A. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh.
Luka baker adalah injury pada jaingan yang disebabkan oleh panas (thermal), kimia, elektrik dan
radiasi
B. ETIOLOGI
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X, radiasi nuklir, listrik, bahan kimia,
abrasi mekanik. Luka bakar yang disebabkan oleh panas api, uap atau cairan yang dapat membakar
merupakan hal yang lasim dijumpai dari luka bakar yang parah.
C. TANDA DAN GEJALA SERTA KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Dalam menentukan parahnya luka bakar biasanya dilakukan berdasarkan kaidah :
1. Kedalaman luka
Dalamnya luka bakar secara bermakna menentukan penyembuhannya, berdasarkan kedalaman lukanya
luka bakar diklasifikasinkan sebagai berikut :
a. Luka bakar derajat satu.
Hanya mengenai lapisan epidermis dan biasanya disebabkan oleh sinar matahari atau tersiram air
mendidih dalam waktu yang singkat, kerusakan jaringan pada luka bakar ini hanya minimal, rasa sakit
merupakan gejala yang menonjol, kulit yang terbakar berwarna kemerah-merahan dan mungkin terdapat
oedema ringan. Efek sistemik jarang sekali terjadi, rasa nyeri/sakit makin terasa dalam 48-72 jam dan
penyembuhan akan terjadi dalam waktu sekitar 5 10 hari.
b. Luka bakar derajat dua.
Mengenai semua bagian epitel dan sebagian korium, luka bakar ini ditandai oleh warna merah yang
melepuh, luka bakar derajat dua superfisisal biasanya sembuh dengan menimbulkan parut yang minimal
dalam 10 14 hari kecuali kalau luka tersebut tercemar. Luka bakar yang meluas ke dalam bagian
korium dan lapisan mati yang meliputinya, menyerupai luka bakar derajat tiga kecuali biasanya luka itu
berwarna merah dan menjadi putih bilaman disentuh. Penyembuhan terjadi dengan regenerasi epitel
kelenjar keringan dan folikel, proses ini lamanya 25 35 hari, parut yang nyata sering ditemukan. Luka
bakar derajat dua yang dalam tebalnya meliputi seluruh tebal kulit bilaman terjadi peradangan,
kehilangann cairan dan efek metabolik adalah sama seperti pada luka bakar derajat tiga.
c. Luka bakar derajat tiga
Ditandai oleh suatu permukaan yang kering, liat dan kenyal yang biasanya berwarna coklat, coklat
kemerah-merahan atau hitam, walaupun luka ini dapat berwarna putih. Luka-luka ini anestetik karena
reseptor rasa sakit telah hilang, bila kita menekan luka itu maka luka tidak akan menjadi putih atau pecah
dan melentur kembali karena jaringan mati dan pembuluh darah terkena trombose.
2. Luas permukaan
Besarnya suatu luka bakar biasanya dinyatakan sebagai prosentase dari seluruh permukaan tubuh dan
diperhitungkan dari tabel yang menurut umur :
Area
Usia
A= Separuh kepala
B=Separuh dari sebelahpaha
C=Separuh dari sebelah kaki
0
9
2
2
1
8
3 1/4
2
5
6
4
2 3/4
10
5
4
3
15
4
4
3 1/4
Dewasa
3
4
3
Pedoman lain tentang pengukuran luas luka bakar dengan menggunakan rule of nine yaitu :
%
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
4.
5.
a.
b.
c.
F.
1.
a.
b.
derah distal sehingga timbul kompartemen sindrom. Bila luka bakar > 30 % efeknya sistemik. Pada luka
bakar yang parah akan mengalami oedema masif.
EFEK PADA CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Volume darah mendadak turun, terjadi kehilangan cairan lewat evaporasi, hal ini dapat mencapai 3 5
liter dalam 24 jam sebelum permukaan kulit ditutup.
Hyponatremia; sering terjadi dalam minggu pertama fase akut karena air berpindah dari interstisial ke
dalam vaskuler.
Hypolkalemia, segera setelah luka bakar sebagai akibat destruksi sel masif, kondisi ini dapat terjadi
kemudian denghan berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Anemia, karena penghancuran sel darah merah, HMT meningkat karena kehilangan plasma.
Trombositopenia dan masa pembekuan memanjang.
