PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Retinoblastoma merupakan tumor ganas primer intraokuler yang paling banyak
ditemui pada anak-anak; yang menduduki kedudukan kedua pada uveal malignant
melanoma dari semua tumor ganas primer intraokuler pada semua umur. Frekuensi
dari penyakit ini antara 1: 14.000 sampai 1:20.000 dari kelahiran hidup, tergantung
pada negara masing-masing. Diperkirakan 250-300 kasus baru muncul di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Di Mexico, ada 6.8 kasus setiap 1 juta populasi telah
dilaporkan dibandingkan dengan 4 kasus per 1 juta penduduk di Amerika Serikat. Di
Amerika Tengah, terdapat peningkatan insiden pada tahun terakhir ini. Pada penyakit
ini tidak terdapat predileksi kelamin dan tumornya biasanya bilateral 30%-40% dari
kasus1,2.
Retinoblastoma semula diperkirakan terjadi akibat mutasi suatu gen dominan
otosom, tetapi sekarang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
horizontal dengan fotoreseptor, (7) lapisan inti luar sel fotoreseptor, (8) membran
limtans eksterna, (9) lapisan fotoreseptor segmaen dalam dan luar kerucut dan (10)
epitelium pigmen retina. Lapisan dalam membran bruch sebenarnya adalah membrana
basalis epitelium pigmen retina. 1
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serata dan 0,23 mm pada kutub
posterior. Ditengah-tengah retina terdapat makula. Ditengah makula, sekitar 3,5 mm
disebelah lateral diskus optikus terdapat fovea. Fovea merupakan zona avaskular di
retina pada angiografi fluoresens. Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea,
disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagian retina yang paling tipis. Retina
menerima darah dari dua sumber yaitu koriokapilaria yang berada tepat di luar
membrana bruch yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis
luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina, serta cabangcabang dari arteri sentralis retina yang memperdarahi dua per tiga sebelah dalam.
Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh korokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang
tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina
mempunyai lapisan endotel pembuluh koroid dapat ditembus. Sawar darah retina
sebelah luar terletak setinggi lapisan retina1.
Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu mengubah
rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat
saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula
bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan
warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat
hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya dan serat saraf yang
keluar dan hal ini menjamin penglihatan paling tajam. Diretina perifer, banyak
fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama dan diperlukan sistem pemancar
yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama
digunakan untuk penglihtan sentral dan warna sedangkan bagian retina lainnya yang
sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang digunakan untuk penglihatan perifer
dan malam.1,2
2.2. Retinoblastoma
2.2.1. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor ganas intraokular diretina yang sering terdapat
pada anak-anak yang muncul di lapisan nuklear retina dari fokus multiple. Sering
tampak sebagai massa putih yang tumbuh kedalam vitreus dan menyebabkan
leukokoria ketika telah berukuran besar. Berasal dari retinoblast primitif. Bersifat
hampir selalu herediter yang diturunkan secara autosomal dominan dengan berbagai
penetrasi. Gen yang turun berperan berlokasi di kromosom 13q14.1,2
2.2.2. Epidemiologi
Insiden 1 : 14000 kelahiran hidup. Rata-rata didiagnosis usia 18 bulan dan
67% kasus unilateral. Kasus unilateral biasanya karena mutasi tetapi sekitar 1 dari 10
mungkin karena penyakit herediter. Individu yang selamat dari kasus bilateral akan
menurunkannya sebagai karakteristik dominan, tetapi yang selamat pada kasus
unilateral dan tanpa riwayat keluarga hanya berkesempatan 5% untuk menurunkan.
Anak-anak dengan retinoblastoma bilateral didiagnosa rata-rata pada usia 13 bulan,
sedangkan yang unilateral usia 24 bulan.2
2.2.3. Etiologi
Retinoblastoma semula diperkirakan terjadi akibat mutasi suatu gen dominant
autosom, tetapi sekarang diduga bahwa suatu alel di satu lokus dalam pita kromosom
13q14 mengontrol tumor bentuk herediter dan non herediter. Gen retinoblastoma
normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen supresor atau antionkogen.
