Anda di halaman 1dari 84

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING FEED WATER


TERHADAP UNJUK KERJA UNIT DESALINASI BERBASIS
POMPA KALOR DENGAN MENGGUNAKAN PROSES
HUMIDIFIKASI DAN DEHUMIDIFIKASI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik

Oleh :
TOMI ANDRIYANTO
NIM : I 0406054

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING FEED WATER


TERHADAP UNJUK KERJA UNIT DESALINASI BERBASIS
POMPA KALOR DENGAN MENGGUNAKAN PROSES
HUMIDIFIKASI DAN DEHUMIDIFIKASI

Disusun oleh :

Tomi Andriyanto
NIM. I0406054

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Wibawa Endra J., ST., MT


NIP. 197009112000031001

Tri Istanto, ST., MT


NIP. 197308202000121001

Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari ........ tanggal
..............
1. Eko Prasetyo B., ST.,MT
NIP. 197109261999031002

...

2. Muhammad Nizam Ph.D


NIP. 197007201999031007

...

3. Zainal Arifin., ST.,MT


NIP. 197303082000031001

Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Koordinator Tugas Akhir

Dody Ariawan, ST, MT


NIP . 197308041999031003

Wahyu Purwo Raharjo, ST.,MT


NIP. 97202292000121001

commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN
Kepada mereka yang telah berjasa, kepada mereka pula saya
persembahkan hasil jerih payah dan kerja keras saya selama menempuh jenjang S1 ini yaitu sebuah skripsi yang akan menjadi karya terbesar dan kebanggaan saya
sehingga saya lulus dari Universitas Sebelas Maret ini dengan gelar Sarjana
Teknik. Mereka adalah:
1. Segala puji bagi Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai rosulNya.
2. Keluarga besar Gito Suwarno (Bapak : Gito Suwarno, Ibu : Sularni, karena
berkat beliaulah penulis terlahir didunia ini) beserta saudara dari Bapak dan
Ibu.
3. Kakaku: Sri Hariyanti Amd dan Adikku: Adi Setiawan, terimakasih dengan
semua dorongan dan semangatnya dan semoga kelak bisa membahagiakan
ayah dan ibu kita kelak di dunia dan akhiratAmien...
4. Riutha Meredith Alberta terima kasih atas semua semangatmu dan nasehatmu
(aku akan terus melawan mentari).
5. Semua ilmuwan dan praktisi pendidikan, terima kasih dengan semua ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dihasilkan.
6. Semua orang yang dekat dan kenal dengan penulis (mereka yang pernah
bersama memberi pengalaman yang berarti dalam kehidupan saya).

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman


dintara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat
dan Allah Maha Teliti yang kamu kerjakan
(QS. Al Mujadalah :11
Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya
QS. Al. Alaq: 3-5
Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina
HR. Bukhori Muslim
Jangan menilai orang lain dari kesuksesan yang didapat tapi
nilailah dari usaha yang dilakukannya
Bong Chandra
Sebuah target dan cita-cita itu dibuat bukan untuk dicapai.
Cita-cita itu dbuat untuk dimulai, maka segera mulailah, lalu
perhatikan apa yang terjadi,
Mario Teguh

Jangan pernah bicara tidak mampu sebelum mencobanya


(Tomi)

commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, shalawat serta salam untuk Nabi besar Muhammad SAW yang
telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Walaupun berbagai rintangan dan
hambatan yang dihadapi selama pembuatannya. Akhirnya atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tidaklah mungkin menyelesaikan skripsi ini seorang diri. Dengan segala
keterbatasan dan kemampuan dalam proses pembuatannya, penulis menyadari
bahwa proses pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, arahan
serta dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: .
1. Bapak Wibawa Endra Juwana, ST., MT, selaku Pembimbing I atas
bimbingan dan ilmu yang bermanfaat

hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.


2. Bapak Tri Istanto, ST. MT., selaku Pembimbing II yang telah turut serta
memberikan bimbingan yang berharga bagi penulis.
3. Bapak Dody Ariawan, ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
UNS Surakarta.
4. Bapak Wahyu Purwo Raharjo, ST., MT., selaku koordinator Tugas
Akhir
5. Seluruh Dosen serta Staff di Jurusan Teknik Mesin UNS, yang telah
turut serta membantu dan mendidik penulis hingga menyelesaikan studi
S1.
6. Kedua orang tuaku tercinta (Gito Suwarno dan Sularni) atas segala kasih
sayang, pengorbanan dan jasanya yang tak terkira, yang telah
memberikan dukungan, semangat, doa yang tulus ikhlas dan
kepercayaan kepada penulis untuk mengemban amanah yang mulia ini.
7. Kakakku: Sri Hariyanti Amd dan Adikku: Adi Setiawan yang sangat
aku sayangi terima kasih atas doa dan dukungannya.

commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

8. Teman-teman seperjuangan Edy, Septian, dan Adin terima kasih berkat


kerja keras kalian semua dan pengalaman pahit maupun senang dalam
menyelesaikan skripsi yang kita alami bersama.
9. Rekan rekan Teknik Mesin semua, khususnya angkatan 2006 terima
kasih atas kebersamaan selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
membantu pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi
ini.Ahirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
Abstract ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................ ix
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Persamaan .............................................................................................. xiv
Daftar Notasi ...................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ............................................................................ 2
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 4
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 6
2.2. Dasar Teori .................................................................................... 7
2.2.1. Desalinasi (Desalination) .................................................. 7
2.2.1.1. Metode pemisahan termal .................................................. 7
2.2.1.2. Metode Pemisahan membran .......................................... 13
2.2.2. Pompa kalor ( heat pump ) ................................................. 16
2.2.3. Siklus Kompresi Uap Standar ............................................ 17
2.2.4. Siklus Kompresi Uap Aktual ............................................. 19
2.2.5. Psikrometrik ....................................................................... 21
2.2.5.1. Proses-proses yang terjadi pada udara dalam diagram
psikrometrik .......................................................... 23
2.2.5.1.1. Pemanasan (heating) ............................. 23
2.2.5.1.2. Pendinginan (cooling) ........................... 23
2.2.5.1.3. Humidifikasi .......................................... 24
2.2.5.1.4. Dehumidifikasi ...................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian ........................................................................ 30
3.2. Bahan Penelitian ........................................................................... 30
3.3. Alat Penelitian .............................................................................. 30
3.4. Peralatan Pendukung unit desalinasi ............................................ 44
3.5. Prosedur Penelitian ....................................................................... 47
3.5.1 Tahap Persiapan ............................................................... 47
3.5.2 Tahap Pengujian ............................................................... 47
3.6. Analisis Data ................................................................................ 48
3.7. Diagram Alir Penelitian ............................................................... 50
BAB IV DATA DAN ANALISIS
4.1. Data Penelitian ............................................................................. 51
4.1.1. Data produksi air tawar untuk seluruh variasi temperatur air
laut ..................................................................................... 52

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4.1.2. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi yang terjadi pada unit


desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi ....................................... 53
4.1.3. Perhitungan volume air tawar yang dihasilkan .................. 55
4.1.4.Menghitung COP
........................................................ 58
4.2. Analisis Data ................................................................................ 62
4.2.1. Pengaruh temperatur air laut terhadap produksi air tawar 62
4.2.2. Pengaruh temperatur air laut terhadap
................... 63
4.2.3. Pengaruh temperatur air laut terhadap ref........................ 64
4.2.4. Air tawar hasil proses desalinasi ....................................... 65
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 67
5.2. Saran ............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
LAMPIRAN ........................................................................................................ 69

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Hasil pengujian kadar garam air laut yang digunakan ....................... 30
Tabel 3.2. Spesifikasi pompa Moswell Model 125C .......................................... 37
Tabel 4.1. Hasil pengujian kadar garam air laut sebelum proses desalinasi ...... 52
Tabel 4.2. Hasil pengujian salinitas air tawar setelah proses desalinasi ............. 52
Tabel 4.3. Hasil pengamatan akumulasi produksi air tawar aktual untuk seluruh
variasi temperatur air laut ................................................................... 52
Tabel 4.4. Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada menit ke-60 variasi
temperatur udara 60 C ...................................................................... 54
Tabel 4.5. Hasil perhitungan laju aliran massa udara, penambahan massa uap total,
pengurangan massa uap total dan volume air tawar yang dihasilkan
pada menit ke-60 variasi temperatur udara 60 C ............................. 57
Tabel 4.6. Hasil perhitungan volume air tawar yang dihasilkan untuk seluruh
variasi temperatur air laut .................................................................. 57
Tabel 4.7. Hasil perhitungan penambahan massa uap air total untuk seluruh variasi
temperatur air laut ............................................................................... 58
Tabel 4.8. Hasil perhitungan pengurangan massa uap air total untuk seluruh
variasi temperatur air laut ................................................................... 58
Tabel 4.9. COPHP aktual untuk variasi temperatur air laut 60C ............................ 60
Tabel 4.10. COPHP aktual seluruh variasi temperatur air laut................................ 60
Tabel 4.11. ref untuk variasi temperatur air laut 600C ...................................... 61
Tabel 4.12. ref seluruh variasi temperatur air laut ........................................... 62
Tabel 4.13. Klasifikasi dari beberapa jenis air berdasarkan tujuan penggunaanya
............................................................................................................ 66

commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Multi-stage flash distillation ........................................................... 8
Gambar 2.2. Multiple Effect Evaporation ............................................................ 9
Gambar 2.3. Single Effect Vapour Compression ............................................... 10
Gambar 2.4. Humidification-Dehumidification ................................................. 10
Gambar 2.5. Desalinasi dengan humidifikasi-dehumidifikasi berbasis pompa kalor
.......................................................................................................... 11
Gambar 2.6. humidifier ...................................................................................... 11
Gambar 2.7. Solar Still ....................................................................................... 13
Gambar 2.8. Proses Osmosis Balik ..................................................................... 13
Gambar2.9. Desalinasi dengan osmosis balik .................................................... 14
Gambar 2.10. Proses Elektrodialisis .................................................................. 15
Gambar 2.11. Kombinasi desalinasi dengan energy terbaharukan .................... 15
Gambar 2.12. Siklus dasar pompa kalor ............................................................ 16
Gambar 2.13. Komponen pompa kalor pada proses pemanasan ....................... 17
Gambar 2.14. Komponen pompa kalor pada proses pendinginan ..................... 17
Gambar 2.15. Siklus kompresi uap standar ........................................................ 18
Gambar 2.16. Siklus kompresi uap aktual dan standar ...................................... 20
Gambar 2.17. Diagram psikrometrik .................................................................. 22
Gambar 2.18. Proses pemanasan udara dalam psikrometrik .............................. 23
Gambar 2.19. Proses pendinginani dalam diagram psikrometrik ....................... 24
Gambar 2.20. Proses humidifikasi ...................................................................... 24
Gambar 2.21. Proses humidifikasi dalam diagram psikrometrik ........................ 24
Gambar 2.22. Proses heating and humidification dalam psikrometrik .............. 25
Gambar 2.23. Proses cooling and humidification dalam diagram psikrometrik . 25
Gambar 2.24. Proses dehumidifikasi .................................................................. 27
Gambar 2.25. Proses dehumdifikasi dalam diagram psikrometrik ..................... 27
Gambar 2.26. Proses heating and dehumidification dalam psikrometrik ........... 28
Gambar 2.27. Proses cooling and dehumidification dalam psikrometrik ........... 28
Gambar 3.1. Refrigeran HFC 134-a ................................................................... 30
Gambar 3.2. Skema unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan
proses humidifikasi dan dehumidifikasi ........................................ 31
Gambar 3.3. Gambar 3D unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan
menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi ................. 32
Gambar 3.4. Unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi .................................................. 33
Gambar 3.5. Kompresor ...................................................................................... 33
Gambar 3.6. Kondensor ...................................................................................... 33
Gambar 3.7. Receiver ......................................................................................... 34
Gambar 3.8. Katup ekspansi .............................................................................. 34
Gambar 3.9. Evaporator ...................................................................................... 34
Gambar 3.10. Humidifier ................................................................................... 35
Gambar 3.11. Dehumidifier ............................................................................... 35
Gambar 3.12. Sprinkler ...................................................................................... 36
Gambar 3.13. Motor listrik 3HP ........................................................................ 36
Gambar 3.14. Pressure gauge ............................................................................. 36

commit to user
xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 3.15. Fan aksial ..................................................................................... 37


