HEMATOLOGI
1. Hemogobin (Hb)
a. Nilai Rujukan
DEWASA : Pria : 13,5 17 g/dl
Wanita : 12 15 g/dl
ANAK :
Bayi baru lahir : 14 24 g/dl
Bayi : 10 17 g/dl
Anak : 11 16 g/dl
b. Deskripsi
Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel
darah merah (SDM), yang memberi warna merah darah merah.
Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar
hemoglobin yang tinggi abnormal terjadi karena keadaan hemokonsentrasi
akibat dari dehidrasi (kehilangan cairan). Kadar hemoglobin yang rendah
berkaitan dengan berbagai masalah klinis.
Jumlah SDM dan kadar hemoglobin tidak selalu meningkat atau
menurun bersamaan. Sebagai contoh, penurunan jumlah SDM disertai
kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus
anemia pernisiosa, serta kadar SDM yang sedikit meningkat atau normal
disertai dengan kadar hemoglobin yang menurun, terjadi pada anemia
defisiensi zat besi (mikrositik).
c. Tujuan
- Untuk memantau kadar hemoglobin Dalam SDM.
- Untuk membantu mendiagnosis anemia
- Untuk menentukan deficit cairan tubuh akibat peningkatan kadar
hemoglobin.
d. Masalah Klinis
Penurunan Kadar : Anemia (defisiensi zat besi, aplastic, hemolitik),
perdarahan hebat, sirosis hati, leukemia, penyakit higkin, sarcoidosis,
keebihan cairan IV, kanker (usus besar, usus halus, rectum, hati, tulang),
talasemia mayor, kehamian, penyakit ginjal. Pengaruh obat : antibiotic
(koramfenikol atau choromycetin, penicillin, tetrasiklin), aspirin, obat
antineoplastic, doksapram (dopram), derivate hidantoin, hidralazin
(apresoline), indometasin (indocin), inhibitor MAO, primakuin, rifampin,
sullfonamid, trimetadion, (tridione), vitamin A (dosis besar).
Peningkatan Kadar : dehidrasi / hemokonsentrasi, polisitemia, daerah
daratan tinggi, PPOM, CHF, luka bakar yang parah. Pengaruh obat :
gentamisin metildopa (aldomet).
e. Prosedure
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
- Jangan mengambil sampel darah dari tangan atau lengan yang
menerima cairan IV. Turniket yang terpasang harus kurang dari 1
menit,
Darah Vena : kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena Dallam tabung
tertutup lembayung. Hindari terjadinyya hemolysis.
Darah Kapiler : tindik area daun telinga, jari atau tumit yang sudah
dibersihkan dengan lansset steril. Jangan memeras daerah tusukan dengan
2. Volume Darah
a. Nilai Rujukan
Volume darah total: 55-80 ml/kg berat badan. Pria : 7,5% berat
badan. Wanita: 6,5% berat badan. Volume sel darah merah: Pria: 2535ml/kg. wanita 20-30ml/kg. volume plasma: Pria:32-46ml/kg.
wanita:30-45ml/kg.
b. Deskripsi
Penentuan volume darah lazim dilakukan untuk menentukan
volume darah total, volume sel darah merah, dan volume plasma.
Terdapat dua zat radioaktif yang dapat digunakan dalam pengukuran:
Cr-51- tagged red cells untuk uji volume plasma. Darah klien
dicampur dengan zat radioaktif tersebut.
Pengujian ini sangat berguna untuk memantau banyaknya
kehilangan darah selama pembedahan, mengevaluasi perdarahan
gastrointestinal (GI) atau perdarahan uterus, menetapkan penyebab
hipotensi, menentukan komponen darah yang hilang (mis, sel darah
merah, plasma) untuk terapi penggantian, dan mendiagnosis
polisitemia vera.
c. Tujuan
- Untuk menentukan volume darah total total (sel darah merah dan
plasma).
- Untuk memantau kehilangan darah selama pembedahan.
- Untuk mengevaluasi perdarahan GI atau uterus.
d. Masalah Klinis
Penurunan Volume: Dehidrasi (volume total dan volume
plasma), syok hipovolemik, perdarahan.
Peningkatan Volume: Dehidrasi (volume sel darah merah),
polisitemia vera, hidrasi yang berlebihan (volume total).
e. Prosedur
- Ukur tinggi dan berat badan klien.
- Ambil sampel darah.
- Petugas dari bagian laboratorium pengobatan nuklir akan
mengambil sampel darah, dan akan mencampur radioisotope
( radionuklida, mis., I -131, I-125, Cr-51) dengan sampel darah
itu. Setelah 15-30 menit, darah yang mengandung zat radioaktif
akan diinjeksikan kembali ke tubuh klien.
- Ambil sampel darah lainnya dalam 15 menit.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Pemberian cairan IV dapat memengaruhi temuan laboratorium.
- Waktu pengambilan sampel yang terlalu lama dapat memengaruhi
hasilnya. Jika I-131 tangged albumin yang digunakan, zat itu
akan meninggalkan plasma (kompartemen cairan intravaskular)
setelah 15 menit, dan akan memasuki kompartemen cairan
intravascular.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
- Jelaskan prosedur pengukuran pada klien.
- Mulai terapi IV jika diinstruksikan, setelah uji pengukuran
volume darah selesai dilakukan.
Jelaskan pada klien bahwa zat radioaktif yang akan dia terima
berdosis rendah dan tidak akan membahayakan.
