BAB I
PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih dinilai tinggi oleh salah satu lembaga
kesehatan dunia di bawah naungan PBB (WHO), menurut The Global Report on Road
Safety Indonesia berada pada peringkat ketiga di bawah Tiongkok dan India dengan
total 32,879 kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2015. Masih dari data
yang sama penyebab terbesar terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah pengguna
kendaraan roda dua atau tiga dengan nilai persentase 36%, hal ini dapat disebabkan
oleh perilaku perilaku dalam berkendara dan perilaku dalam memperhatikan kondisi
kendaraan salah satu diantaranya adalah kondisi rem, seringkali kegagalan
pengereman menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Rem yang tidak
berfungsi dengan baik yang salah satunya diakibatkan oleh kampas rem ( brake
lining/pad ) yang tidak bisa menahan putaran roda karena kondisi yang sudah aus atau
habis ketebalan kampasnya.
Menurut Pranoto (2016) , speed limiter dilengkapi dengan sistem fuel cut off untuk
mencegah engine dan Pertahankan kecepatannya.
Pada penelitian sebelumnya oleh Ganik (2016) sebuah alat dengan sensor
ketebalan dan suhu telah dibuat dengan tujuan memberikan indikasi mengenai kondisi
kampas rem dan apabila kondisi berada di bawah set point maka buzzer akan menyala
sebagai peringatan dini. Namun Alat ini masih perlu dikembangkan karena dinilai
masih belum dapat memaksa pengguna untuk mengganti kampas rem dikarenakan
output yang dikeluarkan hanya berupa alarm.
Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan masalah
yang perlu dilakukan berupa perancangan pendeteksi ketebalan kampas rem jenis
tromol tanpa perlu membongkar dan dapat memberikan peringatan dini kepada
pengguna serta dapat menurunkan batas kecepatan pada saat kampas rem memiliki
ketebalan minimum.
Pada penelitian ini peneliti fokus utamanya adalah membuat cara bagaimana agar
dapat memantau ketebalan kampas rem( brake lining ) pada jenis tromol dan
membatasi kecepatan sepeda motor, simulasi menggunakan tromol sepeda motor
Honda fit x dengan sistem kelistrikan dan jenis CDI AC.
Penulisan ini disusun secara sistematis agar pemecahan masalah dapat lebih mudah
dipahami. Adapun sistematika penulisan ini dengan membagi pokok-pokok bahasan
menjadi beberapa bab, yaitu :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian yang
digunakan.
Bab ini berisi teori-teori secara umum mengenai kecelakaan lalu lintas di
Indonesia, sistem pengereman, system pembakaran motor bakar, sistem kelistrikan
sepeda motor, micro controller, pemprograman.
Bab ini berisi tentang perhitungan dan data-data yang diperoleh dari hasil
pengujian alat.
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembuatan alat dan saran yang di dapat
dari pembahasan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini berisi daftar judul-judul jurnal, buku ataupun artikel terkait
laporan ini
LAMPIRAN
5
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bagian ini penulis mengambil beberapa contoh penelitian terdahulu sebagai
panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan, contoh yang diambil berupa
jurnal-jurnal. Berikut ini adalah contoh-contoh jurnal yang berhasil peneliti dapatkan
dari berbagai sumber :
Tabel 2.1State Of The Art
NO PENELITI JUDUL PEMBAHASAN HASIL
1 Haris Speed limiter mengendalikan Penelitian Speed
Wahyudi, integrated fatigue solenoida katup Limiter Integrated
Hadi Pranoto, analyzer (SLIFA) dalam injeksi Fatigue Analyzer
A. M. Leman, for speed and Pompa yang bisa (SLIFA) mampu
Darwin fatigue control on mengunci dan bahan mengendalikan
Sebayang, dan diesel engine truck bakar akan berhenti kecepatan mesin
I. Baba (2017) and bus sejenak, dan batas diesel untuk truk
kecepatan bisa dan
sukses, dengan bus hampir 30 km
menggunakan sensor / jam, 60km / jam,
detak jantung dan sampai 70 km
sebagai trigger / jam.
Pemasangan
detak jantung
sensor sebagai
batas kecepatan
input
2 Ganik Perancangan Menggunakan Sensor proximity
6
putaran yang tidak dikehendaki. Rem adalah suatu peranti untuk memperlambat atau
menghentikan gerakan roda. Karena gerak roda diperlambat, secara otomatis gerak
kendaraan menjadi lambat.
Sistem rem dalam teknik otomotif adalah suatu sistem yang berfungsi untuk :
1. Mengurangi kecepatan kendaraan.
2. Menghentikan kendaraan yang sedang berjalan.
3. Menjaga agar kendaraan tetap berhenti.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Rem)
panasnya yang buruk, serta membuat partikel kotoran pada ruang drum
tersebut, untuk membersihkannya harus membuka roda agar rumah rem dapat
dibersihkan dari kotoran. (Sukamto, 2012)
Komponen rem tromol terdiri dari : backing plate, silinder roda (wheel
cylinder), sepatu rem ( brake shoe ) dan kanvas (brake lining), tromol rem
(brake drum).