RESPON PULMONAL
Hyperventilasi dapat terjadi karena pada luka bakar berat terjadi hipermetabolik dan respon lokal
sehingga konsumsi oksigen meningkat dua kali lipat.
Cedera saluran nafas atas dan cedera inflamasi di bawah glotis dan keracunan CO2 serta defek
restriktif.
RESPON GASTROINTESTINAL
Terjadi ileus paralitik ditandai dengan berkurangnya peristaltik usus dan bising usus; terjadi distensi
lambung dan nausea serta muntah, kondisi ini perlu dekompresi dengan pemasangan NGT, ulkus curling
yaitu stess fisiologis yang masif menyebabkan perdarahan dengan gejala: darah dalam feses, muntah
seperti kopi atau fomitus berdarah, hal ini menunjukan lesi lambung/duodenum.
RESPON SISTEMIK LAINNYA
Terjadi perubahan fungsional karena menurunnya volume darah, Hb dan mioglobin menyumbat tubulus
renal, hal ini bisa menyebabkan nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal akut.
Perubahan pertahanann imunologis tubuh; kehinlangan integritas kulit, perubahan kadar Ig serta
komplemen serum, gagngguan fungsi netrofil, lomfositopenia, resiko tinggi sepsis.
Hypotermia, terjadi pada jam pertama setelah luka bakar karena hilangnya kulit, kemudian
hipermetabolisme menyebabkan hipertermia kendati tidak terjadi infeksi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
E. KOMPLIKASI
distress pernafasan
gagal ginjal
kontraktur
sepsis
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nasfas tidak efektif b.d edema & efek inhalasi asap.
2. Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida, inhalasi asap & destruksi saluran nafas
atas.
3. Nyeri akut b.d cedera jaringan.
4. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi
dari luka bakar.
5. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme
6. Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan ingesti/digesti/absorbsi
makanan.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
RENPRA COMBUSTIO
No
Diagnosa
1 Bersihan jalan nafas
tidak efektif b/d
banyaknya
scret
mucus
Tujuan
Setelah
dilakukan
askep jam Status
respirasi:
terjadi
kepatenan
jalan
nafas dg
KH:Pasien
tidak
sesak
nafas,
auskultasi suara paru
bersih,
tanda
vital dbn.
Intervensi
Airway manajemenn
Bebaskan jalan nafas dengan
posisi leher ekstensi jika
memungkinkan.
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien secara actual
atau
potensial
untuk
membebaskan jalan nafas.
Pasang ET jika memeungkinkan
Lakukan terapi dada jika
memungkinkan
Keluarkan lendir dengan suction
Asukultasi suara nafas
Lakukan suction melalui ET
Atur posisi untuk mengurangi
dyspnea
Monitor respirasi dan status
oksigen jika memungkinkan
Airway Suction
Tentukan kebutuhan suction
melalui oral atau tracheal
Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suction
Informasikan pada keluarga
tentang suction
Masukan slang jalan afas
melalui
hidung
untuk
memudahkan suction
Bila menggunakan oksigen
tinggi (100% O2) gunakan
ventilator atau rescution manual.
Gunakan peralatan steril, sekali
pakai untuk melakukan prosedur
tracheal suction.
Monitor status O2 pasien dan
status hemodinamik sebelum,
selama, san sesudah suction.
Suction
oropharing
setelah
dilakukan suction trachea.
Bersihkan daerah atau area
stoma trachea setelah dilakukan
suction trachea.
Hentikan tracheal suction dan
berikan
O2 jika
pasien
bradicardia.
Catat type dan jumlah sekresi
dengan segera
2
Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan dengan
perubahan membran
kapiler - alveolar
Setelah dilakukan
askep jam Status
pernafasan seimabang
antara kosentrasi udara
dalam darah arteri dg
KH:
Menunjukkan
peningkatan Ventilasi
dan oksigen cukup
AGD dbn
Airway Manajemen
Bebaskan jalan nafas
Dorong bernafas dalam lama dan
tahan batuk
Atur kelembaban udara yang
sesuai
Atur posisi untuk mengurangi
dispneu
Monitor frekuensi nafas b/d
penyesuaian oksigen
Monitor Respirasi
Monitor
kecepatan,irama,
kedalaman dan upaya bernafas
Catat pergerakan dada, lihat
kesimetrisan dada, menggunakan
alat bantu dan retraksi otot
intercosta
Monitoring pernafasan hidung,
adanya ngorok
Monitor pola nafas, bradipneu,
takipneu, hiperventilasi, resirasi
kusmaul dll
Nyeri
akut Setelah
dilakukan
berhubungan dengan Asuhan keperawatan
agen injury: fisik
.
jam
tingkat
kenyamanan
klien
meningkat dg KH:
Klien
melaporkan
nyeri berkurang dg
scala 2-3
Manajemen nyeri :
Lakukan pegkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
nyeri
klien
klien dapat istirahat pengalaman
sebelumnya.
dan tidur
Kontrol faktor lingkungan yang
v/s dbn
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis)..