Gambar 3.16. Pompa sentrifugal ........................................................................ 37
Gambar 3.17. Rotameter air laut ......................................................................... 38
Gambar 3.18. Flowmeter refrigeran ................................................................... 38
Gambar 3.19. Pemanas udara ............................................................................. 39
Gambar 3.20. Termokopel tipe T ....................................................................... 39
Gambar 3.21. Pemasangan termokopel tipe T pada pipa ................................... 39
Gambar 3.22. Display termokopel ..................................................................... 40
Gambar 3.23. Thermostat ................................................................................... 40
Gambar 3.24. Relay atau kontaktor .................................................................... 40
Gambar 3.25. Termometer digital ...................................................................... 41
Gambar 3.26. Termometer bola basah ............................................................... 41
Gambar 3.27. Power supply switching circuit .................................................... 41
Gambar 3.28. Timbangan digital ....................................................................... 42
Gambar 3.29. Stopwatch .................................................................................... 42
Gambar 3.30. Gelas Ukur .................................................................................. 42
Gambar 3.31. Pemanas air elektrik .................................................................... 43
Gambar 3.32. Bak penampung air laut .............................................................. 43
Gambar 3.33. Bak penampung air tawar............................................................. 43
Gambar 3.4. Alat Pendukung Dalam Sistem Desalinasi ..................................... 45
Gambar 4.1. Data temperatur dan tekanan pada menit ke-60 variasi temperatur
udara 60C .................................................................................... 51
Gambar 4.2. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada menit ke-60 variasi
temperatur udara 60C pada psikrometrik ..................................... 53
Gambar 4.3. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi variasi temperatur air laut
pada psikrometrik .......................................................................... 54
Gambar 4.4 Diagram P-H siklus aktual ............................................................. 59
Gambar 4.5. Grafik produksi air tawar terhadap waktu dan variasi temeperatur air
laut ................................................................................................ 62
Gambar 4.6 Grafik penambahan massa uap air total terhadap waktu dan variasi
temperatur air laut .......................................................................... 63
Gambar 4.7 Grafik COP aktual terhadap waktu dan temperatur air laut ........... 64
Gambar 4.8 Grafik hubungan kerja kompresor terhadap waktu dan temperatur air
lut ................................................................................................... 64
Gambar 4.9 Grafik ref terhadap waktu dan temperatur air laut ...................... 65
Gambar 4.10 Grafik hubungan beban pendinginan terhadap waktu dan temperatur
air laut ............................................................................................ 65

commit to user
xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR PERSAMAAN
Halaman
Persamaan (2.1)COP ideal Heat Pump ............................................................. 19
Persamaan (2.2) COP aktual Heat Pump ........................................................... 20
Persamaan (2.3) Laju aliran massa refrigeran aktual ......................................... 20
Persamaan (2.4) Kapasitas panas yang dilepas .................................................. 21
Persamaan (2.5) Beban pendinginan .................................................................. 21
Persamaan (2.6) Kenaikan entalpi udara spesifik ............................................... 26
Persamaan (2.7) Kenaikan entalpi udara total .................................................... 26
Persamaan (2.8) Penambahan kadar uap air (moisture content) ........................ 26
Persamaan (2.9) Penambahan massa uap air total (moisture content) ............... 26
Persamaan (2.10) Jumlah kalor yang dilepas selama proses .............................. 26
Persamaan (2.11) laju aliran massa uap air ........................................................ 26
Persamaan (2.12) entalpi spesifik dari uap air .................................................... 26
Persamaan (2.13) Penurunan entalpi udara ........................................................ 28
Persamaan (2.14) Penurunan kadar uap air (moisture content) ......................... 28
Persamaan (2.15) Jumlah kalor yang dilepas udara selama proses .................... 29
Persamaan (2.16) Laju aliran massa udara ......................................................... 29
Persamaan (2.17) Massa air tawar yang dihasilkan selama proses ..................... 29

commit to user
xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR NOTASI
A
COPaktual
COPHP

h2
h3

Qkond

Wkomp

H
h
w
W

= luas penampang saluran


= koefisien prestasi aktual
= koefisien prestasi ideal
= entalpi spesifik dari uap air
= entalpi refrigeran keluar evaporator
= entalpi udara masuk humidifier
= entalpi udara keluar humidifier
= entalpi gas refrigeran pada tekanan keluar kompresor
= entalpi refrigeran masuk kondensor
= entalpi refrigeran pada tekanan keluar kondensor
= entalpi udara keluar dehumidifier
= laju aliran massa udara
= laju aliran massa refrigeran
= massa air tawar yang dihasilkan selama proses
= debit aliran refrigeran

(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kg/s)
(kg/s)
(kg)
(m3/s)

= kalor yang dilepas oleh kondensor


(kW)
= jumlah kalor yang dilepas selama proses
(kW)
= jumlah kalor yang dilepas udara selama proses
(kW)
= kecepatan udara
(m/s)
= rasio kelembaban udara setelah melewati evaporator
(kg/kg)
= rasio kelembaban udara sebelum melewati evaporator (kg/kg)
= daya kompresor
(kW)
= rasio kelembaban udara masuk humidifier (kg uap air/kg udara
kering)
= rasio kelembaban udara keluar humidifier (kg uap air/kg udara
kering)
= rasio kelembaban udara keluar humidifier (kg uap air/kg udara
kering)
= kenaikan entalpi udara total
(kJ/kg)
= kenaikan entalpi udara spesifik
(kJ/kg)
= penambahan kadar uap air
(kg uap air/kg udara kering)
= penambahan massa uap air total
(kg/s)
= densitas refrigeran
(kg/m3)
= massa jenis udara
(kg/m3)
= periode
(jam/hari)

commit to user
xv

(m2)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1. DATA VARIASI TEMPERATUR AIR LAUT 28C ............. 70
Tabel 1. Data Sistem Pompa Kalor untuk variasi air laut 280C ................ 70
Tabel 2. Data flowmeter untuk variasi air laut 280C ................................. 70
Tabel 3. Data COP aktual untuk variasi air laut 280C ............................... 71
Tabel 4. Data debit refrigerant untuk variasi air laut 280C ........................ 71
Tabel 5. Data beban pendinginan untuk variasi air laut 280C ................... 72
Tabel 6. Data hasil produksi air tawar yang dihasilkan secara aktual dan
temperatur dalam duct untuk variasi air laut 280C ...................... 72
Tabel 7. Data volume air tawar menurut perhitungan untuk variasi air laut
280C ............................................................................................. 73
Gambar 1. Proses humidifikasi dan dehumidifiaksi pada menit ke-60 untuk
variasi air laut 280C ..................................................................... 73
Tabel 8. Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi sesuai
psikrometrikuntuk variasi air laut 280C ....................................... 70
LAMPIRAN 2. DATA VARIASI TEMPERATUR AIR LAUT 30 C ............ 75
Tabel 9. Data sistem pompa kalor untuk variasi air laut 300C .................. 75
Tabel 10 Data flowmeter untuk variasi air laut 300C ................................ 74
Tabel 11 Data COP aktual untuk variasi air laut 300C .............................. 76
Tabel 12. Data debit refrigerant untuk variasi air laut 300C ...................... 76
Tabel 13. Data beban pendinginan untuk variasi air laut 300C ................. 77
Tabel 14. Data hasil produksi air tawar yang dihasilkan secara aktual dan
temperatur dalam duct untuk variasi air laut 300C ...................... 77
Tabel 15. Data volume air tawar menurut perhitungan untuk variasi air laut
300C ............................................................................................. 78
Gambar 2. Proses humidifikasi dan dehumidifiaksi pada menit ke-60 untuk
variasi air laut 300C ..................................................................... 78
Tabel 16. Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi sesuai psikrometrik
untuk variasi air laut 300C ........................................................... 79
LAMPIRAN 3. DATA VARIASI TEMPERATUR AIR LAUT 45 C ............ 80
Tabel 17. Data sistem pompa kalor untuk variasi air laut 450C ................ 80
Tabel 18 Data flowmeter untuk variasi air laut 450C ................................ 80
Tabel 19 Data COP aktual untuk variasi air laut 450C .............................. 81
Tabel 20. Data debit refrigerant untuk variasi air laut 450C ...................... 81
Tabel 21. Data beban pendinginan untuk variasi air laut 450C ................. 82
Tabel 22. Data hasil produksi air tawar yang dihasilkan secara aktual dan
temperatur dalam duct untuk variasi air laut 450C ...................... 82
Tabel 23. Data volume air tawar menurut perhitungan untuk variasi air laut
450C ............................................................................................. 83
Gambar 3. Proses humidifikasi dan dehumidifiaksi pada menit ke-60 untuk
variasi air laut 450C ..................................................................... 83
Tabel 24. Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi sesuai psikrometrik
untuk variasi air laut 450C ........................................................... 84
LAMPIRAN 4. DATA VARIASI TEMPERATUR AIR LAUT 60 C ............ 85
Tabel 25. Data sistem pompa kalor untuk variasi air laut 600C ................ 85

commit to user
xvi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 26 Data flowmeter untuk variasi air laut 600C ................................ 85


Tabel 27 Data COP aktual untuk variasi air laut 600C .............................. 86
Tabel 28. Data debit refrigerant untuk variasi air laut 600C ...................... 86
Tabel 29. Data beban pendinginan untuk variasi air laut 600C ................. 87
Tabel 30. Data hasil produksi air tawar yang dihasilkan secara aktual dan
temperatur dalam duct untuk variasi air laut 600C ...................... 87
Tabel 31. Data volume air tawar menurut perhitungan untuk variasi air laut
600C ............................................................................................. 88
Gambar 4. Proses humidifikasi dan dehumidifiaksi pada menit ke-60 untuk
variasi air laut 600C ..................................................................... 88
Tabel 32. Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi sesuai psikrometrik
untuk variasi air laut 600C ........................................................... 89

commit to user
xvii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Pengaruh Temperatur Preheating Feed Water Terhadap Unjuk Kerja Unit


Desalinasi Berbasis Pompa Kalor Dengan Menggunakan Proses
Humidifikasi dan Dehumidifikasi

Tomi Andriyanto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia
E-mail: tomi_a08@yahoo.com

Abstrak

Unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses


humidifikasi dan dehumidifikasi merupakan salah satu aplikasi dari sistem pompa
kalor, dengan penambahan humidifier, sprinkler dan evaporator (dehumidifier)
yang menyatu di dalam suatu duct. Udara mengalami penambahan kelembaban
(humidifikasi) di dalam humidifier dengan semburan air laut melalui sprinkler
yang kemudian didinginkan oleh evaporator (dehumidifier) sehingga
menghasilkan air tawar. Pemanas air elektrik ditambahkan untuk memvariasikan
temperatur air laut dalam sistem ini. Pada penelitian ini menguji pengaruh
temperatur pemanasan awal (preheating) air laut terhadap unjuk kerja unit
desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan
dehumidifikasi. Pada penelitian ini temperatur air laut divariasikan sebesar 28C,
30C, 45C, dan 60C, temperatur udara dalam duct dikondisikan pada temperatur
konstan sebesar 30oC, dan temperatur lingkungan dijaga konstan pada 28oC.
Kompresor dioperasikan pada putaran konstan sebesar 1.200 rpm, laju aliran
volumetrik air laut dijaga sebesar 300 l/jam, dan air laut dalam sistem ini
disirkulasi ulang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume produksi air
tawar meningkat seiring dengan peningkatan temperatur air laut (feed water) yang
masuk ke humidifier pada unit desalinasi ini.
Kata kunci : desalinasi, pompa kalor, preheating, humidifikasi, dehumidifikasi,

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

The Effect of Preheating Feed Water Temperature on The Performance of


Desalination Unit Based on Heat Pump With Using Humidification and
Dehumidification Processes

Tomi Andriyanto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia
E-mail: tomi_a08@yahoo.com

Abstract

Desalination unit based on heat pump with humidification and


dehumidification processes is one of the applications of heat pump system, with
addition of a humidifier, sprinkler and evaporator (as dehumidifier) that integrated
in a duct. The air has humidified in the humidifier with the spray of seawater
through the sprinkler and then it has cooled in the evaporator to produce fresh
water. The addition of electric water heater has used to vary the seawater
temperature to the humidifier on this system. In this research has examined the
effect of preheating seawater temperature on the performance of desalination unit
based on heat pump system with using humidification and dehumidification
processes. In this research the seawater/feed water temperature has varied at 28oC,
30oC, 45oC and 60oC, air temperature has conditioned at a constant temperature of
30oC, and ambient temperature has kept constant at 28oC. Compressor has
operated at a constant rotation of 1,200 rpm, the seawater volumetric flow rate has
kept at 300 l/h, and seawater in this system has recirculated. The result of this
research showed that the volume of fresh water production increase with
increasing the inlet of the seawater/feed water temperature to the humidifier on
this desalination unit.
Keywords : desalination, heat pump, preheating, humidification, dehumidification

