Anda di halaman 1dari 3

LAWANG SEWU

Yap di sela sibuk kuliah dan berkutat dengan tugas tugas yang seabrek banyaknya akhirnya
akhir pekan yang saya nanti datang juga, sayapun segera kembali kekampung halaman yaitu kota
Kendal. Perjalanan dari yogya kurang lebihnya 3 jam perjalanan menggunakan sepeda motor.
Singkat cerita sebelum kembali ke yogya menjalani kegiatan rutin yaitu kuliah dan ngerjain
tugas-tugas (hehe), saya sempat mampir dan berkeliling di lawang sewu, salah satu ikon kota
Semarang yang terletak di sisi Timur Tugu Muda Semarang atau disudut jalan Pandanaran dan
jalan pemuda. yah kira kira satu jam dari Kendal.
Setelah membayar tiket masuk dengan harga Rp.10.000,- / orang, saya mulai berkeliling dan
merasakan suasana kekolonialnya ditemani seorang teman. Lawang sewu yang biasa disebut
dengan gedung seribu pintu dengan berbagai cerita misitis yang melatarinya ini adalah bekas
kantor Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahaan
Kereta Api Swasta NIS. Sebelumnya kegiatan administrasi perkantoran NIS dilakukan di Stasiun
semarang NIS. Namun pertumbuhan jaringan perkeretaapian yang cukup pesat, dengan
sendirinya membutuhkan penambahan jumlah personel teknis dan bagian administrasi yang
banyak seiring dengan meningkatnya aktivitas perkantoran. Salah satu akibatnya kantor
pengelola di stasiun semarang NIS menjadi tidak lagi memandai. NIS pun menyewa beberapa
bangunan milik perseorangan sebagai jalan keluar sementara. Namun hal tersebut dirasa tidak
efisien. Belum lagi dengan keberadaan lokasi stasiun semarang NIS yang terletak di kawasan
rawa rawa hingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting.
Kemudian diputuskan membangun kantor administrasi di lokasi berbeda. Pilihan jatuh ke
lahan yang pada masa itu berada di dipinggir kota berdekatan dengan kediaman residen.
Letaknya di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang jalan Pemuda), di sudut pertemuan
Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan menuju Kendal). Dirancang oleh Prof. Jacob
F Klinkhamer dan B. J. Oundag, kedua arsitek tersebut berdomisili di Amsterdam. Semua proses
perancangan dilakukan di Belanda pada tahun 1903, lalu kemudian gambar gambar dibawa ke

kota Semarang. Pembangunan lawang sewu pun dimulai pada tanggal 27 Februari 1904 dan
selesai pada tanggal 01 Juli 1907.
Bangunan ini pun tak lepas dari saksi bisu perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam
meraih kemerdekaan. Di masa pendudukan jepang ditahun 1940-an gedung ini diperuntukan
sebagai markas kempati, polisi militer Jepang yang terkenal sadis dan kejam serta Kidobutai,
tentara Kerajaan Jepang. bangunan ini juga tercatat sebagai lokasi pertempuran hebat selama 5
hari antara Angkatan Muda Kereta Api (AMKA), BKR, AMRI dan beberapa organisasi pemuda
lainnya dengan Kepetai dan Kidobutai yang di mulai pada 15 Oktober 1945 untuk melucuti
tentara Jepang yang telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Setelah kemerdekaan bangunan lawang sewu ini dipakai sebagai Kantor Djawatan Kereta
Api Repoeblik Indonesia, lalu menjadi kantor Badan Prasarana Komando Daerah militer dan
Kantor Wilayah Kementrian Perhubungan. Kemudiaan pada saat ini beberapa ruangan di
Lawang Sewu di jadikan sebagai ruang peraga museum kereta api.
Setelah cukup lama lawang sewu seperti tak terurus, akhirnya Lawang sewu dilakukan
pemugaran yang cukup lama, lalu selesai pada juni 2011 kemudian diresmikan tanggal 15 juli
2011 diresmikan oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono.
Secara umum terdapat 3 gedung di kawasan Lawang Sewu, yang pertama adalah gedung A,
gedung A merupakan gedung yang dapat dilihat dari jalan. Namun, gedung ini masih tertutup
untuk umum akibat adanya renovasi.
Gedung kedua adalah gedung B, di dalamnya beberapa ruangan telah difungsikan sebagai
ruang pamer untuk foto foto jadul tentang sejarah perkeretaapian Indonesia. Selain itu juda ada
maket lawang sewu yang bisa dilihat. Tepat dibawah gedung B ini terdapat terowongan yang
aalnya berfungsi untuk membuat ruangan yang di atanya menjadi lebih sejuk, kemudian pada
masa penjajahan jepang terowongan ini beralih fungsi menjadi penjara (biasa disebut ruang
bawah tanah).
Gedung ketiga adalah gedung C, ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan gedung A
dan B, gedung C sendiri berfungsi sebagai museum kereta api. Kita dapat membaca sejarah
gedung lawang sewu ketika memasuki pintu depan gedung ini. Di gedung C ini terdapat
beberapa ruangan, dimana ruangan utamanya yang luas digunakan untukruang pamer beberapa
foto berukuran besar serta beberapa peralatan pengatur rel atau jalur kereta api kuno peninggalan
Belanda.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (seribu pintu) dikarenakan bangunan
tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Ditambah bangunan ini memiliki banyak jendela
yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.
Namun berapakah sebenarnya jumlah pintu dari Lawang Sewu? Mungkin jumlah pintunya
sama dengan nama bangunan tersebut yaitu seribu pintu? Seperti halnya kepulauan seribu yang

pada kenyataannya tak sampai seribu pulau. Sebutan sewu (jawa) = seribu merupakan
penggambaran sedemikian banyaknya jumlah pintu yang ada di Lawang Sewu. Menurut Guide
Lawang Sewu jumlah lubang pintunya berjumlah 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1200
(sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang
terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun (dengan engse), ditambah 2 daun pintu jenis sliding (pintu
geser).
Terlihat suasana sudah semakin sore, saya bersama teman memutuskan untuk pulang, namun
terlebih dahulu mampir ke Tugu Muda (tugu yang memperingati pertempuran lima hari
disemarang, lawang sewu merupakan saksi bisu adanya pertempuran tersebut) semarang yang
jaraknya beberapa meter dari Lawang Sewu. Dan keesokan harinya saya pun kembali ke yogya
menjalani rutinitas dengan semua tugas tugasnya untuk menuntuk ilmu.

Anda mungkin juga menyukai