Tanggapi pertanyaan klien, atau rujuk mereka ke tenaga kesehatan
yang tepat.
Amati untuk menemukan tanda dan gejala dehidrasi (mis.,
membrane mukosa kering, turgor kulit yang buruk, dan gejala
menyerupai syok).
Amati untuk menukan tanda dan gejala syok (mis., takikardia;
takipnea; kulit yang pucat, dingin, dan lembap; dan tekanan darah
menurun tajam).
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i. Penyuluhan Klien
Jelaskan pada klien utnuk menghindari cedera jika mungkin. Cedera
ringan dapat menyebabkan perdarahan.
5. GAS DARAH ARTERI (Arterial blood gases, ABGs) (darah
arteri)
a. Nilai rujukan
Dewasa : pH :7,35-7,45; PaCO2: 35-45 mm Hg: PaCO2: 75-100
mm Hg; SaO2: >95%; SvO2: >70%; HCO3: 24-28 mEq/I;
kelebihan basa (base excesses, BE): +2 sampai -2 mEq/I.
Anak: pH: 7,36-7,44. Pengukuran lainnya sama dengan dewasa.
b. Deskripsi
Pengujian gas darah arteri (GDA) biasanya dilakukan untuk
mengaji gangguan kesiambangan asam-basa (A-B) yang
disebabkan oleh gangguan pernapasan dan gangguan metabolik.
Komponen dasar GDA mencakup PH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3
dan BE.
PH merupakan logaritma negatif pada konsentrasi ion
hidrogen yang dipakai untuk menentukan asiditas alkalinitas cairan
tubuh. Nilai pH kurang dari 7,35 menunjukkan terjadinya asidosis,
baik asidosis respiratorik maupun asidosis metabolik. Nilai pH
lebih dari 7,45 menandakan terjadinya alkalosis, baik alkalosis
respirtorik maupun alkalosis metabolik.
PaCO2 yaitu tekanan parsial karbondioksida menunjukkan
ke adekuatan ventilasi alveolar. Jika terjadi kerusakan alveoli,
karbondioksida (CO2) tidak dapat dikeluarkan. Karbondioksida
berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat
(H20+CO2=H2CO3), yang menyebabkan kondisi asidosis. Jika
klien menderita hipoventilasi alveolar, kadar PaCO2 akan
meningkat, dan akan menyebabkan asidosis respiratorik.
Penyakit obstruktif paru kronis merupakan penyebab utama
kondisi asidosis respiratorik. Jika klien mengalami hiperventilasi
alveolar (mengembuskan CO2 dalam nafas yang berkarakteristik
dalam dan cepat), kadar PaCO2 akan berkuran dan
mengkakibatkan alkalosis respiratorik.
PaO2 yaitu tekanan parsial oksigen, menentukan kadar
oksigen yang tersedia untuk berikatan dengan hemoglobin. pH
dapat mempengaruhi daya ikat oksigen dan hemoglobin, dan pada
pH yang rendah, oksigen yang tersedia dalam hemoglobin hanya
sedikit. Kadar PaO2 juga berkurang pada penyakit pernapasan,
misalnya emfisema, pneumonia, dan edema paru; juga pada
keadaan hemoglobin abnormal (CO Hb, Meth Hb, Sulfa Hb), dan
pada polisitemia.
SO2 yaitu merupakan persentase oksigen dalam darah,
yang berikatan dengan hemoglobin. Pengukurannya dilakukan
secara tidak langsung dengan menghitung kadar PaO2 dan pH atau
diukur secara langsung oleh ko-oksimetri. Gabungan antara
pH
PaCO2 HCO3
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolik
BE
c. Tujuan
- Untuk
mendeteksi terjadinya asidosis atau alkalosis metabolik, atau
asidosis atau alkalosis respiratorik
- Untuk memantau kadar gas darah selama klien mengalami penyakit
akut.
d. Masalah Klinis
Alkalosis metabolik
Asidosis Respiratorik
- Kaji untuk menemukan tanda dan gejala asidosis respiratorik,
misalnya, dispnea, sakit kepala, disorientasi, dan peningkatan kadar
PaCO2 (>45 mm Hg).
- Lakukan perkusi dada untuk melancarkan sekresi bronkus dan
alveoli. Karbon dioksida dapat terperangkap dalam paru-paru
karena sekresi yang berlebih dan sumbatan mukosa.
- Berikan oksigen dengan konsentrasi rendah (2-3 l) jika terdapat
emfisema.
- Kaji bila terjadi mekanisme kompensasi metabolik saat terjadi
asidosis respiratorik-kadar HCO3akan meningkat >28 mEq/l.
Penyuluhan Klien
- Ajarkan klien cara bernapas yang dapat memperbesar pengeluaran
CO2dari paru-paru.
- Beri tahu klien cara menggunakan peralatan spirometer insentif
yang tepat atau nebulizer mini jika dianjurkan.
- Demonstrasikan prosedur drainase postural, (jika tindakan ini tidak
di kontraindikasikan) dengan cara merendahkan posisi kepala
tempat tidur atau minta klien untuk berbaring miring ke salah satu
sisi tempat tidur. Sekresi dimobilisasi melalui cara gravitasi.
Alkalosis Respiratorik
- Kaitkan kadar PaCO2 yang rendah dengan masalah klinis yang
berhubungan dengan takipnea (frekuensi pernapasan yang cepat).
Kecemasan, histeria, gugup, dan latihan fisisk yang berat dapat
menyebabkan takipnea. Dengan pernapasan yang cepat, kelebihan
CO2 akan dikeluarkan.
