Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN 3

I. JUDUL
: PEMERIKSAAN TPHA
II. TANGGAL PRAKTIKUM
:
III. METODE
: TPHA dan Rapid test
:
Tes hemaglutinasi untuk menentukan Antibodi terhadap Treponema pallidum secara
kualitatif dan kuantitatif.
:
Tes STL (Syphilis TPHA Liquid) menggunakan metode Hemaglutinasi tidak langsung
(indirect hemagglutination) untuk mendeteksi antibody spesifik terhadap Treponema Pallidum.
VI. DASAR TEORI
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman Treponema
Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual. Perkembangan penyakit di
dalam tubuh melalui beberapa tahapan:

Sipilis Primer (berlangsung antara 4-6 minggu)

Sipilis Sekunder

Sipilis Laten, biasanya tanpa gejala. Penderita biasanya merasakan bahwa tubuhnya
sudah sehat/sembuh. Padahal kuman masih ada dalam darah

Sipilis Stadium Lanjut (setelah bertahun-tahun)


Sipilis stadium lanjut dapat menginfeksi syaraf. Biasanya terjadi setelah 2-20 bulan sejak
tertular. Selain syaraf, kuman juga menginfeksi pembuluh darah. Biasanya terjadi setelah 7 tahun
sejak tertular. Jadi jangan kaget, sipilis juga menjadi salah satu penyebab stroke. Terjadi setelah
20 tahun sejak terserang.
Untuk mengetahui apakah Anda tertular sipilis atau tidak, Anda harus melakukan Test
TPHA (Treponema Palledum Hemaglutination). Tindakan ini untuk mengetahui secara spesifik
apakah ada reaksi antibodi terhadap kuman treponema. Jika di dalam tubuh ditemukan adanya
kuman ini, maka hasil tes positif. Pasien dinyatakan positif tertular.

Selain Test TPHA dilakukan juga test VDRL (Venereal Desease Research Laboratory).
Test VDRL dilakukan juga sebagai tindakan skrining awal. Di laboratorium petugas akan
mengambil sampel cairan dari tubuh Anda. Kuman TREPONEMA PALLEDUM ini awalnya
berkembang biak di tempat masuknya. Bisa dari saluran kencing atau luka infeksi. Kemudian
sebagian kuman akan masuk menyerang kelenjar getah bening yang berdekatan dan peredaran
darah. Maka biasanya pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan jaringan dari lesi,
kelainan kulit dan darah.
Jika positif dokter biasanya memberikan antibiotik. Setelah selesai pengobatan terhadap
sifilis maka kembali dilakukan test VDRL yang biasanya menjadi negatif setelah setahun
sembuh. VDRL biasanya dipakai untuk menilai hasil efektifitas pengobatan. Jadi seseorang yang
terjena sipilis, selama pengobatan harus melakukan VDRL berulang. Tes ini akan menjadi
negatif setelah 6-24 bulan setelah pengobatan. Walau pun banyak juga yang tidak berhasil
sembuh setelah pengobatan. Bahayanya lagi, sipilis sering juga disertai dengan penyakit menular
seksual (PMS) lainnya. Seperti Gonoerhoe (kencing nanah). Untuk melakukan 2 test ini Anda
tinggal mendatangi laboratorium klinik di kota Anda.
(http://digilib.unimus.ac.id)
Treponema Pallidum Hemagglutination (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan serologi
untuk sipilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap awal/primer) sipilis.
Manfaat Pemeriksaan Pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon
serologis spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis.
(http://prodia.co.id/imuno-serologi/tpha)
Sifilis yang mempunyai nama lain Great pox, lues venereum, dan morbus gallicus
merupakan suatu penyakit kronik dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai
banyak penyakit, mempunyai masa laten, dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu ke
janin. Penyakit ini juga mempunyai stadium remisi dan eksaserbasi. Di Indonesia insidensinya
0,61% dengan penderita terbanyak adalah stadium laten, disusul stadium 1 yang jarang, dan yang
langka adalah sifilis stadium II. Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan akuisita (dapatan).
Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis dini (sebelum 2 tahun), lanjut (setelah 2 tahun), dan
stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut 2 cara, yaitu secara klinis dan epidemiologik.