Individu dengan penyakit yang herediter mempunyai suatu alel yang terganggu di
setiap sel tubuhnya; apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh
mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor1
mengapung pada viteous dan bilik depan mata, menyerupai endoftalmitis atau
iridosiklitis dan mengaburkan massa tumor primer.
2. Pertumbuhan eksofitik
Pertumbuhan eksofitik terjadi pada celah subretinal. Pola pertumbuhan ini
biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan subretinal dan terjadinya
sobekan pada retina. Sel tumor dapat menginfiltrasi melalui membran Bruch
ke koroid dan kemudian menginvasi nervus siliaris.
3. Pertumbuhan infiltrasi difus
Jenis pertumbuhan ini merupakan jenis pertumbuhan yang jarang dimana
hanya 1,5% dari seluruh pola pertumbuhan retinoblastoma. Pertumbuhan ini
dikarakteristikkan dengan infiltrasi datar pada retina oleh sel tumor tanpa
massa tumor yang tampak jelas. Massa putih yang biasanya yang terlihat pada
jenis pola pertumbuhan retinoblastoma yang lihat jarang terjadi.
2.2.5. Klasifikasi5
Stadium retinoblastoma menurut Abramson:
Stage II: Penyakit orbital; a. Tersangka tumor Orbital (patologi penyebaran sel
episkleral), terbukti tumor orbital dengan biopsi, b. Keterlibatan nodus lokal.
Stage III: Tumor nervus optikus a. Tumor menembus lamina tetapi tidak
sampai membelah melintang b. Tumor membelah melintang pada nervus
optikus.
Group I: a. Tumor soliter kurang dari 4 diameter diskus (DD) atau dibelakang
ekuator. b. Tumor multipel tidak lebih 4 DD atau dibelakang ekuator
Group II: a. Tumor soliter 4-10 DD atau dibelakang ekuator. b. tumor multipel
4-10 DD atau dibelakang ekuator
Group III: a. beberapa lesi anterior sampai ekuator. b. tumor soliter lebih dari
10 DD dibelakang ekuator.
Group IV: a. tumor multipel lebih dari 10 DD. b. beberapa lesi meluas ke
anterior menuju ora serata
2.2.6. Diagnosis
Retinoblastoma biasanya tidak disadari sampai perkembangannya cukup lanjut
sehingga menimbulkan papil putih (leukokoria), strabismus atau peradangan
intraocular harus di evaluasi untuk mencari adanya retinoblastoma. Di stadiumstadium awal tumor biasanya terlihat hanya apabila dicari misalnya pada anak yang
memiliki riwayat keluarga positif atau pada kasus-kasus di mana yang lain telah
terkena.1
a. Gejala Klinis
Retinoblastoma bermanifestasi sebelum usia 3 tahun pada 90% anak. Orang
tua menemukan leukoria pada 60% anak, Strabismus (20%) dan mata merah (10%).
Setiap anak dengan strabismus harus dilakukan pemeriksaan fundus dengan
melebarkan pupil untuk menyingkirkan kemungkinan retinoblastoma.6
9
Gambar 4. Psudohipopion
10
b. Glaukoma
neovaskuler
sekunder : nekrosis
fokal
dalam tumor
b. Pemeriksaan ofalmoskop6,7,
Pada pemeriksaan oftalmoskop tampak gambaran keabu- abuan difundus,
dengan pembuluh darah baru dan hemoragik dipermukaannya, yang menyebar ke
dalan atau kebelakang bagian saraf retina yang menyebabkan pemisahan retina atau
mungkin tumbuh sebagai massa di vitreus.
11
Uji kadar enzim aqueous humor bermanfaat untuk pasien yang diduga
menderita retinoblastoma.
2. Pencitraan
Pada pemeriksaan CT scan tampak gambaran kalsifikasi dan perluasan tumor
5. Displasia retina
6. Retinositoma
2.2.8. Penatalaksanaan4,8,9
a. Medical Care
Terapi
medis
ditujukan
untuk
pengawasan
lengkap
tumor
dan
Kemoterapi
Kemoterapi neoadjuvant primer atau kemoreduksi merupakan temuan
terapi retinoblastoma yang paling memberikan kemajuan signifikan.