- Kaji untuk menentukan tanda dan gejala alkalosis respiratorik,
seperti takipnea, pusing, kesemutan pada jari tangan, spasme tetani,
dan PaCO2<35 mm Hg.
Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien bernapas secara perlahan dan mendalam. Ekspirasi
udara ke dalam kantong kertas dapat membantu mengurangi
hiperventilasi.
Asidosis Metabolik
- Kaitkan antara pengurangan kadar HCO3dan BE dengan asidosis
metabolik. Jika terdapat jaringan yang rusak akibat syok,
malnutrisi, metabolit asam (misalnya: asam laktat) akan dilepas.
Penyebab lain asidosis metabolik adalah keberadaan badan keton
(asam lemak) akibat ketoasidosis diabetik.
- Kaji untuk menentukan tanda dan gejala asidosis metabolik,
misalnya, napas yang cepat dan pendek (pernapasan Kussmaul),
kulit kemerahan, gelisah, penurunan kadar bikarbonat (HCO3)
sampai <24 mEq/l, dan penurunan kadar BE sampai <-2.
- Pantau terjadinya mekanisme kompensasi pernapasan jika terjadi
asidosis metabolik: kadar PaCO2 akan menurun <35 mm Hg. Paru
mengompensasi keadaan tersebut dengan mengeluarkan CO2
melalui hiperventilasi agar dapat menurunkan kadar asam karbonat
dalam darah sehingga kondisi asidosis akan mereda.
10
Alkalosis Metabolik
- Kaitkan peningkatan kadar HCO3 dan BE dengan kejadian
alkalosis metabolik. Jika mengalami muntah yang serius dan
pengisapan lambung, hidrogen dan klorida (asam hidroklorida)
akan ikut dikeluarkan, menyebabkan kondisi alkalosis. Obat yang
mengandung natrium bikarbonat secara berlebih atau dalam jangka
waktu yang lama, dapat menyebabkan alkalosis metabolik.
- Kaji untuk menemukan tanda dan gejala alkalosis metabolik,
misalnya napas dangkal, muntah, peningkatan nilai HCO 3 sampai
>28 mEq/l, dan peningkatan BE sampai >+2.
- Hentikan drainase nasogastrik atau kurangi jumlah cairan yang
dimuntahkan klien jika perlu.
Penyuluhan Klien
- Jelaskan kepada klien untuk tidak menelan antasid dalam dosis
besar yang mengandung zat basa seperti bikarbonat. Jika dilakukan,
hal ini dapat menimbulkan kondisi alkalosis.
6. HEMATOLOGI
Uji (skrining) sel sabit (darah)
a. Nilai Rujukan
Dewasa
:0
Anak
:0
b. Deskripsi
(Lihat Elektroforesis Hemoglobin.)
Hemoglobin S (sel sabit) adalah hemoglobin abnormal, yang
menyebabkan sel darah merah (SDM; eritrosit) berbehtuk sabit
ketika kehilangan oksigen. Dengan jumlah oksigen yang adekuat,
SDM yang disertai hemoglobin S akan mempertahankan bentuk
normal.
Jika uji skrining sel sabit ini ditemukan hasil positif untuk
hemoglobin S, pemeriksaan elektroforesis hemoglobin harus
dipesan untuk membedakan antara anemia sel sabit yang
disebabkan oleh hemoglobin S/S, dengan sifat sel sabit yang
disebabkan oleh hemoglobin A/S. Jika kadar hemoglobin <K)
10g/dl atau kadar hematokrit <30%, hasil uji tersebut dapat dibaca
sebagai negatif palsu.
c. Tujuan
Untuk skrining terhadap anemia sel sabit.
d. Masalah Klinis
Hasil Positif : Anemia sel sabit, sifat sel sabit.
e. Prosedur
- Kumpulkan 3 sampai 7 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung.
- Jika menggunakan perangkat alat uji yang dijual bebas
(Sickledex), ikuti petunjuk yang terdapat di dalam perangkat
tersebut.
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.
11
12
c.
d.
e.
f.
g.
8. Hematokrit (Ht)
a.
Nilai normal :
Dewasa : Pria : 40-54% ; 0,40-0,54% (satuan SI).
Wanita : 36-46% ; 0,36-0,46% (satuan SI). Nilai Panik :
<15% dan >60%.
Anak : Bayi baru lahir : 44%-65%.
Usia 1-3 tahun : 29%-40%.
Usia 4-10 tahun : 31-43%.
b.
Deskripsi
Hematokrit (Ht) adalah volume (dalam milliliter)sel darah merah
(SDM) yang ditemukan di dalam 100 ml (1 dl) darah, dihitung dalam
presentase.
Sebagai
contoh,
hematokrit
sebesar
36%
mengindikasikan terdapatnya 36 ml SDM di dalam 100 ml darah,
atau dinyatakan dengan 36 vol/dl. Tujuan dilakukannya uji ini adalah
mengukur konsentrasi SDM (eritrosit) di dalam darah.
Kadar hematokrit yang rendah sering ditemukan pada kasus
anemia dan leukemia, dan peningkatan kadar ditemukan pada
dehidrasi (suatu peningkatan relative) dan pada polisitemia vera.
Hematokrit dapat menjadi indicator keadaan hidrasi pada klien.
Seperti halnya hemoglobin, peningkatan kadar hematokrit dapat
mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat penurunan volume dan
peningkatan SDM.
13
c.
