Makalah Pik Kelompok 3 Kelas A
Makalah Pik Kelompok 3 Kelas A
Disusun Oleh:
1. PRILY HIJRAH SARI
( 03031181320001 )
( 03031181320025 )
3. RIMA AMALIA
( 03031181320049 )
4. LUSY ANGGRAINI
( 03031181320053 )
5. RICKY FERNANDEZ
( 03031181320071 )
6. UMMU FITHANAH
( 03031281320011 )
7. OMAR IBRAHIM
( 03031281320019 )
8. PUTRI YANTI
( 03031281320027 )
Dosen Pembimbing:
ABSTRACK
The present invention relates to a process for obtaining fuel ethanol by using agricultural and
agroindustrial waste materials composed of lignocellulose, and especially sugarcane bagasse.
These residues have significant contents of carbohydrates in the form of polysaccharides
(cellulose and hemicellulose), which can be hydrolyzed by chemical and enzymic processes. The
hemicellulose fraction is submitted to mild hydrolysis with sulfuric acid, and solid material from
this hydrolysis is submitted to a process of saccharification (enzymic hydrolysis) with
simultaneous rapid alcoholic fermentation under conditions which allow a significant increase in
coversion to alcohol in greatly shortened time.
ABSTRAK
Penemuan ini berhubungan dengan suatu proses untuk memperoleh bahan bakar etanol dengan
menggunakan limbah dari pertanian dan agroindustri yaitu lignoselulosa terutama pada ampas
gula tebu. Residu ini memiliki kandungan karbohidrat dalam bentuk polisakarida (selulosa dan
hemiselulosa), yang dapat dihidrolisis oleh proses kimia dan enzimatik. Fraksi hemiselulosa
dapat dihidrolisis dengan asam sulfat, dan bahan padat dari hidrolisis ini dilanjutkan ke proses
sakarifikasi (hidrolisis enzimatik) dengan simultan fermentasi alkohol yang cepat di bawah
kondisi yang memungkinkan untuk meningkatan konversi etanol dalam waktu yang sangat
singkat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan nikmatNyalah kami dapat menyelesaikan makalah Proses Industri Kimia II dengan judul Process for
the Fermentative Production of Ethanol from Solid Lignocellulosic Material Comprising a Step
of Treating A Solid Lignocellulosic Material With Alkaline Solution in Order to Remove The
Lignin.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen yang
bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat
memahami berbagai macam proses pembuatan etanol dalam industri kimia.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari paten milik
saudara Melo Santanna et al yang berjudul Process for the Fermentative Production of Ethanol
from Solid Lignocellulosic Material Comprising a Step of Treating A Solid Lignocellulosic
Material With Alkaline Solution in Order to Remove The Lignin tahun 2012. Kami sebagai
penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara
langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali kekuranganyang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
kami mangharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Abstrak....................i
Kata Pengantar..........ii
Daftar Isi...................iii
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.
...1
1.2 Permasalahan..2
1.3
Tujuan
..................................................................................................................
.......................3
Bab 2. Pembahasan
2.1 Latar Belakang Penemua ....4
2.2
Penemuan................................................................................................
.......................4
2.3 Perbandingan Proses Pembuatan Etanol dengan Sakarifiksi dan Fermentasi
Alcohol oleh Melo Santanna et al Terhadap Proses Sebelumy.........5
2.4 Proses Pembuatan Etanol dengan Sakarifikasi dan Fermentasi Alkohol
Simultan ........................................................................................................................7
Bab.3 Penutup
3.1 Kesimpulan................
.9
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etanol merupakan produk fermentasi yang sangat penting pada masa
kini dan masa depan. Etanol dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif
pengganti bahan bakar fosil karena sumber energi hasil bumi ini mulai
menipis dan juga tingkat polusinya yang tinggi bila dibandingkan dengan
bahan bakar etanol yang mudah diproduksi, biaya produksi rendah, tingkat
polusi rendahdan tidak terbatas (Becker, 2003).
glukosa, fruktosa dan jenis gula lain (Becker, 2003). Bahan -bahan tersebut
mudah didapatkan pada tumbuh-tumbuhan, misalnya pada tebu, aren,
berbagai buah buahan dan pohon kelapa.
