Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

ORAL CANDIDIASIS AKIBAT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Oleh :
Riskyana Dwi Hendra A.R.
NIM 111611101010

Instruktur: drg. Leni Rokhma Dewi., Sp. PM.


Praktikum Putaran I
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016

BAGIAN ORAL MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Pendahuluan
Oral candidiasis merupakan infeksi oportunistik yang paling umum
mengenai mukosa rongga mulut dimana besar kasus tersebut disebabkan oleh
jamur Candida albicans (C. albicans). Candida albicans adalah spesies yang
paling umum ditemui dalam rongga mulut dalam keadaan sehat maupun sakit.
Spesies candida lainnya yang terdapat di dalam rongga mulut adalah C. glabrata,
C.tropicalis, C.guilliermondii, C. krusei, C. parapsilosis, C. kefyr, dan baru-baru
ini ditemukan C. dubliniensis (Burket, 2008; Tarcin, 2011).
Candida albicans sebenarnya merupakan mikroflora normal yang terdapat
di mukosa rongga mulut, saluran pencernaan, dan vagina yang dapat ditemukan
secara umum bahkan pada individu yang sehat. Namun sejumlah faktor
predisposisi dapat membuat peningkatan C. albicans yang semula bersifat
komensal

(saprofit)

berubah

menjadi

mikroorganisme

yang

bersifat

pathogen/parasit di dalam rongga mulut. Dalam hal ini, faktor host dan kondisi
lingkungan intraoral memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga
organisme candida agar tidak menjadi pathogen. Faktor predisposisi yang
mendukung terjadinya infeksi candida di rongga mulut yaitu diabetes mellitus,
AIDS, pengaruh faktor diet, keganasan, penggunaan antibiotik spektrum luas,
pemakaian gigi tiruan, merokok, dan xerostomia. Infeksi candida pada rongga
mulut atau oral candidiasis ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada rongga
mulut, nyeri, kehilangan pengecapan, dan penurunan selera makan (Dangi S.Y.
dkk, 2010; Paskalis dan Irmagita, 2012; Witzel L.A. dkk; 2012).
Pada makalah ini akan dilaporkan kasus pasien yang datang ke Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan
keluhan lidah terasa tebal dan tidak nyaman saat digunakan untuk makan.

Kasus
Seorang perempuan berusia 53 tahun datang ke RSGM FKG
Universitas Jember dengan keluhan utama lidah terasa tebal dan
tidak

nyaman

saat

digunakan

untuk

makan.

Berdasarkan

anamnesa, pasien mengatakan bahwa kondisi tersebut dirasakan


sejak 2 minggu yang lalu dan belum pernah diobati. Pasien
juga mengatakan bahwa kondisi tersebut belum pernah dialami
sebelumnya. Pasien mengaku bahwa 3 minggu yang lalu
berobat ke dokter umum dan dinyatakan mengalami infeksi pada
vagina. Pasien diberi obat-obatan oleh dokter umumnya dan
mengaku mengkonsumsi metronidazol selama 1 minggu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif lain yang telah dilakukan,
diketahui bahwa pasien sedang sakit batuk, namun tidak mengkonsumsi obat
untuk mengobati batuknya. Hasil penghitungan Body Mass Index (BMI) pasien
adalah normal. Keadaan sosial cukup dan tidak memiliki kebiasaan buruk.
Pemeriksaan ekstra oral tidak menunjukkan gejala abnormalitas apapun.
Pada pemeriksaan intraoral, didapatkan riwayat perawatan gigi geligi berupa
GTSL pada gigi 22. Kemudian pada pemeriksaan mukosa pipi sebelah kanan
ditemukan papula 2-3 mm di atas oklusal gigi 48, tidak dapat dikerok, dan tidak
sakit. Pada lidah juga terlihat plak putih yang dapat dikerok dan tidak sakit dengan
batas yang tidak jelas. Pada pemeriksaan mukosa pipi sebelah kiri, mukosa labial
atas dan bawah, bucal fold atas dan bawah, gingiva atas dan bawah, dasar mulut
dan kelenjar sublingualis, palatum, tonsil, serta faring tidak ditemukan gejala
abnormal.

Gambar 1. Kondisi lidah pasien saat pertama kali datang. Secara klinis, terlihat plak
putih pada lidah dan dapat dikerok.

Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif yang telah dilakukan,


maka diambil diagnosa sementara yaitu suspect oral candidiasis. Untuk
menegakkan

diagnosa

akhir,

dilakukan

pemeriksaan

penunjang

berupa

pemeriksaan mikrobiologi untuk jamur.