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri..
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
Deficit
volume
cairan
b/d
peningkatan
permeabilitas
kapiler
dan
kehilangan
cairan
akibat evaporasi dari
luka bakar
Setelah
dilakukan
askep
..
jam
terjadipeningkatan
keseimbangan
cairandg KH:
Urine 30 ml/jam
V/S dbn
Kulit lembab dan tidak
ada
tanda-tanda
dehidrasi
Administrasi analgetik :.
Cek
program
pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul &
Evaluasi gejala efek sampingnya.
Manajemen cairan
Monotor diare, muntah
Awasi tanda-tanda hipovolemik
(oliguri, abd. Pain, bingung)
Monitor balance cairan
Monitor
pemberian
cairan
parenteral
Monitor
BB
jika
terjadi
penurunan BB drastis
Monitor td dehidrasi
Monitor v/s
Hypertermi b/d
proses infeksi
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama.x 24 jam
menujukan temperatur
dalan
batas
normaldengan kriteria:
- Bebas dari kedinginan
- Suhu tubuh stabil 36-
37 C
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
ketidak
mampuan
pemasukan
b.d
faktor biologis
Setelah
dilakukan
askep
..
jam
terjadipeningkatan
status nutrisi dg KH:
Mengkonsumsi nutrisi
yang adekuat.
Identifikasi kebutuhan
nutrisi.
Bebas
dari
tanda
malnutrisi.
Managemen nutrisi
Kaji pola makan klien
Kaji kebiasaan makan klien dan
makanan kesukaannya
Anjurkan pada keluarga untuk
meningkatkan intake nutrisi dan
cairan
kelaborasi dengan ahli gizi
tentang kebutuhan kalori dan tipe
makanan yang dibutuhkan
tingkatkan intake protein, zat
besi dan vit c
monitor intake nutrisi dan kalori
Monitor pemberian masukan
cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi
kaji kebutuhan untuk
pemasangan NGT
Setelah
dilakukan Kontrol infeksi.
askep jam infeksi Batasi pengunjung.
terkontrol, status imun Bersihkan lingkungan pasien
adekuat dg KH:
secara benar setiap setelah
Bebas
dari
tanda digunakan pasien.
Cuci tangan sebelum dan
dangejala infeksi.
Keluarga tahu tanda- sesudah merawat pasien, dan
ajari cuci tangan yang benar.
tanda infeksi.
Angka
leukosit Pastikan teknik perawatan luka
yang sesuai jika ada.
normal.
Tingkatkan masukkan gizi yang
cukup.
Tingkatkan masukan cairan yang
cukup.
Anjurkan istirahat.
Berikan therapi antibiotik yang
sesuai, dan anjurkan untuk
minum sesuai aturan.
Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta tentang
tanda dan gejala infeksi dan
segera untuk melaporkan
keperawat kesehatan.
Pastikan penanganan aseptic
semua daerah IV (intra vena).
Proteksi infeksi.
Monitor tanda dan gejala infeksi.
Monitor WBC.
Anjurkan istirahat.
Ajari anggota keluarga cara-cara
menghindari infeksi dan tandatanda dan gejala infeksi.
Batasi jumlah pengunjung.
Tingkatkan masukan gizi dan
cairan yang cukup
Cemas berhubungan
dengan
krisis
situasional,
hospitalisasi
Setelah
dilakukan
askep
jam kecemasan
terkontrol dg
KH:
ekspresi wajah tenang ,
anak / keluarga mau
bekerjasama
dalam
tindakan askep.
Peningkatan aktivitas
fisik
Pengurangan kecemasan
Bina hubungan saling percaya.
Kaji kecemasan keluarga dan
identifikasi kecemasan pada
keluarga.
Jelaskan semua prosedur pada
keluarga.