Tujuan
Untuk mengetahui volume SDM dalam darah
Untuk memantau volume SDM dalam darah selama terjadi
suatu penyakit yang melemahkan.
d.
Masalah klinis :
Penurunan kadar : kehilangan darah akut, anemia (aplastik,
hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik, sel sabit),
leukemia (limfositik, mielositik, monositik), penyakit Hodgkin,
limfosarkoma, malignasi organ, myeloma multipel, sirosis hati,
malnutrisi protein, defisiensi vitamin (tiamin, kronis, kehamilan,
SLE, AR (terutama anak-anak). Pengaruh Obat : obat antineoplastik,
antibiotic (kloramfenikol, penisilin), obat radioaktif.
Peningkatan kadar : dehidrasi / hipovolemia, diare berat,
polisitemia vera, eritrosit, diabetes asidosis, emfisema pulmonary
(dalam tahap akhir), iskemia serebrum sementara, eklampsia,
pembedahan, luka bakar.
e. Faktor
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium :
1. Jika darah diambil dari ekstremitas yang terpasang jalur IV,
nilai hematokrit cenderung rendah. Oleh sebab itu, hindari
penggunaan ekstremitas tersebut.
2. Jika darah diambil untuk tujuan pemantauan hematokrit,
segera setelah pengeluaran darah tahap sedang ke berat
terjadi dan setelah pemberian tranfusi, hematokrit mungkin
berkadar normal.
3. Usia klien-bayi baru lahir normalnya memiliki kadar
hematokrit yang lebih tinggi karena terjadi hemakonsentrasi.
f. Prosedur tindakan :
Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
Darah Vena
Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Campur dengan baik. Lama turniket yang
terpasang kurang dari 2 menit.
Jangan mengambil darah dari area lengan yang terpasang
jalur IV.
Darah Kapiler
Ambil darah kapiler dengan menggunakan metode
mikrohematokrit. Darah diambil dari tusukan jari, teteskan
dalam tabung kapiler berheparin.
g.
Implikasi keperawatan dan rasional
Jelaskan prosedur kepada klien. Jika akan digunakan metode
mikrohematokrit, jelaskan bahwa terlebih dahulu jari akan
dibersihkan dengan alcohol dan ditusuk dengan lanset atau
jarum untuk mengambil darah kapiler.
h.
Penurunan kadar
Hubungkan penurunan kadar hematokrit dengan masalah
klinis dan penggunaan obat. Kehilangan darah dan anemia
14
15
16
5 menit
< 250
1
/2 jam
<155
1 jam
< 125
2 jam
Kadar puasa
Urine : negatif pada saat puasa dan pada 1/2 , 1, dan 2 jam
b.
c.
d.
e.
18
f.
g.
h.
i.
20
21
22
23
24
25
26
C. FAAL HATI
1. Antibodi virus hepatitis A (HAV ab, anti-HAV) (serum)
a. Nilai Rujukan
Tidak terdeteksi.
b. Deskripsi
Virus hepatitis A (HAV), istilah sebelumnya disebut haptitis
infeksius, biasanya ditransmisikan melalui kontak fekal-oral. Periode
inkubasi untuk HAV adalah 2 sampai 6 minggu, bukan 7 sampai 25
minggu seperti pada infeksi pada hepatitis B. HAV tidak berhubungan
dengan penyakit hati kronis.
Antibodi terhadap virus hepatitis A (IgM dan IgG)
mengindikasikan keberadaan infeksi saat ini atau di masa lalu, dan
kemungkinan telah terjadi imunitas. IgM-anti-HAV (HAV Ab IgM )
timbul lebih dulu setelah berlangsungnya pajanan dan dapat dideteksi
selama 4 sampai 12 minggu. IgG-anti-HAV timbul pada masa
pascainfeksi (>4 minggu), dan biasanya tetap ada seumur hidup. Kirakira 50% dari populasi di Amerika Serikat memiliki IgG-anti-HAV
positif.
c. Tujuan
- Untuk menentukan keberadaan infeksi HAV dulu atau sekarang.
d. Masalah Klinis
- Positif : Virus hepatitis A (HAV).
e. Prosedur
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.
- Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Labolatorium
- Tidak diketahui.
g. IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
- Kaji riwayat kesehatan klien tentang kemungkinan kontak dengan
individu yang menderita HAV. Catat apakah klien baru saja
mengonsumsi kerang, yang mungkin berasal dari air yang
terkontaminasi.
h. PENYULUHAN KLIEN
- Jelaskan kepada klien bahwa HAV normalnya ditularkan melalui
kontak oral atau fekal. Makanan yang telah dipegang oleh
seseorang yang menderita HAV, dapat mentransmisikan virus
tersebut jika orang tersebut ternyata memiliki hygiene personal
yang buruk (tidak mencuci tangan setelah ke toilet).
- Beritahu klien bahwa HAV dapat menyebar di instusi, seperti pusat
perawatan harian, penjara, damn instusi perawatan mental.
i. UJI POSITIF
- Diindikasikan tirah baring dan asupan diet yang bergizi selama
beberapa minggu sesuai tingkat keparahan HAV. Keletihan
umumnya terjadi. Periode istirahat diperlukan selama ikterik
terjadi.
27
yang
efektif
28
29
30
31
32
33
34
d.
Masalah klinis
Peningkatan kadar : retardasi mental, pertumbuhan
terhambat,sistinuria,kerusakan otak yang
berat, penyakit urine
oasthouse,
fenilketonuria,tirosinosis,ketosis.pengaruh
obat
:penisili,asam volproat.
e.