Gambar 2.5 Sepatu rem ( brake shoe ) dan kanvas rem ( brake lining )
( www.viarohidinthea.com )
11
d. Tromol Rem
Tromol rem (brake drum) ter-buat dari besi tuang (gray cast iron)
Ketika kanvas ( brake lining ) menekan bagian dalam dari tromol akan terjadi
gesekan yang menimbulkan pa-nas yang mencapai suhu 200 - 300°C
2. Rem Cakram
Rem cakram terdiri dari piringan yang dibuat dari logam ini nantinya
akan dijepit oleh kanvas rem (brake pad) yang didorong oleh sebuah torak
yang ada dalam silinder roda sehingga proses pengereman terjadi. (Damanik,
R. J. (2017)
berbagai komponen, yang bekerja bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan
singkat (Prasetya, 2013)
Terdapat dua sistem pengapian pada sepeda motor, yaitu sistem pengapian
konvensional dan sistem pengapian elektronik.
Menurut Prasetya (2013), Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian
yang masih menggunakan platina untuk memutus dan menghubungkan tegangan pada
baterai ke kumparan primer. Sistem pengapian CDI dibuat untuk mengatasi
kelemahan- kelemahan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional, baik yang
menggunakan baterai maupun magnet. Pada pengapian konvensional umumnya
kesulitan membuat komponen seperti contact breaker (platina) dan unit pengatur saat
pengapian otomatis yang cukup presisi (teliti) untuk menjamin keterandalan dari kerja
mesin. Bahkan saat dipakai pada kondisi normal, keausan komponen tersebut tidak
dapat dihindari.
Sistem pengapian CDI merupakan system pengapian elektronik yang saat ini
banyak digunakan sebagai pada sistem pengapian sepeda motor.
Tegangan pengapian yang dikeluarkan oleh sistem pengapian CDI bisa mencapai
kurang lebih 35.000 volt, sehingga dalam waktu proses pembakaran campuran bahan
bakar dapat terbakar lebih sempurna dibandingkan dengan yang menggunakan sistem
pengapian konvensional. Pada sistem pengapian CDI tidak memerlukan perawatan
dan penyetelan seperti yang menggunakan sistem pengapian konvensional, karena
peran platina telah digantikan oleh oleh thyristor sebagai saklar elektronik dan pulser
coil atau pick-up coil (koil pulsa generator) yang dipasang dekat flywheel generator
atau rotor alternator kadang-kadang pulser coil menyatu sebagai bagian dari
komponen dalam piringan stator, kadang-kadang dipasang secara terpisah). (Prasetya,
2013)
Menurut Hidayat (2012:162) Prinsip Kerja CDI adalah:
13
1. Tegangan aki 12 volt yang masuk ke dalam regulator di dalam CDI untuk
distabilkan dan diumpan ke dalam travo step up
2. Tegangan yang masuk ke dalam travo dinaikkan menjadi 300 volt dengan
sistem switching yang dilakukan oleh model PWM kontrol (Pluse Wide
Modulation).
3. Tegangan keluaran travo disearahkan oleh diode dan keluaran menjadi
tegangan DC. Kemudian digunakan untuk mengisi kapasitor dan siap untuk
dipicu koil.
4. Mikro komputer memberi perintah SCR untuk pembuangan muatan kapasitor
(capasitor discharge) dengan tegangan 300 volt.
5. Muatan kapasitor dibuang melalui ignition koil dan diperbesar oleh koil
menjadi 35.000 volt.
6. Saat mikro komputer menentukan waktu pembuangan kapasitor itulah yang
disebut timing pengapian
1. CDI AC : Sistem pengapian CDI jenis arus bolak-balik atau yang biasa disebut
dengan CDI AC (Alternating Current) merupakan suatu jenis CDI yang
sumber arusnya berasal dari source coil (koil pengisi) yang terdapat di dalam
flywheel magnet.
2. CDI DC :. Menurut Prasetya (2013), Sistem pengapian CDI-DC menggunakan
arus yang bersumber dari baterai, berbeda dengan CDI-AC yang bersumber dari
source coil (koil pengisi/sumber). Prinsip dasar CDI-DC (Direct Current) adalah
seperti gambar di bawah ini :
14
CDI-DC (arus Searah) pun juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan:
1. Kelebihan CDI-DC
2. Kelemahan CDI-DC
2.2.4. Arduino
15
Menurut Pratama (2016), Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian
elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen utama sebuah chip
mikrokontroler dengan jenis AVR (Automatic Voltage Regulator) dari perusahaan
Atmel. Gambar 2.9 memperlihatkan bentuk fisik Arduino Uno R3.