Kaji tingkat pengetahuan dan
persepsi pasien dari stress
situasional.
Berikan
informasi
factual
tentang diagnosa dan program
tindakan.
Temani keluarga pasien untuk
mengurangi
ketakutan
dan
memberikan keamanan.
Anjurkan
keluarga
untuk
mendampingi pasien.
Berikan sesuatu objek sebagai
sesuatu simbol untuk mengurang
kecemasan orangtua.
Dengarkan keluhan keluarga.
Ciptakan
lingkungan
yang
nyaman.
Alihkan perhatian keluarga
untuk mnegurangi kecemasan
keluarga.
Bantu
keluarga
dalam
mengambil keputusan.
Instruksikan keluarga untuk
melakukan teknik relaksasi.
Terapi ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam
melakukan ambulasi
Kolaborasi dg fisioterapi untuk
perencanaan ambulasi
Latih pasien ROM pasif-aktif
sesuai kemampuan
Ajarkan pasien berpindah tempat
secara bertahap
Evaluasi
pasien
dalam
kemampuan ambulasi
Pendidikan kesehatan
Edukasi pada pasien dan
keluarga pentingnya ambulasi
dini
Edukasi pada pasien dan
keluarga tahap ambulasi
Berikan reinforcement positip
pada pasien.
10
PK:
Anemia
11
Setelah
dilakukan
askep
..... jam
perawat dapat
meminimalkan
terjadinya komplikasi
anemia :
Hb >/= 10 gr/dl.
Konjungtiva tdk
anemis
Kulit tidak pucat
hangat
Setelah
dilakukan
askep ... jam Perawat
akan menangani atau
mengurangi komplikasi
dari insuf renal
dalam therapinya
Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
Kolaborasi untuk hemodialisis
Setelah
dilakukan Pantau td hipokalemia (poli uri,
askep jam perawat hipotensi,
ileus,
penurunan
akan
mengurangi tingkat
kesadaran,kelemahan,
episode
mual, muntah, anoreksia, reflek
ketidakseimbangan
tendon melemah)
elektrolit
Dorong klien u/ meningkatkan
intake nutrisi yang kaya kalium
Kolaborasi u/ koreksi kalium
secara parenteral
Pantau cairan IV
12
PK;
Ketidakseimbangan
elektrolit
13
PK: Sepsis
14
Kerusakan integritas
jaringan d.b
mekanikal (luka
bakar)
Setelah
dilakukan
askep jam perawat
akan
menangani
/
memantau
komplikasi : septikemi
a
Pantau
tanda
dan
gejala
septikemia ( s>38 / <36, N:>
90X/mnt, R: >20 x/mnt)
Pantau
lansia
terhadap
perubahan mental, kelemahan,
hipotermi dan anoreksia.
Kolaborasi dalam pemberian
therapi antiinfeksi
Pantau dan berikan oxigen
Pantau intake nutrisinya
Setelah
dilakukan
askep .. jam, integritas
jaringan
membaik
dengan kriteria hasil :
melaporkan penurunan
sensasi atau nyeri pada
area
kerusakan
jaringan/ luka
mendemonstrasikan
pemahaman
rencana
tindakan
untuk
perawatan jaringan dan
pencegahan injuri
keadaan luka membaik
(kering)dan
peningkatan jaringan
granulasi
Wound Care :
Kaji area luka dan tentukan
penyebabnya
Tentukan ukuran kedalaman luka
Monitor area luka minimal
sehari sekali thd perubahan
warna, kemerahan, peningkatan
suhu, nyeri dan tanda-tanda
infeksi
Monitor kondisi sekitar luka,
monitor praktek klien dalam
peran serta merawat luka, jenis
sabun/pembersih yang
digunakan, suhu air, frekuensi
membersihkan kulit/ area luka
dan sekitar luka
Anjurkan klien untuk tidak
membasahi area luka dan sekitar
luka
Minimalkan paparan terhadap
kulit (area luka dan sekitarnya)
Buat rencana mobilisassi
bertahap: miring kanan/kiri,
duduk, duduk, berdiri dan
berjalan, gunakan alat bantu jika
perlu
Gunakan lotion untuk
kelembabkan kulit
Dorong intake protein adekuat
Anjurkan ibu untuk menghindari
cedera, menghindar dari benda
berbahaya, menghindar
penekanan terhadap area luka
menghindar batuk, mengejan
terlalu kuat
J. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Manajemen Cairan
A. Monitor adanya factor-faktor yang
menyebabkan defisit volume cairan
(kesulitan mempertahankan intake oral)
Monitor total intake dan output cairan
setiap 8 jam atau setiap jam pada
pasien yang tidak stabil)
Penurunan
out-put
urine -
Mempertahankan c.
