Anda di halaman 1dari 7

Permasalahan Perumahan dan Permukimandi

Indonesia
A. Pertumbuhan Penduduk
-

Laju pertambahan penduduk secara nasional tinggi (2,3% per tahun)


danpenurunan jumlah jiwa per keluarga dari 4,9 jiwa/keluarga pada tahun
1980menjadi 4,5 jiwa/keluarga pada tahun 1990, merupakan masalah pokok
dalampembangunan perumahan. Masalah ini mengakibatkan kebutuhan
rumahselalu meningkat.
Selain pertumbuhan penduduk juga ditemui masalah kualitas rumah
danlingkungan yang tidak memadai sehingga memerlukan perbaikan
ataupemugaran.

B. Keterjangkauan Daya Beli


-

Terjadi pada pengadaan rumah untuk kelompok penghasilan rendah,


karenaperbedaan kenaikan pendapatan masyarakat dengan kenaikan harga
rumah.
Program pemerintah dengan kredit kepemilikan rumah yang baru menjangkau
15% dari kebutuhan rumah setiap tahunnya.
Pengurangan ukuran rumah dan kualitas rumah sebagai upaya menekan harga
rumah

C. Perkembangan Teknologi
-

Industri jasa konstruksi bahan bangunan belum mampu mendukung


pembangunan perumahan dalam skala besar.
Pembangunan perumahan untuk golongan penghasilan rendah dapatmenyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar, tetapi harus didukung olehindustri kecil yang
menghasilkan bahan bangunan.
Harga bahan bangunan yang masih belum terjangkau, penyediaan bahan
bangunan dalam jumlah besar, ketepatan waktu penyediaan, penetapan
standar mutu merupakan masalah besar dalam penyediaan bahan bangunan
diIndonesia.
Keterbatasan sistem transportasi dan distribusi dari produsen ke konsumen
berpengaruh terhadap harga bahan bangunan dan kelancaran pembangunan
perumahan.

Sumber: https://id.scribd.com/doc/205806958/03-Perumahan-Dan-Permukiman-Di-

Indonesia#scribd

M. Khoirul Huda (513.0911.162)

Pengembangan sistem modular dan peningkatan manajemen konstruksi


akandapat menunjang pembangunan perumahan.

D. Pembiayaan
-

Sumber
pembiayaan
pembangunan
perumahan
untuk
masyarakat
berpenghasilan
rendah
berasal
dari
pemerintah,
tetapi kemampuan
pemerintah terbatas sedangkan target pembangunan selalu meningkat.
Perlu dirancang suatu sistem pembiayaan yang menyeluruh dan terpadu untuk
mendorong terhimpunnya modal dari masyarakat bagi pembiayaan
pembangunan perumahan dan permukiman.

E. Pengadaan Tanah
-

Permasalahan ini lebih banyak ditemukan pada perumahan dan permukiman di


kota. Semakin langkanya tanah membuat melambungnya harga tanah yang
menyebabkan semakin mahalnya harga rumah.
Keterbatasan tanah menyebabkan munculnya permukiman kumuh karena
kebutuhan tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja.
Pembangunan di wilayah pinggiran kota menyebabkan hilangnya daerah subur
untuk pertanian dan semakin panjangnya sarana dan prasarana lingkungan
kota.

F. Kelembagaan
-

Belum terpadunya sistem kelembagaan dari pemegang kebijaksanaan


pembinaan dan pelaksanaan di sektor pemerintahan baik di pusat maupun
didaerah.

G. Landasan Hukum
-

Merupakan faktor penunjang kelembagaan karena peraturan merupakan


landasan hukum bagi penerapan kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan.
Perijinan dalam proses pembangunan sering jadi penghambat mata rantai
karena proses yang panjang, rumit, dan memakan waktu dan biaya
pengurusannya.

Sumber: https://id.scribd.com/doc/205806958/03-Perumahan-Dan-Permukiman-Di-

Indonesia#scribd

M. Khoirul Huda (513.0911.162)

Usaha penertiban mata rantai proses perijinan tidak hanya didasarkan


pengurangan jumlah mata rantai tetapi juga dengan mempersingkat
proses,efisiensi kerja aparatur, peningkatan pelayanan.
Pengawasan pembangunan sebagai upaya pengendalian belum tegas sehingga
masih banyak terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang ada.