Tata Laksana Kasus
Penatalaksanaan yang dilakukan pada kunjungan pertama adalah sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.

Asepsis
Pasien diinstruksikan untuk berkumur
Lidah pasien dikeringkan dengan tampon
Dilakukan swab pada lidah. Swan pertama dan kedua dibuang, swab
ketiga diletakkan pada obyek glass dan ditutup dengan deck glass.

Pengobatan yang diberikan pada pasien yaitu Nymiko, suspensi


mengandung nistatin yang merupakan antijamur dan aktif terhadap jamur seperti
Candida albicans, serta pemberian multivitamin Becomzet. Selain itu, pasien juga
diberi tongue cleaner untuk membersihkan lidahnya.
Beberapa instruksi juga diberikan kepada pasien, antara lain instruksi untuk
menjaga kebersihan rongga mulut, menggunakan obat sesuai anjuran (Nymiko
diteteskan pada lidah 4-5 kali sehari sebanyak 0,5 ml setiap kali pemakaian dan
Becomzet diminum 1 kali sehari), makan-makanan bergizi dan istirahat cukup,
serta kontrol satu minggu kemudian.

Kontrol dilakukan setelah 7 hari perawatan. Berdasarkan anamnesa,


diketahui bahwa lidah pasien tidak terasa tebal lagi dan lebih nyaman digunakan
untuk makan. Obat nymiko dan multivitamin yang diberikan kepada pasien
digunakan sesuai anjuran dan telah habis. Berdasarkan pemeriksaan klinis pada
intraoral plak putih sudah terlihat banyak berkurang dibandingkan saat pertama
pasien datang (Gambar 2).

Gambar 2. Kondisi lidah pasien saat kontrol (setelah 7 hari perawatan). Secara klinis,
plak putih pada lidah pasien sudah banyak berkurang.

Pembahasan
Hasil

pemeriksaan

penunjang

mikrobiologi

jamur

menunjukkan bahwa bentukan spora +3 dan bentukan hifa +2


(Gambar 3).

Gambar 3. Hasil pemeriksaan penunjang

Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi jamur, diambil


kesimpulan diagnosa akhir kasus ini adalah oral candidiasis.
Oral candidiasis merupakan infeksi oportunistik yang paling umum
mempengaruhi mukosa mulut. Dalam sebagian besar kasus, kasus ini disebabkan
oleh ragi C. albicans (Burket, 2008). Candida albicans merupakan jamur
dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua
bentuk berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang
menjadi blastospora dan menghasilkan germ tube yang akan
membentuk pseudohifa (Geo dan Stephen, 2004). Blastospora
berkembang menjadi pseudohifa dan tekanan dari pseudohifa tersebut merusak
jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan
oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan.
Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim- enzim
hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase (Tjampakasari, 2006).
Beberapa keadaan dapat menyebabkan tumbuhnya candida secara
berlebihan di rongga mulut sehingga candida yang bersifat komensal berubah
menjadi patogen. Faktor predisposisi tersebut antara lain kondisi imunosupresi,
pengaruh faktor diet, keganasan, penggunaan antibiotik spektrum luas, pemakaian

gigi tiruan, merokok, dan xerostomia (Paskalis dan Irmagita, 2012). Penyebab
infeksi candida yang terjadi pada kasus ini diduga karena penggunaan obat
antibiotik metronidazole yang dikonsumsi oleh pasien.
Metronidazole adalah jenis obat yang tergolong sebagai antibiotik. Obat
ini biasanya digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada berbagai area tubuh.
Metronidazole