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi mengandung kandungan air sebesar 1,4 x 109 km3 atau sekitar lebih dari 70% dari
luas bumi ini, dimana jumlah kandungan air lautnya sebesar 97,5% dari kandungan air yang ada
di bumi (Gleick,P.H, 1996). Berarti sekitar 2,5% merupakan air tawar (fresh water) yang
digunakan oleh semua makhluk hidup yang ada di bumi ini khususnya bagi umat manusia. Nilai
tersebut relatif konstan dari awal dimulainya kehidupan di bumi ini. Tetapi di lain pihak,
pertumbuhan populasi manusia di seluruh dunia ini meningkat sangat pesat dari periode 200-an
tahun yang lalu. Diprediksikan di tahun 2020 populasi manusia di dunia ini mencapai 7,5 milyar
orang (World Population Data Sheet, 2002). Saat ini saja, hampir 40% dari populasi manusia di
dunia ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan air tawar (fresh water). Hal ini dikarenakan
oleh beberapa faktor diantaranya: perubahan gaya hidup manusia (life-style), peningkatan
aktivitas ekonomi manusia, polusi terhadap sumber air bersih, dan juga karena pertumbuhan
populasi manusia itu sendiri. Penggunaan air yang tidak sehat di negara negara berkembang
menyebabkan sekitar 80 90% berbagai penyakit dan 30% di antaranya sampai meninggal
dunia.
Proses desalinasi air laut merupakan salah satu pilihan yang tepat yang juga sebagai
solusi untuk menghasilkan air tawar dalam mengatasi krisis air saat ini. Salah satu proses
desalinasi air laut yang digunakan adalah berdasar pada sistem pompa kalor (heat pump) dengan
menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Desalinasi air laut dengan pompa kalor
ini dapat pula digabungkan dengan pemanfaatan energi matahari sebagai sumber panas alami.
Dengan adanya penggunaan pompa kalor membuat sistem desalinasi mudah dipasang atau
diaplikasikan dan sederhana. Sementara pemanfaatan energi matahari membuat sistem desalinasi
ini ramah lingkungan, hemat biaya serta dapat mengurangi efek rumah kaca yang saat ini
menjadi isu global yang sering diperdebatkan oleh berbagai kalangan. Prinsip dari proses
humidifikasi dan dehumidifikasi ini berdasarkan pada fakta bahwa udara dapat dicampur dengan
uap air. Kandungan uap air yang dibawa udara meningkat bersamaan dengan meningkatnya
temperatur. Dalam faktanya 1 kg udara kering dapat membawa 0,5 kg uap air atau sekitar 670
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

kcal ketika temperatur meningkat dari 300C 800C.. Dalam proses humidifikasi dan
dehumidifikasi, udara mengalami peningkatan kelembaban (humidifikasi) saat mengalami
kontak dengan air laut yang panas sehingga terjadi perpindahan massa dan panas antara udara
kering dengan air laut. Udara lembab (humid air) didinginkan yang menghasilkan air tawar
(fresh water).

Kalor laten dari kondensor dapat digunakan kembali untuk membantu

meningkatkan temperatur udara yang kemudian dibantu oleh kolektor surya (solar collector)
Untuk meningkatkan produksi air tawar dalam sistem desalinasi air laut dengan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi berdasar pada sistem pompa kalor sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya : laju aliran massa air laut yang masuk ke dalam humidifier,
temperatur preheating air laut yang masuk ke humidifier, temperatur udara di dalam sistem,
intensitas radiasi matahari, dan laju aliran massa udara di dalam sistem.
Dalam proses desalinasi air laut dengan proses humidifikasi dan dehumidifikasi berdasar
pada sistem pompa kalor sebagian kalangan masih

meragukan unjuk kerja sistem ini dan

produktivitas air yang dihasilkan dari proses desalinasi air laut ini. Oleh karena itu, penelitian ini
akan menguji pengaruh temperatur preheating feed water (air laut) terhadap unjuk kerja unit
desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh temperatur preheating feed water terhadap unjuk kerja unit
desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi.

1.3 Batasan Masalah


Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut :
1. Temperatur preheating feed water (air laut) divariasi sebesar 280C (tanpa pemanas air),
300C, 450C, dan 600C.
2. Evaporator yang digunakan adalah evaporator tipe window 2 PK berjumlah 2 buah yang
disusun secara paralel.
3. Kondensor yang digunakan berjumlah 2 buah dan memiliki dimensi 58 cm x 1,5 cm x 36
cm yang disusun secara seri.
4. Refrigeran yang digunakan adalah HFC-134a (R-134a).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

5. Parameter yang dibuat konstan adalah tekanan pengisian refrigeran, putaran fan, laju
aliran massa air laut (feed water), putaran kompresor, dan temperatur udara dalam duct.
6. Temperatur udara dalam saluran (duct) sesuai panas yang dibuang kondensor dan dibantu
pemanas udara.
7. Air laut dalam sistem ini disirkulasi ulang.
8. Humidifier yang digunakan terbuat dari aluminium dengan dimensi 30 cm x 37 cm x 35
cm yang disusun secara sejajar sebanyak 72 buah dengan jarak antar plat 5 mm dan sudut
elevasi 450 tiap gelombangnya.
9. Kompresor yang digunakan adalah kompresor torak (reciprocating compressor) 2
silinder.
10. Pompa yang digunakan adalah tipe sentrifugal yang berjumlah 1 buah.
11. Pemanas air yang digunakan berjumlah 6 buah.
12. Struktur alat terdiri dari :

Evaporator

Kondensor

Humidifier

Kompresor torak (reciprocating compressor)

Motor 3 phase

Expansion Valve

Receiver dryer

Fan aksial

Pemanas air listrik (electric water heater)

Pemanas udara (air heater)

Sprinkler berjumlah 5 buah

Tangki air laut

Tangki air tawar

Rotameter air laut

Flowmeter refrigeran

13. Penelitian dilakukan pada temperatur kamar yaitu 280C.


commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

1.5 Tujuan dan Manfaat


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pemanfaatan teknologi dari proses desalinasi yang berbasis pompa kalor
dengan menggunakan humidifikasi dan dehumidifikasi.
2. Mengetahui pengaruh temperatur preheating feed water (air laut) terhadap unjuk kerja
unit desalinasi berbasis pompa kalor dan produktivitas air tawar.
Hasil penelitian yang didapat diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mampu memberikan pengetahuan baru tentang proses desalinasi yang berbasis pompa
kalor.
2. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari sebagai alat alternatif untuk
menghasilkan air tawar dari air laut
3. Mampu mengatasi kekurangan air tawar yang terjadi di beberapa daerah di dunia ini
khususnya bagi bangsa Indonesia.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I

: Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,


batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Dasar Teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan pengujian alat desalinasi
berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi,
metode desalinasi, pompa kalor, dan proses desalinasi dengan humidifier dan
dehumidifier.
BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan, tempat dan
pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan pengambilan data.
BAB IV : Data dan analisa, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan data hasil pengujian
serta analisa hasil dari perhitungan.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Dai Y.J dan Zhang H.F (2000) melakukan penelitian mengenai solar
desalination dengan humidifier dan dehumidifier. Humidifier yang digunakan
memiliki panjang 0,6 m dan keseluruhan unit memiliki dimensi 1 m x 1 m x 1,5
m. Sirkulasi udara dalam sistem dilakukan secara paksa (forced) oleh sebuah fan
yang dihubungkan ke pengukur putaran (rotation meter) untuk mengetahui
kecepatan putar fan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi kecepatan putar fan maka laju aliran udara juga semakin besar. Temperatur
air laut yang masuk semakin tinggi maka efisiensi termal dan produktivitas air
tawar juga semakin tinggi. Efisiensi termal pada sistem ini sekitar 0,85.
Yuan Guofeng, dkk (2005) melakukan penelitian mengenai sebuah unit
desalinasi dan pengkondisian udara (air conditioning) yang menyatu. Dari alat
yang digunakan terdiri dari 2 kondensor, 2 blower, humidifier, cross valve,
evaporator, kompresor, sprayer, dan penukar kalor (heat exchanger). Penelitian
yang dilakukan mengenai pengaruh laju aliran air laut dan temperatur air laut
yang masuk ke sistem. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi laju aliran air laut yang masuk ke sistem maka produksi air tawar juga
semakin tinggi sampai mencapai titik puncak dan kemudian berangsur konstan.
Semakin tinggi temperatur air laut yang masuk ke sistem juga meningkatkan
produksi air tawar dan temperatur ini memiliki pengaruh yang besar terhadap
produksi air tawar. Ketika digunakan sebagai pengkondisian udara, sistem ini
mampu mencapai temperatur yang keluar evaporator dapat diatur dari 100C
sampai 280C di musim panas.
Orfi J, dkk (2007) melakukan penelitian mengenai sistem desalinasi
menggunakan humidifikasi dan dehumidifikasi udara dengan memanfaatkan
energi surya. Dalam penelitian yang dilakukan, sistem terdiri dari 2 solar collector
dimana solar collector pertama digunakan untuk memanaskan air (solar water
collector) dan solar collector kedua digunakan untuk memanaskan udara (solar
air collector), sebuah evaporator dan sebuah kondensor. Dalam penelitian ini juga

commit to user
6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

menggunakan pemanas air elektrik di samping solar water collector dan


evaporator yang digunakan dipasang secara horizontal. Untuk meningkatkan
produktivitas digunakan kalor laten dari

kondensor untuk pemanasan awal

(preheat) air laut yang akan masuk ke sistem. Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa peningkatan efisiensi secara keseluruhan dari sistem tergantung pada
efisiensi setiap bagian/komponen (solar water and air heater, evaporator, dan
condenser).
Gao Penghui, dkk (2008) meneliti tentang unjuk kerja unit desalinasi
berbasis pompa kalor dengan humidifikasi dan dehumidifikasi. Pada sistem ini,
udara dipanaskan melalui kolektor surya (solar collector) dan kemudian
dilembabkan (humid) di honeycomb (alveolate humidifier) melalui blower. Udara
lembab kemudian didinginkan ketika melewati pre-kondensor (pre-condensor)
dan dilanjutkan didinginkan melalui evaporator (evaporative condenser) dan air
tawar akan didapat. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa laju aliran
massa air laut dan temperatur air laut yang masuk ke sistem mempunyai pengaruh
yang besar dalam memproduksi air tawar.
Amer E.H, dkk (2009) meneliti secara teoritis dan eksperimen unit
desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi. Sistem ini didasarkan pada
siklus terbuka untuk air dan siklus tertutup untuk aliran udara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produktivitas dari sistem meningkat seiring dengan kenaikan
temperatur air laut yang masuk ke humidifier.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Desalinasi (Desalination)
Desalinasi adalah proses menghilangkan kadar garam berlebih sampai pada
level tertentu untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup
melalui suatu metode. Hasil sampingan dari proses desalinasi adalah brine. Brine
adalah larutan garam dengan konsentrasi yang tinggi (lebih dari 35.000 mg/l
garam terlarut). Proses desalinasi air laut dapat dilakukan melalui 2 metode yaitu
metode pemisahan secara termal dan membran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

2.2.1.1. Metode Pemisahan Termal


Metode pemisahan termal yaitu dengan penguapan (evaporation) yang
diikuti dengan pengembunan (condensation). Pada proses penguapan terdiri atas
Multistage Flash Desalination (MSF), Multiple Effect Evaporation (MEE), Single
Effect Vapour Compression (SEE), Humidification Dehumidification (HDH),
dan Solar still.
Pada Single Effect Vapour Compression (SEE) termasuk diantaranya :
Mechanical Vapour Compression (MVC), Thermal Vapour Compression (TVC),
Absorption Vapour Compression (ABVC), Adsorption Vapour Compression
(ADVC), dan Chemical Vapour Compression (CVC).
a. Multistage Flash Desalination
Multistage flash desalination merupakan proses desalinasi air laut dimana
air laut dipanaskan sampai mencapai titik didih kemudian didinginkan dengan
media air laut itu sendiri. Stage terdiri dari penukar kalor (heat exchanger) dan
penampung kondensat. Prinsip kerja dari Multistage Flash Desalination, air laut
dipompa melalui penukar kalor di setiap tingkat (stage) sampai ke pemanas
(heater). Pemanas menaikkan temperatur mendekati temperatur maksimumnya
dan dialirkan kembali ke dalam tingkat yang memiliki temperatur dan tekanan
yang lebih rendah melalui katup (valve). Air laut yang masuk kembali ke tingkat
ini disebut brine. Temperatur brine diatas temperatur didihnya pada tekanan di
dalam tingkat dan sebagian fraksi dari brine akan mendidih (flash) menjadi uap.
Uap memiliki temperatur lebih panas daripada air laut di penukar kalor yang akan
mengembun di pipa-pipa penukar kalor.

Gambar 2.1 Multistage Flash Desalination

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

b. Multiple Effect Evaporation


Multiple Effect Evaporation merupakan peralatan yang dirancang dengan
tujuan meningkatkan efisiensi energi dari proses evaporasi yang berlangsung
dengan menggunakan energi panas dari uap (steam) untuk menguapkan air.
Prinsip dasar dari proses ini adalah menggunakan panas yang dilepaskan dari
proses kondensasi pada satu efek untuk memberikan panas bagi efek lainnya.

