HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................W
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................
1.2 TUJUAN..............................................................................................................
1.3 RUANG LINGKUP MATERI.............................................................................
BAB II. LANDASAN TEORI...................................................................................
BAB III. PEMBAHASAN.........................................................................................
BAB IV. PENUTUP...................................................................................................
4.1 KESIMPULAN....................................................................................................
4.2 USUL DAN SARAN ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Manusia dalam kehidupannya mempunyai banyak sekali kebutuhan ya
yang harud dipenuhi. Kebutuhan ini terbagi menjadi beberapa yaitu kebutuhan
yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan yang dapat ditunda. Kebutuhan
manusia sendiri terdiri atas beberapa bagian. Banyak faktor yang
mempengaruhi kebutuhan seseorang sehingga menjadi berbeda, misalnya saja
karena kebudayaan tempat seseorang tinggal, jenis kelamin dan masih banyak
lagi.
Dari semua kebutuhan yang ada, kebutuhan tersebut terbagi lagi
menurut tingkat prioritasnya. Hirarki kebutuhan manusia yang dibuat oleh
Abraham Maslow, merupakan suatu hirarki dalam bentuk pyramid yang
memperlihatkan bagaimana tingkatan kebutuhan dimulai dari yang paling
mendasar.
Abraham Maslow sendiri merupakan seorang humanistik. Beliau
percaya bahwa manusia tergerak untuk menerima dan memahami dirinya
sendiri.beliau juga melihat saats eseorang sedang lapar dan haus, seseorang
lebih akan cenderung makan terlebih dahulu kemudia makan. Hal ini
dikarenakan keutuhan untuk makan lebih kuat dibandingkan dengan
kebutuhan untuk minum. Hal ini pula yang membuat Abraham Maslow
membuat hirarki kebutuhan manusia. Oleh sebab itu dalam penulisan makalah
kali ini penulis memilih membahas hirarki keebutuhan manusia untuk melihat
kebutuhan apa saja yang paling mendasar jika dilihat dengan meninjau teori
hirarki kebutuhan manusia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada penulisan makalah ini yaitu
pembaca dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja yang masuk dalam
hirarki kebutuhan dan bagaimana tingkatannya dalam hirarki tersebut.
termotivasi
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
hidupnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak
ditemukan, maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang
merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta
akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak
diharapkan (Goble, 1987).
Aplikasi Manajemen Dalam konteks perilaku kinerja individu dalam
organisasi, kebutuhan akan rasa aman menampilkan diri dalam perilaku
preferensi individu akan dunia kerja yang adem-ayem, aman, tertib,
teramalkan, taat-hukum, teratur, dapat diandalkan, dan di mana tidak terjadi
hal-hal yang tak disangka-sangka, kacau, kalut, atau berbahaya. Untuk dapat
memotivasi karyawannya, seorang manajer harus memahami apa yang
menjadi kebutuhan karyawannya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa
aman dalam kerja, kinerja mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan.
Pemahaman akan tingkat kebutuhan ini juga dapat dipakai untuk menjelaskan
mengapa karyawan tertentu tidak suka inovasi baru dan cenderung
meneruskan apa yang telah berjalan. Atau dipakai untuk memahami mengapa
orang tertentu lebih berani menempuh resiko, sedangkan yang lain tidak
(Lianto,2013).
Dalam organisasi, kita seringkali mendapati perilaku individu yang
berusaha mencari batas-batas perilaku yang diperkenankan (permisible
behavior). Ia menginginkan kebebasan dalam batas tertentu daripada
kebebasan yang tanpa batas. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan
yang cukup tentang batas-batas perilaku yang diterima bagi dirinya sendiri
dapat mempunyai perasaan terancam. Agaknya ia akan berupaya untuk
menemukan batas-batas seperti itu, sekalipun pada saat-saat tertentu, ia harus
berperilaku dengan cara-cara yang tidak dapat diterima. Para manajer dapat
mengakomodasi kebutuhan akan rasa aman dalam organisasi dengan jalan
membentuk dan memaksakan standarstandar perilaku yang jelas. Penting
dicatat juga bahwa perasaan manusia tentang keamanan juga terancam apabila
ia merasa tergantung pada pihak lain. Ia merasa bahwa ia akan kehilangan
kepastian bila tanpa sengaja melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki.