bekerja

dengan

membunuh

bakteri

maupun

mencegah

pertumbuhan bakteri (Mayoclinic, 2015). Dengan berkurangnya koloni bakteri


yang seharusnya mengimbangi pertumbuhan candida, menyebabkan pertumbuhan
C. albicans yang semakin meningkat karena antibiotik hanya membunuh bakteri.
Hal tersebut menyebabkan ketidak seimbangan pada lingkungan rongga mulut
sehingga C. albicans yang seharusnya merupakan flora normal rongga mulut
berubah menjadi pathogen (The Natural Health Team, 2010; Whiting KS, 2010).
Tahap pertama proses infeksi candida ke tubuh manusia adalah perlekatan
(adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting dalam
kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel inang. Bagian pertama dari C. albicans
yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel C. albicans
terdiri dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer, mannoprotein, glucan, -glucan-chitin, mannoprotein dan membran plasma. Perlekatan dan
kontak fisik antara C. albicans dan sel inang akan mengaktivasi mitogen activated
protein kinase (Map-kinase yang diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasi dan
perkembangan biofilm (Komariah, 2012).
Tahap kedua adalah tahap invasi, hifa C. albicans berpenetrasi ke dalam
permukaan epitelium terutama pada sel junction bersamaan dengan internalisasi
sel khamir. Hifa C. Albicans mempunyai kepekaan untuk menyentuh sehingga
akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di sekitarnya (sifat
thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses infiltrasi pada
permukaan epitel selama invasi jaringan. Invasi dan patogenesis C. albicans juga
ditandai dengan sekresi proteinse aspartat (Saps) yang dikode oleh 10 gen.
Ekspresi gen SAP diyakini berhubungan dengan kerusakan pada kulit (Komariah,
2012) .

Tahap ketiga yaitu pembentukan biofilm. Tahap ini C. Albicans


membentuk komunitasnya dengan membentuk ikatan koloni yang disebut biofilm.
Biofilm tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung sehingga mikroba yang
membentuk biofilm biasanya mempunyai resistensi terhadap antimikroba biasa
atau menghindar dari sistem kekebalan sel inang (Komariah, 2012).
Perawatan oral candidiasis dalam kasus ini menggunakan anti jamur
Nymico. Nymico mengandung nystatin yang memiliki aktivitas fungistatik dan
fungisida. Cara kerjanya dengan mengikat sterol (terutama ergosterol) dalam
membrane sel fungi. Nystatin tidak aktif melawan organisme yang tidak memiliki
sterol pada membrane selnya (contoh: bakteri). Hasil dari ikatan ini membuat
membrane sel tidak berfungsi lagi sebagai selevtive barrier. Efektivitas utama
nystatin adalah melawan golongan candida (Meprofarm, 2012). Selain nymiko,
diberikan pula multivitamin Becomzet sebagai terapi supportif untuk pasien.
Setelah dilakukan perawatan selama 7 hari, plak putih pada lidah pasien
sudah banyak berkurang dan lidah pasien tidak terasa tebal lagi. Terapi dinyatakan
selesai karena tidak ada keluhan lagi dari pasien. Namun pasien tetap
diinstruksikan untuk menjaga kebersihan rongga mulut serta tetap makanmakanan bergizi dan istirahat yang cukup.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami oral candidiasis yang disebabkan
karena

penggunaan

antibiotik.

Pengobatan

yang

dilakukan

berupa pemberian Nymiko yang mengandung nistatin sebagai


antijamur serta multivitamin Becomzet.

Daftar Pustaka
Burket`s, 2008. Oral Medicine Diagnosis and Treatment 11th ed. Philadelphia,
London: J.B. Lippincott Co.
Dangi S.Y, Soni L.M, Namdeo P.M. Oral Candidiasis: A Review.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences; 2010; 2(4): 36-5.
Geo F, Janet S & Stephen A. 2004. Medical Microbiology 23th
edition. New York: Mc Graw Hill.
Http://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/metronidazoleoral-route/description/ drg-20064745 (diunduh pada 17
September 2015)
Http://www.meprofarm.co.id/ind/menus/detail_all_product-47-PROVAGIN
(diunduh pada 17 September 2015)
Komariah, S. R. Kolonisasi Candida dalam Rongga Mulut. Majalah Kedokteran
FK UKI. 2012; 28(1): 39-47.
Paskalis, S., Irmagita, A., Candida Leukoplakia on Patient with Removable
Denture. Journal of Dentistry Indonesia. 2012; 19(2): 47-50.
Tarcin, BG. 2011. Oral Candidosis. Turkey: Marmara University Faculty of
Dentistry, Department of Oral Diagnosis and Radiology.
Tjampakasari, C.R. Karakteristik Candida albicans. Cermin Dunia Kedokteran
2006;(151): 33-36.
The Natural Health Team. 2010. Special Candida Overgrowth Report 14th Edition.
Whiting KS. 2010. Special Report: Yeast Infections and Systemic Candidiasis.
The Institute of Nutritional Science.
Witzel L.A, dkk. C.albicans Isolation from Buccal Mucosa of
Patiens with HIV Wearing Removable Dental Prostheses.
Quintessence Publishing Co, Inc.; 2012; 25(2): 127-4.

Anda mungkin juga menyukai