Gambar 2.2 Multiple Effect Evaporation

c. Single Effect Vapour Compression


Single Effect Vapour Compression memiliki komponen utama yaitu
evaporator dan kondensor. Prinsip kerjanya air laut dipanaskan (preheat) melalui
pipa-pipa kondensor oleh uap panas (steam) dari hasil pengembunan di evaporator
yang kemudian dialirkan menuju evaporator. Di evaporator air laut hasil preheat
disemprotkan dari atas yang waktu bersamaan uap panas mengalir di evaporator
sehingga terjadi proses pengembunan dan terbentuk air tawar dan brine yang di
tampung di bagian bawah evaporator.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

Gambar 2.3 Single effect vapour compression

d. Humidification Dehumdification (HDH)


Proses desalinasi dengan humidifikasi-dehumidikasi terdapat perbedaan
dengan proses yang lain, dimana pada proses humidifikasi-dehumidifikasi air laut
dipanaskan pada temperatur dibawah temperatur titik didih dan terdapat
perbedaan konsentrasi antara uap air dengan udara. Prinsip kerja proses HDH
adalah pemanasan awal air laut (preheat) dari pemanfaatan kalor laten kondensor
di samping sumber panas yang lain kemudian dialirkan menuju humidifier. Di
humidifier air laut yang panas disemprotkan menjadi kabut yang bersamaan
dialirkan udara sehingga terjadi proses humidifikasi dan sebagian uap air
tercampur dengan udara. Udara lembab (humid air ) didinginkan dengan media air
laut itu sendiri sehingga menghasilkan air hasil pengembunan.

Gambar 2.4 Humidification-dehumidification

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

Sistem ini sangat cocok diaplikasikan ketika kebutuhan air tawar terpusat
pada satu daerah. Beberapa keuntungan dari sistem ini antara lain fleksibilitasnya
dalam kapasitas air tawar yang dibutuhkan, instalasinya yang mudah dan
sederhana serta dapat dikombinasikan dengan energi panas tingkat rendah (low
grade

thermal

perkembangannya

energy)

seperti

desalinasi

energi

dengan

surya

dan

humidifikasi

geothermal.
dan

Dalam

dehumidifikasi

dikombinasikan dengan siklus kompresi uap pada pompa kalor.

Gambar 2.5 Sistem desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi berbasis pompa
kalor.

Gambar 2.6 Humidifier

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

Sistem desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi berbasis pompa


kalor ditunjukkan gambar 2.5. Proses desalinasi air laut dengan menggunakan
proses humidifikasi dan dehumidifikasi berbasis pompa kalor adalah proses
pengurangan

kandungan

garam

untuk

menghasilkan

air

tawar

yang

dikombinasikan dengan pemanfaatan sistem pompa kalor. Teknologi ini dapat


digunakan untuk multi fungsi yaitu untuk proses desalinasi dan sebagai
pengkondisian udara. Komponen utama terdiri atas sistem pompa kalor
(kondensor, evaporator, katup ekspansi, kompresor, motor, dan receiver / dryer),
humifidifier, dan pemanas udara.
Prinsip kerja sistem ini adalah pemanasan awal air laut oleh pemanas untuk
mempercepat proses pemanasan. Kalor laten dari kondensor digunakan untuk
memanaskan udara yang dibantu pemanas udara. Air laut yang panas dialirkan ke
humidifier dan disemprotkan di dalam humidifier melalui sprinkler, dimana saat
bersamaan mengalir udara melewati humidifier dari kondensor. Udara mengalami
peningkatan kelembaban (humidifikasi) akibat kontak dengan air laut yang panas.
Sehingga terjadi perpindahan panas dan massa antara udara dengan air laut. Air
laut yang keluar dari humidifier disebut brine yang dialirkan kembali ke
penampungan air laut untuk dipanaskan kembali. Sebagian uap air yang tercampur
dengan udara terbawa menuju evaporator untuk proses pengembunan. Di dalam
evaporator yang merupakan bagian dari pompa kalor mengalir refrigeran dengan
suhu yang rendah. Air hasil pengembunan jatuh ke bawah yang ditampung oleh
wadah dan dialirkan keluar.
Keuntungan dari pemanfaatan teknologi di atas adalah desain yang
sederhana, mampu dikombinasikan dengan energi terbaharukan (matahari, panas
bumi), memiliki efisiensi yang tinggi, dan dapat digunakan sebagai pengkondisian
udara / multi fungsi. Sedangkan kerugiannya adalah tidak cocok untuk aplikasi
industri / skala besar.
e. Solar Still
Proses desalinasi ini dengan memanfaatkan matahari untuk menguapkan air
laut yang kemudian dilakukan pengembunan. Solar still merupakan proses
desalinasi air laut konvensional yang memiliki kekurangan diantaranya; efisiensi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

rendah, biaya awal yang tinggi, rentan terhadap cuaca ekstrim, resiko
pembentukan alga dan endapan debu di permukaan hitam, dan dibutuhkan
perawatan khusus untuk menghindari pembentukan alga dan endapan debu.
Keuntungan dari solar still adalah struktur alat yang sangat sederhana dan mudah
diaplikasikan.

Gambar 2.7 Solar still

2.2.1.2. Metode Pemisahan Membran


Pada metode pemisahan membran terdiri 2 proses yaitu : osmosis balik
(reverse osmosis) dan electrodialysis. Proses osmosis balik adalah sebuah proses
pemaksaan sebuah molekul dari konsentrasi tinggi ke

molekul yang

konsentrasinya rendah melalui sebuah membran semipermeabel dengan


menggunakan tekanan yang melebihi tekanan osmotik sehingga menghasilkan air
yang kaya kandungan garamnya dan air yang sedikit kandungan kadar garamnya.
Membran semipermeabel ini hanya bisa dilalui oleh molekul-molekul zat pelarut
dan tidak bisa dilalui oleh zat terlarut.

Gambar 2.8 Proses osmosis balik

Sebuah unit desalinasi dengan sistem osmosis balik umumnya terdiri dari
empat komponen utama yaitu komponen untuk perlakuan awal air umpan (feed

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

water pre-treatment), pompa bertekanan tinggi, membran pemisahan, dan


perlakuan akhir air hasil pemisahan.

Gambar 2.9 Desalinasi dengan osmosis balik

Perlakuan awal diperlukan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak


diinginkan dalam air laut yang dapat menjadi pengotor membran. Perlakuan awal
air laut meliputi klorinasi, koagulasi, penambahan asam, multi-media filtrasi dan
deklorinasinya. Jenis perlakuan awal yang digunakan sebagian besar tergantung
pada karakteristik air umpan, jenis dan konfigurasi membran dan kualitas air
tawar yang dihasilkan. Membran yang digunakan harus mampu menahan tekanan
dari air laut yang melewatinya. Umumnya sejumlah kecil garam masih bisa
melewati membran dan bercampur dengan air tawar hasil produksi. Dua jenis
konfigurasi membran yang paling sukses secara komersial adalah spiral wound
dan serat halus berongga atau hollow fine fiber (HFF). HFF terbuat dari selulosa
triasetat dan poliamida.
Proses electrodialysis pada dasarnya proses dialisis dibawah pengaruh
medan listrik. Cara kerja dari proses ini, listrik dengan tegangan tinggi dialirkan
melalui

lapisan

(layer)

logam

yang

menyokong

selaput

membran

semipermeabel sehingga partikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa


ion-ion akan bergerak menuju elektroda yang bermuatan berlawanan. Karena
adanya pengaruh medan listrik akan mempercepat proses pemurnian sistem
koloid.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

Gambar 2.10 Proses elektrodialisis

Dalam pembangkit (plant), proses desalinasi dapat dikombinasikan dengan


pemanfaatan energi terbaharukan (renewable energy/RE) sebagai sumber tenaga
dalam proses desalinasi melalui berbagai cara. Energi terbarukan dan desalinasi
adalah dua teknologi yang berbeda, yang dapat dikombinasikan dalam berbagai
cara. Energi terbarukan hasil dari sistem RE dapat diaplikasikan dalam sistem
desalinasi. Energi ini bermacam macam bentuknya seperti: energi termal, listrik,
dan angin. Gambar 2.11. berikut menunjukkan jenis energi terbaharukan yang
dapat dikombinasikan dengan proses desalinasi

Gambar 2.11 Kombinasi proses desalinasi dengan energi terbaharukan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

2.2.2. Pompa kalor (heat pump)


Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau
sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Pompa kalor bisa
disamakan dengan mesin kalor yang beroperasi dengan cara terbalik. Mesin kalor
membuat energi mengalir dari lokasi yang lebih panas ke lokasi yang lebih dingin,
menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai kerja. Kebalikannya, pompa
kalor membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari lokasi yang
lebih dingin ke lokasi yang lebih panas.

Gambar 2.12 Siklus dasar pompa kalor

Pompa kalor memindahkan panas melalui suatu zat yang bersirkulasi yang
disebut dengan refrigeran, yang melewati sebuah siklus penguapan (evaporation)
dan pengembunan (condensation). Sebuah kompresor yang memompa refrigeran
berada diantara dua koil penukar kalor yaitu kondensor dan evaporator. Pada
evaporator, refrigeran diuapkan pada tekanan rendah dan menyerap panas dari
lingkungan. Refrigeran kemudian dikompresikan mengalir menuju kondensor,
dimana refrigeran akan diembunkan pada tekanan tinggi. Pada umumnya pompa
kalor bekerja berdasarkan siklus kompresi uap yang terdiri dari : evaporator,
kompresor, kondensor, dan katup ekspansi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

Gambar 2.13 Komponen pompa kalor pada proses pemanasan

Gambar 2.14 Komponen pompa kalor pada proses pendinginan

2.2.3. Siklus Kompresi Uap Standar


Pada siklus kompresi uap standar ini, refrigeran mengalami empat proses
ideal, sesuai dengan gambar 2.15 di bawah ini :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

Gambar 2.15 Siklus kompresi uap standar


(a) Diagram alir proses, (b) Diagram tekanan-entalpi
(Training Manual, 2004)

Proses 1-2: refrigeran meninggalkan evaporator dalam wujud uap jenuh


dengan temperatur dan tekanan rendah, kemudian oleh kompresor uap tersebut
dinaikkan tekanannya menjadi uap dengan tekanan yang lebih tinggi (tekanan
kondensor). Kompresi ini diperlukan untuk menaikkan temperatur refrigeran,
sehingga temperatur refrigeran di dalam kondensor lebih tinggi daripada
temperatur lingkungannya. Dengan demikian perpindahan panas dapat terjadi
dari refrigeran ke lingkungan. Proses kompresi ini berlangsung secara
isentropik (adiabatik dan reversibel).
Proses 2-3: setelah mengalami proses kompresi, refrigeran berada dalam fasa
panas lanjut dengan tekanan dan temperatur tinggi. Untuk mengubah wujudnya
menjadi cair, kalor harus dilepaskan ke lingkungan. Hal ini dilakukan pada
penukar kalor yang disebut kondensor. Refrigeran mengalir melalui kondensor
dan pada sisi lain dialirkan fluida pendingin (udara atau air) dengan temperatur
lebih rendah daripada temperatur refrigeran. Oleh karena itu kalor akan
berpindah dari refrigeran ke fluida pendingin dan sebagai akibatnya refrigeran
mengalami penurunan temperatur dari kondisi uap panas lanjut menuju kondisi
uap jenuh, selanjutnya mengembun menjadi wujud cair jenuh. Proses ini
berlangsung secara reversibel pada tekanan konstan.
Proses 3-4: refrigeran, dalam wujud cair jenuh (tingkat keadaan 3, gambar 4),
mengalir melalui alat ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada entalpi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

konstan dan berlangsung secara tak-reversibel. Selanjutnya refrigeran keluar


dari katup ekspansi berwujud campuran uap-cair pada tekanan dan temperatur
sama dengan tekanan serta temperatur evaporator.
Proses 4-1: refrigeran, dalam fasa campuran uap-cair, mengalir melalui sebuah
penukar kalor yang disebut evaporator. Pada tekanan evaporator, titik didih
refrigeran haruslah lebih rendah daripada temperatur lingkungan (media kerja
atau media yang didinginkan), sehingga dapat terjadi perpindahan panas dari
media kerja ke dalam refrigeran. Kemudian refrigeran yang masih berwujud
cair menguap di dalam evaporator dan selanjutnya refrigeran meninggalkan
evaporator dalam fasa uap jenuh. Proses penguapan tersebut berlangsung
secara reversibel pada tekanan konstan.
Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung unjuk
kerja sistem pompa kalor standar :
.

COPHP =

(2.1)

dimana:
Qkond

= kalor yang dilepas oleh kondensor (kW)

Wkomp

= daya kompresor (kW)


= laju aliran massa refrigeran (kg/s)

h1

= entalpi refrigeran yang keluar evaporator (kJ/kg)

h2

= entalpi refrigeran yang masuk kondensor (kJ/kg)

h3

= entalpi refrigeran yang keluar kondensor (kJ/kg)

2.2.4. Siklus Kompresi Uap Aktual


Pada kenyataannya siklus kompresi uap mengalami penyimpangan dari
kompresi uap standar, sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.16.
Perbedaan penting siklus kompresi uap aktual dari siklus standar, adalah:
a. Terjadi penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor dan evaporator.
b. Adanya

proses

pembawah

dingin

(sub-cooling)

meninggalkan kondensor sebelum memasuki alat ekspansi.

commit to user

cairan

yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20

c. Pemanasan lanjut uap yang meninggalkan evaporator sebelum memasuki


kompresor.
d. Terjadi kenaikan entropi pada saat proses kompresi (kompresi tak
isentropik)
e. Proses ekspansi berlangsung non-adiabatik.
Walaupun siklus aktual tidak sama dengan siklus standar, tetapi proses ideal
dalam siklus standar sangat bermanfaat dan diperlukan untuk mempermudah
analisis siklus secara teoritik.