Individu yang berada dalam hubungan dependen seperti itu akan merasa
bahwa kebutuhan terbesarnya adalah jaminan dan proteksi. Hampir setiap
individu dalam tingkat kebutuhan ini akan menginginkan ketenteraman,
supervisi, dan peluang kerja yang bersinambung (Winardi, 2002).
Dewasa ini marak wacana adanya kemungkinan para karyawan diPHK karena faktor teknologi yang berkembang. Dalam situasi ini, manajer
dapat memotivasi karyawan dengan jalan memberikan suatu jaminan
kepastian jabatan (job-security-pledge) (Lianto,2013).
3. Kebutuhan Sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial
yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta,
dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat
kebutuhan ini, dan belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan
tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anakanak. Ia haus akan relasi
yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia
membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau
lingkungannya,
dan
akan
berusaha
keras
untuk
mencapai
dan
diri,
kompetensi,
penguasaan,
kecukupan,
prestasi,
karyawan. Individu tertentu pada saat dan kondisi tertentu barangkali tidak
lagi merasakan uang sebagai penggerak kinerja (Bushardt, 2002).
Ketimbang uang, individu pada level ini lebih membutuhkan
tantangan yang dapat mengeksplorasi potensi dan bakat yang dimilikinya.
Tidak mengherankan bahwa sejumlah top manajer tiba-tiba mengundurkan
diri ketika merasa tidak ada lagi tantangan dalam perusahaan tempat mereka
bekerja. Keinginan atau hasrat kompetitif untuk menonjol atau melampaui
orang lain boleh dikatakan sebagai sifat universal manusia. Kebutuhan akan
penghargaan ini jika dikelola dengan tepat dapat menimbulkan kinerja
organisasi yang luar biasa. Tidak seperti halnya kebutuhan-kebutuhan di
tingkat lebih rendah, kebutuhan akan penghargaan ini jarang sekali terpenuhi
secara sempurna (Winardi, 2006).
Sebagai bagian dari sebuah pendekatan yang lebih konstruktif,
manajemen partisipatif dan program-program umpan balik positif (positive
feedback programs) dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
akan penghargaan. Pendelegasian otonomi dan tanggung jawab yang lebih
luas kepada karyawan telah terbukti efektif untuk memotivasi kinerja dan
performa yang lebih baik. Keberhasilan eksperimen Mayo seperti telah
diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa penghargaan finansial terbukti
tidak selamanya seefektif penghargaan psikis. Masalahnya, banyak manajer
seringkali lupa atau berpikir banyak kali untuk memberikan pujian dan
pengakuan tulus bagi prestasi karyawan, dan sebaliknya tanpa pikir dua kali
untuk melemparkan kritik atas pekerjaan buruk bawahannya (Francella,
2002).
Pakar kepemimpinan mengatakan bahwa jangan pernah menyianyiakan kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi
kerja dalam organisasi. Pengakuan merupakan salah satu motivator manusia
yang paling kuat. Psikolog terkenal, B.F. Skinner menambahkan bahwa untuk
mendapat motivasi maksimum, orang harus memuji secepat mungkin setelah
tampak perilaku yang pantas mendapat pujian. Bahkan Napoleon Bonaparte
terkejut menyaksikan kekuatan pengakuan sebagai motivator. Setelah tahu
bahwa para prajuritnya bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan
medali yang diberikannya, Napoleon berseru: Sungguh menakjubkan apa
yang akan dilakukan orang untuk barang sepele seperti itu. (William Cohen
1987)
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Menurut
Maslow,
setiap
orang
harus
berkembang
sepenuh
kebutuhannya
untuk
mengembangkan
serta
mengaktualisasikan
BAB II
PEMBAHASAN