Prosedur
- Tidak ada pembatasan makan atau minuman.
- Kumpulan specimen urine yang bersih secara acak.spesimen urine
24 jam mungkin diperlukan.
- Kemas
specimen
dalam
es
dan
kirimkan
segera
kelaboratorium.lemari pendingin dapat digunakan
f. Faktor yang memengaruhi temuan laboratorium
- Kurangnya asupan protein dalam 48 jam dapat memngaruhi hasil
pengujian
- Lupa menyimpan specimen kedalam lemari pendingin atau es
g. Implikasi keperawatan dan rasional
- Kaji riwayat masalah kesehatan klien yang mungkin berkaitan
dengan gangguan metabolisme yang abnormal.
- Kaji riwayat pemberian obat pada pasien ;beri tahu pemberian
perawatan jika klien mengonsumsi obat turunan penisilin.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluargaya untuk
mengugkapkan kekhawatirannya.
E. ELEKTROLIT
1. Natrium (Na) (Urine)
a. Nilai rujukan
Dewasa
: 40 220 mEq/1/24 Jam.
Anak
: sama dengan dewasa
b. Deskripsi
Ekskresi natrium bervariasi sesuai dengan asupan asupan natrium,
sekresi aldosteron, volume urine, dan penyakit, seperti gagal ginjal
kronis, disfungsi kelenjar adrenal (penyakit addison dan sindrom
cushing kongestif.
Jika kadar natrium urine <40 mEq/ 24 jam, penurunan ekskresi
natrium dapat terjadi akibat retensi natrium atau penurunan asupan
natrium. Tubuh dapat menahan natrium, sekalipun kadar natrium dalam
serum rendah.
Kadar natrium urine harus dipantau jika terdapat edema dan jika
kadar natrium serum rendah atau normal.
c. Tujuan
Lihat Natrium (serum)
d. Masalah klinis
35
36
37
38
K urine.
Peningkatan kadar
- Jelaskan kepada klien bahwa peningkatan asupan klien atau
penggunaan dueretik (boros-kalium) akan menyebabkan ekskresi
kalium urine yang berlebih
39
pH,
CO2 serum
K serum,
K urine
40
41
sempit dan keadaan henti jantung dapt terjadi jika kadar serum <2,5
mEq/l atau >7,0 mEq/l.
Sekitar 80% - 90% kalium tubuh diekskresikan melalui
ginjal. Jika terdapat kerusakan jaringan, kalium keluar dari sel dan
masuk ke cairan ekstraseluler (cairan interstisial dan intravaskuler).
Jika fungsi ginjal adekuat, kalium pada cairan intravaskuler (kadar
plasma/darah) kan diekskresikan, dan pada keadaan ekskresi
kalium berlebih, terjadi defisit kalium serum (hipokalemia). Namun
demikian, jika ginjal mengekskresikan urine sebanyak <600 ml per
hari, kalium akan terakumulasi dalam cairan intravaskuler sehingga
akan terjadi kalium serum berlebih (hiperkalemia).
Tubuh
tidak
mengonservasi
kalium
dan
ginjal
mengekskresikan kalium rata-rata sebanyak 40 mEq/l per hari
(berkisar anatara 25 120 mEq/l 24 jam), bahkan dengan asupan
diet rendah kalium. Kebutuhan kalium per hari adalah 3-4 g atau
sebesar 40-60 mEq/l.
c. Tujuan
d. Masalah klinis
Penurunan
kadar
:
muntah/
diare,
dehidrasi,
malnutrisi/kelaparan, diet ketat, stres (trauma, cedera atau
pembedahan), pengisapan lambung, fistula intestinal, asidosis
diabetik, luka bakar, gangguan tubulus ginjal, hiperaldosteronisme,
ingesti licorice berlebih, ingesti glukosa berlebih, alkalosis
(metabolik). Pengaruh obat : Diuretik boros-kalium (furosemid
[Laxid], tiazid [Hydrodiuril], asam etakrinat [Edecrin], steroid
(kortison, estrogen), antibiotik (gentamisin, amfoterisin, polimiksin
B), insulin, bikarbonat, laksatif, litium karbonat, natrium polistiren
sulfonat (Kayexalate), salsilat (Aspirin).
Peningkatan Kadar : Oliguria dan anuria, gagal ginjal akut,
kalium per IV dalam cairan, penyakit Addison (hormon
adrenokortikal), cedera tabrakan dan luka bakar (disertai
kerusakan ginjal), asidosis (metabolik atau laktat). Pengaruh Obat
: Diuretik-hemat kalium, spironolakton (Aldactone), triamteren
(Dyrenium), antibiotik (penisilin G kalium), sefaloridin (Loridin),
heparin, epinefrin, histamin, isoniazid.
e. Prosedur
f.
42
43
Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi kalium (buah, buah yang dikeringkan,
sayuran, daging, kacang-kacangan, teh, kopi, cokelat, dan kola).
Kebutuhan kalium harian adalah 3 sampai 4 g, atau 40 sampai 60
mEq/1.
- Anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi kalium jika
mereka mendapatkan terapi pengobatan dan makanan, yang dapat
menurunkan kadar kalium tubuh (mis; kortison, diuretik boros
kalium, laksatif, litium karbonat, salisilat, insulin, glukosa,
licorice).