Gambar 2.16 Siklus kompresi uap aktual dan standar (Training Manual, 2004)

Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung unjuk kerja
sistem pompa kalor aktual :
COP aktual
COPHP=

.
.

(2.2)

dimana:
1

= entalpi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)

= entalpi refrigeran masuk kondensor (kJ/kg)

h3

= entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)


= laju aliran massa refrigeran (kg/s)

Laju aliran massa aktual


. (kg/s)

(2.3)

dimana:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

densitas refrigeran (kg/m3)


= debit aliran refrigeran (m3/s)
lajumassarefrigeran kg/s
Kapasitas pemanasan (Qkond)
.

(kW)

(2.4)

dimana:
= laju aliran massa refrigeran (kg/s)
= entalpi refrigeran masuk kondensor (kJ/kg)
= entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)
= kapasitas pemanasan (kW)
Beban Pendinginan (Qevap)
.

kW (2.5)

Dimana:
= laju aliran massa refrigeran (kg/s)
= entalpi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)
= entalpi refrigeran masuk evaporator (kJ/kg)
= Beban pendinginan (kW)
2.2.5. Psikrometrik
Psikrometrik adalah studi tentang sifat - sifat campuran udara dan uap air
yang mempunyai arti penting dalam dunia pengkondisian udara, karena udara
atmosfir tidak kering sempurna tetapi merupakan campuran antara udara dan uap
air.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

Gambar 2.17 Diagram psikrometrik

Istilah-istilah dalam diagram psikrometrik :


Temperatur Bola Kering (Dry Bulb Temperature)
Temperatur tersebut dapat dibaca pada termometer dengan sensor kering dan
terbuka. Namun penunjukkannya tidaklah tepat karena adanya pengaruh radiasi
panas, kecuali jika sensornya memperoleh ventilasi yang cukup baik.
Temperatur Bola Basah (Wet Bulb Temperature)
Wet Bulb Temperature adalah temperatur yang ditunjukkan oleh termometer
yang Bulb nya dibungkus kain atau kapas basah yang digunakan untuk
menghilangkan radiasi panas dan adanya aliran udara yang melaluinya
sekurang-kurangnya 5 m/s.
Temperatur Titik Embun (Dew Point Temperature)
Temperatur dimana uap air mulai mengembun ketika campuran udara-air
didinginkan, untuk mengkondensasi uap air maka campuran uap air dan udara
harus didinginkan dahulu mencapai titik embun (dew point).
Kelembaban Relatif (Relative Humidity)
Rasio antara tekanan parsial aktual uap air yang ada dalam udara terhadap
tekanan parsial jenuh uap air pada temperatur bola kering tertentu.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

Rasio Kelembaban (Humidity Ratio)


Didefinisikan sebagai massa air yang terkandung dalam setiap kg udara kering,
atau dapat juga disebut dengan specific humidity.
Entalpi
Didefinisikan sebagai energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur
tertentu.
Volume Spesifik
Volume campuran udara dan uap air, biasanya dalam satuan meter kubik udara
kering atau campuran per kilogram udara kering.

2.2.5.1 Proses-proses yang terjadi pada udara dalam diagram psikrometrik


2.2.5.1.1 Pemanasan (heating)
Proses pemanasan udara terjadi apabila terjadi penambahan kalor sensibel
yang akan mengakibatkan kenaikan temperatur bola kering udara tanpa perubahan
rasio kelembaban.

Gambar 2.18. Proses pemanasan udara dalam diagram psikrometrik

2.2.5.1.2 Pendinginan (cooling)


Proses pendinginan udara terjadi apabila terjadi pengurangan kalor
sensibel yang akan mengakibatkan penurunan temperatur bola kering udara tanpa
perubahan rasio kelembaban.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

Gambar 2.19. Proses pendinginan udara dalam diagram psikrometrik

2.2.5.1.3 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpindahan/penguapan cairan ke dalam
campuran (gas) dan uap cairan karena adanya kontak antara cairan yang
temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Proses humidifikasi terjadi
apabila terjadi penambahan kadar uap air ke udara tanpa disertai perubahan
temperatur bola kering.

Gambar 2.20 Proses humidifikasi

Gambar 2.21 Proses humidifikasi pada diagram psikrometrik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

Pada kenyataannya proses humidifikasi selalu disertai dengan penambahan


atau pengurangan temperatur bola kering. Proses humidifikasi dengan disertai
penambahan temperatur bola kering udara dinamakan heating and humidification,
dimana pada proses ini udara dengan temperatur yang lebih rendah mengalami
kontak dengan cairan yang memiliki temperatur lebih tinggi.

Gambar 2.22. Proses heating and humidification dalam diagram psikrometrik

Proses humidifikasi dengan disertai pengurangan temperatur bola kering


udara dinamakan cooling

and humidification, dimana pada proses ini udara

dengan temperatur yang lebih tinggi

mengalami kontak dengan cairan yang

memiliki temperatur lebih rendah. Pada proses ini temperatur bola kering air harus
lebih rendah dari temperatur bola kering udara tetapi harus lebih tinggi dari
temperatur titik embun udara (dewpoint temperature) untuk mencegah terjadinya
pengembunan.

Gambar 2.23 Proses cooling and humidification dalam diagram psikrometrik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

Pada proses humidifikasi akan terjadi :


Kenaikan entalpi udara spesifik :
h =

(kJ/kg)

(2.6)

(kW)

(2.7)

Kenaikan entalpi udara total :


H =

Penambahan kadar uap air (moisture content) :


(kg uap air/kg udara kering)

w =

(2.8)

Penambahan kadar uap total (moisture content) :

W =

(kg/s)

(2.9)

Jumlah kalor yang dilepas selama proses :

(kW)

(2.10)

= W

(kg/s)

(2.11)

(kJ/kg)

(2.12)

dimana:
h

= kenaikan entalpi udara spesifik (kJ/kg)

h2

= entalpi udara keluar humidifier (kJ/kg)


= entalpi udara masuk humidifier (kJ/kg)

= kenaikan entalpi udara total (kW)


= laju aliran massa udara (kg/s)

= penambahan kadar uap air (kg uap air/kg udara kering)

= rasio kelembaban udara keluar humidifier (kg/kg)


= rasio kelembaban udara masuk humidifier (kg/kg)
W

= penambahan kadar uap total (kg/s)


= jumlah kalor yang dilepas selama proses (kW)
= laju aliran massa uap air (kg/s)
= entalpi spesifik dari uap air (kJ/kg)

2.2.5.1.4 Dehumidifikasi
Dehumidifikasi adalah proses perpindahan / pengembunan uap cairan dari
campuran (uap air dan gas) karena proses pendinginan maupun kontak antara
cairan (yang temperaturnya lebih rendah) dengan campurannya. Proses

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

dehumidifikasi terjadi apabila terjadi pengurangan kadar uap air dalam udara
tanpa disertai perubahan temperatur bola kering.

Gambar 2.24 Proses dehumidifikasi

Gambar 2.25 Proses dehumidifikasi pada digram psikrometrik

Pada kenyataannya proses dehumidifikasi selalu disertai dengan


penambahan atau pengurangan temperatur bola kering. Proses humidifikasi
dengan disertai penambahan temperatur bola kering udara dinamakan heating and
dehumidification. Proses ini menggunakan suatu bahan higroskopik yang
menyerap uap air dari udara. Apabila proses tersebut diberi penyekat kalor maka
entalpinya akan konstan dan sebagai akibat dari penurunan kelembaban maka
temperatur bola kering dari udara akan naik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

Gambar 2.26 Proses heating and dehumidification dalam diagram psikrometrik

Proses dehumidifikasi dengan disertai pengurangan temperatur bola kering


udara dinamakan cooling and dehumidification. Proses ini terjadi apabila udara
lembab didinginkan dibawah temperatur titik embunnya ketika udara lembab
tersebut mengalami kontak dengan suatu permukaan dingin yang memiliki
temperatur dibawah temperatur titik embun udara. Pada proses ini sebagian dari
uap air dalam udara mengembun, akibatnya baik temperatur udara maupun rasio
kelembabannya menurun.

Gambar 2.27 Proses cooling and dehumidification dalam diagram psikrometrik

Pada proses dehumidifikasi akan terjadi beberapa proses sebagai berikut :


Penurunan entalpi udara :
h =

(kJ/kg)

(2.13)

Penurunan kadar uap air (moisture content) :


w =

(kg uap air/kg udara kering)

Jumlah kalor yang dilepas udara selama proses :

commit to user

(2.14)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

Dengan

laju aliran massa udara (

(W)

(2.15)

pada temperatur yang bersangkutan, sedangkan

dapat dihitung dengan persamaan :


(kg/s)

(2.16)

dimana :
= entalpi udara keluar dehumidifier (kJ/kg)
= entalpi udara masuk dehumidifier (kJ/kg)
= rasio kelembaban udara keluar dehumidifier (kg/kg)
= rasio kelembaban udara masuk dehumidifier (kg/kg)
= jumlah kalor yang dilepas udara selama proses (W)
= massa jenis udara (kg/m3)
V

= kecepatan udara (m/s)

= luas penampang saluran (m2)

Perhitungan massa air tawar yang dihasilkan selama proses desalinasi

dt

dimana:
= massa air tawar yang dihasilkan selama proses (kg)
= laju aliran massa udara (kg/s)
=

kelembaban udara relatif setelah melewati evaporator (kg/kg)

= kelembaban udara relatif sebelum melewati evaporator (kg/kg)


= periode (jam/hari)

commit to user

(2.17)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian


Penelitian

dilakukan

di

Laboratorium

Perpindahan

Panas

dan

Termodinamika, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas


Maret.

3.2. Bahan Penelitian


a. Refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah refrigeran HFC 134-a
(Klea).

Gambar 3.1 Refrigeran HFC 134-a

b. Air laut
Tabel 3.1 Hasil pengujian kadar garam air laut
No

Parameter

Satuan

Hasil
Analisis

Ketidakpastian

Metode

Kadar NaCl

ppm

31.342

0,0007

SNI 06-6989. 19-2004

3.3. Alat Penelitian


Sistem desalinasi air laut berbasis pompa kalor terdiri atas:

Kompresor torak (reciprocating compressor)

Evaporator

Kondensor

Katup ekspansi (Thermal Expansion Valve)

Receiver / dryer

Pressure gauge (suction maupun discharge)

Motor listrik 3 phase, 3 HP

Tangki penampungan air laut

commit to user
30

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

Fan

Rotameter air

Flowmeter refrigeran

Penampung air tawar

Power Supply Switching

Pompa sentrifugal

Thermostat

Relay atau kontaktor

Pemanas udara

Termokopel

Sprinkler

Aliran Udara

Aliran Refrigeran
Aliran Air laut

Gambar 3.2 Skema unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan
humidifikasi dan dehumidifikasi

Keterangan gambar :
1. Pemanas udara

5. Kompresor

9. Penampung air laut

2. Fan aksial
3. Humidifier
4. Evaporator/Dehumidifier

6. Kondensor
7. Katup ekspansi
8.Pompa sentrifugal

10. Penampung air tawar


11. Sprinkler
12. Bak air laut

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

Gambar 3.3 Gambar 3D unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan
proses humidifikasi dan dehumidifikasi

Gambar 3.4 Unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

Spesifikasi komponen :

a. Kompresor
Kompresor berfungsi mengalirkan uap panas lanjut refrigeran serta
menaikkan tekanan refrigeran dari tekanan evaporasi ke tekanan kondensasi.
Kompresor yang dipakai dalam penelitian ini adalah merk Nippon Denso tipe
torak 2 silinder.

Gambar 3.5 Kompresor

b. Kondensor
Kondensor digunakan untuk mendinginkan dan menyerap panas dari gas
refrigeran yang telah ditekan oleh kompresor hingga bertemperatur dan
bertekanan tinggi, sehingga mengubah gas menjadi cair kembali. Kondensor pada
penelitian ini adalah kondensor AC mobil dengan dimensi panjang 58 cm, lebar
36 cm dan tebal 1,5 cm.

Gambar 3.6 Kondensor

c. Receiver / dryer
Receiver adalah komponen yang digunakan untuk menyimpan atau
menampung sementara cairan refrigeran untuk kemudian mensuplainya sesuai
dengan beban pendinginan. Dryer dan filter di dalam receiver akan menyerap air
dan kotoran yang ada di dalam refrigeran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

Gambar 3.7 Receiver / dryer

d. Katup ekspansi / Expansion Valve


Katup ekspansi akan mengatur jumlah aliran refrigeran yang diuapkan di
evaporator dan memastikan bahwa refrigeran dalam bentuk uap panas lanjut
(superheated) yang keluar evaporator.

