Definisi
Kata epilepsi berasal dari bahasa
Yunani
(Epilepsia)
yang
berarti
serangan.
Epilepsi adalah gangguan saraf yang
timbul secara tiba-tiba dan berkala
biasanya
disertai
perubahan
kesadaran akibat muatan listrik yang
berlebih.
Penyebab Epilepsi
Penyebab penyakit epilepsi cukup beragam, namun pada
umumnya gangguan pada aktivitas normal dalam neuron dapat
menyebabkan epilepsi. Penyebabnya bisa saja gangguan kecil
atau perkembangan otak yang tidak normal pada anak. Namun
dalam beberapa kasus, epilepsi terjadi karena mengalami
stroke, tumor, kista, dan pendarahan pada otak. Adapun
penyebab lainnya, diantaranya :
1. Perubahan kimia dalam otak.
2. Penyakit turunan, berasal dari genetika.
3. Gangguan fisik dan mental.
4. Cedera pada kepala ketika mengalami kecelakaan.
5. Luka pada masa kehamilan.
6. Pengaruh lingkungan.
Epilepsi Umum :
1. Epilepsi Grand Mal
Adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di
mana penderitanya hilang kesadaran lalu
kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok
dan mengeluarkan buih/busa dari mulut.
Merupakan bentuk paling banyak terjadi
Pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengahengah, keluar air liur
Bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit
lidah
Terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur
3. Spasme Infantil
Spasme infantil (SI) merupakan salah
satu bentuk sindrom epilepsi pada
bayi yang bersifat katastropik, terjadi
antara usia 3 bulan sampai 1 tahun.
Secara klinis SI ditandai dengan
kejang berupa spasme simetris pada
leher, batang tubuh dan ekstremitas
secara mendadak dan berlangsung
singkat .
Epilepsi Parsial :
1. Bangkitan Parsial Sederhana
Adalah epilepsi yang tidak disertai hilang kesadaran
dengan gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau
rasa kebal di suatu tempat yang berlangsung dalam
hitungan menit atau jam.
Dapat menyebabkan gejala-gejala motorik, sensorik,
otonom, dan psikis tergantung korteks serebri yang
aktivasi, namun kesadaran tidak terganggu, cetusan
listrik abnormal minimal pasien masih sadar.
Ciri ciri :
Pasien tidak kehilangan kesadaran
Terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari
tubuh
2. Bangkitan Parsial
Kompleks
Adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran
yang dimulai dengan gejala parsialis sederhana
namun ditambah dengan halusinasi, terganggunya
daya ingat, seperti bermimpi, kosong pikiran, dan
lain sebagainya.
Biasanya terjadi pada lobus temporal karena lobus
ini rentan terhadap hipoksia/infeksi.
Keadaan klinis: perubahan kesadaran, automatisme,
kemudian pasien akan sadar kembali lalu menjadi
lelah.
pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran
Bangkitan Lain :
Kejang demam neonatus, merupakan kejang
Lanjutan
Status epileptikus, merupakan bangkitan yang terjadi
berulang
ulang.
Ada
beberapa
jenis
status
ensefalitis,
tumor
dalam
otak,
kelainan
Lanjutan
2. Fase Propagasi
. Fase propagasi dalam keadaan normal, penyebaran
depolarisasi akan dihambat oleh neuron neuron inhibisi
di sekitarnya yang mengadakan hiperpolarisasi. Namun
pada fase propagasi terjadi peningkatan K+ intrasel (yang
mendepolarisasi neuron di sekitarnya), akumulasi Ca++
pada ujung akhir pre sinaps (meningkatkan pelepasan
neurotransmitter), serta menginduksi reseptor eksitasi
NMDA dan meningkatkan ion Ca++ sehingga tidak terjadi
inhibisi oleh neuron neuron di sekitarnya. Kemudian akan
dilanjutkan dengan penyebaran dari korteks hingga spinal,
sehingga dapat menyebabkan epilepsi umum / epilepsi
sekunder.
Mekanisme terjadinya
bangkitan epilepsi
Epilepsi primer
Adanya cetusan listrik di fokal korteks
Cetusan listrik tersebut akan melampaui ambang inhibisi neuron
disekitarnya
Kemudian menyebar melalui hubungan sinaps kortiko-kortikal.
Lalu cetusan korteks tersebut menyebar ke korteks kontralateral
melalui jalur hemisfer, dan jalur nukleus subkorteks.
Aktivasi subkorteks akan diteruskan kembali ke fokus korteks
asalnya sehingga akan meningkatkan aktivitas eksitasi dan
terjadi penyebaran cetusan listrik ke neuron-neuron spinal
melalui jalur kortikospinal sehingga menyebabkan kejang.