Peningkatan Kadar
- Pantau untuk menemukan tanda gejala hiperkalemia, atau kadar
kalium serum berlebih (frekuensi nadi rendah [bradikardia],
kram abdomen, oliguria atau anuria, kesemutan, dan kedutan,
atau rasa baal pada ekstremitas).
- Kaji haluaran urine untuk menentukan fungsi ginjal. Haluaran
urine harus berjumlah minimal 25 ml/jam, atau 600 ml per hari,
44
F. ANALISIS LEMAK
1. Asam urat (serum)
a. Nilai Rujukan
45
46
47
6. Kolesterol (serum)
a.
Nilai Rujukan
Dewasa : Nilai Ideal: <200mg/dl. Risiko Sedang: 200-240 mg/dl.
Risiko Tinggi: >240 mg/dl. Kehamilan: Kadar berisiko tinggi, tetatpi
akan kembali ke kadar seperti sebelum kehamilan, yaitu 1 bulan setelah
pelahiran. Anak: Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (Usia 2-19 Tahun); Nilai
ideal: 130-170 mg/dl. Rsisiko Sedang: 171-184 mg/dl. Risiko Tinggi:
>185 mg/dl.
b.
Deskripsi
Kolesterol merupakan lemak darah yang disintesis di hati serta
ditemukan dalam sel darah merah, membran sel, dan otot. Kira-kira
sebanyak 70% kolesterol diesterifikasikan (dikombinasi dengan asam
lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol diunakan tubuh
untuk membentuk gaaram empedu sebagai fasilitator pencernaan lemak
dan untuk pembentukan hormon oleh kelenjar adrenal, ovarium, dan
testis. Hormon tiroid dan estrogendapat menurunkan konsentrasi
kolesterol, serta sebaliknya tindakan pembedahan ooforektomi,
meningkatkan konsentrasinya.
Kolesterol serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri
koroner dan sterosklerosis. Hiperkolesterolemia
menyebabkan
penumpukan plak di arteri koroner sehingga dapat menyebabkan MCl.
Kadar kolesterol serum yang tinggi dapat berhubungan dengaan
kecenderungan genetik (herediter), obstruksi bilier, dan/atau asupan
diet. Lebih kurang sepertiga dari masyarakat di Amerika memiliki kadar
kolesterol serum di bawah 200 mg/dl, kadar ini merupakan kadar ideal.
c. Tujuan
- Untuk memeriksa kadar kolesterol klien
- Untuk memantau kadar kolesterol
d. Masalah Klinis
Penurunan Kadar: Hipertiroidisme, sindrom Chusing )hormon adrenal
yang berlebih), kelaparan, malabsorpsi, anemia, infeksi akut. Pengaruh
Obat: Antilipid (Zocor, Mevacor, Lipitor), tiroksin, antibiotik (kanamisin,
neomisin, parmomisin, tetrasiklin), asam nikotinat, estrogen, glukagon,
heparin, salisilat (aspirin), kolkisin, obat hipoglikemik per oral.
Peningkatan Kadar: MCl akut; aterosklerosis; hipotiroidisme; obstruksi
bilier; sirosis bilier; kolangitis; hiperkolesterolemia keluarga; diabetes
melitus yang tidak terkontrol; sindrom nefrotik; pankreatektomi;
kehamilan (trimester III); hiperlipoproteimia tipe II, III, dan V; periode
stres berat; diet kolesterol tinggi (lemak hewani). Pengaruh Obat: Aspiriin,
kortikosteroid, steroid (agens anabolik dan androgen), kontarsepsi oral,
epinefrin dan neropinefrin, bromida, fenotiazin (klorpromazin [Thorazine],
trifluoperazin [Stelazine], vitamin A dan D, sulfonamid, fenitoin
(Dilantin).
e. Prosedur
48
Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan, cairan, dan obat) selama 12
jam. Klien diperbolehkan minum.
- Kumpulan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah. Cegah
terjadinya hemolisis.
- Catat pennggunaan obat yang dikonsumsi klien yaang tidak terdaftar
pada formulir laboratorium.
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau
penigkatan kadar kolesterol serum.
- Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat
menyebabkan peningkatan kolesterol serum.
- Hipoksia baerat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum.
- Hemolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol serum.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Peningkatan Kadar
- Kaitkan
masalah
klinis
dan
penggunaan
obat
dengan
hiperkolesterolemia. Peningkatan kadar kolesterol dapat menandakan
terjadinya penyakit arteri koroner.
- Tangguhkan pemberian obat yang dapat meningkatkan kadar serum
selama 12 jam sebelum darah diambil, atas persetujuan pemberi
layanan kesehatan.
Penyuluhan Klien
- Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai kadar
kolesterol serum dan efek yang timbul jika kadar kolesterol
meninngkat.
- Anjurkan klien menurunkan berat badannya jika kegemukan dan
mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada obesitas
dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serum.
- Anjurkan klien yang menderita hiperkolesterolemia untuk mengurangi
asupan makanan tinggi kolesterol (mis., daging babi asap, telur,
mentega, daging berlemak, makanan laut tertentu, kelapa, dan cokelat).
- Instruksikan klien yang menderita hiperkolesterolemia berat untuk
mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut.
7. Asam urat (urine 24 jam)
a. Nilai Rujukan
Dewasa: 250-500 mg/24 jam (diet rendah purin), 250-750 mg/24 jam (dit
. normal).
Anak: Sama dengan dewasa.
b. Deskripsi
(Lihat Asam Urat [Serum].)
