Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih dinilai tinggi oleh salah satu lembaga
kesehatan dunia di bawah naungan PBB (WHO), menurut The Global Report on Road
Safety Indonesia berada pada peringkat ketiga di bawah Tiongkok dan India dengan
total 32,879 kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2015. Masih dari data
yang sama penyebab terbesar terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah pengguna
kendaraan roda dua atau tiga dengan nilai persentase 36%, hal ini dapat disebabkan
oleh perilaku perilaku dalam berkendara dan perilaku dalam memperhatikan kondisi
kendaraan salah satu diantaranya adalah kondisi rem, seringkali kegagalan
pengereman menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Rem yang tidak
berfungsi dengan baik yang salah satunya diakibatkan oleh kampas rem ( brake
lining/pad ) yang tidak bisa menahan putaran roda karena kondisi yang sudah aus atau
habis ketebalan kampasnya.

Seringkali kondisi kampas rem tidak diperhatikan oleh pengguna karena


kurangnya alat pengindikasi ketebalan kampas pada sepeda motor. Pada rem jenis
tromol memang disediakan pengindikasi ketebalan kampas secara manual berupa
jarum petunjuk pada bagian luar tromol namun masih kurang efektif untuk pengguna
awam maupun untuk pengguna yang kurang perhatian.

Pada penelitian berjudul “Improving Road Safety of Tank Truck in Indonesia


by Speed Limiter Installation” pemasangan pembatas kecepatan pada truk tangki
PT.Pertamina mampu menurunkan jumlah korban jiwa akibat kecelakaan truk tangki
dari 17 % menjadi 7% (Pranoto et al, 2017).
2

Menurut Pranoto (2016) , speed limiter dilengkapi dengan sistem fuel cut off untuk
mencegah engine dan Pertahankan kecepatannya.

Pada penelitian sebelumnya oleh Ganik (2016) sebuah alat dengan sensor
ketebalan dan suhu telah dibuat dengan tujuan memberikan indikasi mengenai kondisi
kampas rem dan apabila kondisi berada di bawah set point maka buzzer akan menyala
sebagai peringatan dini. Namun Alat ini masih perlu dikembangkan karena dinilai
masih belum dapat memaksa pengguna untuk mengganti kampas rem dikarenakan
output yang dikeluarkan hanya berupa alarm.

Atas dasar latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk


mengembangkan alat pendeteksi ketebalan kampas rem yang terintegrasi dengan
pembatas kecepatan .

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan masalah
yang perlu dilakukan berupa perancangan pendeteksi ketebalan kampas rem jenis
tromol tanpa perlu membongkar dan dapat memberikan peringatan dini kepada
pengguna serta dapat menurunkan batas kecepatan pada saat kampas rem memiliki
ketebalan minimum.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mengurangi kegagalan fungsi rem yang


diakibatkan oleh kondisi ketebalan kampas rem jenis tromol yang habis tanpa
terdeteksi serta dapat membatasi atau menurunkan kecepatan kendaraan saat kampas
rem mencapai nilai minimum, karena jika di biarkan tanpa terkontrol bisa
mengakibatkan gegagalan fungsi rem sehingga bisa fatal akibatnya.Adapun tujuan
penelitian ini adalah :
1. Membuat sistem yang mampu memantau ketebalan kampas rem tromol ( brake
lining )
3

2. Membuat sistem yang mampu membatasi kecepatan kendaraan yang


terintegrasi pada indicator kampas rem

1.4. BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti fokus utamanya adalah membuat cara bagaimana agar
dapat memantau ketebalan kampas rem( brake lining ) pada jenis tromol dan
membatasi kecepatan sepeda motor, simulasi menggunakan tromol sepeda motor
Honda fit x dengan sistem kelistrikan dan jenis CDI AC.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan ini disusun secara sistematis agar pemecahan masalah dapat lebih mudah
dipahami. Adapun sistematika penulisan ini dengan membagi pokok-pokok bahasan
menjadi beberapa bab, yaitu :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian yang
digunakan.

BAB II : DASAR TEORI

Bab ini berisi teori-teori secara umum mengenai kecelakaan lalu lintas di
Indonesia, sistem pengereman, system pembakaran motor bakar, sistem kelistrikan
sepeda motor, micro controller, pemprograman.