Indonesia adalah negara agraris dengan iklim subtropis. Di sinilah tumbuh dengan subur
tanaman tebu dan bahkan Indonesia dikenal dengan cikal bakal tebu dunia. Tebu adalah bahan
baku dalam pembuatan gula (gula kristal putih,white sugar plantation) di pabrik gula. Dalam
operasionalnya setiap musim giling (setahun), pabrik gula selalu mengeluarkan limbah yang
berbentuk cairan, padatan dan gas. Limbah cair meliputi cairan bekas analisa di laboratorium dan
luberan bahan olah yang tidak disengaja. Limbah padat meliputi ampas tebu, abu dan debu hasil
iii
pembakaran ampas di ketel, padatan bekas analisa laboratorium, blotong dan tetes. Limbah gas
meliputi gas cerobong ketel dan gas SO2 dari cerobong reaktor pemurnian cara sulfitasi.
Ampas tebu merupakan limbah padat produk stasiun gilingan pabrik gula, diproduksi
dalam jumlah 32 % tebu, atau sekitar 10,5 juta ton per tahun atau per musim giling se Indonesia.
Ampas tebu juga dapat dikatakan sebagai produk pendamping, karena ampas tebu sebagian besar
dipakai langsung oleh pabrik gula sebagai bahan bakar ketel untuk memproduksi energi
keperluan proses, yaitu sekitar 10,2 juta ton per tahun (97,4 % produksi ampas). Sisanya (sekitar
0,3 juta ton per tahun) terhampar di lahan pabrik sehingga dapat menyebabkan polusi udara,
pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar pabrik gula. Ampas tebu mengandung air, gula,
serat dan mikroba, sehingga bila ditumpuk akan mengalami fermentasi yang menghasilkan
panas. Jika suhu tumpukan mencapai 94oC akan terjadi kebakaran spontan.
Etanol dihasilkan dari proses fermentasi yang merupakan proses
metabolisme yang menghasilkan produk-produk pecahan dari substrat
organic yang berfungsi sebagai donor maupun sebagai akseptor hidrogen.
Pada proses fermentasi, jasa mikrobia dimanfaatkan untuk mengubah gula
menjadi etanol (Schlegel, 1994).
Mikrobia dilingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Sehingga boleh dikatakan amat jarang mikrobia dijumpai
sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mengidentifikasi dan mencirikan
suatu spesies mikroorganisme tertentu, spesies tersebut harus dapat
dipisahkan dari organisme lain yang umum yang dijumpai dalam habitatnya,
lalu ditumbuhkan menjadi biakan murni. Biakan murni ialah biakan yang sel selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal (Schlegel, 1994).
Mikrobia
yang
terdapat
dalam
cairan
nira
tersebut
diisolasi,
karena limbah ini murah dan mudah diperoleh. Limbah molase sudah
dimanfaatkan
oleh
industry
gula
untuk
produksi
etanol
dengan
Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang penemuan?
2. Apa keuntungan dari proses penemuan Melo Santanna et al di bandingkan proses
sebelumnya?
3. Bagaimana proses pembuatan ethanol dari lignosellulosa dengan sakarifikasi (hidrolisis
enzimatik) dan fermentasi alkohol simultan.dalam periode singkat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang penemuan.
2. Untuk mengetahui keuntungan dari proses penemuan Melo Santanna et al di
bandingkan proses sebelumnya.