H. Pusat Data dan Informasi


-

Belum tersedianya pusat data dan informasi terpadu yang dapat memberikan
masukan yang menyangkut bidang perumahan antaralain jumlah rumah dan
kekurangannya, kependudukan, pertanahan, tingkat pendapatan masyarakat
dan keterjangkauannya, ketersediaanbahan bangunan dan lain-lain.

I. Penyerahan Lingkungan kepada Pemerintah Daerah


-

Kemampuan pemerintah daerah yang terbatas maka pengelolaan lingkungan


diserahkan kepada pengembang dan penghuni. Hal yang ideal pengelolaan
prasarana lingkungan dilakukan oleh pemerintah daerah.

J. Kemampuan Perusahaan Pembangun Perumahan


-

Pada umumnya perusahaan pembangun perumahan kurang pengalaman perlu


adanya pengembangan sistem pengelolaan melalui kerja sama, pendidikan
dan pelatihan.
Kurang tegasnya hukum yang mengatur perusahaan pembangun perumahan
yang menelantarkan konsumen.

K. Pemahaman dan Pengetahuan tentang Rumah di Desa


-

Sebagian besar rumah di pedesaan kurang memenuhi persyaratan teknis dan


kesehatan, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat desa
mengenai arti dan fungsi rumah, pendapatan yang rendah.
Perlu dikembangkan swadaya masyarakat desa agar mengerti tentang fungsi
rumah dalam lingkungan yang sehat.

L. Peran Serta Masyarakat


Sumber: https://id.scribd.com/doc/205806958/03-Perumahan-Dan-Permukiman-Di-

Indonesia#scribd

M. Khoirul Huda (513.0911.162)

Sistem
pembangunan
perumahan
secara
formal
belum
menjangkaukeseluruhan
lapisan
masyarakat
terutama
masyarakat
berpenghasilanrendah sehingga dikembangkan pembangunan perumahan
swadayamasyarakat yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah (NGO)
Belum
besarnya
perhatian
masyarakat
untuk
memelihara
lingkunganpermukiman.

Pendekatan Pembangunan Perumahan dan


Permukiman
A. Pendekatan Manajemen Pembangunan
-

Perumusan kebijaksanaan perumahan secara menyeluruh dan terpadu.


Perencanaan yang matang dan realistis dalam jangka panjang.
Peningkatan peran serta masyarakat melalui dorongan, bimbingan, penyuluhan
,pembinaan
dan
pengaturan
dari pihak
pemerintah
sehingga
pelaksanaan pembangunan perumahan merupakan suatu usaha semua warga
masyarakat bersama pemerintah.

B. Pendekatan Etis Pembangunan


-

Asas keterjangkauan : penyediaan dan pembangunan harus dapat dijangkau


oleh dayabeli sebagian besar masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Diferensiasi subsidi sesuai dengan tingkat pendapatan masyarakat. Pemerintah
perlumemberikan berbagai keringanan dalam bentuk subsidi yang cara dan
besarnyaberbeda-beda sesuai dengan pendapatan calon penghuni.
Diferensiasi program sesuai dengan permintaan dan kemampuan, program
perumahan harus sesuai dengan kemampuan dan daya beli masyarakat,

Sumber: https://id.scribd.com/doc/205806958/03-Perumahan-Dan-Permukiman-Di-

Indonesia#scribd

M. Khoirul Huda (513.0911.162)

namun memenuhi persyaratan standard teknis sebagai tempat hunian yang


sehat, kuat dan serasi.
Asas pemerataan :
setiap kelompok pendapatan perlu memperoleh kesempatan yang sama untuk
memperoleh rumah. Penyebaran secara regional di kota dan desa harus
lebihmerata.

C. Pendekatan Teknis
-

Pengadaan perumahan dilakukan secara bertahap, terus-menerus dan


meningkat, menggunakan standarisasi serta teknologi tepat guna dalam usaha
mempercepat pencapaian dan tujuan pembangunan rumah. Salah
satukuncinya adalah pengerahan dana dan peningkatan swadaya masyarakat.

D. Pendekatan Sosiologis
-

Partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan
mutlak
dibutuhkan.
Tanggung jawab individu dan warga masyarakat untuk menyediakan
perumahan yang layakdan sehat bagi dirinya, sedangkan pemerintah
memberikan dorongan dan bimbingan.