Monitor kecenderungan dalam
turgor kulit
output cairan selama 3 hari termasuk
elastis, mambran
semua rute intake dan output dan
- Peningkatan
mukosa dan lidah,
catatan warna dan berat jenis urine.
konsen-trasi urine
orientasi pada orang,
d.
Monitor setiap hari BB yang tiba-tiba
- Penurunan sirkulasi tempat dan waktu
terutama menurunan urine output atau
kapiler (akibat keru- - Menjelaskan cara
kehilangan cairan aktif
sakan vaskularisasi pengukuran yang
pe-rifer)
dapat dilakukan
Nadi meningkat, te- untuk mencegah
Manajemen Hipovolemi
kehilangan
volume
kanan
darah
a.
Monitor tanda vital klien dengan
menurun, volume / cairan.
definisit
volume cairan setiap 15 menit
tekanan
nadi
1 jam pada klien yang tidak stabil,
menurun
observasi penurunan TD (Hipetensi)
- Haus
tachicardi, penurunan volume nadi serta
peningkatan/ penurunan temperatur
- Kehilangan
berat
tubuh.
ba-dan mendadak
b.
Monitor turgor kulit, haus, lidah dan
- Hmt meningkat
mambran mukosa yang kering, kesulitan
berbicara, kulit kering, kelelahan dan
kesadaran klien
-
c.
d.
e.
2.
Menunjukkan
kerusakan
Perilaku untuk
Setelah dilakukan
tindakan
Manajemen Nyeri
1. Kaji lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, atau factor pencetus
nyeri
2. Pastikan pasien menerima analgetik
yang sesuai
3. Kaji efek nyeri yang dialami terhadap
kualitas hidup (tidur, aktifitas, mood
serta hubungan dengan orang lain)
mengurangi nyeri
-
Tingkah laku
expresif (gelisah,
merintih, menangis,
iritabel, mengeluh)
1. Pasien bisa
mengidentifikasi
Pengelolaan Analgetik
Diagnosa
Keperawatan
No
3.
NOC
Kerusakan
NOC Label :
mobilitas fisik
- Pergerakan
b.d
tulang/sendi aktif
keengganan
untuk memulai - Tingkat mobilitas
gerak
Batasan
Karakteristik :
-
Keterbatasan
ROM
NIC
Terapi Exercise :
ambulance
1. Lakukan latihan gerak untuk
meningkatkan mobilitas
2.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama . X 24 jam
Pasien mampu
3.
Keterbatasan
1. Meningkatkan aktifita
kemampuan
s fisik
melakukan
ketrampilan
2. Mengungkapkan
motorik kasar
perasaan peningkatan
kekuatan dan
4.
Gunakan losion pada area
- Gerakan
kemampuan gerak
yang mengalami penyembuhan
lambat
dan mesase area tersebut
3. Mendemonstrasikan
sebelum latihan untuk
penggunaan peralatan
melunakan jaringan dan
adaptif (Misalnya kursi
meningkatkan relaksasi
roda) untuk
meningkatkan
penggerakan
4.
- Peningkatan Tidur
1. Kaji pola tidur klien dan
kebiasaan kepercayaan pada
waktu tidur dan memasukkan
Batasan
karakteristik :
-
2.
Tentukan tingkat
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan kecemasan klien
selama . X 24 jam
3.
Observasi pengobatan
Frekuensi
klien, diet dan intake kaffein
terbangun saat malam
Terbangun
4.
Pelihara ketenangan
hari berkurang
lebih awal
lingkungan
Klien mengatakan
Tidur tidak
5.
Untuk kestabilan
dapat tidur
puas
hospitalisasi klien, buat dan
Tiga kali atau
ikuti jadual tidur
lebih terbangun
6.
Anjurkan klien untuk
di malam hari
menghindari kopi dan makanan
Jml tidur
atau minuman yang
kurang dari
mengandung kafein dan
kebutuhan
hindari makanan yang tinggi
sesuai umur
protein atau tinggi lemak
sebelum tidur
Terbangun
dalam waktu
lama
Kerusakan
integritas kulit
b.d cedera
termal
-
Kerusakan
lapisan kulit
NOC Label :
-
Integritas jaringan
7.