Terapi ini digunakan untuk terapi retinoblastoma intraokuler group C
dan D. Kemoterapi profilaksis dianjurkan jika tumor sudah menyerang
nervus optikus yang telah melewati lamina kribrosa. Keuntungannya
adalah mengurangi komplikasi dari EBRT.
Obat antikanker yang digunakan adalah vinkristin (vincasar, oncovin
PFS), karboplatin (paraplatin) dan etoposide (toposar). Sebagai
kombinasi juga diberikan agen imunosupresi seperti siklosporin.
Pada
penelitian
oleh
kelompok
peneliti
Retinoblastoma
pembedahan
tumor
merupakan
standar
terapi
pada
kasus
Enukleasi
Enukleasi dilakukan saat tidak ada kesempatan untuk mempertahankan
kemampuan visual/penglihatan. Pasien yang umumnya memerlukan
15
Krioterapi
Dapat digunakan secara primer untuk tumor berukuran kecil yang
berlokasi di anterior, yang jauh dari diskus dan makula, tetapi dapat
juga diindikasikan untuk rekurensi yang terjadi setelah terapi radiasi.
Siklus krioterapi diulangi 3-4 kali. Pengobatan berhasil jika
terangkatnya tumor secara lengkap dengan jaringan parut datar.
Fotokoagulasi
Dapat digunakan sebagai terapi primer untuk tumor berukuran kecil
yang berlokasi di anterior. Namun, fotokoagulasi dekat makula dapat
mengakibatkan defek dekat discus optikus dan penurunan kemampuan
visual. Fotokoagulasi dapat juga digunakan untuk tumor rekuren
setelah EBRT.
Exenterasi
Tetap digunakan pada banyak negara belum berkembang dimana telah
terdapat perluasan tumor ke daerah sekitar.
2.2.9. Komplikasi
Tumor nonokular sekunder bisa berkembang pada mereka yang selamat dari
retinoblastoma, seperti : osteosarcoma, sarcomas jaringan lunak, malignan
melanoma, , leukaemia, limfoma, dan tumor otal lainnya
16
2.2.10. Prognosis
Prognosis baik dimana anjuran perawatan medis tersedia. Secara keseluruhan
angka harapan hidup retinoblastoma di Amerika Serikat dan Inggris lebih dari 85%.
Angka penyembuhan hampir 90% apabila nervus optikus tidak terkena dan enukleasi
terjadi sebelum tumor melewati lamina cribrosa. Angka harapan hidup menurun 60%
apabila tumor meluas melewati lamina cribrosa bahkan bila ujung potongan saraf
terbebas dari sel tumor. Angka harapan hidup menurun kurang dari 20% apabila sel
ditemukan pada penampang melintang pembedahan. Kematian terjadi sekunder
terhadap pembesaran intracranial. Angka kematian apabila terjadi invasi ke koroid,
sclera, orbital adalah 21,6% dan 8,7% jika mengenai nervus optikus.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Retinoblastoma adalah keganasan intraokuler primer yang paling banyak
terjadi pada anak-anak.
2. Retinoblastoma disebabkan mutasi pada gen RB1 yang berlokasi pada lengan
panjang dari kromosom 13 lokus 14 (13q14).
3. Retinoblastoma menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan, yaitu
pertumbuhan endofitik, eksofitik, dan infiltrasi difus.
4. Retinoblastoma diklasifikasi kan menjadi grup A, B, C, D, dan E menurut
International Classification System.
5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat penyakit keluarga dan
pemeriksaan oftalmologi
6. Terapi retinoblastoma meliputi terapi medis dan terapi pembedahan.
7. Prognosis retinoblastoma baik jika dilakukan terapi medis yang tepat.
8. Komplikasi yang terjadi dapat berupa tumor non okuler sekunder dapat
muncul pada penderita retinoblastoma dan komplikasi akibat radioterapi.
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Goodman, Randal. 2003. Ophto Notes . The Essential Guide. Thieme. New
York
6.
7.
8.
9.
19