BAB III : METODELOGI PENELITIAN


4

Bab ini berisi penjelasan tentang langkah-langkah pembuatan alat dan


pengujan alat bisa berfungsi dengan baik atau tidak.

BAB IV : ANALISA DAN PERHITUNGAN DATA

Bab ini berisi tentang perhitungan dan data-data yang diperoleh dari hasil
pengujian alat.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembuatan alat dan saran yang di dapat
dari pembahasan untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini berisi daftar judul-judul jurnal, buku ataupun artikel terkait
laporan ini

LAMPIRAN
5

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 State of the art

Pada bagian ini penulis mengambil beberapa contoh penelitian terdahulu sebagai
panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan, contoh yang diambil berupa
jurnal-jurnal. Berikut ini adalah contoh-contoh jurnal yang berhasil peneliti dapatkan
dari berbagai sumber :
Tabel 2.1State Of The Art
NO PENELITI JUDUL PEMBAHASAN HASIL
1 Haris Speed limiter mengendalikan Penelitian Speed
Wahyudi, integrated fatigue solenoida katup Limiter Integrated
Hadi Pranoto, analyzer (SLIFA) dalam injeksi Fatigue Analyzer
A. M. Leman, for speed and Pompa yang bisa (SLIFA) mampu
Darwin fatigue control on mengunci dan bahan mengendalikan
Sebayang, dan diesel engine truck bakar akan berhenti kecepatan mesin
I. Baba (2017) and bus sejenak, dan batas diesel untuk truk
kecepatan bisa dan
sukses, dengan bus hampir 30 km
menggunakan sensor / jam, 60km / jam,
detak jantung dan sampai 70 km
sebagai trigger / jam.
Pemasangan
detak jantung
sensor sebagai
batas kecepatan
input
2 Ganik Perancangan Menggunakan Sensor proximity
6

Iskandar Sistem Kontrol Arduino Uno sebagai telah efektif


(2017) Ketebalan Kanvas micro controller, berfungsi saat
Rem Dengan Sensor LM35 terdeteksi
Parameter Tebal sebagai pengukur ketebalan kanvas
Kanvas Rem ( suhu tromol dan berkurang pada
Brake Lining ) menjadikan pemakaian
Dan Temperatur outputnya sebagai 0,000166 mm /
trigger untuk km.
menghidupkan Sensor LM35
sensor proximity dan berhasil
buzzer jika suhu mendeteksi
mencapai set poin perubahan suhu
kampas rem
3 Kunci Keamanan Menggunakan Pembatas
Tomy Okta
Dan Pembatas Arduino uno sebagai kecepatan bekerja
Syafri Yando ,
Kecepatan Untuk kendali relay untuk dengan baik dan
Roby Rifaldy
Sepeda Motor Memutus aliran arus memiliki akurasi
Hartanto,
Menggunakan dari CDI ke Koil 80-86 %
Tody
Sensor Kecepatan selama 10 detik saat
Ariefianto
Berbasis kecepatan kendaraan
Wibowo, Dwi
Mikrokontroller mencapai set point
Andi
Nurmantris
(2015)
4 Saivignesh H, RF Based menggunakan Transmitter
Automatic Vehicle
Mohamed metode komunikasi mengirimkan
Speed Limiter by
Shimil M, Controlling RF untuk sinyal ke receiver
Nagaraj M, Throttle Valve pengendalian, untuk
Dr.Sharmila Dipasang receiver menggerakan
B, Nagaraja pada kendaraan dan throttle valve
pandian M transmitter pada membatasi
(2015) zona. kecepatan
7

5 Rekayasa Sistem Pembatas


Akhmad
Peringatan Dini kecepatan bekerja
Ahfas, Dwi
untuk dengan deviasi
Hadidjaja
Keselamatan 37.5-51.25 %
(2014)
Pengendara
Kendaraan
Berbasis
Mikrokontroler