Perkembangan Kebijaksanaan Perumahan


dan Permukiman di Indonesia
A. Masa Pra Kemerdekaan ( Sebelum 1945 )
-

Kondisi awal dari perkembangan kebijaksanaan perumahan danpermukiman di


Indonesia.
Masalah perumahan dan permukiman masih dipegang oleh pemerintah Hindia
Belanda. Kebijaksanaan terbatas untuk pegawai negeri dan rumah sewa serta
perbaikan lingkungan permukiman untuk kesehatan.

B. Masa Awal Kemerdekaan (1945-1969)


-

Perhatian pemerintah mulai dengan diadakan Kongres Perumahan Rakyat


(1950).

Sumber: https://id.scribd.com/doc/205806958/03-Perumahan-Dan-Permukiman-Di-

Indonesia#scribd

M. Khoirul Huda (513.0911.162)

Pembentukan lembaga pengadaan perumahan dan Bank Perumahan.


Pemerintah membuat UU Perumahan No. 1 tahun 1954 dan UU Agraria(1960).
Pembangunan perumahan selain rumah pegawai negeri juga dibangun rumah
untuk rakyat.
Pedesaan tidak lepas perhatian pemerintah dengan adanyapenyuluhan.

C. Repelita I (1969-1974)
-

Masa Persiapan Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman di


Indonesia
Pembentukan REI (1972) sebagai lembaga pengadaan perumahan swasta.
Uji Coba pembangunan rumah massal dikenal dengan program P-1000.
Bimbingan
dan
penyuluhan
pembangunan
percontohan
inovasi
bahanbangunan.

D. Repelita II (1974-1979)
-

Masa pengembangan program pembangunan perumahan danpermukiman di


Indonesia.
Berdirinya Badan Kebijaksanaan Perumahan (1974)
Berdirinya Perum Perumnas dan KPR BTN (1974)
Pertemuan Internasional Habitat I di Vancouver
Program Perbaikan kampung Kota
Penyediaan rumah sederhana 73.000 unit dengan KPR
Penyuluhan Perumahan dan Stimulan di 1000 desa.

E. Repelita III (1979-1984)


-

Masa peningkatan program dan koordinasi pembangunan


Perumahan dan permukiman menjadi masalah yang penting dengan
adanyaMenteri Muda Urusan Perumahan Rakyat
Perintisan peremajaan lingkungan perumahan kota dengan rumah susun
Pengadaan rumah sederhana dengan KPR oleh Perum Perumnas sebanyak
120.000 dan Pengembang swasta sebanyak 30.000 unit
Pembangunan dan penyuluhan dengan Program Pengadaan Perumahan Desadi
6.000 desa dan Program KIP di 200 kota.

F. Repelita IV ( 1984-1989)
-

Persiapan Landasan PJP II


Menteri negara perumahan rakyat.

Sumber: https://id.scribd.com/doc/205806958/03-Perumahan-Dan-Permukiman-Di-

Indonesia#scribd

M. Khoirul Huda (513.0911.162)

Peningkatan
keterpaduan
yang
menyeluruh
dalam
pembangunan
perumahandan perkotaan.
Perluasan jangkauan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Perintisan Peremajaan kota dengan sistem pembangunan rumah sewa
Pembangunan perumahan skala besar, Perum Perumnas sebanyak 160.00
unit,pengembangan swasta 120.000 unit.
Peningkatan jangkauan program perbaikan rumah kota dan desa.

G. Repelita IV (1984-1989)
-

Pemantapan Landasan PJP II


UU Perumahan dan Permukiman
Pembangunan
berkelanjutan
dan
pencanangan
gerakan
Nasional
perumahansehat
Pembangunan Perumahan skala besar sebanyak 450.000 unit
Peremajaan kota dan peningkatan program perbaikan dan pengadaan rumahdi
desa.

H. Pembangunan Jangka Panjang Tahap II


-

Pembangunan Perumahan yang berwawasan tata ruang dan lingkungan.


Penyediaan tanah matang dalam skala besar dengan prasarana dan
saranaprimer.
Desentralisasi peran Pemda yang meningkat dan pengembangan sumber daya
dan dana masyarakat.
Peran swasta yang meningkat dan terkendali
Penanggulangan kemiskinan melalui perumahan dan pemukiman.
Memberdayakan masyarakat dalam pembangunan Perumahan danPermukiman
yang berkelanjutan melalui gerakan dari dan untuk masyarakat.

Sumber: https://id.scribd.com/doc/205806958/03-Perumahan-Dan-Permukiman-Di-

Indonesia#scribd

M. Khoirul Huda (513.0911.162)

Anda mungkin juga menyukai