Gambar 3.8 Katup ekspansi

e. Evaporator
Fungsi dari sebuah evaporator adalah untuk menyediakan sebuah luasan
permukaan yang besar untuk mengijinkan udara hangat mengalir melaluinya
melepaskan energi panasnya ke refrigeran yang berada di dalam evaporator dan
mendinginkan udara. Evaporator yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe
window 2 PK berjumlah 2 buah yang di pasang secara paralel.

Gambar 3.9 Evaporator

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
35

f. Humidifier
Humidifier berfungsi sebagai tempat terjadinya proses humidifikasi antara
air laut dengan udara. Humidifier yang digunakan terbuat dari aluminium dengan
dimensi panjang 30 cm, lebar 37 cm, tinggi 35 cm yang disusun secara sejajar
sebanyak 72 buah dengan jarak antar plat 5 mm dan sudut elevasi 450 tiap
gelombangnya.

Gambar 3.10 Humidifier

g. Dehumidifier
Dehumidifier berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pengembunan.
Dehumidifier pada penelitian ini adalah evaporator pada pompa kalor yang
berjumlah 2 buah.

Gambar 3.11 Dehumidifier

h. Sprinkler
Sprinkler digunakan untuk menyemburkan air laut berbentuk kabut di atas
humidifier sehingga luas permukaan kontak antara air laut dan udara panas
menjadi lebih besar. Sprinkler pada penelitian ini berjumlah 5 buah yang dipasang
di atas humidifier, disusun membentuk persegi dengan jarak antar sprinkler 16,5
cm.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

Gambar 3.12 Sprinkler

i. Motor listrik 3 HP
Motor listrik 3 HP ini digunakan untuk menggerakkan kompresor.

Gambar 3.13 Motor listrik 3 HP

j. Pressure gauge
Pressure gauge ini untuk mengetahui tekanan pada kompresor, kondensor,
dan evaporator.

Gambar 3.14 Pressure gauge

k. Fan
Fan ini digunakan untuk mengalirkan udara dalam unit desalinasi. Pada
penelitian ini digunakan fan tipe aksial.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
37

Gambar 3.15 Fan axial

l. Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugal digunakan untuk memompa air laut dari bak penampung
air laut menuju ke sprinkler melalui selang penghubung. Pompa ini sekaligus
memberikan tekanan penyemprotan dari sprinkler.

Gambar 3.16 Pompa sentrifugal

Tabel 3.2 Spesifikasi pompa MOSWELL Model 125C

Voltase / Frekuensi

220V / 50Hz

Output

100W

Total Head

31 m

Max. Capacity

34 L/m

Max. Suction Head

9m

Size

1 x 1

m. Rotameter air
Rotameter digunakan untuk mengukur debit dari aliran air laut. Rotameter
diletakkan antara pompa air laut dengan sprinkler sehingga debit air laut yang
masuk ke dalam unit dapat diatur.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38

Gambar 3.17 Rotameter air laut

n. Flowmeter refrigeran
Flowmeter digunakan untuk mengukur debit dari aliran refrigeran.
Flowmeter diletakkan di antara receiver dan katup ekspansi dengan tujuan agar
refrigeran yang mengalir adalah dalam fase cair jenuh. Data yang diperoleh harus
dikalibrasi dengan Flowmeter Calibration Data, yang tercantum dalam lampiran.
Flowmeter yang digunakan adalah Variable Area Glass Flowmeter Dwyer
tipe VA20440 dengan spesifikasi:

Service
Flowtube
Floats
End fittings
O-rings
Connections
Temperature limits
Accuracy
Repeatability
Mounting

: Compatible gases or liquid


: Borosilicate glass
: Stainless steeel
: Anodized Alumunium
: Fluoroelastomer
: Two 1/8 female NPT
: 121 oC
: + 2%
: + 0,25% full scale
: vertical

Gambar 3.18 Flowmeter refrigeran

o. Pemanas udara
Pemanas udara digunakan untuk menjaga temperatur udara dalam saluran
(duct) konstan yang terhubung dengan kontaktor.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39

Gambar 3.19 Pemanas udara

p. Termokopel
Termokopel ini digunakan untuk mengukur temperatur refrigeran di dalam
sistem refrigerasi. Termokopel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
termokopel tipe T dengan paduan dari copper dan constantan dengan range
temperatur pengukurannya -200 0C sampai 350 0C. Termokopel ini memiliki
ketelitian sampai + 0,03 0C dengan sensitifitas 43 V/0C dan diameter 1 mm.

Gambar 3.20 Termokopel tipe T

Gambar 3.21 Pemasangan termokopel tipe T pada pipa

q Display termokopel/thermocouple reader


Alat ini digunakan untuk menunjukkan temperatur yang diukur oleh sensor
termokopel.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

Gambar 3.22 Display termokopel

r. Thermostat
Thermostat digunakan untuk mengatur temperatur air laut (feed water) yang
masuk ke humidifier dan menjaganya dalam kondisi konstan.

Gambar 3.23 Thermostat

s. Relay atau kontaktor


Relay atau kontaktor dihubungkan ke thermocouple reader untuk memutus
arus pada pemanas air elektrik.

Gambar 3.24 Relay atau kontaktor

t. Termometer
Termometer yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer digital
untuk mengukur temperatur ruangan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41

Gambar 3.225 Termometter digital

u
u.Termomet
ter bola basaah
Term
mometer bola basah dallam penelitiaan ini digunnakan untuk
k membaca
t
temperatur
b basah udara di dalam
bola
m duct.

Gambar 3.266 Termometerr bola basah

v
v.Power
Su
upply Switchhing Circuit
Digun
nakan sebagaai pensuplaii arus listrikk ke unit deesalinasi dim
mana input
t
tegangan
22
20 V 240 V,
V output teegangan dan arus yang ddihasilkan 12 13.8V,
10A DC 50A DC. Pada penellitian ini Sw
witching Ciircuit yang digunakan
b
berjumlah
2 buah dengaan output aruus 40A DC dan
d 22A DC..

Gam
mbar 3.27 Pow
wer supply sw
witching circuuit

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

w. Timbangan digital (digital scale)


Timbangan digital ini digunakan untuk menimbang massa dari air tawar
yang telah dihasilkan dan massa refrigeran.

Gambar 3.28. Timbangan digital

x. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengetahui berapa lamanya waktu yang
diperlukan unit desalinasi dalam menghasilkan air tawar (fresh water).

Gambar 3.29 Stopwatch

y. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk menampung jumlah air tawar (fresh water)
yang dihasilkan oleh unit desalinasi pada selang waktu tertentu.

Gambar 3.30 Gelas ukur

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
43

z. Pemanas air elektrik (Electric Water Heater)


Pemanas ini digunakan untuk memanaskan air laut dalam bak penampung.
Pemanas yang digunakan berjumlah 7 buah dengan daya 1000 W dan 500 W.

Gambar 3.31 Pemanas air elektrik (electric water heater)

aa. Bak penampung air laut


Digunakan untuk menampung air laut.

Gambar 3.32 Bak penampung air laut

bb. Bak penampung air tawar (fresh water)


Digunakan untuk menampung air tawar (fresh water) yang telah dihasilkan
kemudian dialirkan ke gelas ukur.

Gambar 3.33 Bak penampung air tawar (fresh water)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
44

3.4 Peralatan pendukung dalam unit desalinasi


a. Manifold gauge, untuk mengetahui tekanan dan mengatur refrigeran saat
recharghing.
b. Flaring dan sweaging, untuk memperbesar diameter pipa.
c. Leak detector, untuk mengetahui terjadinya kebocoran pada pipa.
d. Selang refrigeran, sebagai jalan masuknya refrigeran ke dalam sistem.
e. Pembengkok pipa untuk membengkokkan pipa.
f. Kunci pas, kunci Inggris, dan obeng untuk membuka dan mengunci nut
pipa, mur baut, dan sekrup.
g. Tube cutter, untuk memotong pipa.
h. Filler, gas las dan pemantik digunakan dalam mem-brazing pipa.
i. Soldier dan tenol digunakan untuk menyoldier kabel yang akan disambung
dan panel listrik.
j. Saklar listrik digunakan sebagai pemutus dan penyambung arus.
k. Bor digunakan untuk melubangi aklirik dan kayu.
l. Mini drill digunakan untuk melubangi pipa yang akan dipasangkan
termokopel.
m. Gerinda untuk memotong besi yang digunakan sebagai rangka dan
menghaluskan kayu yang telah selesai dilakukan pengerjaan.
n. Pompa vakum
Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan refrigeran dari sistem
sehingga dapat menghilangkan gas-gas yang tidak terkondensasi seperti
udara dan uap air. Uap yang berlebihan pada sistem dapat memperpendek
umur operasi filter-dryer dan penyumbatan khususnya pada bagian sisi
tekanan rendah seperti katup ekspansi. Untuk hasil yang baik vakum
sistem hingga tekanan berada dibawah 500 mikron Hg (Training Manual,
2004).
o. Lem silikon untuk menutup bagian-bagian kecil untuk mencegah
terjadinya kebocoran.
p. Klem digunakan untuk mengencangkan selang untuk mencegah terjadinya
kebocoran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
45

(a)

(f)

(b)

(g)

(c)

(h)

(e)

(i)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
46

(j)

(m)

(k)

(n)

(l)

(o)

(p)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
47

3.5 Prosedur Penelitian


Prosedur yang dilakukan dalam pengambilan data penelitian berdasarkan
variasi temperatur air laut (feed water) yang masuk ke unit desalinasi adalah
sebagai berikut :

3.5.1 Tahap Persiapan


Mempersiapkan dan memasang seluruh alat yang digunakan dalam
pengujian, seperti : pompa sentrifugal, thermostat dan kontaktor beserta
termokopel, pemanas listrik, pemanas udara, fan, dan sistem pompa kalor serta
alat pendukung lainnya.

3.5.2 Tahap Pengujian


1. Sebelum refrigeran masuk ke sistem, sistem harus divakum terlebih
dahulu. Kemudian didiamkan kurang lebih 10 menit untuk memastikan
apakah sistem mengalami kebocoran. Apabila tekanan pada pressure
gauge naik maka dipastikan bahwa sistem terdapat kebocoran sehingga
perlu tindakan untuk mengatasinya.
2. Mengisi refrigeran ke dalam sistem sampai tekanan tertentu dan mencatat
berapa massa refrigeran yang telah dimasukkan ke dalam sistem.
3. Menghidupkan semua fan.
4. Menghidupkan power supply switching dan menjalankan sistem pompa
kalor.
5. Menghidupkan pompa sentrifugal untuk mengalirkan air laut (feed water)
ke sistem.
6. Mengatur debit air laut sebesar 300 L/jam pada rotameter.
7. Mengatur temperatur udara dalam saluran dengan pemanas udara sampai
pada 300C.
8. Data diambil setelah 10 menit pertama dengan tujuan untuk menstabilkan
temperatur air laut di bak penampung air laut yang akan masuk ke unit
desalinasi.
9. Mencatat seluruh data temperatur, tekanan, laju aliran massa refrigeran,
dan produksi air tawar setiap 20 menit selama 180 menit.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
48

10. Data yang diperoleh sebanyak 9 kali untuk setiap variasi temperatur air
laut (feed water).
11. Sistem harus dikondisikan seperti semula atau distabilkan terlebih dahulu
untuk sesi pengujian yang lain.
12. Percobaan diulangi untuk variasi temperatur air laut (feed water) sebesar
300C.
13. Mengulangi langkah (3) (11).
14. Percobaan diulangi untuk variasi temperatur air laut (feed water) sebesar
450C.
15. Mengulangi langkah (3) (11).
16. Percobaan diulangi untuk variasi temperatur air laut (feed water) sebesar
600C.
17. Mengulangi langkah (3) (11).
18. Setelah selesai melakukan percobaan mematikan pemanas listrik,pemanas
udara, pompa air, semua fan, kompresor, motor listrik, kemudian power
supply switching.

