISPA atau karena tonsilitis
akut yang tidak diterapi adekuat atau
dibiarkan.9
Etiologi
Bakteri aerobik dan anaerobik, virus, jamur.
Pada penderita tonsilitis kronis jenis kuman
Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA),
Haemophilus influenzae,
Staphylococcus aureus,
S. Pneumoniae dan
Morexella catarrhalis.8,14
PATOFISIOLOGITonsillitis:
Faktor resiko
Rangsangan menahun (kronik) rokok
dan beberapa jenis makanan
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca
Kelelahan fisik
Pengobatan tonsillitis akut yang tidak
adekuat
Manifestasi klinik
nyeri tenggorokan yang berulang atau
menetap
obstruksi pada saluran cerna dan saluran
napas.
Pada pemeriksaan orofaring : tonsil
membesar dengan permukaan yang tidak
rata, kriptus melebar dan beberapa kripti
terisi oleh detritus.
Sering disertai halitosis dan pembesaran
nodul servikal.2
Grade Tonsil
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil
dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil
dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Mikrobiologi:
Gold standard pemeriksaan tonsil
adalah kultur dari dalam tonsil.
Paling sering di dapat Streptokokus
beta hemolitikus diukuti Staflokokus
aureus.20
Histopatologi
3 kriteria histopatologi yaitu
1. ringan- sedang infiltrasi limfosit,
2. adanya Ugras abses dan
3. infitrasi limfosit yang difus.
Diagnosis
Anamnesis secara tepat dan cerma
penderita mengeluh nyeri tenggorokan berulang atau
menetap, rasa ada yang mengganjal ditenggorok, rasa
kering di tenggorok, napas berbau, iritasi pada tenggorokan,
dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas, yang
paling sering disebabkan oleh adenoid yang hipertofi.
Gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam, namun
tidak mencolok. Pada anak dapat ditemukan adanya
pembesaran kelanjar limfa submandibular. 1,16,17
Pemeriksaan fisis
tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tonsillitis difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
Gejala klinik terbagi dalam 3 golongan yaitu:
Gejala umum kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta
keluhan nyeri menelan.
Gejala local tampak tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk
membrane semu (pseudomembran) yang melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Dan di
dapat bull neck.
Gejala akibat eksotoksin pada jantung dapat terjadi miokarditis
sampai decompensatio cordis, pada saraf kranial dapat
menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan
dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.1
3. Faringitis
Merupakan peradangan dinding faring
yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, trauma dan toksin.
Gejala umum nyeri tenggorok, demam,
sulit menelan, dan nyeri kepala.
pemeriksaan tampak
tonsil membesar,
faring dan tonsil hiperemis
Kelenjar limfa anterior
membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.1