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purine, yang
terjadi dl sumsum tulang, otot, dan hati. Jumlah asam urat yang berlebihan
disekres kan melalui urine, kecuali jika terdapat disfungsi ginjal yang
disebabkaA 1 oleh obstruksi aliran ginjal.
Tujuan utama uji urine 24 jam adalah mendeteksi dan/atau
untukimfl ngonfirmasi diagnosis gout atau penyakit ginjal.
49
c. Tujuan
Lihat Asam Urat (Serum).
d. Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR: Penyakit ginjal (glomerulonefritis kronis,
obstruksi kemihj uremia), eklampsia (toksemia gravidarum), toksisitas
timbal. Pengaruh Obati Alopurinol, asetazolamid (Diamox), salisilat
(dosis rendah jangka panjangi triamteren.
PENINGKATAN KADAR: Gout, diet tinggi purin, leukemia
(limfositik, mielositik), polisitemia vera, sindrom Fanconi, gangguan
neurologik (perdarahair. serebri, trombosis serebri, infarksi otak,
embolisme serebral, ensefalomielitis), gangguan psikiatrik (penyakit
depresif-manik, status paranoid, neurosis depresif), kolitis ulserativa,
hepatitis virus, terapi sinar X, penyakit demam. Pengaruh Obat:
Bishidroksikoumarin, kortikosteroid, agens sitotoksik (pengobatan untuk
kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis tinggi).
e. Prosedur
- Ambil sampel urine 24 jam dalam wadah besar dan dinginkan. Dapat
diperlukan zat pengawet di dalam wadah. Tanyakan ke laboratoriunj
tentang perlu tidaknya pengawet tersebut.
- Cantumkan pada wadah tentang nama klien serta tanggal dan waktf
yang tepat penampungan urine dilakukan (mis., 23/9/03, 07.11 s.d
24/3/03, 07.11).
- Diet rendah atau tinggi purin dapat dipesan sebelum dan/atau selam
waktu penampungan urine.
- Tidak terdapat pembatasan minuman.
f. Faktor yang Memengaruhi Hasil Tes Laboratorium
- Obat (lihat Pengaruh Obat).
- Diet yang mengandung tinggi purin atau rendah purin.
- Pajanan sinar X berlebihan.
- Penyakit demam.
g. IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
- Pantau haluaran urine. Haluaran urine yang sangat kurang dapat
mengindikasikan asupan cairan yang tidak adekuat atau fungsi ginjal
yang buruk.
- Bandingkan kadar asam urat serum dengan kadar asam urat urine. Peningkatan kadar asam urat serum (hiperurisemia) dan penurunan kadar
asam urat urine dapat mengindikasikan disfungsi ginjal. Peningkatan
kadar asam urat serum dan urine sering terjadi pada penderita gout
sehingga memeriksa kadar asam urat urine dan serum merupakan hal
yang penting.
- Periksa kadar pH urine, terutama jika terdapat hiperuremia. Batu urat
dapat terjadi jika kadar pH urine rendah (asam). Urine basa membantu
mencegah terbentuknya batu dalam saluran kemih.
h. Penyuluhan Klien
- Jelaskan kepada klien tujuan dan prosedur uji ini. Jelaskan kepada
klien dan keluarga bahwa semua urine harus ditampung selama 24 jam.
50
Beri tahu klien untuk tidak memasukkan feses atau kertas toilet ke
dalam urine tersebut.
Beri tahu klien tentang makanan yang harus dihindari sebelum dan
selama uji dilakukan, sesuai petunjuk pemberi layanan kesehatan.
G. IMUNOLOGI
1. Imunoglobulin (Ig) (serum)
IgG,IgA,IgM,IgD,IgE
a. Nilai Rujukan
Total Ig
IgG
(99%;mg/dl) (80%;mg/
dl)
Dewasa 900-2.200
650-1.700
Usia 616 tahun
Usia 4-6
tahun
Usia 1-3
tahun
Usia 6
bulan
Usia 3
bulan
Bayi
baru
lahir
IgA
(15%;
mg/dl)
70-400
IgM
(4%;
mg/dl)
40-350
IgD
(0,2%;
mg/dl)
0-8
800-1.700
700-1.650
80-230
45-260
IgE
(0,0002%
U/ml)
< 40
(IgE 0-120
mg/dl)
<62
700-1.700
850-1.500
50-175
22-100
<25
400-1.500
300-1.400
20-150
40-230
<10
225-1.200
200-1.100
10-90
10-80
325-750
275-750
5-55
15-70
650-1.450
700-1.480
0-12
5-30
b. Deskripsi
Imunoglobulin (IgC) adalah kelompok protein yang dianggap
sebagai antibodi; terbagi menjadi 5 kelompok yang ditemukan dalam
gamma globulin. Imunoglobulin diproduksi dari kerja limfosit B dan sel
plasma,yang
merupakan
karakteristik
dari
semua
kerja
antibodi,imuglobin berespon terhadap serangan antigen asing. Ketika
individu terpajan antigen tersebut,terjadi produksi imuglobin (antibodi).
Apa bila terjadi pajanan lebih lanjut terhadap antigen yang sama,timbul
lah imunitas. Kelima kelompok imunoglobin tersebut adalahIgG,IgA,IgM,IgD, dan IgE- yang dipisahkan melalui proses
imunoelektroforesis.Dari kelima kelas imunoglobulin tersebut,yang
terpenting adalah IgG,IgA, dan IgM karena membentuk sebagian besar
gamma globulin total.