Berdasarkan jurnal-jurnal di atas dapat penulis ketahui bahwa penelitian mengenai


sistem pendeteksi ketebalan kampas rem yang diintegrasikan dengan pembatas
kecepatan belum pernah dilakukan. Sistem pembatasan kecepatan yang terdapat pada
jurnal-jurnal tersebut dilakukan dengan 2 metode yaitu pemutusan arus sementara
pada jalur CDI dan pengendalian katup suplay bahan bakar. Adapun metode yang
akan penulis gunakan adalah dengan memberikan resistensi lebih pada jalur CDI agar
suplai arus pada CDI tetap ada namun memiliki nilai kecil.
Untuk menunjang penelitian mengenai “Perancangan Sistem Pendeteksi Ketebalan
kampas rem yang terintegrasi pembatas kecepatan berbasis mikrokontroler Arduino
Uno R3” Maka diperlukan penjelasan mengenai dasar-dasar teori yang berhubungan
dengan penelitian ini diantaranya : Sistem rem, Sitem pengapian,Capasitor Discharge
Ignition, Arduino Uno, LCD, Relay, Potensiometer

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Sistem Pengereman


Sistem pengereman adalah suatu perangkat yang sangat penting dalam suatu
kendaraan. Pengereman berfungsi untuk memperlambat dan menghentikan laju suatu
kendaraan (Mulahela, 2015)
Menurut Sukamto (2012), Rem merupakan komponen pengarah, pengatur gerak dan
untuk keamanan kendaraan yang sangat penting keberadaannya. Rem mempunyai
fungsi yaitu menghentikan putaran poros, mengatur putaran poros, dan juga mencegah
8

putaran yang tidak dikehendaki. Rem adalah suatu peranti untuk memperlambat atau
menghentikan gerakan roda. Karena gerak roda diperlambat, secara otomatis gerak
kendaraan menjadi lambat.
Sistem rem dalam teknik otomotif adalah suatu sistem yang berfungsi untuk :
1. Mengurangi kecepatan kendaraan.
2. Menghentikan kendaraan yang sedang berjalan.
3. Menjaga agar kendaraan tetap berhenti.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Rem)

Ada dua jenis type rem yaitu :


1. Rem Tromol ( Drum Brake )
Rem tromol (drum brake) adalah salah satu tipe rem pada kendaraan yang
menggunakan sepatu rem dan drum tromol. Pada tipe rem tromol ini kekuatan
tenaga pengereman di peroleh dari sepatu rem yang diam, menekan permukaan
drum tromol bagian dalam yang berputar bersama - sama dengan roda. Fungsi
rem tromol adalah untuk menimbulkan gaya gesekan antara kampas dan
tromol pada waktu diadakan pengereman sehingga memungkinkan kecepatan
kendaraan dapat diperlambat atau dihentikan.(Dhammaputra. 2016)

Gambar 2.1 Komponen rem tromol sepeda motor ( motogokil.com )


Rem tromol mempunyai ciri lapisan yang terlindung, dapat menghasilkan
gaya rem yang besar untuk ukuran rem yang kecil, dan umur lapisan rem
yang panjang. Rem drum mempunyai kelemahan yaitu sistem pemancaran
9

panasnya yang buruk, serta membuat partikel kotoran pada ruang drum
tersebut, untuk membersihkannya harus membuka roda agar rumah rem dapat
dibersihkan dari kotoran. (Sukamto, 2012)

Gambar 2.2 Rem drum sepeda motor


(PT. Astra Honda Motor, 2000,hal.129)
Blok dari rem ini disebut sepatu rem karena bentuknya yang mirip sepatu.
Gaya rem tergantung pada letak engsel sepatu dan silinder hydraulic serta
arah putaran roda. Sistem pengereman pada sepeda motor dapat
diklasifikasikan menjadi dua sistem yaitu Rem Tromol dan Rem Cakram. Bila
rem tromol dioperasikan secara mekanis, rem cakram dioperasikan dengan
sistem hidraulic dengan memakai tekanan fluida.

Komponen rem tromol terdiri dari : backing plate, silinder roda (wheel
cylinder), sepatu rem ( brake shoe ) dan kanvas (brake lining), tromol rem
(brake drum).