8.
9.
10.
1. Implemetasikan rencana
pengobatan yang diresepkan
- Penyembuhan luka
untuk pengobatan topical pada
tempat kulit yang
mengalami kerusakan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan2. Pilih pengobatan topical yang
akan mempertahankan
selama . X 24
lingkungan penyembuhan luka
jam, klien dibantu
basah dan keseimbangan
Kulit baik/utuh
dengan kebutuhan
pengabsobsi eksudat.
keluarga mampu
1. Menunjukkan adanya
integritas permukaan 3. Ajarkan klien menggunakan
obat topical yang sesuai
kulit
dengan luka dan lokasinya
2. Melaporkan adanya
perubahan sensasi
atau nyeri pada
Perawatan Luka
tempat terjadinya
kerusakan kulit
1.
Kaji tempat / lokasi
kerusakan kulit dan tentukan
3. Mendemonstrasikan
penyebab.
pemahaman tentang
rencana
2.
Monitor lokasi kerusakan
penyembuhan kulit
kulit paling sedikit sekali sehari
dan pencegahan
untuk perubahan warna,
kembali luka
kemerahan, pembekakan,
hangat, nyeri atau tanda-tanda
4. Mendeskripsikan
infeksi lain. Tentukan apakah
tindakan melindungi
pasien mengalami perubahan
dan penyembuhan
dalam sensasi nyeri.
kulit serta perawatan
lesi kulit
3.
Monitor cara perawatan
kulit klien, catat jenis sabun
atau bahan pembersih lain
yang digunakan, suhu air yang
digunakan dalam
membersihkan kulit
4.
Jangan memposisikan
pasien pada lokasi kulit yang
mengalami kerusakan jika
sesuai dengan tujuan
manajemen pasien secara
keseluruhan, rubah dan
posisikan pasien paling sedikit
2 jam. Pindahkan pasien
dengan perawatan pada
perlindungan terhadap efek
yang merugikan dari kekuatan
mekanik eksternal seperti
tekanan, gesekan dan teriris.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mahasiswa PSKI-B KF-UGM. 2002. Terjemahan Diagnosis Keperawatan. Dalam NANDA 20012002. Definisi dan Klasifikasi
2.
Suriadi dan Yuliani. 1987. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan. Keperawatan Pada Anak.
Edisi I. Sagung Seto, Jakarta.
3.
4.
5.
6.
7.
J.
Diagnosa keperawatan
1.
2.
3.
4.
K. Intervensi
N
o
Diagnosa
NOC
1.
Kekurangan
Volume Cairan
berhubungan
dengan Kegagal
an
mekanismeregul
asi (pengaturan)
NIC
Fluid management
Kriteria Hasil :
Pain Management
Kerusakan
integritas kulit
b/d mekanik
(luka bakar)
Resiko Infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas klien
B.
Nama
: An Z.
Umur
: 1 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Belum kawin
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
Keluhan Masuk
Klien datang ke IGD dengan combustio hampir seluruh tubuh akibat terbakar bensin
C.
Primary Survey
1.
2.
Breathing (Pernafasan)
Frekuensi nafas 30 x / m, Tidak terdapat batuk, nafas cepat, anak menangis kuat
3.
Circulation
Nadi : 80 x/menit
4.
Disability
Kesadaran klien : Compos mentis ( GCS : 15)
5.
Eksposure
Terdapat luka bakar pada kepala, wajah, ektrimitas, punggung, grade 2 (80%)
D. Analisa Data
DATA
Masalah
Penyebab
DS : -
Kekurangan
volume
cairan
Kegagalan
mekanismereg
ulasi
(pengaturan)
Nyeri Akut
Agen injury :
Fisik
DO :
a.
b.
c.
An. Z menangis
d.
e.
f.
g.
Balance cairan
IWL = 15xBBx24 jam
IWL =15x10x24 jam
IWL = 3600
Intake = infus 200 + minum 120
Intake = 220
Output = tidak ada urin
Balance cairan = intake- output IWL
Balance cairan = 320-0-3600
Balance cairan = - 3280
DS
DO :
a.
b.
Luka basah
c.
d.
e.
Terdapat bula
f.
g.
Kerusakan
integritas
kulit
DO :
a.