Menurut klinis sifilis dibagi menjadi 3 stadium: Stadium I, stadium II, dan stadium III. Secara
epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: Stadium dini menular (dalam dua tahun sejak
infeksi), terdiri atas stadium I (9-90 hari), stadium II (6 minggu-6 bulan atau 4-6 bulan setelah
muncul lesi primer, dan stadium laten dini (dalam 2 tahun infeksi). Stadium lanjut tak menular
(setelah dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut (lebih dari 2 tahun), dan
stadium III (3-20 tahun).
(http://www.djamilah-najmuddin.com/sifilis-pada-wanita)
VII. PRA ANALITIK
A. Persiapan pasien
: Tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel
: Serum
B. ALAT
1. Mikropipet (25 l, 75 l, 100 l).
2. Rak tabung.
3. Sentrifugasi.
4. Spoid.
5. Sumur TPHA.
6. Tabung K3.
7. Tourniqutte.
C. BAHAN
1. Kapas alkohol.
2. Rapid test.
3. Reagen TPHA (control cell, test cell, buffer conjugate).
4. Sampel darah(serum atau plasma).

VIII.

ANALITIK
Dengan cara Kualitatif :

2.

1.
Disiapkan sumur A, B, dan C
Ditambahkan 190 L larutan diluent, dihomogenkan. Lalu ditambahkan 10 L sampel
3.
Dipipet kesumur B dan C sebanyak 75 L
4.
Ditambahkan reagen test disumur B sebanyak 75 L
5.
Dan ditambahkan reagen kontrol di sumur C sebanyak 75 L
6.
Dicampur, dihomogenkan dan diinkubasi selama 45-60 menit

Dengan cara Kuantitatif :


Dipipet sebanyak 25 L dari sumur B pada uji kualitatif kedalam sumur A dan B
Kemudian dipipet 25 L larutan diluent disumur B dicampur dihomogenkan, lalu Diambil

1.
2.

sebanyak 25l dari lubang B, campur lalu pindahkan ke C sebanyak 25 l, begitu seterusnya
hingga ke lubang H dan 25 l terakhir disisihkan.
3.
Ditambahkan reagen test pada sumur B H sebanyak 75 L.
4.
Dicampur, dihomogenkan lalu di inkubasi 45-60 menit.

IX.
Posisitif

INTERPRETASI HASIL
:
Terjadi Aglutinasi kemudian dilanjutkan untuk tingkatan titer yang

Negatif

lebih besar
:

X.

KELAMIN

XI.

Tidak terjadi aglutinas

HASIL
:
:
:
:

I Wayan Agus Sutrimo


Laki-Laki
20 thn
Negatif (tidak terjadi aglutinasi)

PEMBAHASAN
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman Treponema
Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual.
Secara garis besar pemeriksaan serologis Treponema palidum dibagi menjadi 2, yaitu
pemeriksaan non treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease Research
laboratory) dan pemeriksaan treponema ( TPPA, FTA-Abs, MHA-TP / TPHA, EIA, uji Western

Blot). Pemeriksaan non treponema yaitu uji yang dilakukan dengan menggunakan suspensi dari
sisa jaringan yang telah terinfeksi oleh Bakteri Treponema palidum sebelumnya. Sementara
untuk uji Treponama yaitu uji yang menggunakan suspense langsung bakteri Treponema plidum.
Uji non-treponema adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap materi-materi
lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like antigen)
Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan Treponema
pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif 1-4 minggu
setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring dengan pengobatan atau menyembuhnya lesi),
sehingga hanya digunakan untuk melihat keberhasilan pengobatan terhadap penyakit sifilis. Uji
non-treponemal meliputi VDRL (Venereal disease research laboratory), USR (unheated serum
reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine red unheated serum test).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji Treponema terhadap pasien, dan di perolah hasil
negative yang ditandai dengan tidak terbentuknya aglutinasi.
XII.

KESIMPULAN
pemeriksaan serologis Treponema palidum dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non
treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease Research laboratory) dan
pemeriksaan treponema (TPPA, FTA-Abs, MHA-TP / TPHA, EIA, uji Western Blot).
Pada pemeriksaan yang di lakukan diperolah hasil negative karena tidak terjadi aglutina
pada sumur uji.

Anda mungkin juga menyukai