Gambar 2.3 komponen rem tromol mobil ( www.viarohidinthea.com )


a. Backing Plate
Backing plate terbuat dari baja press, karena sepatu rem terkait pada
backing plate, maka aksi daya pengereman tertumpu pada backing plate.
10

Gambar 2.4 Backing plate ( www.viarohidinthea.com )


b. Silinder Roda
Ada dua tipe silinder roda (wheel silinder) double piston dan single
piston. Bila timbul tekanan hidraulis pada master silinder maka akan
menggerak-kan piston cup, piston akan menekan ke arah sepatu rem ( brake
shoe ) kemudian menekan tromol rem.Apabila rem tidak bekerja, piston akan
kembali ke posisi semula karena kekuatan pegas pembalik sepatu rem.Bleeder
plug berfungsi sebagai baut pembuangan udara yang terdapat pada sistem rem

c. Sepatu Rem ( brake shoe ) dan Kanvas Rem ( brake lining )


Sepatu rem terbuat dari plat baja Kanvas rem dipasang dengan cara
dikeling atau dilem.Kanvas terbuat dari campuran fiber metalic, brass, lead,
plastic dan sebagainya.Kanvas harus mempunyai koefi-sien gesek yang tinggi
dan harus dapat menahan panas dan aus.

Gambar 2.5 Sepatu rem ( brake shoe ) dan kanvas rem ( brake lining )
( www.viarohidinthea.com )
11

d. Tromol Rem
Tromol rem (brake drum) ter-buat dari besi tuang (gray cast iron)
Ketika kanvas ( brake lining ) menekan bagian dalam dari tromol akan terjadi
gesekan yang menimbulkan pa-nas yang mencapai suhu 200 - 300°C

2. Rem Cakram
Rem cakram terdiri dari piringan yang dibuat dari logam ini nantinya
akan dijepit oleh kanvas rem (brake pad) yang didorong oleh sebuah torak
yang ada dalam silinder roda sehingga proses pengereman terjadi. (Damanik,
R. J. (2017)

Gambar 2.6 Rem cakram ( sumber : bolaotomotif.com )

2.2.2. Sistem Pengapian

Menurut Prasetya (2013), Sistem pengapian merupakan sistem yang sangat


penting pada sepeda motor yang berfungsi untuk mengatur proses pembakaran
campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang telah ditentukan.

Awal atau permulaan pembakaran sangat diperlukan karena, pada motor


bensin pembakaran tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bensin
dan udara yang dikompresikan terjadi di dalam ruang bakar (silinder blok) setelah busi
memercikkan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas (eksplosif)
hasil pembakaran, mendorong piston ke posisi TMB (titi mati bawah) menjadi
langkah usaha. Agar busi dapat memercikkan bunga api dengan tepat, maka
diperlukan suatu sistem yang bekerja secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari
12

berbagai komponen, yang bekerja bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan
singkat (Prasetya, 2013)

Terdapat dua sistem pengapian pada sepeda motor, yaitu sistem pengapian
konvensional dan sistem pengapian elektronik.
Menurut Prasetya (2013), Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian
yang masih menggunakan platina untuk memutus dan menghubungkan tegangan pada
baterai ke kumparan primer. Sistem pengapian CDI dibuat untuk mengatasi
kelemahan- kelemahan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional, baik yang
menggunakan baterai maupun magnet. Pada pengapian konvensional umumnya
kesulitan membuat komponen seperti contact breaker (platina) dan unit pengatur saat
pengapian otomatis yang cukup presisi (teliti) untuk menjamin keterandalan dari kerja
mesin. Bahkan saat dipakai pada kondisi normal, keausan komponen tersebut tidak
dapat dihindari.

2.2.3. Sistem Pengapian Capacitor Discharge Ignition (CDI)

Sistem pengapian CDI merupakan system pengapian elektronik yang saat ini
banyak digunakan sebagai pada sistem pengapian sepeda motor.