E.
Mekanikal
(Luka Bakar)
b.
Luka basah
c.
d.
e.
Terdapat bula
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Diagnosa
Kekurangan Volume
Cairan berhubungan
denganKegagalan
mekanismeregulasi
(pengaturan)
NOC
NIC
harian
Kolaborasikan
pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Nyeri
teratasi/berkurang
setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam.
Kriteria hasil :
G. Implementasi
Waktu
Jumat 10 Mei
2013
16.00
16.05
Diagnosa
Implementasi
Evalu
Kekurangan
S:
Volume Cairan
Melakukan kolaborasi pemberian
O:
berhubungan
cairan IV
dengan Kegagal
a. Klien terpasang inf
an
Klien terpasang infuse RL makro set
b. Klien minum 120 cc
mekanismeregul 60 tpm
asi (pengaturan)
c. Nadi : 80 x/menit
Melakukan kolaborasi pemasangan
kateter.
d. RR : 30 x/menit
Mendorong masukan oral
e.
A : Masalah kekuran
cairan belum teratas
P:
Nadi : 80x/menit
16.10
RR : 30x/menit
a.
b.
Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat
c.
16.20
Selama di IGD
Intake = infus 200 + minum 120
d.
RL + kebutuhan ca
Intake = 220
Output = tidak ada urin
16.00
16.05
16.05
b.
Luka basah
16.10
R : 30x/menit
g.
A : Masalah nyeri ak
teratasi
P:
a.
16.00
16.05
Kerusakan
Menjaga kebersihan kulit
S:
integritas kulit
Melakukan kolaborasi dengan dokter
O:
b/d mekanik
dalam pemberian obat burnazin
(luka bakar)
a. Terdapat luka baka
salep
greade 2 padawajah
kepala, ekstremitas
b.
Luka basah
c.
d.
e.
Terdapat bula
A : Masalah kerusak
belum teratasi
P:
a.
b.
Pemberian salep Bu
c.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns. Dengan judul
Penatalaksanaan luka bakar (combustio) pada tahun 2012 adalah Untuk klien dengan luka yang luas,
maka penanganan pada bagian emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi
pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi cairan (penggantian cairan yang
hilang); pemasangan kateter urine; pemasangan nasogastric tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan
laboratorium; management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan luka.
Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut.
a.
Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin terjadi.
Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi untuk lebih memastikan ada
tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini. Selain itu melakukan pengkajian
ada tidaknya trauma lain yang menyertai cedera luka bakar seperti patah tulang, adanya perdarahan dan
lain-lain perlu dilakukan agar dapat dengan segera diketahui dan ditangani.
b.
c.
d.
e.
Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk menentukan adekuat
tidaknya resuscitasi.
f.
Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi pemeriksaan gula darah, BUN (blood ures nitrogen),
creatini, elektrolit serum, dan kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri (analisa gas darah), COHb juga
harus diperiksa, khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-tes laboratorium lainnya adalah pemeriksaan
x-ray untuk mengetahui adanya fraktur atau trauma lainnya mungkin perlu dilakukan jika dibutuhkan.
Monitoring EKG terus menerus haruslah dilakukan pada semua klien dengan LB berat, khususnya jika
disebabkan oleh karena listrik dengan voltase tinggi, atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia
jantung atau dysrhythmia.
g.
Management nyeri
Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotik intravena, seperti morphine. Pemberian
melalui intramuskuler atau subcutan tidak dianjurkan karena absorbsi dari jaringan lunak tidak cukup baik
selama periode ini bila hipovolemia dan perpindahan cairan yang banyak masih terjadi. Demikian juga
pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral tidak dianjurkan karena adanya disfungsi
gastrointestial.
h.
Perawatan luka
Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi, oleh
karena itu harus mendapat perhatian. Komplikasi ini lebih mudah terjadi selama resusitasi, bila cairan
berpindah ke dalam jaringan interstitial berada pada puncaknya. Pada LB yang mengenai sekeliling
ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas jantung akan membantu menurunkan edema
dependen; walaupun demikian gangguan sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena pengkajian yang
sering terhadap perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah penting untuk dilakukan.