3. Untuk mengetahui proses pembuatan ethanol dari lignosellulosa dengan sakarifikasi
(hidrolisis enzimatik) dan fermentasi alkohol simultan.dalam periode singkat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Penemuan
Limbah dengan komposisi lignoselulosa dari pertanian dan agroindustri adalah salah satu
masalah yang timbul akibat kegiatan tersebut. Namun, limbah tersebut dapat dijadikan suatu
sumber bahan bakar alternatif terbarukan yaitu etanol. Untuk menjadikan limbah ini menjadi
etanol dibutuhkan fraksi polisakarida yang dibutuhkan untuk mengefisienkan proses hidrolisis.
Polisakarida ini di pre-treatment dengan reaksi yang dikenal sebagai hidrolisis asam, hal ini
bertujuan agar didapatkan fraksi hemiselulosa. Produk padat dari langkah ini masih kaya akan
selulosa sehingga masih perlu dilakukan tindakan untuk menghilangkan lignin dalam suasana
basa.
Konversi selulosa menjadi etanol melibatkan dua langkah dasar yaitu hidrolisis rantai
panjang molekul selulosa menjadi heksosa dan fermentasi gula menjadi etanol. Di alam, proses
ini dilakukan oleh jamur dan bakteri yang mensekresi enzim yang mampu menghidrolisis
selulosa, dan terutama oleh ragi dalam fermentasi gula menjadi etanol.
Kedua langkah ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan racun yang dihasilkan
oleh hidrolisis kimia dari selulosa, dan meminimalkan penghambatan enzim kompleks selulosa
oleh produk hidrolisis itu sendiri (glukosa dan selobiosa). Teknik ini disebut dengan proses SSF
(Simultan Sakarifikasi dan Fermentasi) yang melibatkan hidrolisis enzimatik dan fermentasi
etanol.
2.2
Penemuan
Kepedulian untuk melestarikan lingkungan setiap hari semakin meningkat. Dalam kasus
ini, pengolahan terhadap limbah dari pertanian dan agroindustri perlu dilakukan agar dampak
buruk terhadap lingkingan dapat dicegah. Dengan kasus ini, ditemukanlah ide untuk mengolah
limbah tersebut menjadi etanol yang dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang lebih
ekonomis dan dapat mengurangi polusi terhadap lingkungan.
Di Brazil, pertumbuhan industri etanol dari ampas tebu sudah cukup pesat hal ini karena
Brasil menghasilkan ampas tebu dalam jumlah besar dari hasil limbah pembuatan gula. Ampas
tebu ini memiliki potensi besar untuk memproduksi etanol. Produksi etanol dari ampas tebu
secara hidrolisis (kimia dan enzimatik) dan fermentasi akan memungkinkan penggunaan bahan
yang kurang dimanfaatkan menjadi produk yang menarik industri besar dengan keuntungan
ekonomi dan lingkungan. Penggunaan etanol sebagai bahan bakar ditambahkan ke bensin atau
sebagai bahan untuk pembuatan biodiesel mulai berkembang dengan Brazil menjadi salah satu
produsen terbesar di dunia.
Proses Simultan Sakarifikasi dan Fermentasi (SSF) diarahkan menggunakan fraksi
selulosa telah dijelaskan dalam literatur spesialis dan telah diterapkan untuk berbagai tujuan
untuk memproduksi bahan kimia dan bahan bakar. Namun, belum untuk diterapkan pada skala
komersial. Kesulitan utama yang perlu diatasi yaitu berhubungan dengan mikroorganisme yang
perlu bertahan terhadap kondisi operasi, terutama dalam hal konsentrasi inhibitor yang dihasilkan
dalam media reaksi seperti furfural, hidroksimetil-furfural, logam berat, senyawa terpen, tanin,
senyawa fenol, dan lain sebagainya, misalnya yang dihasilkan dari pretreatment bahan
lignoselulosa yang menghambat pertumbuhan ragi. Kesulitan lain yang melekat ke agen biologis
adalah keterbatasan mereka sebagai hal pemanfaatan karbohidrat yang dihasilkan dari proses
hidrolisis (pentosa dan heksosa). Kedua faktor ini menyebabkan proses fermentasi yang panjang,
sehingga tingkat volume produksi rendah jika ditinjau untuk skala industri. Sebagian besar
laporan terbaru menggambarkan penggunaan mikroorganisme hasil rekayasa genetika yang
dikembangkan untuk aplikasi tertentu yang dirancang untuk menghindari masalah ini. Produksi
etanol dengan teknik biologi telah dipelajari untuk waktu yang lama. Namun, teknik ini telah
memiliki perkembangan yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir. Seperti disebutkan
sebelumnya, hambatan besar yang harus diatasi berkaitan dengan tingkat produksi yaitu untuk
mencapai proses ekonomis yang memberikan hasil yang baik dengan menggunakan bahan baku
(feed) yang mudah diakses.