Tegangan pengapian yang dikeluarkan oleh sistem pengapian CDI bisa mencapai
kurang lebih 35.000 volt, sehingga dalam waktu proses pembakaran campuran bahan
bakar dapat terbakar lebih sempurna dibandingkan dengan yang menggunakan sistem
pengapian konvensional. Pada sistem pengapian CDI tidak memerlukan perawatan
dan penyetelan seperti yang menggunakan sistem pengapian konvensional, karena
peran platina telah digantikan oleh oleh thyristor sebagai saklar elektronik dan pulser
coil atau pick-up coil (koil pulsa generator) yang dipasang dekat flywheel generator
atau rotor alternator kadang-kadang pulser coil menyatu sebagai bagian dari
komponen dalam piringan stator, kadang-kadang dipasang secara terpisah). (Prasetya,
2013)
Menurut Hidayat (2012:162) Prinsip Kerja CDI adalah:
13

1. Tegangan aki 12 volt yang masuk ke dalam regulator di dalam CDI untuk
distabilkan dan diumpan ke dalam travo step up
2. Tegangan yang masuk ke dalam travo dinaikkan menjadi 300 volt dengan
sistem switching yang dilakukan oleh model PWM kontrol (Pluse Wide
Modulation).
3. Tegangan keluaran travo disearahkan oleh diode dan keluaran menjadi
tegangan DC. Kemudian digunakan untuk mengisi kapasitor dan siap untuk
dipicu koil.
4. Mikro komputer memberi perintah SCR untuk pembuangan muatan kapasitor
(capasitor discharge) dengan tegangan 300 volt.
5. Muatan kapasitor dibuang melalui ignition koil dan diperbesar oleh koil
menjadi 35.000 volt.
6. Saat mikro komputer menentukan waktu pembuangan kapasitor itulah yang
disebut timing pengapian

Berdasarkan jenis sumber arusnya CDI digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. CDI AC : Sistem pengapian CDI jenis arus bolak-balik atau yang biasa disebut
dengan CDI AC (Alternating Current) merupakan suatu jenis CDI yang
sumber arusnya berasal dari source coil (koil pengisi) yang terdapat di dalam
flywheel magnet.
2. CDI DC :. Menurut Prasetya (2013), Sistem pengapian CDI-DC menggunakan
arus yang bersumber dari baterai, berbeda dengan CDI-AC yang bersumber dari
source coil (koil pengisi/sumber). Prinsip dasar CDI-DC (Direct Current) adalah
seperti gambar di bawah ini :
14

Gambar 2.7. Prinsip dasar CDI-DC

CDI-DC (arus Searah) pun juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan:
1. Kelebihan CDI-DC

a) Arus tegangan bersumber dari Aki sehingga stabil.

b) Spull jarang mati

c) Dalam putaran rendah pengapian tetap maksimal

2. Kelemahan CDI-DC

a) Jika aki lemah maka dapat menyebabkan kerusakan pada


CDI
b) Sensitif terhadap konsleting

c) Harga relatif lebih mahal dari pada CDI-AC

Gambar 2.8 . Diagram sistem pengapian CDI-DC


(sumber : https://santechmotorsport.wordpress.com/)

2.2.4. Arduino
15

Menurut Pratama (2016), Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian
elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen utama sebuah chip
mikrokontroler dengan jenis AVR (Automatic Voltage Regulator) dari perusahaan
Atmel. Gambar 2.9 memperlihatkan bentuk fisik Arduino Uno R3.

Gambar 2.9 Bentuk fisik Arduino Uno R3


Mikrokontroler tersebut berupa chip atau IC (integrated circuit) yang bisa diprogram
menggunakan komputer. Tujuan menanamkan program pada mikrokontroler adalah
agar rangkaian elektronik dapat membaca masukan, memproses masukan tersebut dan
kemudian menghasilkan keluaran sesuai yang diinginkan. Jadi mikrokontrole bertugas
sebagai ‘otak’ yang mengendalikan masukan, proses dan keluaran sebuah rangkaian
elektronik. komponen utama Arduino adalah mikrokontroler, maka Arduino pun dapat
diprogram menggunakan komputer sesuai kebutuhan.

2.2.5. Relay

Menurut Rasmini (2015), Relay adalah alat yang dioperasikan dengan listrik
yang secara mekanis mengontrol penghubungan rangkaian listrik. Relay adalah bagian
yang penting dari banyak sistem kontrol, bermanfaat untuk kontrol jarak jauh dan
pengontrolan alat tegangan dan arus tinggi dengan sinyal control tegangan dan arus
rendah.