Fungsi imunologik imunoglobulin tersebut adalah sebagai berikut.
IgG: IgG merupakan imunoglobulin utama,IgG terjadi akibat
pajanan terhadap antigen asing dan menimnbulkan aktivitas antivirus dan
antibakterial.Antibodi ini menembus sawat plasenta dan memberikan
51
Ig
IgG
IgA
IgM
imunitas dini pada bayi baru lahir. Respons IgG lebih lama dan lebih kuat
daripada imunoglobulin lainnya,
IgA: Imunoglobulin ini ditemukan dalam sekret saluran
pernapasan,gastrointestinal dan genitourinarius,air mata,serta saliva.
Tujuannya adalah melindungi membran mukosa dari serangan organisme
(virus,bakteri tertentu-Escherichia coli dan Clostridium tetani). IgA tidak
dapat menembus sawar plasenta. Individu yang menderita defisiensi IgA
kongenital,rentan terhadap penyakit autoimun.
IgM: Antibodi IgM diproduksi dalam 48 sampai 72 jam setelah
antigen memasuki tubuh dan berperan banyak atas imunitass
primer.Imunoglobulin ini memproduksi aktivitas antibodi menghadapi
invasi faktor reumatoid,organisme gram negatif, dan golongan darah
ABO. IgM mengaktivassi sistem komplemen dengan cara
menghancurkan zat antigenik. Karena IgM tidak menembus sawar
plasenta,kadarnya dalam serum pada bayi baru lahir rendah; namun
demikian, antibodi ini dihasilkan pada usia dini dan jumlahnya
meningkat setelah usia 9 bulan.
IgD: Tidak diketahui
IgE: imunoglobulin ini meningkat selama reaksi alergi dan
anafilaksis
c. Tujuan
- Untuk mengidentifikasi peningkatan spesifik pada imunoglobulin
atas pada imunoglobulin total
- Untuk membantu mengaitkan peningkatan imunoglobulin tertentu
dengan masalah kesehatan (lihat Masalah Klinis)
d. Masalah Klinis
Penurunan Kadar
Peningkatan Kadar
Leukemia lomfositik
Infeksisemua jenis
Agammaglobulinemia
Malnutrisi berat
Preeklampsia
Infeksi granulomatosa kronis
Amiloidosis
Hiperimunisasi
Penyakit hati
Demam reumatik
Sarkoidosis
Leukemia limfosik
Gangguan autoimun
Agammaglobulinemia
Demam reumatik
Malignansi
Infeksi kronis
Penyakit hati
Leukemia limfositik
Limfosarkoma
Agammaglobulinemia
Bruselosis
Amiloidosis
Tripanosomiasis
Demam kambuhan
Mononukleosis infeksius
Virus rubela pada bayi baru lahir
Reaksi alergi (asma)
Sensitivitas kulit
Pengaruh obat
Toksoid tetanus
52
Antitoksin tetanus
Gamma globulin
-
f.
g.
-
e. Prosedur
Kumpulan 5 sampai 7 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
Catat pada formulir laboratorium apakah klien sudah menerima vaksinasi
atau imunisasi,termasuk toksoid,dalam 6 bulan terakhir; atau adanya
tranfusi darah,gamma globulin,atau injeksi tetanus antitoksin pada 6
minggu terakhir
Tidak terdapat pembatasan asupan makanan ataupun minuman. Berapa
laboratorium meminta klien tidak makan atau minum selama 12 jam
sebelum uji dikakukan. Tanyakan hal tersebut kepada petugas
laboratorium Anda.
Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
Imunisasi dan toksoid yang diterima dalam 6 bulan terakhir,dan tranfusi
darah,antitoksin tetanus,dan gamma globulin yang diterima dalam 6
minggu terakhir dapat mempengaruhi temuan imunoglobulin.
Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Kaji riwayat kesehatan klien tentang vaksinasi atau imunisasi
terdahulu,temasuk toksoid (tetanus),yang diterimanya dalam 6 bulan
terakhir dan tranfusi darah atau injeksi gamma globulin atau antitoksin
tetanus yang diterimanya dalam 6 minggu terakg=hir.
Laporkan kepada pemberi layanan kesehatan serta catat pada catata klien
dan fomulir laboratorium jika klien pernah menerima tranfusi
darah,imunisasi atau injeksi toksoid,antitoksin tetanus, dan gamma
globulin baru-baru ini
Periksa suhu badan klien secara periodic
h. Penyuluhan Klien
- Jelaskan kepada klien agar menghindar infeksi dengan cara melakukan
tindakan preventif (mis., tidak berada di dekat seimbang,serta
mempertahankan asupan cairan yang adekuat)
2. ANTISTREPTOLISIN O SERUM ( ig)
a. Nilai rujukan
Batas atas normal brvariasi sesuai dengan usia, musim dan wilayah
geografis.
Dewasa : <100 IU/ml; <160 Todd U/ml
Anak : bayi baru lahir : sama dengan dosis ibu. Usia 2-5 tahun: <100
IU/ml. Usia 12-19 tahun : <200 IU/ml ; <200 Todd U/ml
b. Deskripsi
Streptokokus beta hemolitikus menyekresi enzim yang disebut
sebagai O streptolisin yang mampu melisiskan sel darah merah. O
streptolisin bertindak sebagai antigen dan menstimulasi sistem imun
untuk membentuk antibody O antistreptolisin (ASO). Kadar titer ASO
yang tinggi menunjukkan bahwa streptokokus memang ada dan dapat
53
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
54
55