Terjadi kelelahan setelah epilepsi.
Golongan Hindatoin
Adalah obat utama yang digunakan pada
hampir semua jenis epilepsi, contoh
fenitoin.
FENITOIN
Mekanisme
kerja
fenitoin
:
menghambat kanal sodium(Na+) yang
mengakibatkan influk (pemasukan) ion
Na+ kedalam membransel berkurang, dan
menghambat terjadinya potensial aksi oleh
depolarisasiterus-menerus pada neuron
Lanjutan
Dosis : awal penggunaan fenitoin : 5 mg/kg/hari
; dosis pemeliharaan : 20 mg/kg/hari tiap 6jam
Efek Samping : depresi pada SSP, sehingga
mengakibatkanlemah,
kelelahan
gangguan
penglihatan (penglihatan berganda),disfungsi
korteks dan mengantuk. Pemberian fenitoin
dosis tinggidapat menyebabkan gangguan
keseimbangan tubuh dan nystagmus. Salah
satu efek samping kronis yang mungkin
terjadiadalah gingival hyperplasia (pembesaran
pada gusi).
Golongan Barbiturat
sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering
digunakan karena paling murah terutama digunakan pada
serangan grand mal. Biasanya untuk pemakaian lama
dikombinasi dengan kofein atau efedrin guna melawan efek
hipnotiknya. Tetapi tidak dapat digunakan pada jenis petit
mal karena dapat memperburuk kondisi penderita. Contoh
fenobarbital.
FENOBARBITAL
MK : menurunkan konduktan Na dan K sertamenurunkan
influks kalsium,maka memiliki efek langsung terhadap
reseptor GABA. Aktivasi reseptor barbiturat akan
meningkatkan durasi pembukaanreseptor GABA serta
meningkatkan konduktan post-sinap klorida
Lanjutan
Dosis : dosis awal penggunaan
fenobarbital 1-3 mg/kg/hari dandosis
pemeliharaan 10-20 mg/kg 1kali sehari.
Efek samping : gangguan SSP,
kelelahan,
mengantuk,
sedasi,kemerahan kulit dan Stevenjohnson
syndrome
serta
depresi.Penggunaan fenobarbital pada
anak-anak
dapat
menyebabkanhiperaktivitas.
Golongan Iminostilben
KARBAMAZEPIN
MK : karbamazepin menghambat kanal Na+,yang
mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ kedalam
membran selberkurang dan menghambat terjadinya
potensial aksi oleh depolarisasiterus-menerus pada neuron.
Dosis : pada anak dengan usia kurang dari 6 tahun 10-20
mg/kg 3 kali sehari, anak usia 6-12 tahun dosis awal 200
mg 2 kalisehari dan dosis pemeliharaan 400-800 mg. Anak
usia lebih dari12 tahun dan dewasa 400 mg 2 kali sehari
Efek samping : gangguan penglihatan (penglihatan
berganda),pusing, lemah, mengantuk, mual, goyah (tidak
dapat berdiritegak) dan Hyponatremia
Asam Valproat
Asam valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi
kejang parsial,kejang absens, kejang mioklonik, dan kejang
tonik-klonik.
MK : meningkatkan GABA dengan menghambatdegradasi
nya atau mengaktivasi sintesis GABA. Asam valproat
jugaberpotensi terhadap respon GABA post sinaptik yang
langsung menstabilkanmembran serta mempengaruhi
kanal kalium.
Dosis : penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari.
Efek samping : gangguan pencernaan (>20%), termasuk
mual,muntah, anorexia, peningkatan berat badan, pusing,
gangguankeseimbangan tubuh, tremor, dan kebotakan.
Golongan Benzodiazepin
Benzodiazepin digunakan dalam
terapi
kejang.
Benzodiazepinmerupakan agonis
GABA,
sehingga
aktivasi
reseptor
benzodiazepin
akanmeningkatkan
frekuensi
pembukaan reseptor GABA
Lanjutan
MK : Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi
gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter
penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan
reseptor GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor
GABA A terhadap neurotransmitter penghambat sehingga
kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik
membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak
dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang
mengikat pada alpha sub-unit, tetapi meningkatkan frekuensi
pembukaan saluran
yang mengarah ke peningkatan
konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal
ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde,
potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.
Lanjutan
Dosis : anak usia 2-5 tahun 0,5
mg/kg, anak usia 6-11 tahun
0,3mg/kg, anak usia 12 tahun atau
lebih 0,2 mg/kg, dan dewasa 4-40
mg/hari.
Efek samping : cemas, kehilangan
kesadaran,
pusing,
depresi,mengantuk,
kemerahan
dikulit, konstipasi, dan mual