2.3 Perbandingan Proses Pembuatan Etanol dengan Sakarifiksi dan Fermentasi Alcohol oleh
Melo Santanna et al Terhadap Proses Sebelumya
Beberapa paten lain yang telah ada mempuyai beberapa kekurangan dalam proses
pembuatan etanol dengan sakarifikasi dan fermentasi alkohol, diantaranya:
1. Grohmann dkk. (US Pat. No. 5125977) menggambarkan suatu proses dimana biomassa
(pertanian, kehutanan, tanaman dan limbah pengolahan makanan) diolah sebelumnya dalam
dua langkah untuk memulihkan xylose. Pada langkah pertama, hemiselulosa pada dasarnya
mengandung xylanes yang merupakan pra-dihidrolisis dengan asam encer (asam sulfat 9%
v/v), dan residu diserahkan ke langkah kedua hidrolisis enzimatik, meninggalkan biomassa
untuk bereaksi untuk waktu yang cukup untuk selulosa yang akan perlahan-lahan
dihidrolisis. Tujuan dari proses ini adalah untuk memulihkan xylane sedemikian rupa
sehingga ca. 90% dapat dihidrolisis dan menghindari keterbatasan proses konvensional
untuk memproduksi xilosa. Kelemahan dari metode ini adalah ketika kondisi suhu yang
digunakan tinggi (160 C sampai 220 C) maka akan banyak zat terbentuk yang dapat
menghambat metabolisme sebagian mikroorganisme yang digunakan dalam proses
fermentasi.
2. Dokumen paten GB 2.253.633, yang sesuai dengan PI paten Brasil 9.200.100 dari 15 Januari
1992 menjelaskan proses untuk memproduksi etanol dari biomassa dimana substrat
termasuk hidrolisat selulosa, hemiselulosa dan pati dengan tujuan menghasilkan
difermentasi gula enam-karbon . Fermentasi menggunakan strain ragi rekayasa genetika
(Brettanomyces
custersii
CBS
5512),
yang
menghasilkan
enzim
-glucosidade,
memungkinkan ragi ini untuk fermentasi glukosa dan selobiosa. Namun, masalah fermentasi
pentosa tetap belum terpecahkan.
2.4 Proses Pembuatan Ethanol dari Lignosellulosa dengan Sakarifikasi (Hidrolisis Enzimatik)
dan Fermentasi Alkohol Simultan
Berikut ini adalah uraian proses pembuatan ethanol dari lignosellulosa dengan
sakarifikasi (hidrolisis enzimatik) dan fermentasi alkohol simultan :
1. Langkah pertama dari proses melibatkan hidrolisis asam dari bahan lignoselulosa untuk
mendapatkan hidrolisat hemiselulosa dan fraksi padat. Tahap pertama yaitu proses hidrolisis
yang terdiri dari gula tebu dengan 1% asam sulfat untuk menghasilkan pentosa, dan terutama
xilosa, konstituen utama dari fraksi hemiselulosa gula tebu. Tahap pertama ini dijelaskan
secara rinci dalam Paten Brasil Aplikasi PI 0505299-8, yang diajukan oleh pemohon yang
sama. Bahan selulosa dihomogenisasi dan dihidrolisis dengan asam sulfat dalam sebuah
reaktor pers khusus, pada tekanan 1 atm (sesuai dengan suhu 121 C) untuk durasi sesuai
dengan rasio padat : cair, dan biasanya dalam kisaran 30 sampai 50 menit. Fase cair
(hidrolisat) dipisahkan dari residu padat dengan menekan yang masih berada di dalam
reaktor, dan dilanjutkan pada proses fermentasi di hadapan Pichia stipitis ragi diaklimatisasi
dan disesuaikan dengan medium fermentasi, untuk mendapatkan etanol. Namun, residu
padat masih mengandung selulosa yang tinggi , yang perlu dihidrolisis menjadi gula, yang
difermentasi oleh strain Saccharomyces cerevisiae untuk menghasilkan etanol. Proses yang
merupakan objek dari penemuan ini, yang sesuai dengan tahap kedua dari proses
keseluruhan akan dijelaskan dari titik ini dan seterusnya.
2. Tahap kedua dari proses ini pada dasarnya terdiri dari pengolahan kembali residu padat
yaitu:
a) pretreatment dari cellulolignin dalam media basa, diikuti dengan mencuci
menggunakan air ;
b) transfer residu ke bioreaktor untuk hidrolisis enzimatik (sakarifikasi) yang sama
pada suhu sedang, dengan adanya beban enzim komersial untuk jangka waktu lebih dari
8-12 jam ;
c) fermentasi simultan fraksi selulosa dari bahan dihidrolisis di langkah sebelumnya,
dengan menambahkan ragi yang cocok untuk produksi etanol, menjaga konsentrasi
enzim untuk jangka waktu maksimal 32 jam ;
d) pemisahan dan distilasi etanol yang dihasilkan.
Keuntungan utama dari penemuan ini adalah untuk mencapai produksi etanol pada
tingkat volume yang signifikan dalam waktu yang singkat, karena kondisi pada proses ini telah
diuji dan dioptimalkan sehingga keuntungan ekonomi yang didapatkan membuat implementasi
komersial menjadi layak.
Proses yang digunakan dalam penemuan sebelumnya tidak mencapai konversi menjadi
etanol di waktu yang singkat, meskipun menggunakan mikroorganisme hasil rekayasa genetika,
dan memerlukan Ca dengan waktu mencapai 3-5 hari. Dengan proses penemuan ini , produksi
maksimum etanol sudah ditemukan setelah hanya diperlukan 8 jam sakarifikasi dan tambahan
waktu 32 jam fermentasi.
Efisiensi proses tersebut diberikan untuk kontrol ketat dari variabel-variabel penentu
terlibat dalam sama, dan penentuan kondisi operasi yang optimal.
BAB III
8
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bakar ethanol dapat diperoleh dari lignosellulosa dalam ampas tebu yang dilakukan
dengan cara hidrolisis kimia (menggunakan asam sulfat encer) dan hidrolisis enzimatik.
2. Hidrolisis dilakukan untuk menguraikan rantai panjang senyawa selulosa menjadi
lignoselulosa.
DAFTAR PUSTAKA
Al, Melo Santanna et. 2012. Process for the Fermentative Production of Ethanol from Solid
Lignocellulosic Material Comprising a Step of Treating a Solid Lignocellulosic Material
With Alkaline Solution in Order to Remove The Lignin. US Patent 8232082.
LAMPIRAN
SUBMIT BIOMASS
HYDROLYSIS
HEMICELLULOSE
SUBMIT RESIDUE
HYDROLYSATE
WASHING
PRETREATMENT
FERMENTATION
ENZYMIC
HYDROLYSIS
FERMENTATION
DISTILASI
BLOK DIAGRAM Process for the Fermentative Production of Ethanol from Solid
Lignocellulosic Material Comprising a Step of Treating A Solid Lignocellulosic Material With
Alkaline Solution in Order to Remove The Lignin
Flowsheet Process for the Fermentative Production of Ethanol from Solid Lignocellulosic
Material Comprising a Step of Treating A Solid Lignocellulosic Material With Alkaline Solution
in Order to Remove The Lignin