2.2.5. Relay
Menurut Rasmini (2015), Relay adalah alat yang dioperasikan dengan listrik
yang secara mekanis mengontrol penghubungan rangkaian listrik. Relay adalah bagian
yang penting dari banyak sistem kontrol, bermanfaat untuk kontrol jarak jauh dan
pengontrolan alat tegangan dan arus tinggi dengan sinyal control tegangan dan arus
rendah.
2.2.6. Potensiometer
Sebuah potensiometer terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur
dengan terminal di kedua ujungnya. Terminal lainnya berada ditengah yang biasa
disebut wiper. Wiper dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen
resistif. Pergerakan wiper pada jalur elemen resistif inilah yang mengatur naik-
turunnya nilai resistansi sebuah potensiometer.
Liquid Crystal Display (LDC) adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai tampilan suatu data, baik huruf, angaka atau pun simbol yang menggunakan
kristal cair sebagai penampil utama. Bentuk hardware LDC ditunjukan pada Gambar
3.
17
2.2.8. Buzzer
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu pelaksanaan tugas akhir ini disusun dan akan digunakan sebagai panduan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Jadwal pelaksanaan penelitian adalah
sebagai berikut:
Pemeriksaan hasil
4
analisa
Penyusunan
5
Laporan
Dalam pembuatan tugas akhir ini tahapan pelaksanaan pengujian terhadap sistem
Start
Pengujian
Tidak
Berfungsi ?
Ya
Pengolahan Data
Kesimpulan
Selesai
Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap awal,
dimana perumusan masalah dan penetapan tujuan sampai pada tahap akhir melalui
kesimpulan dan saran. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) bahwa
pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil obsevasi, wawancara, dokumentasi, dan
pengukuran pada mesin.
Ada beberapa tahapan dalam melaksanakan penelitian, yaitu:
1. Persiapan
4. Pengumpulan data
5. Instrument penelitian
6. Reliabilitas instrument
7. Studi Pustaka
3.7.1 Peralatan
Berikut ini adalah peralatan yang digunakan dalam proses perancangan Sistem
pendeteksi ketebalan kampas rem dan pembatas kecepatan :
1. Mesin Bor tangan
Mesin bor ini akan digunakan untuk proses pengeboran lubang baut dengan
putaran yang konstan.
2. Mata Bor
Mata bor yang digunakan adalah mata bor stainlees dimana terdapat
berbagai ukuran yang bias kita gunakan sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan.
3. Gerinda Tangan
Mesin las listrik merupakan alat yang digunakan sebaagai salah satu
media dalam teknik menyambung benda logam maupun besi dengan busur
listrik.
5. Tool Set
3. Micro controller
4. Display ( Layar )
5. DC Step Down
27
6. Buzzer
3.8 Perancangan sistem kontrol ketebalan kanvas rem dan pembatas kecepatan
(Speed Limiter)
3.8.1 RangkaiAn dasar alat kontrol ketebalan kanvas dan pembatas kecepatan
Merancang bentuk rangkaian dasar antar komponen yang di perlukan dalam
pembuatan alat dapat di lihat pada gambar sebagai berikut :
IC DATA MICRO
DISPLAY
PROGRAM CONTROLL
DC STEP
DOWN
CATU
DAYA 6V-
BRAKE
PROXIMITY SPEED
SENSOR SENSOR
DRIVER
CDI
B
DISPLAY MICRO
CONTROL RELAY
Cara kerja alat kontrol ketebalan kanvas rem ( brake lining ) pembatas kecepatan
(speed limiter) adalah sebagai berikut :
1. Arus dari catu daya VDC masuk ke driver ( pre amplifier interface ),micro
controller dan LCD
2. Driver akan memerintahkan sensor jarak arak (proximity sensor) untuk
membaca ketebalan rem dan sensor lainnya untuk membaca kecepatan sepeda
motor.
3. Setelah sensor membaca maka sensor akan mengirimkan sinyal balik ke
driver.
4. Di pre amplifier interface sinyal diolah menjadi data untuk di kirim ke micro
controller.
5. Dari micro controller data di olah dan di singkronkan berdasarkan perintah
modul.
6. Jika hasil data yang di olah tidak sesuai dengan perintah modul maka micro
controller akan memerintahkan buzzer untuk berfungsi, memerintahkan relay
untuk memutus arus ke CDI jika kecepatan melebihi set point pada saat
mencapai ketebalan minimum
7. Data yang sudah di olah di micro controller di terjemahkan ke dalam tampilan
display.
8. Micro controller memerintahkan pre amplifier interface untuk memerintahkan
sensor membaca kembali kondisi rem.