2.2.6. Potensiometer

Potensiometer adalah resistor variabel yang nilai tahanannya dapat diubah-


ubah dengan cara memutar knop potensiometer. Bentuk hardware Potensiometer
ditunjukan pada Gambar 2.
16

Gambar 2.10 Potensiometer.

Sebuah potensiometer terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur
dengan terminal di kedua ujungnya. Terminal lainnya berada ditengah yang biasa
disebut wiper. Wiper dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen
resistif. Pergerakan wiper pada jalur elemen resistif inilah yang mengatur naik-
turunnya nilai resistansi sebuah potensiometer.

2.2.7. LCD Display

Liquid Crystal Display (LDC) adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai tampilan suatu data, baik huruf, angaka atau pun simbol yang menggunakan
kristal cair sebagai penampil utama. Bentuk hardware LDC ditunjukan pada Gambar
3.
17

Gambar 2.11 LCD 16x2

2.2.8. Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah


getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama
dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada
diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi
elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah
arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap
gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga
membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.Buzzer biasa digunakan
sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah
alat (alarm) ( Dasar-dasar teknik sensor,rafiuddin syam, ST, M.Eng, PhD )

Gambar 2.12 Buzzer ( sumber : famosastudio.com )


18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tahapan metodologi penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum


dilakukan penelitian dilakukan terhadap pokok-pokok permasalahan dengan tujuan
agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mempermudah dalam melakukan
analisa permasalahan yang ada. Pada penulisan tugas akhir ini pelaksanaannya
berdasarkan dari metodologi penelitian pada BAB III. Dalam bab ini penulis menitik
beratkan pada beberapa hal sebagian utama tugas akhir, bagian tersebut adalah yaitu
tempat, waktu perencanaan, tahapan analisa, peralatan dan bahan.

3.1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di di Perumahan Firdaus Residence Cibarusah.


Adapun pengujian dilakukan pada sepeda motor Honda Fit X

3.2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan tugas akhir ini disusun dan akan digunakan sebagai panduan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Jadwal pelaksanaan penelitian adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

N September Oktober November Desember Januari


Kegiatan
o 2017 2017 2017 2017 2017
1 Studi literatur
2 Pengumpulan data
Perancangan,peng
3
ujian dan analisa
19

Pemeriksaan hasil
4
analisa
Penyusunan
5
Laporan

3.3. Tahapan Penelitian

Bedasarkan sifatnya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian dengan studi


evaluasi karena penelitian ini menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga data
yang dihasilkan dari penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan
hasil dari penelitian ini digunakan untuk perbaikan pada persepsi tentang pentingnya
control terhadapat kondisi rem

3.4. Diagram Alir

Dalam pembuatan tugas akhir ini tahapan pelaksanaan pengujian terhadap sistem

kontrol ketebalan kanvas rem terintegrasi pembatas kecepatan digambarkan dalam

diagram alir berikut ini :


20

Start

Studi Pustaka dan Studi Lapangan

Persiapan alat dan bahan

Perancangan sistem kontrol ketebalan dan Pembatas Kecepatan


(Speed Limiter)

Pengujian

Tidak
Berfungsi ?

Ya

Pengolahan Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.5 Spesifikasi Benda Uji

Spesifikasi Kendaraan sepeda motor yang gunakan sebagai alat pengujian


sistem kontrol ketebalan kanvas rem dan temperatur adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Spesifikasi benda uji
SPESIFIKASI SEPEDA MOTOR MERK HONDA FIT X
2008
Panjang x Lebar x Tinggi 1.907 X 702 X 1.069 mm
Jarak sumbu Roda 1.234 mm
Jarak terendah ke tanah 147 mm
Ukuran Ban depan 70/90-17 M/C 38P
Ukuran Ban belakang 80/90-17 M/C 44P
Rem Depan Cakram hidraulic
Rem Belakang Tromol
Tipe Mesin 4 Langkah SOHC
Diameter x langah 50 x 49.5 mm
21

Volume Langkah 97.1 cc


Perbandingan kompresi 9,0 : 1
Pola pengoperasian Gigi N-1-2-3-4-N

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap awal,
dimana perumusan masalah dan penetapan tujuan sampai pada tahap akhir melalui
kesimpulan dan saran. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) bahwa
pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil obsevasi, wawancara, dokumentasi, dan
pengukuran pada mesin.
Ada beberapa tahapan dalam melaksanakan penelitian, yaitu:
1. Persiapan

Persiapan penelitian dilakukan dengan studi pustaka, studi lapangan dan


penyusunan serta pengajuan proposal.
2. Peninjauan lapangan

Peninjauan lapangan dilakukan utnuk memahami jenis tromol


rem,karakteristik rem jenis CDI dan rangakaian elektronika serta
pemprograman.
3. Sumber data penelitian

Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan


untuk keperluan penelitian. Data-data yang dibutuhkan:
a. Data primer

Data primer didapatkan langsung dari :


• Pengambilan data Jenis rem yang cocok untuk di pasang alat
pengontrol ketebalan kanvas rem.

• Menentukan spesifikasi material dan bahan yang pas dan cocok


untuk membuat alat control ketebalan kanvas rem dan didtem
pembatas kecepatan.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan, laporan,


buku dan bagian atau instansi yang terkait.
22

4. Pengumpulan data

Langkah-langkah dan cara mengumpulkan data yang dilakukan dalam proses


penelitian yaitu :
a. Teknik observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang
dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas, yakni
melakukan pengamatan langsung terhadap proses yang terjadi pada
bagian produksi.

b. Teknik dokumentasi yaitu mencatat data yang dibutuhkan untuk bahan


penelitian.

5. Instrument penelitian

Suatu tes dikatakan memiliki validitas, apabila instrument tersebut dapat


mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur (Purwanto, 2009: 173). Adapun
beberapa alat yang digunakan dalam instrument penelitian:
a. Alat tulis adalah alat yang digunakan untuk mencatat,melaporkan hasil
penelitian. Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan computer
atau laptop.

b. Kuisioner adalah alat yang digunakan untuk mewawancarai, dalam


rangka mengumpulkan data penelitian.

c. Tools atau peralatan untuk mesin yang digunakan untuk menyeting


mesin seperti, kunci pas ring, kunci Inggris, tang kombinasi, obeng + -
, dll.

6. Reliabilitas instrument

Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat yang dapat


dipercaya, konsisten, stabil, dan produktif. Sehingga dapat dikatakan bahwa
yang terpenting dalam reliabilitas adalah sejauh mana suatu tes atau alat
tersebut dapat dipercaya apabila tes tersebut diteskan berkali kali dapat
menghasilkan yang tetap (Arikunto, 2012: 74). Disimpulkan bahwa suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data instrument tersebut sudah baik.
23

7. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-


buku refrensi,jurnal-jurnal dan media lainnya yang berhubungan dengan brake
system,Ignition, sensor,microcontroller dan pemprograman.
8. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2009:240) merupakan catatan peristiwa yang sudah


berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta
data-data mengenai brake system,sensor dan microcontroller dan
pemprograman.Tahap ini didasarkan pada kondisi parameter tentang sensor
yang sesuai dengan kebutuhan,jarak minimal ketebalan rem berdasarkan
beberapa akibatkan jika kondisi ketebalan rem dan suhu di dalam tromol tidak
bisa tercontrol.

3.7 Peralatan dan Bahan

3.7.1 Peralatan
Berikut ini adalah peralatan yang digunakan dalam proses perancangan Sistem
pendeteksi ketebalan kampas rem dan pembatas kecepatan :
1. Mesin Bor tangan

Mesin bor ini akan digunakan untuk proses pengeboran lubang baut dengan
putaran yang konstan.

Gambar 3.2 Mesin bor tangan ( www.tools.com )


24

2. Mata Bor

Mata bor yang digunakan adalah mata bor stainlees dimana terdapat
berbagai ukuran yang bias kita gunakan sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan.

Gambar 3.3 Mata Bor ( www.tools.com )

3. Gerinda Tangan

Mesin gerinda ini digunakan untuk memotong atau menggerinda logam.

Gambar 3.4 Gerinda Tangan ( www.pinstake.com )

4. Mesin Las listrik

Mesin las listrik merupakan alat yang digunakan sebaagai salah satu
media dalam teknik menyambung benda logam maupun besi dengan busur
listrik.

