PROPOSAL BAB 1
1.
2.
3.
4.
Disusun oleh:
Kelompok 4
Andina Kusumawardani
Bagus Nugroho Putro
Lestari Widyastuti
Lia Mustikawati
(1306484015)
(1306484122)
(1306484721)
(1306484734)
ini
tidak/belum
pernah
disajikan/digunakan
sebagai
bahan
untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa
kami menyatakan menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran
Judul Makalah/Tugas
Tanggal
Dosen
NAMA
Andina Kusumawardani
Bagus Nugroho
Lestari Widyastuti
Lia Mustikawati
NPM
1306484015
1306484122
1306484721
1306484734
TTD
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perusahaan tidak hanya menjalankan aktivitas bisnisnya untuk sekedar
mendapatkan profit yang mampu menambah kekayaan pemilik dan pemegang saham,
perusahaan juga harus memiliki kontribusi dalam pembangunan perekonomian dan
masyarakat (Karina.K, Nina., dkk, 2013). Salah satu bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar diwujudkan melalui
penerapan CSR. Kewajiban mengenai tanggung jawab sosial perusahaan di
Indonesia, diatur dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
terbatas (UUPT) pada pasal 74 dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM) pasal pasal 15 huruf b.
Howard R. Bowen (1953) dikenal sebagai bapak CSR dunia mengemukakan
pendapat bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban mengupayakan suatu
kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai
dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat dimana konsep inilah yang saat ini
berkembang dalam dunia binis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan
stakeholder, untuk itulah dunia bisnis semakin menaruh perhatian pada penerapan
CSR.
Pengungkapan CSR dinilai mampu meningkatkan nilai perusahaan di mata
stakeholder, namun pengungkapan tergantung pada perusahaan itu sendiri, seperti
halnya struktur kepemilikan keluarga. Perusahaan yang menilai bahwa aksi sosial dan
lingkungan merupakan peluang bisnis akan cenderung melakukan pengungkapan
CSR secara sukarela dan sungguh-sungguh. Perusahaan keluarga melihat praktek
CSR sebagai tambahan biaya dan bukan sebagai sebuah peluang bisnis, dan mereka
cenderung lebih tertarik pada profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan daripada
masalah sosial dan lingkungan (Deniz dan Cabrera, 2005; Burak dan Morante, 2007).
Perusahaan dengan kepemilikan keluarga telah mengubah permasalahan
teori agensi dari manajemen dan pemegang saham menjadi permasalahan antara
pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Keberadaan dewan
independen pada perusahaan keluarga dianggap menjadi salah satu cara untuk
mengurangi adanya permasalahan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang
saham minoritas. Dewan independen ini merupakan profesional baik direksi
independen maupun komisaris independen yang tidak memiliki hubungan keluarga
dengan perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja atau penilaian mereka terhadap
perusahaan.
Pada umumnya, tingginya proporsi jumlah dewan independen dalam jumlah
anggota dewan memiliki peran penting dalam mekanisme kontrol perusahaan, dewan
independen dinilai mampu membuat keputusan yang lebih objektif dan meningkatkan
kualitas pengawasan karena mereka tidak memiliki hubungan kepentingan dengan
para pemilik perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Zahra dan Stanton (1998);
Hasseldine et al., (2005); Fich dan Shivdasani (2007) dalam Burak, A., & Morante, L.
S. (2007) bahwa komposisi dewan berkaitan dengan jumlah dewan independen yang
merupakan sebuah jaminan dari transparansi perusahaan yang lebih besar, karena
anggota independen ini berkepentingan baik dalam menunjukkan kepatuhan terhadap
peraturan dan perilaku yang bertanggung jawab, sebab hal ini berdampak pada
reputasi perusahaan dan diri mereka sendiri. Direksi independen ini dinilai sebagai
penghubung antara perusahaan dan lingkungan sekitar (Gabrielsson & Huse, 2005),
dewan independen cenderung akan melakukan pengungkapan CSR yang memadai
sebagai bentuk perilaku tanggung jawab sosial perusahaan dan reputasi mereka
sendiri.
Akan tetapi hal yang berbeda terjadi pada perusahaan keluarga dimana
terdapat kolusi yang kuat antara kepentingan direksi independen dan keluarga pemilik
(Patelli & Prencipe, 2007 dalam Burak, A., & Morante, L. S, 2007). Pada perusahaan
keluarga, direksi independen dipilih dari pilihan kandidat yang sedikit, yaitu anggota
keluarga atau pihak luar yang memiliki hubungan pribadi dengan pemilik (Songini et
al.2013). Oleh karena pilihan kandidat yang berasal dari luar pihak keluarga pun
ternyata masih memiliki hubungan dengan pihak keluarga, maka dapat disimpulkan
bahwa keputusan yang diambil pun akan cenderung mendukung kepentingan pihak
keluarga dibandingkan kepentingan para stakeholder lainnya.
Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah perusahaan keluarga cenderung melakukan pengungkapan CSR
yang kurang berkualitas dan kurang komprehensif dibandingkan perusahaan
non-keluarga?
2. Apakah Dewan Independen di perusahaan non-keluarga lebih menyukai
pengungkapan informasi CSR yang berkualitas dan komprehensif?
3. Apakah Dewan Independen pada perusahaan keluarga mengahalangi
pengungkapan informasi CSR yang berkualitas dan komprehensif karena
adanya keinginan dari anggota keluarga?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui peran Dewan Independen terhadap pengungkapan CSR
pada perusahaan keluarga dan perusahaan non-keluarga.
2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa Dewan Independen di perusahaan
non-keluarga akan melakukan pengungkapan CSR yang berkualitas dan
lebih komprehensif.
3. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa Dewan Independen di perusahaan
keluarga akan melakukan pengungkapan CSR yang kurang berkualitas dan
kurang komprehensif.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat yang harus dipenuhi penulis dalam mencapai gelar Sarjana
Ekonomi, serta merupakan proses pembelajaran dan implementasi ilmu
khususnya mengenai bidang ilmu corporate governance yang telah
dipelajari sebelumya.
2. Bagi Perusahaan
Untuk mengetahui peran Dewan Independen terhadap pengungkapan
informasi CSR di perusahaan keluarga.
3. Bagi Investor
Memberikan gambaran kepada Investor mengenai peran Dewan Independen
dalam pengungkapan CSR di perusahaan keluarga untuk membantu dalam
pengambilan keputusan investasi dan mengukur nilai perusahaan tersebut.
4. Bagi Akademisi
Memberikan suatu pemahaman baru untuk melihat peran Dewan Independen
di perusahaan keluarga dalam hal pengungkapan CSR serta memberikan
kontribusi untuk penelitian berikutnya
1.5
Lingkup Penelitian
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dan memperjelas pokok bacaan dalam penulisan, maka
penulisan akan dibagi ke dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1: PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan
DAFTAR REFERENSI
Burak, A., & Morante, L. S. (2007). Corporate social responsibility and firm
characteristics in Sweden: Who and what makes a firm a better corporate
citizen? Masters Thesis in Finance Stockholm School of Economics.
De niz, M. C., & Cabrera, M. K. (2005). Corporate social responsibility and family
business in Spain. Journal of Business Ethics, 56(1), 2741.
Gamerschlag, Ramin, Klaus Moller, dan Frank Verbeeten. (2011). Determinants of
Voluntary CSR disclosure: empirical evidence froim Gemany. Review of
Managerial Science, 5, 233-362
Haniffa, R. M., & Cooke, T. E. (2005). The impact of culture and governance on
corporate social reporting. Journal of Accounting and Public Policy, 24(5),
391430.
Osi, Carlo. (2009). Family Business Governance and Independent Directors: The
Challenges Facing An Independent Family Business Board. U. Of Pennsylvania
Journal
of
Business
Law,
12,
181-233.
https://www.law.upenn.edu/journals/jbl/articles/volume12/issue1/Osi12U.Pa.J.
Bus.L.181%282009%29.pdf.
Prado-Lorenzo, J. M., & Garca-Sanchez, I. M. (2010). The role of the Board in the
disseminating relevant information on greenhouse gases. Journal of Business
Ethics, 97(3), 391424.
PwC. (Juni, 2014). Family Business Corporate Governance Series: What is a boards
role
in
family
business.
https://www.pwc.com/us/en/corporate-
governance/publications/assets/corporate-governance-role-in-familybusiness.pdf.
PwC.
(November,
2014).
Survey
Bisnis
Keluarga
2014:
Indonesia.
http://www.pwc.com/id/en/publications/assets/indonesia-report-familybusiness-survey-2014.pdf.
Songini, L., Gnan, L., & Malmi, T. (2013). The role and impact of accounting in
family business. Journal of Family Business Strategy, 4, 71-83.
Zahra, S. A., & Stanton, W. W. (1988). The implications of Board of Directors
composi-tion on corporate strategy and performance. International Journal of
Management, 5(2), 229236.
Wood, John Thames Fulton. (2011). Independent directors for a family business.
http://www.heidrick.com/~/media/Publications%20and
%20Reports/HS_Gov_Letter_Q1_2011.pdf. diakses pada 22 September 2015.