Perawatan luka dibagian emergensi terdiri dari penutupan luka dengan sprei kering, bersih dan baju
hangat untuk memelihara panas tubuh. Klien dengan luka bakar yang mengenai kepala dan wajah
diletakan pada posisi kepala elevasi dan semua ekstremitas yang terbakar dengan menggunakan bantal
sampai diatas permukaan jantung. Tindakan ini dapat membantu menurunkan pembentukan edema
dependent. Untuk LB ringan kompres dingin dan steril dapat mengatasi nyeri. Kemudian dibawa menuju
fasilitas kesehatan.
Begitu juga penatalaksanan yang dilakukan terhadap klien kami An. Z yang
mengalami luka bakar grade 2 (80%) tindakan yang dilakukan pertama kali adalah
pemberian O2 2 liter permenit, pemasangan infuse RL makro set 60 tpm dan
memberikan cairan susu peroral untuk mengganti cairan yang hilang, pada klien
kami juga dilakukan pemasangan kateter untuk mengukur ke adekuatan pemberian
cairan, pada luka bakar klien diberikan salep burnazin
Dan hal ini di dukung pila oleh penelitian yang dilakukan oleh syafri kamsul arif
tentang manajemenpemberian cairan pada klien dengan luka bakar tahun 2009
adalah Pasien luka bakar memerlukan resusitasi cairan dengan volume yang besar
segera setelah trauma. Resusitasi cairan yang tertunda atau yang tidak adekuat
merupakan resiko yang independen terhadap tingkat kematian pada pasien dengan
luka bakar yang berat15. Tujuan dari resusitasi pasien luka bakar adalah untuk tetap
menjaga perfusi jaringan dan meminimalkan edema interstitial.
Pemberian volume cairan seharusnya terus menerus dititrasi untuk menghindari
terjadinya resusitasi yang kurang atau yang berlebihan. Pemberian volume cairan
yang besar ditujukan untuk menjaga perfusi jaringan, namun jika berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya udema dan sindrom kompartemen pada daerah abdomen
dan ekstremitas. Paru paru dan kompartemen jaringan akan dikorbankan untuk
meningkatkan fungsi ginjal, yang bermanifestasi sebagai udema post resusitasi,
kebutuhan trakeostomi, kebutuhan fasciotomi pada ektremitas bawah, dan
kompartemen sindrome pada abdomen. Sampai saat ini belum ada kesepakatan
tentang jenis cairan yang harus digunakan untuk resusitasi luka bakar, namun
setiap jenis cairan masing masing mempunyai keuntungan dan kerugian tergantung
kondisi pasien. Yang paling penting adalah apapun jenis cairan yang diberikan,
volume cairan dan garam yang adekuat harus diberikan untuk menjaga perfusi
jaringan dan memperbaiki hemostasis. Bufer cairan kristaloid seperti ringer lactate
merupakan cairan yang paling popular untuk resusitasi sampai saat ini. Formula
resusitasi klasik yang dimodifikasi oleh broke dan parkland dikembangkan dari
formula Evans and Brooke yang menyarankan pemberian 2 ml/kg/% total tubuh
yang terkena luka bakar selama 24 jam pertama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada
semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari
pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th) (Rohman
Azzam, 2008)
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi akan meliputi
reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi;
resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine; pemasangan nasogastric
tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan laboratorium; management nyeri; propilaksis tetanus;
pengumpulan data; dan perawatan luka.
Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap klien kami An Z sudah benar dan sesuai dengan
penanganan emergensi yang seharusnya hanya saja dalam melakukan perawatan luka pada klien
dengan luka bakar diharapkan tetap menjaga ke sterilan untuk mencegah terjadinya infeksi.
B.
Saran
a.
Dapat mempertahankan tindakan tepat dan cepat pada saat menangani klien
dengan emergensi
b.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth,J. 2000, patofisiologi Alih Bahasa , Jakarta: EGC
Kartini, M. 2009. Efek Penggunaan Madu Dalam Manajemen Luka Bakar. Temanggung: AKPER
Ngesti Waluyo
Mansjoer , A. 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jakarta: FKUI
NANDA, 2012-2014, Panduan Diagnosa Keperawatan: Prima Medika
NIC dan NOC, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Wilkinson Judith M, EGC: Jakarta
Nurhidayah, dkk. 2009. Hubungan Perawatan Luka Bakar Secara Tertutup dengan Proses
Penyembuhan Luka pada Pasien Luka Bakar Derajat II di IBS RSUD dr. Kanujoso
Jatiwibowo Balikpapan. Balikpap