3.6 Analisa Data


Dari data yang diperoleh, selanjutnya dapat dilakukan analisis data yaitu
dengan melakukan perhitungan terhadap:

Besarnya debit aliran refrigeran

Besarnya nilai COPHP pada sistem pompa kalor

Besarnya penambahan kadar uap total


Berdasarkan data hasil pengujian, yaitu besarnya tekanan suction dan

discharge pada kompresor, kondensor, dan evaporator; temperatur refrigeran yang


masuk dan keluar pada evaporator, temperatur refrigeran yang masuk dan keluar
pada kondensor, temperatur sebelum dan sesudah humidifier, temperatur sebelum
dan sesudah dehumidifier sehingga dapat diketahui sifat sifat refrigeran dan
efisiensi dari setiap komponennya. Setelah sifat sifat dari refrigeran diketahui
maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan dan analisis. Dari perhitungan
tersebut dapat dibuat grafik grafik hubungan temperatur air laut (feed water)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
49

dengan produksi air tawar (fresh water) dan waktu, temperatur air laut (feed
water) terhadap nilai COP dengan waktu.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
50

3.7 Diagram Alir Penelitian


Mulai

Persiapan
Desalinasi air laut berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi

Variasi
Temperatur preheating feed water (air laut)

Pengambilan data
Temperatur dan tekanan refrigeran
Temperatur humidifier dan dehumidifier
Produksi air tawar (fresh water)
Laju aliran massa refrigeran

Analisa data
Coefficient of Performance Aktual (COPRactual)
Penambahan kadar uap total
Debit aliran refrigeran
Volume air tawar yang dihasilkan

Hasil analisa data :


Pengaruh temperatur air laut (feed water) terhadap unjuk kerja unit
desalinasi dengan humidifer dan dehumidifier

Kesimpulan

Selesai

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dianalisis mengenai pengaruh temperatur air laut
terhadap unjuk kerja unit desalinasi air laut berbasis pompa kalor dengan
menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Pengujian dilakukan
dengan variasi temperatur air laut sebesar 28oC, 30oC, 45oC, dan 60oC. Data yang
diperoleh dalam pengujian ini, yaitu: tekanan, temperatur, laju aliran massa
refrigeran, dan produksi air tawar yang dihasilkan. Unit desalinasi dijalankan
selama 180 menit untuk setiap variasi pengujian dan setiap 20 menit untuk
pengambilan data.

4.1. Data Penelitian


Pengujian

dilakukan

di

Laboratorium

Perpindahan

Panas

dan

Thermodinamika Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas


Maret Surakarta.
Dari hasil pengamatan temperatur dan tekanan saat pengujian dengan
variasi temperatur laut 600C dan pada menit ke-60 sebagai berikut:

Gambar. 4.1 Data temperatur dan tekanan menit ke-60 variasi temperatur air laut 600C

commit to user
51

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
52

Selanjutnya untuk data temperatur dan tekanan variasi lainnya tercantum


dalam lampiran.
Data pengujian air sebelum dan sesudah proses desalinasi seperti terlihat
pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Tabel 4.1. Hasil pengujian kadar garam air laut sebelum proses desalinasi
No

Parameter

Kadar NaCl

Satuan

Hasil Analisis

Metode

ppm

31.342

SNI 06-6989. 19-2004

Tabel 4.2. Hasil pengujian salinitas air tawar setelah proses desalinasi
No

Parameter

Satuan Hasil Analisis

Salinitas

ppm

715

Metode
SNI 6989.6-2009

4.1.1. Data produksi air tawar untuk seluruh variasi temperatur


Dari hasil pengamatan produksi air tawar yang dihasilkan maka akan
didapatkan hasil seperti pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Produksi air tawar untuk seluruh variasi
Waktu

Akumulasi produksi air tawar (ml)

(menit)

28C

30C

45C

60C

20

120

160

400

600

40

240

300

820

1100

60

360

460

1.100

1.600

80

490

600

1.500

2.200

100

600

870

1.900

2.700

120

720

1.000

2.280

3.180

140

840

1.220

2.620

3.790

160

960

1.420

3.020

4.300

180

1.120

1.630

3.540

4.820

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
53

4.1.2. Proses humidifikasi dan dehumidifikasi yang terjadi pada unit


desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi
Proses humidifikasi dan dehumidifikasi yang terjadi pada unit desalinasi
berbasis pompa kalor menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada
menit ke-60 variasi temperatur air laut 60C dapat dilihat pada diagram
psikrometrik seperti pada gambar 4.2 dibawah ini. Proses humidifikasi dan
dehumidifikasi untuk keseluruhan variasi temperatur air laut dapat dilihat pada
diagram psikrometrik seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.2 Diagram psikrometrik proses humidifikasi dan dehumidifikasi


pada menit ke-60 dengan variasi temperatur air 600C

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
54

Gambar 4.3 diagram psikrometrik untuk keseluruhan variasi temperatur air laut
Temperatur 600C menit ke 60
Temperatur 450C menit ke 60
Temperatur 300C menit ke 60
Temperatur 280C menit ke 60
Tabel 4.4 Data proses humidifikasi dan dehumidifikasi pada menit ke-60
dan variasi temperatur 600C

Sebelum
humidifier
Setelah
humidifier
Setelah
dehumidifier

Tdb (oC)

Twb (oC)

w (g/kg)

h (kJ/kg)

v (m3/kg)

RH (%)

30,2

23,4

15,3919

69,7145

0,8804

56,7204

38,4

34

32,7208

122,7319

0,9288

74,3777

25,5

22,2

15,5569

65,2725

0,867

75,408

Selanjutnya untuk data kelembaban relatif, entalpi, rasio kelembaban dan


volume spesifik variasi 28oC, 30oC, dan 45oC dapat dilihat dalam lampiran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
55

4.1.3. Perhitungan massa air tawar yang dihasilkan


Sesuai dengan persamaan 2. 18, maka :
(

) dt

dimana:
= massa air tawar yang dihasilkan selama proses (kg)
= laju aliran massa udara (kg/s)
= rasio kelembaban udara setelah melewati evaporator (kg/kg)
= rasio kelembaban udara sebelum melewati evaporator (kg/kg)
= periode (jam/hari)

Data pengujian menit ke 60 variasi temperatur air 60 C

Sebelum humidifier
Tdb = 30,2C

w1 = 15,3919 g/kg

Twb = 23,4C

1 = 1,1358 kg/

Sesudah humidifier / sebelum dehumidifier


Tdb = 38,4C

w2 = wi = 32,7208 g/kg

Twb = 34 C

2 = 1,0767 kg/

Sesudah dehumidifier
Tdb = 25,5 C

w3 = 15,5569 g/kg

Twb = 22,2 C

3 = 1,1534 kg/

Kecepatan udara dalam duct


V= 0,1461 m/s

Luas penampang duct


A= 0, 156

Densitas air laut


= 1.005,939 kg/

1. Menghitung laju aliran massa udara dalam duct

Sebelum humidifier
= 1.V.A
= 1,1358 kg/

0, 1461 m/s 0,156

= 0,025886 kg/s

Sesudah humidifier / sebelum dehumidifier

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
56

= 2.V.A
= 1,0767 kg/

0, 1461 m/s 0,156

= 0,024537 kg/s

Sesudah dehumidifier
= 3.V.A
= 1,1534 kg/

0, 1461 m/s 0,156

= 0,026286 kg/s
2. Menghitung massa uap total

Penambahan massa uap total sesudah humidifier


Sesuai dengan persamaan 2.9

(kg/s)

= 0,025886 kg/s (32,7208 15,3919) g/kg


= 0,0004486 kg/s

Pengurangan massa uap total sesudah dehumidifier

(kg/s)

= 0,024537 kg/s (32,7208 15,5569) g/kg


= 0,0004212 kg/s
3. Menghitung massa air tawar yang dihasilkan
Sesuai dengan persamaan 2. 18, maka

=
=

) dt

) dt

0,024537 kg/s (32,7208 15,5569) g/kg dt

= 0,024537 kg/s (0,0327208 0,0155569) kg/kg 60 x 60


= 1,51616 kg

1,51616 kg

= 1,5162 x 10-3 m3
= 1.516,16 ml

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
57

Analogi dengan perhitungan diatas, maka diperoleh tabel hasil perhitungan


laju aliran massa udara, volume air tawar yang dihasilkan, penambahan massa uap
total dan pengurangan massa uap total secara keseluruhan untuk variasi
temperatur air laut 60oC sebagai berikut :
Tabel 4.5. Hasil perhitungan laju aliran massa udara, penambahan massa uap total,
pengurangan massa uap total dan volume air tawar yang dihasilkan
pada variasi temperatur air 60C
Waktu
(menit)

(m/s)

(m/s)

W1
(kg/s)

W2
(kg/s)

V
(ml)

20

0,025898 0,024548

0,0004666

0,0004343

521,1324

40

0,025892 0,024532

0,0004729

0,0004354

1.044,9712

60

0,025886 0,024537

0,0004486

0,0004212

1.516,1629

80

0,025904 0,024516

0,0004763

0,0004438

2.130,2044

100

0,025886 0,024516

0,0004741

0,0004402

2.641,0440

120

0,025892 0,024516

0,0004732

0,0004345

3.128,1950

140

0,025904 0,024593

0,0004882

0,0004489

3.771,0779

160

0,025892 0,024516

0,0004732

0,0004428

4.250,5004

180

0,025898 0,024524

0,0004784

0,0004440

4.794,0105

Selanjutnya untuk tiap variasi temperatur air 28oC, 30C, dan 45C
tercantum di lampiran. Berikut data hasil perhitungan volume air tawar yang
dihasilkan, penambahan massa uap total dan pengurangan massa uap total secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.6 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.6. Hasil perhitungan volume air tawar yang dihasilkan untuk
seluruh variasi temperatur air laut.
Waktu
(menit)
20
40
60
80
100
120
140
160
180

Volume air tawar yang dihasilkan (ml)


28C
30C
45C
60C
115,4948
170,8705
371,7641
521,1324
241,0968
356,5818
777,5907
1.044,9712
337,4241
542,8844
1.079,4656 1.516,1629
387,9292
688,4353
1.470,7165 2.130,2044
568,4829
911,8591
1.838,3956 2.641,0440
658,5871
1.085,9761 2.206,7968 3.128,1950
733,1010
1.283,7425 2.582,6014 3.771,0779
1047,6370 1.478,4832 2.930,0380 4.250,5004
1.031,7929 1.674,3759 3.498,7358 4.794,0105

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
58

Tabel 4.7. Hasil perhitungan penambahan massa uap total untuk


seluruh variasi temperatur air laut
Waktu
(menit)
20
40
60
80
100
120
140
160
180

Penambahan massa uap air total (kg/s)


28C
30C
45C
60C
-5
-5
-5
8,07 x10
11,6 x10
30,9 x10
46,7 x10-5
-5
-5
-5
8,75 x10
10,9 x10
31,7 x10
47,3 x10-5
7,74 x10-5
11,6 x10-5
30,6 x10-5
44,9 x10-5
6,08 x10-5
11,1 x10-5
30,7 x10-5
47,6 x10-5
7,78 x10-5
10,9 x10-5
31,0 x10-5
47,4 x10-5
7,16 x10-5
12,0 x10-5
30,1 x10-5
47,3 x10-5
-5
-5
-5
7,56 x10
12,2 x10
30,0 x10
48,8 x10-5
8,61 x10-5
12,0 x10-5
29,8 x10-5
47,3 x10-5
7,33 x10-5
12,4 x10-5
31,8 x10-5
47,8 x10-5

Tabel 4.8. Hasil perhitungan pengurangan massa uap total untuk


seluruh variasi temperatur air laut
Waktu
(menit)

Pengurangan massa uap air total (kg/s)


28C

30C
-5

45C
-5

60C
-5

20

9,62 x10

14,2 x10

31,0 x10

43,4 x10-5

40

1,00 x10-4

14,9 x10-5

32,4 x10-5

43,5 x10-5

60

9,37 x10-5

15,1 x10-5

29,9 x10-5

42,1 x10-5

80

8,08 x10-5

14,3 x10-5

30,6 x10-5

44,4 x10-5

100

9,47 x10-5

15,2 x10-5

30,6 x10-5

44,0 x10-5

120

9,15 x10-5

15,1 x10-5

30,6 x10-5

43,4 x10-5

140

8,73 x10-5

15,3 x10-5

30,7 x10-5

44,9 x10-5

160

1,09 x10-4

15,4 x10-5

30,5 x10-5

44,3 x10-5

180

9,55 x10-5

15,5 x10-5

32,4 x10-5

44,4 x10-5

4.1.4. Perhitungan COP secara aktual.


Pada siklus aktual terjadi perbedaan bila dibandingkan dengan siklus ideal,
antara lain:
1. Terjadi penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor dan evaporator.
2. Adanya proses pembawah dingin (sub-cooling) cairan yang meninggalkan
kondensor sebelum memasuki alat ekspansi.
3. Pemanasan lanjut uap (superheating) yang meninggalkan evaporator sebelum
memasuki kompresor.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
59

4. Terjadi kenaikan entropi pada saat proses kompresi (kompresi tak isentropik)
dan terdapat ketidakefisienan yang disebabkan oleh gesekan dan kerugiankerugian lain.
5. Proses ekspansi berlangsung non-adiabatik.
Skema siklus aktual:

Gambar 4.4 Diagram p- h siklus aktual

Contoh perhitungan.
1. Menghitung COPaktual.
Sesuai dengan persamaan (2.2), maka:
COPaktual =
dimana:
h1

= Entalpi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)

h2a

= Entalpi refrigeran masuk kondensor (kJ/kg)

h3

= Entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)