Gambar 3.5 Mesin Las Listrik ( www.pengelasan.com )


25

5. Tool Set

Digunakan untuk melepas dan mengencangkan baut,serta memasang benda


kerja

Gambar 3.6 kunci-kunci tool set ( www.northemtools.com )


3.7.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah :


1. Rem tromol set ( assy )

Gambar 3.7 Tromol Rem honda Fit X


2. Sensor Jarak

Gambar 3.8 Proximity Sensor CR18-8DP


26

3. Micro controller

Gambar 3.9 Arduino uno Type R

4. Display ( Layar )

Gambar 3.10 Arduino LCD 6 x 12 cm

5. DC Step Down
27

6. Buzzer

Gambar 3.11 buzzer

3.8 Perancangan sistem kontrol ketebalan kanvas rem dan pembatas kecepatan
(Speed Limiter)

3.8.1 RangkaiAn dasar alat kontrol ketebalan kanvas dan pembatas kecepatan
Merancang bentuk rangkaian dasar antar komponen yang di perlukan dalam
pembuatan alat dapat di lihat pada gambar sebagai berikut :

POXIMITY PROXIMITY RELA CDI


B
SENSOR 1 SENSOR 2 Z

IC DATA MICRO
DISPLAY
PROGRAM CONTROLL

DC STEP
DOWN

CATU
DAYA 6V-

Gambar 3.12 blok diagram alat control


3.8.2 Komponen dari alat kontrol ketebalan kanvas dan temperatur
Fungsi dari masing – masing komponen seperti pada gambar 3.13 adalaah
sebagai berikut :
1) Sensor proximity 1,untuk mendeteksi ketebalan rem .
28

2) Sensor proximity 2,untuk mendeteksi kecepatan


3) IC data program,berfungsi untuk mengubah frequency sinyal sensor
menjadi arus.
4) Micro controller ( arduino ),berfungsi mengolah semua data sensor
5) Display,berfungsi menampilkan data dari micro controller dalam bentuk
tulisan.
6) Buzzer,berfungsi menampilkan data error dalam bentuk suara.
7) Relay berfungsi untuk memutus arus ke CDI
8) Aki,berfungsi sebagai sumber daya untuk mensuplai komponen.

3.8.3 Pembuatan alat


Langkah-langkah kerja dalam pembuatan alat :
1. Mengkoneksikan sensor jarak untuk ,sensor jarak untuk kecepatan, LED
dan buzzer ke IC control.

2. Melakukan pemrograman dengan pengaturan dengan algoritma sesuai


dengan gambar 3.14 dan menentukan batas minimum ketebalan rem serta
menntukan batas kecepatan maksimum yang diizinkan saat rem menapai
minimum

BRAKE

PROXIMITY SPEED
SENSOR SENSOR

DRIVER

CDI
B
DISPLAY MICRO
CONTROL RELAY

Gambar 3.14 Diagram cara kerja Kontrol


29

Cara kerja alat kontrol ketebalan kanvas rem ( brake lining ) pembatas kecepatan
(speed limiter) adalah sebagai berikut :
1. Arus dari catu daya VDC masuk ke driver ( pre amplifier interface ),micro
controller dan LCD
2. Driver akan memerintahkan sensor jarak arak (proximity sensor) untuk
membaca ketebalan rem dan sensor lainnya untuk membaca kecepatan sepeda
motor.
3. Setelah sensor membaca maka sensor akan mengirimkan sinyal balik ke
driver.
4. Di pre amplifier interface sinyal diolah menjadi data untuk di kirim ke micro
controller.
5. Dari micro controller data di olah dan di singkronkan berdasarkan perintah
modul.
6. Jika hasil data yang di olah tidak sesuai dengan perintah modul maka micro
controller akan memerintahkan buzzer untuk berfungsi, memerintahkan relay
untuk memutus arus ke CDI jika kecepatan melebihi set point pada saat
mencapai ketebalan minimum
7. Data yang sudah di olah di micro controller di terjemahkan ke dalam tampilan
display.
8. Micro controller memerintahkan pre amplifier interface untuk memerintahkan
sensor membaca kembali kondisi rem.

Anda mungkin juga menyukai