Data pengujian menit ke-60 dengan variasi temperatur air laut 60oC
Titik 1. (Kondisi uap panas lanjut keluar evaporator)
T1 = 27,4 C

h1 = 271,65 kJ/kg

P1 = 0,3289 MPa
Titik 2a. (Kondisi uap panas lanjut masuk kondensor)
T2 = 86,3 C

h2a = 311,58kJ/kg

P2 = 1,5838 MPa
Titik 3. (Kondisi cairan bawah dingin keluar kondensor )
T3 = 48,2 C

h3 = 118,65 kJ/kg

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
60

P3 = 1,30795 MPa
Titik 4. (Kondisi campuran uap dan cairan masuk evaporator )
P4= 0,4116 MPa

x = 0,2930 kJ/kg

h4 = h3 = 118,65 kJ/kg

COPaktual

311,58 118,65
311,58 271,65

4,8317

Analogi dengan perhitungan diatas, maka diperoleh tabel COPaktual secara


keseluruhan untuk variasi temperatur air laut 60oC sebagai berikut:
Tabel 4.9. COPaktual untuk variasi temperatur air laut 60oC
Waktu
(menit)
20
40
60
80
100
120
140
160
180

h1
273,98
273,04
271,65
271,15
270,97
270,81
270,78
271,06
270,87

Entalpi (kJ/kg)
h2a
h3
313,36
121,76
311,94
118,04
311,58
118,65
310,77
118,19
311,56
118,04
311,06
117,88
310,82
117,26
310,49
117,63
310,82
117,57

h4
121,76
118,04
118,65
118,19
118,04
117,88
117,26
117,63
117,57

h2a-h1
(kJ/kg)

h2a-h3
(kJ/kg)

COP
aktual

39,38
38,90
39,93
39,62
40,59
40,25
40,04
39,43
39,95

191,60
193,90
192,93
192,58
193,52
193,18
193,56
192,86
193,25

4,8654
4,9846
4,8317
4,8607
4,7677
4,7995
4,8342
4,8912
4,8373

Selanjutnya untuk tiap variasi temperatur air laut 28oC, 30oC, dan 45oC
tercantum di lampiran. Berikut data COPaktual secara keseluruhan dapat dilihat
pada tabel 4.10 di bawah ini:
Tabel 4.10. COPaktual seluruh variasi temperatur air laut
COP aktual

Waktu
(menit)

28 C

30C

45C

60C

20

5,3225

5,1606

5,0981

4,8654

40

5,4437

5,1236

5,0797

4,9846

60

5,3547

5,1559

5,1042

4,8317

80

5,3899

5,1256

5,0247

4,8607

100

5,3333

5,2148

5,1057

4,7677

120

5,4937

5,2295

5,1551

4,7995

140

5,4677

5,2136

5,0156

4,8342

160

5,4984

5,2417

5,0464

4,8912

180

5,4672

5,2098

5,0794

4,8373

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
61

2. Menghitung laju aliran massa refrigeran aktual (

ref

Sesuai dengan persamaan 2.3 maka:


= . Q (kg/s)
dimana:

= Densitas refrigeran (kg/m3)

= Debit refrigeran (m3/s)

Data pengujian menit ke-60 dengan variasi temperatur air laut 60oC
Dari kondisi cairan sub-cooled yang melewati flowmeter diperoleh:
Debit, Q = 0,000006952 m3/s
T = 45,8oC

= 1.122 kg/m3

P = 1,2045 MPa
Sehingga :
ref

= .Q
= 1.122 kg/m3 x 0,000006952 m3/s
= 0,0078 kg/s

Analogi dengan perhitungan di atas, maka diperoleh tabel

secara

keseluruhan untuk variasi temperatur air laut 60oC sebagai berikut:


Tabel 4.11.
Waktu
(menit)
20
40
60
80
100
120
140
160
180

P
(MPa)
0,1013
0,1013
0,1013
0,1013
0,1013
0,1013
0,1013
0,1013
0,1013

untuk variasi temperatur air laut 60oC


T
(oC)
48,2
45,6
45,8
45,8
45,6
45,7
45,6
45,6
45,6

(kg/m3)
1.112
1.123
1.122
1.122
1.123
1.123
1.123
1.123
1.123

Q
(m3/s)
6,1151 x 10-6
6,7676 x 10-6
6,9519 x 10-6
7,2193 x 10-6
7,0347 x 10-6
7,3909 x 10-6
7,6581 x 10-6
7,6581 x 10-6
7,6581 x 10-6

mref
(kg/s)
0,0068
0,0076
0,0078
0,0081
0,0079
0,0083
0,0086
0,0086
0,0086

Selanjutnya untuk tiap variasi temperatur air laut 28oC, 30oC, dan 45oC

tercantum di lampiran dan data secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.12 di
bawah ini:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
62

Tabel 4.12.

untuk seluruh variasi temperatur air laut


(kg/s)

Waktu
(menit)

28 C

30C

45C

60C

20

0,0042

0,0048

0,0055

0,0068

40

0,0042

0,0046

0,0056

0,0076

60

0,0044

0,0048

0,0055

0,0078

80

0,0042

0,0046

0,0055

0,0081

100

0,0041

0,0048

0,0058

0,0079

120

0,0039

0,0048

0,0058

0,0083

140

0,0040

0,0050

0,0058

0,0086

160

0,0042

0,0050

0,0055

0,0086

180

0,0042

0,0048

0,0061

0,0086

4.2. Analisis data.


4.2.1. Pengaruh variasi temperatur air laut terhadap produksi air tawar
yang dihasilkan
Gambar 4.5. menunjukkan grafik air tawar yang dihasilkan terhadap waktu
dengan variasi temperatur air laut. Dimana nilai akumulasi air tawar yang
dihasilkan ditempatkan sebagai sebuah fungsi dari waktu dan variasi temperatur
air laut. Di sini kompresor dioperasikan pada putaran dan temperatur lingkungan
yang konstan. Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah air tawar yang
dihasilkan meningkat terhadap waktu dan temperatur air laut. Hal ini dikarenakan
rasio kelembaban (w) dari temperatur air laut 28oC sampai 60oC semakin
meningkat setelah melalui proses humidifikasi di dalam humidifier, sehingga
kadar uap air yang dibawa udara untuk proses pengembunan semakin banyak.
Dengan meningkatnya rasio kelembaban maka penambahan massa uap air total
semakin tinggi pula, yang kemudian dikondensasi untuk menjadi air tawar juga
semakin banyak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
63

5500
5000

28C
30C
45C
60C

AkumulasiProduksi
AirTawar(ml)

4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
20

40

60

80

100 120 140 160 180

Waktu(menit)

penambahanmassauapair
total
(kg/s)

Gambar 4.5 Grafik produksi air tawar terhadap waktu dan variasi temperatur air laut
6.00E04
5.00E04
4.00E04
3.00E04
2.00E04
1.00E04

28C

30C

45C

60C

0.00E+00
20 40 60 80 100 120 140 160 180
waktu(menit)

Gambar 4.6 Grafik penambahan massa uap air total terhadap waktu dan variasi
temperatur air laut

4.2.2. Pengaruh variasi temperatur air laut terhadap COPaktual


Gambar 4.7 menunjukkan grafik COPaktual terhadap waktu dengan variasi
temperatur air laut. Pada gambar 4.7 terlihat bahwa COPaktual mengalami
penurunan terhadap temperatur air laut dari 28oC 60oC. Hal ini terjadi karena
dengan bertambahnya temperatur air laut yang masuk ke unit desalinasi, maka
kerja kompresor semakin tinggi. Dimana nilai dari COP berbanding terbalik
dengan kerja dari kompresor seperti pada rumus (2.1). Ini menyebabkan h antara
masuk dan keluar kompresor semakin tinggi, seperti terlihat pada gambar 4.8.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
64

COPaktual

6
5
4

28C

30C

45C

60C

3
20

40

60

80 100 120 140 160 180


Waktu(menit)

hkomp(kJ/kg)

Gambar 4.7 Grafik nilai COPaktual terhadap waktu dan temperatur air laut
50
40
30
20

28C

30C

10

45C

60C

0
20

40

60

80

100 120 140 160 180

waktu(menit)

Gambar 4.8. Grafik hubungan kerja kompresor terhadap waktu dan temperatur air laut

4.2.3. Pengaruh variasi temperatur air laut terhadap laju aliran massa
refrigeran (

Gambar 4.9 menunjukkan grafik laju aliran massa refrigeran (

) terhadap

waktu dan temperatur air laut. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa laju aliran
massa refrigeran meningkat terhadap waktu dan temperatur air laut, hal tersebut
dikarenakan beban pendinginan yang diterima evaporator untuk variasi temperatur
air laut semakin tinggi, sehingga laju aliran massa refrigeran yang dialirkan ke
evaporator akan semakin banyak. Gambar 4.10 menunjukkan beban pendinginan
untuk seluruh variasi temperatur air laut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
65

0.01

m.ref(kg/s)

0.008
0.006
0.004
0.002
0
20

28C

30C

45C

60C

40

60

80

100 120 140 160 180

waktu(menit)

bebanpendinginan(watt)

Gambar 4.9 Grafik

terhadap waktu dan temperatur air laut

1400
1200
1000
800
600
400

28C

30C

200

45C

60C

0
20

40

60

80 100 120 140 160 180

waktu(menit)

Gambar 4.10 Grafik hubungan beban pendinginan terhadap waktu dan temperatur air laut

4.2.4. Air tawar hasil proses desalinasi


Seperti yang terlihat pada tabel 4.2, air tawar hasil proses desalinasi ini
memiliki nilai salinitas 715 ppm. Ini berarti bahwa air tawar yang dihasilkan dari
proses desalinasi ini telah memenuhi standar air yang dapat digunakan untuk air
minum, kebutuhan rumah tangga (memasak, mencuci, berkebun, dll) dan
beberapa keperluan industri (El-Dessouky. H T. dan Hisham M. Ettouney, 2002).
Berikut ini adalah klasifikasi dari beberapa jenis air berdasarkan tujuan
penggunaanya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
66

Tabel 4.13. Klasifikasi dari beberapa jenis air berdasarkan tujuan penggunaannya.

No

Salinitas air (ppm)

Kegunaan

5 1.000

Air minum, kebutuhan rumah tangga


(memasak, mencuci, berkebun, dll) dan
beberapa keperluan industri.

1.000 3.000

Irigasi dan pendingin dalam industri

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.

Produksi air tawar yang dihasilkan unit desalinasi berbasis pompa kalor
dengan humidifikasi dan dehumidifikasi meningkat sebanding dengan waktu
dan temperatur air laut yang masuk ke unit desalinasi

2.

Unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses


humidifikasi dan dehumidifikasi dengan menggunakan HFC-134a memiliki
nilai COPaktual diantara 4,7677 5,4984.

3.

Akumulasi produksi air tawar yang dihasilkan meningkat seiring dengan


meningkatnya temperatur air laut, pada pengujian selama 180 menit diperoleh
hasil sebagai berikut : 1.120 ml, 1.350 ml, 3.540 ml, dan 4.820 ml berturutturut untuk temperatur air laut 28oC, 30oC, 45oC dan 60oC.

5.2.Saran
Berdasarkan

pengalaman

yang

diperoleh

dari

penelitian

ini,

direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut:


1. Perlu adanya pengembangan penelitian mengenai pengaruh putaran kompresor
terhadap unjuk kerja unit desalinasi dan produktivitas air tawar yang
dihasilkan.
2. Perlu adanya pengembangan penelitian mengenai pengaruh putaran fan
terhadap produktivitas air tawar yang dihasilkan.

commit to user
67

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
68

DAFTAR PUSTAKA

Amer, E.H, H. Kotb, G.H Mostafa, and A.R El-Ghalban, 2009, Theoritical and
Experimental

Investigation

of

Humidification-Dehumidification

Desalination Unit, Desalination, Vol.249, pp. 949 959.


Ari Darmawan., Nathanael P. Tandian., Willy Adriansyah., 2004, Training
Manual, Institut Teknologi Bandung, Jakarta.
Dai, Y.J and H.F Zhang, 2000, Experimental Investigation of a Solar Desalination
Unit with Humidification and Dehumidification, Desalination, Vol.130, pp.
169-175.
El-Dessouky H.T and H.M Ettouney, 2002, Fundamental of Salt Water
Desalination, 1st edition, Elsevier Science B.V, Amsterdam
Gao Penghui, Lixi Zhang, and Hefei Zhang, 2008, Performance Analysis of a
New Type Desalination Unit of Heat Pump with Humidification and
Dehumidification, Desalination, Vol.220, pp. 531-537.
Gleick, P.H, 1996, Water Resources. In Encyclopedia of Climate and Weather,
Distribution of Earths Water, Vol.2, pp. 817 823.
Orfi, J, N. Galanis, and M. Laplante, 2007, Air Humidification Dehumidification
for a Water Desalination System Using Solar Energy, Desalination,
Vol.203, pp. 471-481.
Yuan Guofeng, Lixi Zhang, and Hefei Zhang, 2005, Experimental Research of an
Integrative Unit for Air-Conditioning and Desalination, Desalination, Vol.
182, pp. 511-516.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai