Anda di halaman 1dari 55

A.

HEMATOLOGI
1. Hemogobin (Hb)
a. Nilai Rujukan
DEWASA : Pria : 13,5 17 g/dl
Wanita : 12 15 g/dl
ANAK :
Bayi baru lahir : 14 24 g/dl
Bayi : 10 17 g/dl
Anak : 11 16 g/dl
b. Deskripsi
Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel
darah merah (SDM), yang memberi warna merah darah merah.
Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar
hemoglobin yang tinggi abnormal terjadi karena keadaan hemokonsentrasi
akibat dari dehidrasi (kehilangan cairan). Kadar hemoglobin yang rendah
berkaitan dengan berbagai masalah klinis.
Jumlah SDM dan kadar hemoglobin tidak selalu meningkat atau
menurun bersamaan. Sebagai contoh, penurunan jumlah SDM disertai
kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus
anemia pernisiosa, serta kadar SDM yang sedikit meningkat atau normal
disertai dengan kadar hemoglobin yang menurun, terjadi pada anemia
defisiensi zat besi (mikrositik).
c. Tujuan
- Untuk memantau kadar hemoglobin Dalam SDM.
- Untuk membantu mendiagnosis anemia
- Untuk menentukan deficit cairan tubuh akibat peningkatan kadar
hemoglobin.
d. Masalah Klinis
Penurunan Kadar : Anemia (defisiensi zat besi, aplastic, hemolitik),
perdarahan hebat, sirosis hati, leukemia, penyakit higkin, sarcoidosis,
keebihan cairan IV, kanker (usus besar, usus halus, rectum, hati, tulang),
talasemia mayor, kehamian, penyakit ginjal. Pengaruh obat : antibiotic
(koramfenikol atau choromycetin, penicillin, tetrasiklin), aspirin, obat
antineoplastic, doksapram (dopram), derivate hidantoin, hidralazin
(apresoline), indometasin (indocin), inhibitor MAO, primakuin, rifampin,
sullfonamid, trimetadion, (tridione), vitamin A (dosis besar).
Peningkatan Kadar : dehidrasi / hemokonsentrasi, polisitemia, daerah
daratan tinggi, PPOM, CHF, luka bakar yang parah. Pengaruh obat :
gentamisin metildopa (aldomet).
e. Prosedure
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
- Jangan mengambil sampel darah dari tangan atau lengan yang
menerima cairan IV. Turniket yang terpasang harus kurang dari 1
menit,
Darah Vena : kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena Dallam tabung
tertutup lembayung. Hindari terjadinyya hemolysis.
Darah Kapiler : tindik area daun telinga, jari atau tumit yang sudah
dibersihkan dengan lansset steril. Jangan memeras daerah tusukan dengan

keras pada saat mengumpulkan cairan serosah dan darah. Bersihkan


tetesan darah yang pertama. Ambil tetesan darah dengan cepat
menggunakan mikropipet dengan karet pengisap kecil diatasnya atau
tabung mikro hematocrit. Masukan darah ke daam tabung dengan pelarut
yang telah disiapkan.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Obat dapat meningkatkan atau menurunkan kadar hemoglobin (lihat
pengaruh obat)
- Mengambil darah dari tangan atau lengan yang gerpasang cairan IV,
dapat melarutkan sampel darah.
- Membiarkan turniket terpasang terlebih dari satu menit akan
menyebabkan homeostasis, yang dapat menyebabkan temuan palsu
kadar hemoglobin.
- Tinggal di dataran tinggi dapat menyebabkan kadar hemoglobin.
- Penurunan cairan atauu kehilangan cairan akan meningkkatkan kadar
hemoglobin akibat hemokonsentrasi, dan kelebihan asupan cairan akan
mengurangi kadar hemoglobin akibat hemodilusi.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
- Jelaskan prosedure kepada klien
h. Penurunan Kadar
- kenali masalah klinis dan obat yang dapat menyebabkan penurunan
kadar hemoglobin (lihat masalah klinis). Anemia merupakan penyebab
yang umum, tetapi biasanya klien tidak dinyatakan anemic sampai
kadar hemoglobin < 10,5 g/dl. Perdarahan dapat menyebabkan
rendahnya kadar hemoglobin jika darah tidak segera diganti; namun
demikian, kadar hemoglobin tidak menurun dengan cepat. Kadar
tersebut akan tetap normal sellama beberapa jam, atau bahkan
beberapa hari.
- Pantau klien untuk menemukan tanda dan gejala anemia (mis., pusing,
takikardi, kelemahan dyspnea saat istirahat). Gejala tersebut
bergantung pada seberapa rendah kadar hemoglobin tersebut (anemia
berat)
- Periksa kadar hematocrit jika kadar hemoglobin rendah.
i. Peningkatan Kadar
- Kenali masalah klinis dan obat yang dapat menyebabkan peningkatan
kadar hemoglobin (lihat masalah klinis). Dehidrasi merupakan
penyebab utama sementara dari peningkatan kadar. Setelah klien
diberikan pengganti cairan, kadar hemoglobin hasur kembali ke
rentang normal.
- Pantau adanya tanda dan gejala dehidrasi (mis : rasa haus yang khas,
turgor kulit buruk, membrane mukosa kering, dan gejala seperti syok
[takikardi, takipnea, dan akhirnya, penurunan tekanan darah])
j. Penyuluhan Klien
- Jelaskan kepada klien untuk mempertahankan asupan cairan yang
adekua. Sering kali lansia cenderung kurang minum.

2. Volume Darah
a. Nilai Rujukan
Volume darah total: 55-80 ml/kg berat badan. Pria : 7,5% berat
badan. Wanita: 6,5% berat badan. Volume sel darah merah: Pria: 2535ml/kg. wanita 20-30ml/kg. volume plasma: Pria:32-46ml/kg.
wanita:30-45ml/kg.
b. Deskripsi
Penentuan volume darah lazim dilakukan untuk menentukan
volume darah total, volume sel darah merah, dan volume plasma.
Terdapat dua zat radioaktif yang dapat digunakan dalam pengukuran:
Cr-51- tagged red cells untuk uji volume plasma. Darah klien
dicampur dengan zat radioaktif tersebut.
Pengujian ini sangat berguna untuk memantau banyaknya
kehilangan darah selama pembedahan, mengevaluasi perdarahan
gastrointestinal (GI) atau perdarahan uterus, menetapkan penyebab
hipotensi, menentukan komponen darah yang hilang (mis, sel darah
merah, plasma) untuk terapi penggantian, dan mendiagnosis
polisitemia vera.
c. Tujuan
- Untuk menentukan volume darah total total (sel darah merah dan
plasma).
- Untuk memantau kehilangan darah selama pembedahan.
- Untuk mengevaluasi perdarahan GI atau uterus.
d. Masalah Klinis
Penurunan Volume: Dehidrasi (volume total dan volume
plasma), syok hipovolemik, perdarahan.
Peningkatan Volume: Dehidrasi (volume sel darah merah),
polisitemia vera, hidrasi yang berlebihan (volume total).
e. Prosedur
- Ukur tinggi dan berat badan klien.
- Ambil sampel darah.
- Petugas dari bagian laboratorium pengobatan nuklir akan
mengambil sampel darah, dan akan mencampur radioisotope
( radionuklida, mis., I -131, I-125, Cr-51) dengan sampel darah
itu. Setelah 15-30 menit, darah yang mengandung zat radioaktif
akan diinjeksikan kembali ke tubuh klien.
- Ambil sampel darah lainnya dalam 15 menit.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Pemberian cairan IV dapat memengaruhi temuan laboratorium.
- Waktu pengambilan sampel yang terlalu lama dapat memengaruhi
hasilnya. Jika I-131 tangged albumin yang digunakan, zat itu
akan meninggalkan plasma (kompartemen cairan intravaskular)
setelah 15 menit, dan akan memasuki kompartemen cairan
intravascular.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
- Jelaskan prosedur pengukuran pada klien.
- Mulai terapi IV jika diinstruksikan, setelah uji pengukuran
volume darah selesai dilakukan.

Jelaskan pada klien bahwa zat radioaktif yang akan dia terima
berdosis rendah dan tidak akan membahayakan.
Tanggapi pertanyaan klien, atau rujuk mereka ke tenaga kesehatan
yang tepat.
Amati untuk menemukan tanda dan gejala dehidrasi (mis.,
membrane mukosa kering, turgor kulit yang buruk, dan gejala
menyerupai syok).
Amati untuk menukan tanda dan gejala syok (mis., takikardia;
takipnea; kulit yang pucat, dingin, dan lembap; dan tekanan darah
menurun tajam).

3. GLUKOSA-6-Fosfat dehidrogenase (G6PD atau G-6-PD) (darah)


a. Nilai Rujukan
Dewasa : Uji Skrining : Negatif. Uji kumulatif : 8-18 IU/g Hb, 125281 U/dl SDM, 251 U/106 sel, 1211-2111 mlU/ml pak SDM
(bervariasi berdasarkan metode penggunaannya).
Anak : Sama dengan dewasa
b. Deskripsi
Glukosa-6-Fosfat
dehidrogenase
(glucose-6-phospate
dehydrogenase, G6PD) adalah enzim dalam sel darah merah
(SDM), atau eritrosit. G6PD biasanya membantu penggunaan
glukosa dalam SDM, penggunaan zat oksidatif, dan melindungi
integritas SDM dari cedera.
Defisit G6PD merupakan kelainan genetic tertaut-seks yang
dibawa oleh kromosom (X) wanita, yang akan dalam hubungannya
dengan infeksi, penyakit, dan obat, membuta seseorang rentan
menghadapi anemia hemolitik. Pada efisiensi enzim G6PD tingkat
sedang, tidak terdapat abnormalitas penurunan rentang hidup SDM.
Metabolit yang berasal dari obat tertentu memiliki sifat
mengoksidasi SDM, yang akan menyebabkan peningkatan
kebutuhan G6PD, untuk metabolisme glukosa. Kurangnya enzim ini
menyebabkan hemolisis (dekstruksi SDM) dan enemia hemolitik jika
di tambah dengan pemberian obat oksidatif.
c. Tujuan
Untuk pemindaian anemia hemolitik
d. Masalah Klinis
Penurunan kadar : Anemia hemolitik, dibetes asidosis,
infeksi (bakteri dan virus), septicemia. Pengaruh obat : Asetanilid
(asetanilin), aspirin, asam askorbat, nitrofurantoin (furadantin),
fenesetin, primaquin, diuretic tiazid, probenesid (Benemid),
kinidin, kinin, kloramfenikol (chloromycetin), sulfanomid, vitamin
K, tolbutamid (Orinase). Makanan Fava Bean.
e. Prosedur
1. Metode laboratorium yang digunakan akan bervariasi. Uji
skrinning untuk defisiensi G6PD adalah reduksi methemeglobin
(Uji Brewer), stabilitas glutation, reduksi zat warna, dan uji spot
askorbat dan fluoresen. Tanyakan ke bagian laboratorium tentang

darah yang diperlukan, apakah berasal dari darah kapiler atau


darah vena.
2. Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung tertutup lembayung.
3. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan dan minuman.
f. Faktor yang mempengaruhi Temuan Laboratorium
Obat yang dapat menurunkan kadar G6PD (Lihat pengaruh obat)
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Penurunan Kadar
1. Kaji riwayat keluarga mengenai keadaan defisiensi enzim SDM.
Orang kulit hitam lebih cenderung mengalami defisiensi G6PD
dibandingkan yang berkulit putih; namun demikian, tingkat
anemia pada orang kulit hitam tidak separah yang terjadi pada
kulit putih
2. Pantau gejala hemolisis seperti ikterik pada mata dan kulit.
3. Periksa bila terjadi penurunan halauran urine. Halauran urine
seharusnya berkecepatan sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari.
Hemolisis yang berkepanjangan (dekstruksi SDM) dapat bersifat
toksik terhadap sel ginjal sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
4. Periksa temuan hematologi
5. Catat obat oksidatif yang dikonsumsi klien pada catatan
laboratorium. (Lihat pengaruh obat). Laporkan penggunaan
tersebut kepada pemberi layanan kesehatan. Hemolisis biasanya
terjadi 3 hari setelah individu yang rentan meminum obat
oksidatif. Gejala hemolitik akan menghilang dalam 2-3 hari
setelah penggunaan oabt dihentikan.
h. Penyuluhan Klien
Anjurkan pasien yang rentan untuk membaca label pada obat
paten dan tidak meminum obat yang mengandung fenasetin dan
aspirin. Hampir semua obat tersebut jika diminum secara kontinu,
dapat menyebabkan anemia hemolitik.
4. Jumlah Trombosit (Darah-Trombosit)
a. Nilai rujukan
Dewasa : 150.000-400.000 l (nilai rata-rata 250.000 l) 0,15-0,4 x
1012 / l (satuan SI)
Anak
:
1. Prematur
: 100.000-300.000 l.
2. Bayi lahir
: 150.000-300.000 l.
3. Bayi : 200.000-475.000 l (mm3 atau K/UI dapat digunakan
untuk l)
b. Deskripsi
Trombosit merupakan unsur dasar di dalam darah yang
dapat meningkatkan proses koagulasi. Bentuk trombosit jauh lebih
kecil daripada eritrosit. trombosit menggerombol dan lengket pada
permukaan yang kasar serta di daerah yang mengalami cedera, saat
diperlukan koagulasi darah. Penurunan trombosit yang yang
bersirkulasi sebanyak <50% nilai normal akan menyebabkan

c.
d.

e.

f.

g.

h.

perdarahan, jika penurunan termasuk kategori berat (<50.000 l),


hemoragi dapat terjadi.
Trombositopenia berarti defisiensi trombosit atau hidung
trombosit atau hitung trombosit yang rendah. Biasanya, keadaan
tersebut berkaitan dengan leukimia, anemia apalistik, dan ITP.
Peningkatan jumlah eritrosit (trombositosis) terjadi pada polisitemia,
pada fraktur, dan setelah operasi.
Tujuan
1. Untuk memeriksa hitung trombosit
2. Untuk memantau hitung trombosit selama kemoterapi kanker
Masalah Klinis
Penurunan kadar : ITP, mieloma multipel, kanker (tulang, saluran
gastroisntestinal, otak), leukimia (limfosik, mielositik), anemia
(aplastik, defisiensi zat besi, pernisiosa, defisiensi asam folat, sel
sabit), penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif kronis), SLE, DIC,
penyakit ginjal, eklamsia, demam rematik akut.
Pengaruh obat: Antibiotik (klomonisetin, streptomisin), sulfanamid,
aspirin (salisilat), quinin, astazolamid (diamox), amidopirin, diuretik
tiazid, meprobomat (Equanil), fenilbutazon (butazolidin), tolbutamin
(orinase), injeksi vaksin, agens kemoterapeutik.
Peningkatan kadar: polisitemia vera, trauma (pembedahan, fraktur),
pascaoplenektomi, kehilangan darah akut (memuncak pada 7 10
hari), karsinoma metastatik, embolisme pulmonal, dataran tinggi,
tuberkulosis, retikulositosis, latihan fisik berat.
Pengaruh Obat: Epinefrin (adrenalin)
Prosedur
Tidak terdapat pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
Darah Vena: kumpulkan 3-5cc darah vena dalam sebuah tabung
bertutup lembayung.
Darah Kapiler : buang beberapa tetesan darah pertama. Ambil
tetesan darah dari jari yang ditusuk, dan larutkan segera darah
tersebut dengan larutan pelarut yang tepat.
Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1. Kemoterapi dan terapi sinar X dapat menyebabkan penurunan
hitung trombosit.
2. Obat (lihat pengaruh obat)
Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Jelaskan kepada klien bahwa tujuan uji darah ini adalah
menentukan hitung trombosit, atau berikan penjelasan yang
serupa dengan cara lain.
2. Periksa hitung trombosit, terutama jika disertai episode
perdarahan, dan laporkan terdapatnya kadar abnormal.
Penurunan Kadar
1. Pantau tanda dan gejala perdarahan (di kulit [purpura, petekie]
atau di gastrointestinal [hematemesis, perdarahan rektal]) catat
hasilnya dan laporkan kepada pemberi layanan kesehatan.
2. Pantau hitung trombosi, terutama jika klien sedang menerima
kemoterapi atau terapi radiasi untuk kanker.

i. Penyuluhan Klien
Jelaskan pada klien utnuk menghindari cedera jika mungkin. Cedera
ringan dapat menyebabkan perdarahan.
5. GAS DARAH ARTERI (Arterial blood gases, ABGs) (darah
arteri)
a. Nilai rujukan
Dewasa : pH :7,35-7,45; PaCO2: 35-45 mm Hg: PaCO2: 75-100
mm Hg; SaO2: >95%; SvO2: >70%; HCO3: 24-28 mEq/I;
kelebihan basa (base excesses, BE): +2 sampai -2 mEq/I.
Anak: pH: 7,36-7,44. Pengukuran lainnya sama dengan dewasa.
b. Deskripsi
Pengujian gas darah arteri (GDA) biasanya dilakukan untuk
mengaji gangguan kesiambangan asam-basa (A-B) yang
disebabkan oleh gangguan pernapasan dan gangguan metabolik.
Komponen dasar GDA mencakup PH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3
dan BE.
PH merupakan logaritma negatif pada konsentrasi ion
hidrogen yang dipakai untuk menentukan asiditas alkalinitas cairan
tubuh. Nilai pH kurang dari 7,35 menunjukkan terjadinya asidosis,
baik asidosis respiratorik maupun asidosis metabolik. Nilai pH
lebih dari 7,45 menandakan terjadinya alkalosis, baik alkalosis
respirtorik maupun alkalosis metabolik.
PaCO2 yaitu tekanan parsial karbondioksida menunjukkan
ke adekuatan ventilasi alveolar. Jika terjadi kerusakan alveoli,
karbondioksida (CO2) tidak dapat dikeluarkan. Karbondioksida
berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat
(H20+CO2=H2CO3), yang menyebabkan kondisi asidosis. Jika
klien menderita hipoventilasi alveolar, kadar PaCO2 akan
meningkat, dan akan menyebabkan asidosis respiratorik.
Penyakit obstruktif paru kronis merupakan penyebab utama
kondisi asidosis respiratorik. Jika klien mengalami hiperventilasi
alveolar (mengembuskan CO2 dalam nafas yang berkarakteristik
dalam dan cepat), kadar PaCO2 akan berkuran dan
mengkakibatkan alkalosis respiratorik.
PaO2 yaitu tekanan parsial oksigen, menentukan kadar
oksigen yang tersedia untuk berikatan dengan hemoglobin. pH
dapat mempengaruhi daya ikat oksigen dan hemoglobin, dan pada
pH yang rendah, oksigen yang tersedia dalam hemoglobin hanya
sedikit. Kadar PaO2 juga berkurang pada penyakit pernapasan,
misalnya emfisema, pneumonia, dan edema paru; juga pada
keadaan hemoglobin abnormal (CO Hb, Meth Hb, Sulfa Hb), dan
pada polisitemia.
SO2 yaitu merupakan persentase oksigen dalam darah,
yang berikatan dengan hemoglobin. Pengukurannya dilakukan
secara tidak langsung dengan menghitung kadar PaO2 dan pH atau
diukur secara langsung oleh ko-oksimetri. Gabungan antara

saturasi oksigen, tekanan parsial oksigen, dan hemoglobin


menandakan jaringan teroksigenasi.
HCO3 dan BE yaitu ion bikarbonat (HCO3) merupakan
substansi alkalin yang jumlahnya mencapai lebih dari separuh
jumlah basa dapat total di dalam atau terjadi darah. Jika terjadi
kekurangan bikarbonat dan basa lainnya, atau trjadi peningkatan
asam nonvolatil seperti asam laktat, hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik. Jika kadar bikarbonat berlebih, hal ini juga
dapat menyebabkan alkalosis metabolik. Bikarbonat berperan
sangat penting dalam mempertahankan rentang pH antara 7,357,45.
Nilai kelebihan basa (BE) sering dikaji dengan
menggunakan nilai HCO3. Nilai BE kurang dari -2 menandakan
terjadi asidosis, semetara nilai BE lebih +2 menandakan alkalosis.
Ketidakseimbangan Asam-Basa untuk menentukan jenis
ketidakseimbangan A-B, pantau nilai pH, kadar PaCO2, HCO3 dan
BE merupakan determinan metabolik. Kadar PaCO2, HCO3, dan
keudian BE kemudian dibandingkan dengan nilai pH. Jika pH
kurang dari 7,35 terjadi asidosis dan jika lebih dari 7,45 terjadi
alkalosis.
1. Jika pH <7,35, PaCO2 >45 mm Hg, dan HCO3 serta BE normal,
dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan A-B mengarah
pada asidosis respiratorik.
2. Jika pH >7,45, PaCO2 <35 mm Hg, dan HCO3 serta BE normal
dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan A-B mengarah
pada keadaan alkalosis respiratorik.
3. Jika pH <7,35, PaCO2 normal, dan HCO3 serta BE masingmasing <24 mEq/I dan <-2 dapat disimpulkan bahwa
ketidakseimbangan A-B mengarah pada keadaan asidosis
metabolik.
4. Jika pH >7,45, PaCO2 normal, dan HCO3 serta BE masingmasing <28 mEq/I dan >+2 dapat disimpulkan bahwa
ketidakseimbangan A-B mengarah pada keadaan alkalosis
metabolik.
Ketidakseimbangan
Asam-Basa (A-B)
Asidosis respiratorik

pH

PaCO2 HCO3

Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolik

BE

c. Tujuan
- Untuk
mendeteksi terjadinya asidosis atau alkalosis metabolik, atau
asidosis atau alkalosis respiratorik
- Untuk memantau kadar gas darah selama klien mengalami penyakit
akut.
d. Masalah Klinis

Alkalosis metabolik

Asidosis Respiratorik (pH <7,35; PaCO2 >45 mm Hg): Penyakit


obstruktif paru kronis (emfisema, bronkitis kronis, asma parah),
sindrom gawat pernapasan akut (acut respiratory distress syndrome
ARDS), sindrom Guillain-Barre, anestesi, pneumonia. Pengaruh
Obat: Narkotik, sedatif.
- AlkalosisRespiratorik (pH >7,45; PaCO2 <35 mm Hg): Toksisitas
salisilat (fase awal), kecemasan, histeris, tetani, olahraga aktif
(berenang, lari), demam, hipertiroidisme, delirium tremens, emboli
paru.
- Asidosis Metabolik (pH <7,35; HCO3<24 mEq/l): Ketoasidosis
diabetik, diare berat, kelaparan/ malnutrisi, syok, luka bakar, gagal
ginjal, infark miokardial akut.
- Alkalosis Metabolik (pH >7,45; HCO3>28 mEq/l): Muntahmuntyah berat, pengisapan lambung, ulkus peptikus, pengeluaran
kalium, pemberian bikarbonat yang berlebihan, gagal hepar, kistik
fibrosis. Pengaruh Obat: Natrium bikarbonat, natrium oksalat,
kalium oksalat.
e. Prosedur
- Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
- Jika klien sedang menjalani terapi antikoagulan atau
mengkonsumsi aspirin, teknisi laboratorium, perawat, atau dokter
ahli paru yang mengambil darah harus diberitahu.
- Kumpulkan 1-5 ml darah arteri dalam jarum dan spuit mengandung
heparin, lepas jarumnya, pastikan tidak ada udara dalam spuit, dan
pasang tutup kedap udara di atas spuit.
- Simpan spuit yang berisi darah arteri dalam kantong air es (untuk
meminimalkan aktivitas metabolik sampel) dan bawa segera ke
laboratorium. Air es lebih dingin daripada es.
- Catat dalam formulir laboratorium apakah klien menerima oksigen
atau tidak, laju aliran oksigen itu, jenis peralatan saat memberikan
oksigen (misalnya: kanula, masker), dan suhu terbaru klien.
- Tekan sisi injeksi selama 5 menit, tekan sisi tersebut lebih lama
pada klien yang menjalani terapi antikoagulan atau streptokinase.
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Penangan yang tidak tepat pada sampel darah, misalnya, tidak
menggunakan air es, memajan spesimen ke udara terbuka, dan
tidak mengeluarkan semua heparin yang ada dalam spuit
pengumpulan, dapat menyebabkan temuan pengujian yang tidak
akurat.
- Hemolisis pada sampel darah dapt memberikan temuan yang
keliru.
- Obat jenis narkotik dan sedatif dapat menyebabkan kondisi asidosis
respiratorik, sementara natrium bikarbonat dapat menyebabkan
alkalosis metabolik.
- Temuan yang tidak akurat dapat terjadi akibat pengisapan,
pengubahan dalam terapi O2, dan penggunaan veventilator; pajanan
pada karbon monoksida atau nitrat; dan transfusi darah.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional

Asidosis Respiratorik
- Kaji untuk menemukan tanda dan gejala asidosis respiratorik,
misalnya, dispnea, sakit kepala, disorientasi, dan peningkatan kadar
PaCO2 (>45 mm Hg).
- Lakukan perkusi dada untuk melancarkan sekresi bronkus dan
alveoli. Karbon dioksida dapat terperangkap dalam paru-paru
karena sekresi yang berlebih dan sumbatan mukosa.
- Berikan oksigen dengan konsentrasi rendah (2-3 l) jika terdapat
emfisema.
- Kaji bila terjadi mekanisme kompensasi metabolik saat terjadi
asidosis respiratorik-kadar HCO3akan meningkat >28 mEq/l.
Penyuluhan Klien
- Ajarkan klien cara bernapas yang dapat memperbesar pengeluaran
CO2dari paru-paru.
- Beri tahu klien cara menggunakan peralatan spirometer insentif
yang tepat atau nebulizer mini jika dianjurkan.
- Demonstrasikan prosedur drainase postural, (jika tindakan ini tidak
di kontraindikasikan) dengan cara merendahkan posisi kepala
tempat tidur atau minta klien untuk berbaring miring ke salah satu
sisi tempat tidur. Sekresi dimobilisasi melalui cara gravitasi.
Alkalosis Respiratorik
- Kaitkan kadar PaCO2 yang rendah dengan masalah klinis yang
berhubungan dengan takipnea (frekuensi pernapasan yang cepat).
Kecemasan, histeria, gugup, dan latihan fisisk yang berat dapat
menyebabkan takipnea. Dengan pernapasan yang cepat, kelebihan
CO2 akan dikeluarkan.
- Kaji untuk menentukan tanda dan gejala alkalosis respiratorik,
seperti takipnea, pusing, kesemutan pada jari tangan, spasme tetani,
dan PaCO2<35 mm Hg.
Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien bernapas secara perlahan dan mendalam. Ekspirasi
udara ke dalam kantong kertas dapat membantu mengurangi
hiperventilasi.
Asidosis Metabolik
- Kaitkan antara pengurangan kadar HCO3dan BE dengan asidosis
metabolik. Jika terdapat jaringan yang rusak akibat syok,
malnutrisi, metabolit asam (misalnya: asam laktat) akan dilepas.
Penyebab lain asidosis metabolik adalah keberadaan badan keton
(asam lemak) akibat ketoasidosis diabetik.
- Kaji untuk menentukan tanda dan gejala asidosis metabolik,
misalnya, napas yang cepat dan pendek (pernapasan Kussmaul),
kulit kemerahan, gelisah, penurunan kadar bikarbonat (HCO3)
sampai <24 mEq/l, dan penurunan kadar BE sampai <-2.
- Pantau terjadinya mekanisme kompensasi pernapasan jika terjadi
asidosis metabolik: kadar PaCO2 akan menurun <35 mm Hg. Paru
mengompensasi keadaan tersebut dengan mengeluarkan CO2
melalui hiperventilasi agar dapat menurunkan kadar asam karbonat
dalam darah sehingga kondisi asidosis akan mereda.

10

Alkalosis Metabolik
- Kaitkan peningkatan kadar HCO3 dan BE dengan kejadian
alkalosis metabolik. Jika mengalami muntah yang serius dan
pengisapan lambung, hidrogen dan klorida (asam hidroklorida)
akan ikut dikeluarkan, menyebabkan kondisi alkalosis. Obat yang
mengandung natrium bikarbonat secara berlebih atau dalam jangka
waktu yang lama, dapat menyebabkan alkalosis metabolik.
- Kaji untuk menemukan tanda dan gejala alkalosis metabolik,
misalnya napas dangkal, muntah, peningkatan nilai HCO 3 sampai
>28 mEq/l, dan peningkatan BE sampai >+2.
- Hentikan drainase nasogastrik atau kurangi jumlah cairan yang
dimuntahkan klien jika perlu.
Penyuluhan Klien
- Jelaskan kepada klien untuk tidak menelan antasid dalam dosis
besar yang mengandung zat basa seperti bikarbonat. Jika dilakukan,
hal ini dapat menimbulkan kondisi alkalosis.
6. HEMATOLOGI
Uji (skrining) sel sabit (darah)
a. Nilai Rujukan
Dewasa
:0
Anak
:0
b. Deskripsi
(Lihat Elektroforesis Hemoglobin.)
Hemoglobin S (sel sabit) adalah hemoglobin abnormal, yang
menyebabkan sel darah merah (SDM; eritrosit) berbehtuk sabit
ketika kehilangan oksigen. Dengan jumlah oksigen yang adekuat,
SDM yang disertai hemoglobin S akan mempertahankan bentuk
normal.
Jika uji skrining sel sabit ini ditemukan hasil positif untuk
hemoglobin S, pemeriksaan elektroforesis hemoglobin harus
dipesan untuk membedakan antara anemia sel sabit yang
disebabkan oleh hemoglobin S/S, dengan sifat sel sabit yang
disebabkan oleh hemoglobin A/S. Jika kadar hemoglobin <K)
10g/dl atau kadar hematokrit <30%, hasil uji tersebut dapat dibaca
sebagai negatif palsu.
c. Tujuan
Untuk skrining terhadap anemia sel sabit.
d. Masalah Klinis
Hasil Positif : Anemia sel sabit, sifat sel sabit.
e. Prosedur
- Kumpulkan 3 sampai 7 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung.
- Jika menggunakan perangkat alat uji yang dijual bebas
(Sickledex), ikuti petunjuk yang terdapat di dalam perangkat
tersebut.
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.

11

Catat pada formulir laboratorium jika transfusi darah diberikan 3


sampai 4 bulan sebelum uji skrining. Jika hal tersebut benar,
temuan yang tidak akurat dapat terjadi.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Transfusi darah yang diberikan 3 sampai 4 bulan dapat
menyebabkan temuan yang tidak akurat.
- Kadar hemoglobin <10 g/dl atau hematokrit <30% dapat
menyebabkan hasil uji negatif palsu.
- Reagen yang didapati dalam perangkat uji dapat rusak dan tidak
lagi merupakan agens uji yang aktif.
- Temuan uji dapat negatif palsu jika uji dilakukan pada bayi <6
bulan.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
- Jelaskan kepada klien dan/atau keluarga bahwa tujuan uji ini
adalah menentukan keberadaan sel sabit (hemoglobin S).
Temuan Uji Positif
- Pantau untuk menemukan tanda dan gejala anemia sel sabit.
Gejala awal, antara lain keletihan dan kelemahan. Gejala kronis
antara lain dispnea saat latihan fisik, pembengkakan sendi, "nyeri
tulang", dan nyeri dada.
Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien menghindari penderita infeksi dan flu. Individu
yang menderita anemia sel sabit rentan terhadap infeksi.
- Anjurkan mencari konseling genetik jika klien menderita anemia
sel sabit atau pembawa sifat sel sabit.
- Anjurkan klien yang menderita anemia sel sabit untuk
meminimalkafl aktivitas fisik yang berat, dan unljuk menghindari
dataran tinggi dan suhu yang sangat dingin. Anjurkan klien
beristirahat.
7. Uji Antibodi Trombosit (Hematologi)
a. Nilai rujukan
Negatif
b. Deskriptif
Jika klien menjadi sensitif terhadap antigen trombosit yang
berasal dari darah tranfusi, terbentuklah antibodi trombosit
(autoantibodi) dan oleh karena itu menyebabkan trombositopenia
akibat destruksi trombosit. Autoantibodi terhadap trombosit, yaitu
imunoglobulin IgG yang berasal dari autoimun. Pada kasus ITP,
terdapat autoantibodi trombosit.
Trombositopenia yang diinduksi-obat disebabkan oleh
autoantibodi IgG yang terkait-trombosit yang timbul akibat
hipersensitivitas terhadap obat tertentu. Beberapa obat yang dapat
menyebabkan trombositopenia imunologik yang diinduksi-obat,
yaitu salisilat, asetaminofen, antibiotik (sulfonamid, penisilin,
sefalosporin), quinidin, dan obat seperti-quinidin, emas, simetidin,
agen hipoglikemik oral, heparin, digoksin.

12

c.
d.

e.

f.

g.

Inkompatibilitas terhadap antigen trombosit maternal-janin


dapat terjadi jika ibu memiliki autoantibodi ITP yang diturunkan ke
janin. Akibatnya, dapat terjadi trombositopenia neonatal.
Tujuan
Untuk mendeteksi keberadaan antibodi trombosit
Masalah klinis
Uji positif : trombositopenia yang disebabkan oleh autoantibodi
trombosit ITP, purpura pascatransfusi. Trombositopenia yang
diinduksi-obat.
Obat yang dapat menyebabkan trombositopenia terinduksi-obat:
lihat deskripsi
Prosedur
- tidak terdapat pembatasan asuhan makanan ataupun minuman.
- Kumpulkan dua spesimen 10 ml darah vena dalam tabung
tertutup biru. Kirimkan segera ke laboratorium dan cantumkan
waktu pengambilan darah pada formulir permintaan.
Implikasi keperawatan dan rasional
- Kaji riwayat penggunaan obat pada klien.
- Periksa jumlah trombosit. Jika terjadi trombositopenia, uji
antibodi trombosit dapat diinstruksikan.
- Periksa bila terdapat petekie, purpura. Laporkan temuannya.
Penyuluhan klien
- Anjurkan klien melaporkan perdarahan abnormal.
- Dengarkan segala kekhawatira klien dan keluarga.

8. Hematokrit (Ht)
a.
Nilai normal :
Dewasa : Pria : 40-54% ; 0,40-0,54% (satuan SI).
Wanita : 36-46% ; 0,36-0,46% (satuan SI). Nilai Panik :
<15% dan >60%.
Anak : Bayi baru lahir : 44%-65%.
Usia 1-3 tahun : 29%-40%.
Usia 4-10 tahun : 31-43%.
b.
Deskripsi
Hematokrit (Ht) adalah volume (dalam milliliter)sel darah merah
(SDM) yang ditemukan di dalam 100 ml (1 dl) darah, dihitung dalam
presentase.
Sebagai
contoh,
hematokrit
sebesar
36%
mengindikasikan terdapatnya 36 ml SDM di dalam 100 ml darah,
atau dinyatakan dengan 36 vol/dl. Tujuan dilakukannya uji ini adalah
mengukur konsentrasi SDM (eritrosit) di dalam darah.
Kadar hematokrit yang rendah sering ditemukan pada kasus
anemia dan leukemia, dan peningkatan kadar ditemukan pada
dehidrasi (suatu peningkatan relative) dan pada polisitemia vera.
Hematokrit dapat menjadi indicator keadaan hidrasi pada klien.
Seperti halnya hemoglobin, peningkatan kadar hematokrit dapat
mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat penurunan volume dan
peningkatan SDM.

13

c.

Tujuan
Untuk mengetahui volume SDM dalam darah
Untuk memantau volume SDM dalam darah selama terjadi
suatu penyakit yang melemahkan.
d.
Masalah klinis :
Penurunan kadar : kehilangan darah akut, anemia (aplastik,
hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik, sel sabit),
leukemia (limfositik, mielositik, monositik), penyakit Hodgkin,
limfosarkoma, malignasi organ, myeloma multipel, sirosis hati,
malnutrisi protein, defisiensi vitamin (tiamin, kronis, kehamilan,
SLE, AR (terutama anak-anak). Pengaruh Obat : obat antineoplastik,
antibiotic (kloramfenikol, penisilin), obat radioaktif.
Peningkatan kadar : dehidrasi / hipovolemia, diare berat,
polisitemia vera, eritrosit, diabetes asidosis, emfisema pulmonary
(dalam tahap akhir), iskemia serebrum sementara, eklampsia,
pembedahan, luka bakar.
e. Faktor
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium :
1. Jika darah diambil dari ekstremitas yang terpasang jalur IV,
nilai hematokrit cenderung rendah. Oleh sebab itu, hindari
penggunaan ekstremitas tersebut.
2. Jika darah diambil untuk tujuan pemantauan hematokrit,
segera setelah pengeluaran darah tahap sedang ke berat
terjadi dan setelah pemberian tranfusi, hematokrit mungkin
berkadar normal.
3. Usia klien-bayi baru lahir normalnya memiliki kadar
hematokrit yang lebih tinggi karena terjadi hemakonsentrasi.
f. Prosedur tindakan :
Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
Darah Vena
Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Campur dengan baik. Lama turniket yang
terpasang kurang dari 2 menit.
Jangan mengambil darah dari area lengan yang terpasang
jalur IV.
Darah Kapiler
Ambil darah kapiler dengan menggunakan metode
mikrohematokrit. Darah diambil dari tusukan jari, teteskan
dalam tabung kapiler berheparin.
g.
Implikasi keperawatan dan rasional
Jelaskan prosedur kepada klien. Jika akan digunakan metode
mikrohematokrit, jelaskan bahwa terlebih dahulu jari akan
dibersihkan dengan alcohol dan ditusuk dengan lanset atau
jarum untuk mengambil darah kapiler.
h.
Penurunan kadar
Hubungkan penurunan kadar hematokrit dengan masalah
klinis dan penggunaan obat. Kehilangan darah dan anemia

14

merupakan penyebab paling umum kadar hematokrit menjadi


rendah. Hematokrit sebesar 30% atau kurang, yang disertai
dengan pendarahan yang tidak diketahui sumbernya,
umumnya mengindikasikan kondisi anemia tahap sedang
sampai berat.
Kaji tanda dan gejala anemia (keletihan, pucat, takikardi).
Kaji perubahan tanda vital untuk menentukan apakah
terjadinya syok akibat pengeluaran darah. Gejalanya dapat
mencakup frekuensi nadi cepat, frekuensi pernapasan cepat,
dan tekanan darah normal atau menurun.
Anjurkan uji hematokrit berulang selama beberapa hari
setelah perdarahan sedang/berat atau tranfusi. Suatu uji
hematokrit diambil segera setelah kehilangan darah dan
setelah transfuse, dapat memperlihatkan normal.
i.
Peningkatan kadar
Hubungkan peningkatan kadar hematokrit dengan masalah
klinis. Keadaaan dehidrasi dan hipovolemia merupakab
penyebab umum peningkatan hematokrit karena kedua kondisi
ini menyebabkan hemokonsentrasi.
Kaji adanya tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemia. Riwayat
muntah, diare, rasa haus yang khas, turgor kulit buruk, dan
gejala seperti syok (frekuensi nadi dan pernapasan cepat) dan
menjadi indikasi terjadinya deficit cairan tubuh.
Berikan cairan per IV atau per oral sesuai anjuran pemberi
layanan kesehatan untuk mengembalikan volume cairan tubuh.
Hindari pemberian cairan per IV yang terlalu cepat kepada
lansia, anak, atau individu yang lemah, untuk mencegah hidrasi
berlebihan dan edema pulmoner. Tanda dan gejala hidrasi
berlebihan adalah batuk iritatif yang konstan, dispnea ;
pembesaran pembuluh darah pada tangan dan / atau vena di
leher, dan rales dada.
Pantau kadar hematokrit setiap hari jika diintruksikan, ketika
mengembalikan volume cairan tubuh. Jika hematokrit yang
meningkat sudah kembali ke kadar normal, peningkatan
tersebut terjadi akibat hemokonsentrasi.
Kaji perubahan haluran urine. Haluaran urine <25 ml/jam atau
600 ml per hari dapat terjadi akibat dehidrasi/hipovolemia.
Setelah volume cairan tubuh telah dipulihkan, seharusnya
haluaran urine kembali ke jumlah normal.
9. Hemoglobin Elektroforesis (darah)
Hemoglobin A1, A2, F, C, S
a. Nilai Rujukan
Dewasa: Hemoglobin (Hb) Elektroforesis: A1: 95-98% total Hb,
A2: 1,5%, F: <2%, C: 0%, D: 0%, S: 0%
Anak: Bayi Baru Lahir: Hb, F, 50-80% total Hb. Bayi: Hb F, 8%
total Hb.

15

Anak: Hb F, 1-2% total Hb setelah 6 bulan


b. Deskripsi
Jenis normal hemoglobin adalah Hb A1, yang terdiri atas
95% sampai 98% hemoglobin total, Hb A2, dan Hb F (Fetus). Jika
Hb F membentuk 5% atau lebih pada hemoglobin total setelah usia
6 bulan, talasemia (anemia Mediterania) dapat menjadi faktor
penyebab. Terdapat 3 jenis talasemia: Talasemia mayor (Hb
F>50%), Talasemia minor (peningkatan kadar Hb A2), dan
talasemia gen (gabungan hemoglobin abnormal).
Untuk mengidentifikasi hemoglobin normal (A1, A2, dan
F) serta jenis hemoglobin abnormal (Hb C, Hb M, Hb S, dan
lainnya), biasanya dilakukan uji hemoglobin elektroforesis. uji ini
bukan uji yang rutin, tetapi berguna untuk mengidentifikasi 150
jenis hemoglobin atau lebih. Banyak jenis hemoglobin abnormal
yang tidak menimbulkan penyakit yang membahayakan,
hemoglobinopati yang umum terjadi dapat diidentifikasikan
melalui elektroforesis.
HEMOGLOBIN S: Hb S adalah suatu bentuk hemoglobin
berbeda yang paling banyak ditemukan. Jika kedua gen memiliki
Hb S, dapat terjadi anemia sel sabit, tetapi jika hanya satu gen yang
memiliki Hb S, individu tersebut merupakan carier sifat sel sabit.
Kira-kira 1% dari populasi individu berkulit hitam di Amerika
Serikat yang menderita anemia sel sabit, dan 8% sampai 10%
merupakan pembawa sifat sel sabit.
Gejala anemia sel sabit biasanya tidak muncul sampai usia
6 bulan. Pada beberapa kasus, Hb S berkombinasi dengan jenis
hemoglobin abnormal lainnya, Hb C atau Hb D. Hb S/C atau Hb
S/D menghasilkan sel darah merah yang berbentuk sabit seperti
yang ditemukan pada Hb S/S. Individu yang menderita anemia sel
sabit memiliki tekanan oksigen yang rendah (Lihat juga uji sel
sabit).
HEMOGLOBIN C: Hb C pada kondisi homozigos (C/C)
biasanya menimbulkan anemia hemolitik ringan, pada keadaan
heterozigor (A/C), kondisi ini menghasilkan pembawa sifat Hb C.
Kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang kulit hitam.
c. Tujuan
Untuk mendeteksi jenis hemoglobin abnormal pada SDM
(misalnya, anemia sel sabit, yang dicirikan dengan hemoglobin
berbentuk S).
d. Masalah Klinis
JENIS HEMOGLOBIN
PENINGKATAN KADAR
Hemoglobin F
Talasemia (setelah 6 bulan)
Hemoglobin C
Anemia Hemolitik
Hemoglobin S
Anemia Sel Sabit
e. Prosedur

16

Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup


lembayung. Kirim segera ke laboratorium. Hemoglobin
abnomal biasanya tidak stabil
Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
Transfusi darah yang diberikan 4 bulan sebelum elektroforesis
hemoglobin dapat menyebabkan temuan yang tidak akurat
Pengumpulan sampel darah pada tabung yang berwarna salah
dapat mempengaruhi temuan
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Pantau klien untuk menemukan tanda dan gejala anemia sel sabit.
Gejala awal adalah keletihan dan kelemahan. Gejala kronis adalah
keletihan, dispnea saat latihan fisik, pembengkakan sendi, nyeri
tulang, dan nyeri dada. Penderita rentan terhadap infeksi. Krisis sel
sabit biasanya terjadi akibat infark kecil pada berbagai organ.
Krisis biasanya berlangsung 5 sampai 7 hari, dan diperlukan
perawatan segera bila muncul gejala. Normalnya kadar hemoglobin
tidak berubah.
h. Penyuluhan Klien
Anjurkan mencari bantuan konseling genetik jika klien
menderita anemia sel sabit atau pembawa sifat sel sabit
Anjurkan klien yang menderita anemia sel sabit untuk
meminimalkan aktivitas fisik yang berlebihan dan menghindari
daerah dataran tinggi atau yang sangat dingin. Anjurkan klien
beristirahat
Anjurkan klien menjauhi orang yang menderita infeksi
Beri tahu klien selalu membawa gelang waspada medis
dan/atau kartu
B. DIABETES MILLITUS
1. Toleransi Glukosa (OGTT) (serum) dan IV (IV-GTT)
a. Nilai Rujukan
Dewasa
GTT ORAL
Waktu
Serum (mg/dl)
Darah (mg/dl)
Puasa
70 110
60 100
1/
< 160
< 150
2 jam
1 jam
< 170
< 160
2 jam
< 125
< 115
3 jam
Kadar puasa
Kadar puasa
Urine : Negatif
UJI TOLERANSI GLUKOSA IV
Waktu
Serum (mg/dl)
Puasa
70 110
17

5 menit
< 250
1
/2 jam
<155
1 jam
< 125
2 jam
Kadar puasa
Urine : negatif pada saat puasa dan pada 1/2 , 1, dan 2 jam

b.

c.
d.

e.

ANAK: Bergantung pada usia anak. Normalnya, bayi memiliki


kadar gula darah yang rendah (lihat Glukosa Gula Darah Puasa). Anak
yang berusia 6 tahun atau lebih tua dapat memiliki temuan kadar gula
darah yang sama dengan orang dewasa.
Deskripsi
Uji toleransi glukosa (glucose tolerance test, GTT) dilakukan untuk
mendiagnosis diabetes mellitus pada seseorang yang memiliki kadar gula
darah dalam batas normal-tinggi atau sedikit meningkat. Uji ini dapat
diindikasikan jika terdapat riwayat diabetes dalam keluarga, pada ibu yang
memiliki bayi dengan berat badan 5 kg atau lebih, pada orang yang
menjalani pembedahan atau cedera mayor, dan pada orang yang memiliki
masalah kegemukan. Uji tidak boleh dilakukan jika kadar gula darah puasa
>200 mg/dl. Setelah usia 60 tahun, kadar gula darah biasanya berkisar 10
sampai 30 mg/dl lebih tinggi daripada rentang normal
Kadar glukosa puncak untuk GTT oral (Oral GTT), yakni saat 1/2
sampai 1 jam setelah konsumsi 100 gr glukosa, dan kadar gula darah harus
kembali ke rentang normal dalam waktu 3 jam/ Sampel darah akan
diambil pada waktu yang sudah ditentukan.
Uji toleransi glukosa intravena (intravenous-GTT, IV, GTT)
dianggap oleh banyak orang sebagai uji yang lebih sensitive dibandingkan
GTT oral karena tidak memerlukan absorpsi melalui saluran
gastrointestinal. Uji IV GTT biasanya dilakukan jika klien tidak dapat
makan atau bertoleransi terhadap glukosa oral. Glukosa darah kembali ke
rentang normal dalam 2 jam. Namun demikian, nilai untuk OGTT dan IVGTT sedikit berbeda karena glukosa IV diserap lebih cepat.
Hiperinsulinisme dapat dapat dideteksi dengan OGTT. Setelah 1
jam, kadar glukosa darah biasanya lebih rendah daripada uji FBS. Klien
dapat mengalami reaksi hipoglikemik yang berat-terdapat lebih banyak
insulin yang disekresikan sebagai respons terhadap glukosa darah.
Tujuan
Untuk mengonfirmasi diagnosis diabetes mellitus
Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR : Hiperinsulinisme, insufisiensi kelenjar adrenal,
mal-absorpsi, malnutrisi protein.
PENINGKATAN KADAR : Diabetes mellitus, diabetes laten, hiperfungsi
kelenjar adrenal (sindrom Cushing), hiperlipoproteinemia, stress, infeksi,
cedera atau pembedahan mayor, alkoholisme, MCI akut; kanker pancreas,
kondisi resisten insulin (eklampsia, metastasis kanker, kondisi asidotik),
ulkus duodenum. Pengaruh Obat : Kortikosteroid (kortison), kontrasepsi
oral, etrogen, diuretic, tiazid, salisilat, asam askorbat.
Prosedur
OGTT

18

f.

g.

h.

i.

Diet karbohidrat yang adekuat harus dikonsumsi selama 2 sampai 3


hari sebelum uji dilakukan.
Klien tetap berpuasa selama 12 jam sebelum uji, kecuali minum.
Tidak diperkenankan mengonsumsi kopi, the, atau rokok selama
uji. Tidak boleh mengonsumsi makanan apapun.
Obat yang mempengaruhi temuan uji tidak boleh diminum 3 hari
sebelum GTT dilakukan jika memungkinkan.
Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung merah atau abu-abu
untuk uji FBS.Ambil specimen urine puasa.
Berikan 100 g glukosa, baik yang berasa lemon maupun glukola.
Beberapa dokter akan memberikan glukosa sesuai dengan berat
badan (1,75 g/kg), seperti halnya pada anak-anak.
Ambil spesimen darah dan urine pada saat 1/2, 1, 2, dan 3 jam
setelah glukosa diberikan.
IV GTT
Puasa selama 12 jam sebelum uji dilakukan.
Berikan infus glukosa 50% selama 3 sampai 4 menit.
Ambil spesimen darah saat puasa, lalu setelah 5 menit (hanya
spesimen darah),1/2, 1, dan 2 jam berikutnya.
Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Obat (lihat Pengaruh Obat)
Usia-orang dewasa yang lebih tua memiliki kadar gula darah yang
lebih tinggi. Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
Stres emosional, demam, infeksi, trauma, tirah baring, dan obesitas
dapat meningkatkan kadar gula darah.
Aktivitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar gula
darah. Obat hipoglikemik akan menurunkan kadar gular darah.
Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Beri tahu petugas laboratorium tentang waktu (saat yang tepat) klien
meminum larutan glukosa. Petugas laboratorium akan mengambil
sampel darah pada waktu yang sudah ditentukan.
Penyuluhan Klien
Jelaskan pada klien tentang prosedur uji. Jelaskan bahwa konsumsi
makanan, alkohol, dan obat harus dihentikan selama selama 12 jam
sebelum uji dilakukan. Minum air diperbolehkan.
Jelaskan pada klien bahwa kopi, the, dan rokok tidak boleh dikonsumsi
selama uji dilakukan. Air masih diperbolehkan dan dianjurkan; namun
demikian, di beberapa institusi, hanya 240 ml air yang diperbolehkan.
Jelaskan pada klien bahwa dia dapat berkeringat atau merasa lemah dan
pusing salama 2 sampai 3 jam selama uji dilakukan. Gejala ini sering
bersifat sementara; namun demikian, perawat harus diberi tahu dan
gejala ini harus dicatat. Gejala ini dapat merupakan gejala
hiperinsulinisme.
Beri tahu klien untuk meminimalkan aktivitas selama uji dilakukan.
Peningkatan aktivitas dapat memngaruhi temuan glukosa.
Penurunan Kadar
19

Pantau tanda dan gejala hipoglikemia, terutama jika dicurigai terjadi


hiperinsulinisme. Gejala tersebut meliputi gugup; iritabilitas; konfusi;
lemah; kulit pucat, dingin, dan lembap; diaphoresis (keringat berlebih);
dan takikardia.
Kaji riwayat klien, seperti tentang kapan gejala hipoglikemik terjadi
(mis., sebelum makan). Apakah terjadi gugup gemetar, dan lemah.
Jelaskan bahwa memakan permen untuk mengatasi kegugupan dan
kelemahan harus dihindari saat terjadi hiperinsulinisme karena hanya
akan mengatasi masalah secara sementara (kebutuhan glukosa), tetapi
tindakan ini akan menstimulasi sekresi insulin. Gula akan mengatasi
secara reaksi insulin pada penderita diabetes.
j. Peningkatan Kadar
Identifikasu faktor yang dapat memengaruhi temuan glukosa (mis.,
stress emosional, infeksi, muntah, demam, latihan fisik, ketidakaktifan,
usia, obat, dan berat badan). Sebagian besar dari faktor tersebut harus
dilaporkan kepada pemberi layanan kesehatan.
Periksa temuan FBS terdahulu sebelum uji dilakukan. Normalnya,
penderita diabetes tidak atau dalam beberapa kasus tidak diperkenankan
menjalani uji ini karena dapat terjadi koma dibetikum.

2. Glukosa-gula darah puasa (fasting blood sugar, FBS) (darah)


a. Nilai Rujukan
Dewasa : serum dan plasma : 70-110 mg/dl. Darah lengkap : 60-100
mg/dl. Nilai panik : <40 mg/dl dan > 700 mg/dl.
Anak : Bayi Baru Lahir :30-80 mg/dl. Anak : 60-100 mg/dl.
Lansia : 70-120 mg/dl.
b. Deskripsi
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan
sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Insulin dan glukagon, dua
hormon yang berasal dari pankreas, dapat memengaruhi kadar glukosa
darah. Insulin diperlukan untuk permeabilitas membran sel terhadap
glukosa dan untuk transportasi glukosa ke dalam sel. Tanpa insulin,
glukosa tidak dapat memasuki sel. Glukagon menstimulasi
glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam
hati. Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)terjadi akibat asupan
makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung
insulin. Jika terjadi peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia),
berarti insulin yang beredar tidak mencukupi; kondisi ini disebut
diabetes melitus. Kadar gula darah puasa yang mencapai >125 mg/dl
biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes, dan untuk memastikan
diagnosis saat gula darah mencapai kadar tepat di garis normal atau
agak diatasnya, harus dilakukan uji gula darah pascaprandial /
pascamakan, dan atau uji toleransi glukosa. Uji Dextrostix merupakan
uji semikuantitatif yang cepat dan sederhana untuk membedakan
hipoglikemia dari hiperglikemia. Hasilnya dibandingkan melalui
penggunaan bagan warna yang memiliki rentang nilai 40 sampai 240
mg/dl. Uji ini sangat berguna dalam keadaan gawat-darurat. Chemstrip

20

bG merupakan metode yang lebih dianjurkan untuk memeriksa kadar


gula darah, yaitu dengan menggunakan cara tindik jari.
c. Tujuan
- Untuk memastikan diagnosis status pradiabetes atau diabetes
melitus.
- Untuk memantau kadar glukosa darah pada klien diabetik
mengonsumsi obat antidiabetik (insulin atau obat hipoglikemik oral).
d. Masalah Klinis
Penurunan Kadar : reaksi hipoglikemik (insulin yang berlebih);
kanker (lambung, hati, paru-paru), hipofungsi kelenjar adrenal,
malnutrisi, alkoholisme, sirosis hati, aktivitas berat, eritroblastosis
fetalis (penyakit hemolitik), hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin
yang berlebih. Peningkatan Kadar : Diabetes melitus, asidosis diabetik,
hiperfungsi kelenjar adrenal (sindrom Cushing), MCI akut, stres, cedera
tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal ginjal, hipotermia, aktivitas,
pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, akromegali, sindrom pasca
gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat :
ACTH; obat kortison; diuretik hidroklorotiazid (hidrodiuryl ),
furosemid (lasix), asam etakrinat (edecrin), obat anastesi, levodopa.
e. Prosedur
- Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup abuabu atau merah. Lakukan pengambilan darah pada pukul 7 pagi dan
9 pagi.
- Status puasa, kecuali minum air putih masih diperbolehkan selama
12 jam sebelum uji dilakukan.
- Berikan obat insulin sesuai anjuran dan setelah pengambilan darah.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Obat kortison, tiazid, dan loop-diuretik dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah.
- Trauma-stres dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
- Clinitest untuk mengukur kadar glukosa urine (glikosuria) mungkin
akan memberikan temuan positif palsu jika klien mengonsumsi
aspirin, vitamin C, dan jenis antibiotik tertentu (sefalosporin) secara
berlebihan karena uji ini tidak spesifik untuk mengukur kadar
glukosa, tetapi untuk semua zat yang menunjukkan penurunan.
- Dosis tinggi vitamin C dapat menyebabkan temuan positif palsu jika
menggunakan strip uji glukosa dalam urine (mis., Testape).
g. Implikasi Keperawatan dan Rasional
- Tangguhkan pemberian insulin dan obat di pagi hari, sampai
pengambilan sampel darah selesai dilakukan.
- Catat dalam formulir laboratorium jika klien setiap hari
mengonsumsi obat kortison, tiazid, atau diuretik loop.
h. Penurunan Kadar
- Kenali masalah klinis yang berkaitan dengan kadar gula darah yang
rendah. Dosis insulin yang berlebih, lupa makan, dan asupan makanan
yang tidak adekuat merupakan penyebab umum hipoglikemia.

21

Amati untuk menemukan tanda dan gejala hipoglikemia (gugup,


kelemahan, konfusi, kulit yang dingin dan lembab, diaforesis, dan
peningkatan frekuensi nadi).
i. Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien selalu membawa gula batu atau permen setiap saat.
Kebanyakan penderita diabetes mendapat tanda peringatan sebelum
hipoglikemia terjadi.
- Ajarkan klien merujuk ke American Dietetic Association (ADA)
mengenai cara diet, sesuai yang dianjurkan. Jelaskan daftar
pengubahan untuk perencanaan hidangan makanan.
- Anjurkan klien mengontak American Diabetic Association untuk
mendapatkan buku dan informasi mengenai jadwal pertemuan
dengan mereka.
- Jelaskan pada klien bahwa aktivitas berat dapat menurunkan kadar
gula darah. Asupan karbohidrat atau protein harus ditingkatkan
sebelum melakukan aktivitas atau segera setelah menjalani aktivitas;
pemberi rawatan kesehatan harus dihubungi berkenaan dengan
anjuran makanan yang telah disusun.
- Anjurkan klien mengonsumsi obat insulin sampai 1 jam sebelum
sarapan dan makan tepat waktu.
- Ajarkan klien yang mengalami masalah hipoglikemia (gula darah
<50 mg/dl) untuk mengonsumsi makanan yang tinggi protein dan
lemak serta rendah karbohidrat. Terlalu banyak gula dapat
menstimulasi sekresi insulin.
j. Peningkatan Kadar
- Kenali masalah klinis yang berkaitan dengan kadar gula darah yang
tinggi.
- Diabetes melitus, sindrom Cushing, dan situasi yang menimbulkan
stres (trauma, luka bakar, pembedahan mayor) merupakan penyebab
umum hiperglikemia.
- Pertimbangkan penggunaan obat (mis., kortison, tiazid, diuretik
loop) sebagai penyebab dari sedikit meningkatnya kadar gula
darah. Jika kadar gula darah menjadi terlalu tinggi, segera beritahu
pemberi layanan kesehatan mengenai dosis obat mungkin perlu
dikurangi atau obat insulin mungkin perlu diberikan atau ditambah
dosisnya.
- Amati untuk menemukan tanda dan gejala hiperglikemia (rasa haus
yang berlebih (polidipsia), berkemih banyak (poliuria), rasa lapar
berlebihan (polifagia), dan penurunan berat badan). Jika gula darah
>500 mg/dl, dapat timbul pernapasan Kussmaul (napas cepat, dalam,
dan kuat) yang terjadi akibat asidosis.
k. Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien mengukur kadar gula darahnya sebelum makan.
Peragakan cara menggunakan Chemstrip bG atau teknik lainnya.
- Jelaskan pada klien bahwa infeksi dapat meningkatkan kadar gula
darah sehingga konsultasi medis diperlukan.
3. Glukosa-postprandial (feasting blood sugar)(darah)

22

Gula darah dua jam posprandial (postprandial blood sugar, PBBS)


a. Nilai rujukan
Dewasa: Serum atau plasma : <140 mg/dl/2 jam. Darah: <120
mg/dl/2 jam. Lansia: Serum: <160 mg/dl/2 jam. Darah: <140 mg/dl/2
jam. Anak: <120 mg/dl/2 jam.
b. Deskripsi
Uji gula darah 2 jam pasacaprandial biasanya dilakukan untuk
mengukur respon klien terhadap asupan tinggi terhadap karbohidrat 2
jam setelah makan (sarapan pagi atau makan siang). Uji ini dilakukan
untuk pemindaian terhadap diabetes, normalnya dianjurkan jika kadar
gula darah puasa normal tinggi atau sedikit meningkat. Glukosa serum
>140 mg/dl atau kadar glukosa darah lebih besar dari 120 mg/dl
merupakan kadar yang abnormal bila demikian, diperlukan uji lebih
lanjut.
c. Tujuan
Lihat glukosa-gula darah puasa.
d. Masalah klinis
Penurunan Kadar: lihat glukosa-gula darah puasa
Peningkatan Kadar: lihat glukosa-gula darah puasa
e. Prosedur
- Pesankan hidangan tinggi karbohidrat untuk sarapan atau makan
siang
- Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung tertutup abu-abu
atau merah, 2 jam setelah klien selesai sarapan pagi atau makan
siang. Jika pengambilan darah bukan dilakukan oleh perawat,
petugas laboratorium perlu diberi tahu apakah klien sudah selesai
sarapan pagi atau makan siang.
- Klien tidak boleh makan selama 2 jam sebelum uji dilakukan, yakni
setelah sarapan pagi atau makan siang, tetapi klien tetap boleh
minum.
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa serum.
- Lihat Glukosa-Gula Darah Puasa.
g. Implikasi Perawatan dan Rasional
- Tentukan makanan sarapan pagi yang disukai dan tidak disukai klien
serta beri tahu hal tersebut ke bagian gizi
h. Penyuluhan Klien
- Jika klien tidak sedang dihospitalisasi, anjurkan klien untuk berada
di laboratorium sampai 2 jam setelah makan pagi atau makan
siang.
i. Peningkatan Kadar
- Lihat Glukosa-Gula Darah Puasa.
4. Hemoglobin A1c (Hb A1c) (darah)
a. Nilai Rujukan
HEMAGLOBIN GLIKOSILAT Total : 5,5-9%

23

DEWASA: Hb A1c: Nondiabetik: 2-5% ;


Diabetik Terkontrol: 2,5-6% ; Rata-rata Tinggi: 6,1-7,5% ;
Diabetik Tidak Terkontrol: >8%
ANAK: Hb A1c: Nondiabetik: 1,5-4%
b. Deskripsi
Hemoglobin A (Hb A) terdiri atas 91 sampai 95% dari jumlah
hemoglobin total. Molekul glukosa berikatan dangan Hb A1, yang
merupakan bagian dari hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut
glikosilasi atau hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A1. Dalam
proses ini terdapat ikatan antara glukosa dan hemoglobin. Pembentukan
Hb A1terjadi dengan lambat, yaitu selama 120 hari, yang merupakan
rentang hidup sel darah manusia. Hb A1terdiri atas tiga molekul
hemoglobin, Hb A1a, Hb A1b dan Hb A1c sebesar 70% terglikolisis
(mengabsorbsi glukosa). Jumlah hemoglobin yang terglikosilasi
bergantung pada jumlah glukosa darah yang tersedia. Jika kadar
glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah
akan tersaturasi dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin.
Hemoglobin terglikosilasi mewakili kadar glukosa darah rata-rata
selama 1 sampai 4 bulan. Uji ini digunakan terutama sebagai alat ukur
keefektiftan terapi diabetik. Kadar gula darah puasa mencerminkan
kadar glukosa darah, saat pertama kali puasa; sedangkan Hgb atau Hb
A1c merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian diabetus
melitus. Namun demikian, penurunan palsu kadar Hb A1c dapat
disebabkan olehpenurunan jumlah sel darah merah.
Peningkatan kadar Hb A1c >8% mengindikasikan diabetes melitus
yang tidak terkendali dan klien tersebut berisiko tinggi mengalami
komplikasi jangka panjang, seperti nefropati, retinopati,neuropati dan
kardiopati. Glikohemoglobin total merupakan total merupakan indikator
yang lebih buruk untuk pengendalian diabetes pada klien yang
mengalami anemia atau kehilangan darah
c. Tujuan
- Untuk memantau efektifitas terapi diabetik
- Untuk menatalaksana terapi diabetik
- Untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan diabetes
melitus
- Untuk menentukan kepatuhan klien terhadap terapi diabetik
d. Masalah Klinis
Penurunan kadar: Anemia (pernisiosa, hemolitik, sel sabit),
talasemia, kehilangan darah jangka panjang, gagal ginjal kronis
Peningkatan kadar: Diabetes melitus yang tidak terkendali,
hiperglikemia, diabetes melitus yang baru terdiagnosis, ingesti alkohol,
kehamilan, hemodialisis. Pengaruh obat: Asupan kortison jangka
panjang, ACTH.
e. Prosedur
- Berikana informasi kepada klien 6 sampai 12 minggu sebelum uji
Hb A1c dilakukan di laboratorium
- Pembatasan asupan makanan sebelum uji dilakukan sifatnya
dianjurkan

24

Kumpulkan 5 ml darh vena dalam tabung tertutup lembayung atau


hijau. Hindari terjadi hemolisis; kirim spesimen segera ke
laboratorium
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Anemia dapat menyebabkan kepada temuan kadar yang rendah
- Hemolisis spesimen darah dapat menyebabkan temuan uji yang
tidakn akurat
- Terapi heparin dapat menyebabkan temuan palsu pada pengujian
g. Implikasi Keperawatan dengan Rasional
- Pantau kadar glukosa darah dan urine. Bandingkan temuan uji gula
darah puasa setiap bulan dengan termuan uji hemoglobin
terglikosilasi (Hb A1c)
- Periksa temuan uji gula darah puasa sebelumnya
- Perhatikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan diabetik
- Periksa dosis harian insulin atau obat hipoglikemik oral
- Kenali masalah klinis yang dapat menyebabkan temuan keliru
hemoglobin terglikosilasi (lihat masalah klinis)
- Pantau tanda dan gejala hiperglikemia
- Laporkan bila terjadi komplikasi yang dialami klien akibat diabetes
melitus
h. Penyuluhan Klien
- Beri tahu klien bahwa puasa sebelum uji dilakukan bersifat
dianjurkan. Beri tahu petugas laboratorium jika anda tidak berpuasa
sebelum ujia
- Jelaskan tujuan uji yang dilakukan, yaitu untuk mengukur efektifitas
terapi diabetes yang diberikan
- Jelaskan kepada klien untuk mematuhi program pengobatan
diabetes, seperti insulin, diet, dan pemantauan glukosa
5. INSULIN (Serum), antibodi insulin
a. Nilai Rujukan
Dewasa : Insulin Serum : 5 - 25U/ml, 10 250 U/ml. Kadar panik: 7
U/ml.
Uji Antibodi Insulin : < 4 % serum berikatan dengan insulin babi dan
sapi
b. Deskripsi
Insulin, suatu hormon dari sel beta pankreas, yang sangat penting
dalam mengantarkan glukosa ke sel untuk metabolisme. Peningkata
kadar glukosa dapat menstimulasi sekresi insulin.
Kadar insulin serum dan glukosa darah dibandingkan untuk
menentukan apakah terdapat gangguan glukosa. Insulin serum berguna
dalam mendiagnosa insulinoma (tumor sel ulau Langerhan) serta
hiperplasia sel pulau Langerhan, dan berguna dalam mengevaluasi
produksi insulin pada kasusu diabetes militus. Pada insulinoma kadar
insulin serum tinggi, dan glikosa darah <30mg/dl. Hiperinsulinemia
dapat terjadi pada obesitas dan insulinoma.
Uji antibodi insulin dilakukan saat penderita diabetes, yang
menggunakan insulin babi atau sapi, membutuhkan dosisi insulin yang

25

semakin bertambah terus jumlahnya. Antibiodi insulin terbentuk akibat


ketidakmurnian insulin yang berasal dari heewan. Antibiodi ini adalah
berbagai jenis imunoglobulin (mis., IgG [ sebagian besar], IgM, IgE).
Antibiodi IgG menetralisasi insulin sehingga menghambat terjadinya
metabolisme glukosa. Antibodi IgM dapat menyebabkan resistensi
insulin, dan IgE diperkirakan berperan dalam efek alergi.
c. Tujuan
- Untuk mendeteksi status diabetes melitus prahiperglikemik awal.
- Untuk mengetahui apakah terdapat antibodi insulin yang dapat
memengaruhi absorpsi dan dosis insulin
d. Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR : Diabetes melitus. Pengaruh Obat : Insulin.
PENINGKATAN KADAR : Insulinoma, status diabetes resisten
insulin, sindrom cushing, obesitas. Pengaruh Obat : Obat kortison,
kontrasepsi oral, hormon tiroid, epinefrin, levodopa.
e. Prosedur
- Kumpulkan 3 samapi 5 mldarahvena dalam tabung tertututp merah.
Cegah terjadinya hemolisis. Sampel darah harus disimpan dalam
lemari pendingin. Serum harus dipisahkan dalam waktu 30 menit
sebelum penggumpalan. Jika diperlukan glukosa darah, ambil 3
sampai 5 ml dan masukkan dalam tabung bertutup abu abu atau
merah.
- Makanan dan minuman tidak boleh diberikan selama 10 samapi 12
jam sebelum uji dilakukan. Sekresi insulin memuncak dalam waktu
30 menit sampai 2 jam setelah makan.
- Tunda pemberian obat yang dapat memengaruhi temuan uji, seperti
insulin dan kortison, sampai selesai dilakukan.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Obat seperti insulin, kortison, kontrasepsi oral , dan hormon dapat
meningkatkan kadar insulin serum.
- Hemolisis sampel darah atau spesimen yang tidak disimpan dalam
lemari pendingin dapat memengaruhi temuan uji.
g. IMPLIKASI DAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
- Kaji riwayat gangguan glukosa pada klien atau keluarga. Laporkan
keluhan klien.
- Laporkan jika dosisi insulin klien meningkat selama periode tertentu
sebagai respon terhadap peningkatan gula darah
- Waspadai tanda dan gejala hipoglikemia. Jika sangat dicuigai terjadi
insulinoma, sediakan selalu carian dekstrosa 50% per IV.
h. Penyuluhan Klien
- Jelaskan pada klien tentang pentingnya berpuasa dan beristirahat
(tidak melakukan latihan fisik) sebelum uji dilakukan. Makanan dan
latihan fisik meningkatkan glukosa darah sehingga meningkatkan
kadar insulin serum. Dapat terjadi temuan uji yang tidak benar.
- Ajarkan pada klien untuk melaporkan tanda dan gejala reaksi insulin
(mis,. Gugup,berkeringat, frekuensi nadi cepat, konfusi)

26

C. FAAL HATI
1. Antibodi virus hepatitis A (HAV ab, anti-HAV) (serum)
a. Nilai Rujukan
Tidak terdeteksi.
b. Deskripsi
Virus hepatitis A (HAV), istilah sebelumnya disebut haptitis
infeksius, biasanya ditransmisikan melalui kontak fekal-oral. Periode
inkubasi untuk HAV adalah 2 sampai 6 minggu, bukan 7 sampai 25
minggu seperti pada infeksi pada hepatitis B. HAV tidak berhubungan
dengan penyakit hati kronis.
Antibodi terhadap virus hepatitis A (IgM dan IgG)
mengindikasikan keberadaan infeksi saat ini atau di masa lalu, dan
kemungkinan telah terjadi imunitas. IgM-anti-HAV (HAV Ab IgM )
timbul lebih dulu setelah berlangsungnya pajanan dan dapat dideteksi
selama 4 sampai 12 minggu. IgG-anti-HAV timbul pada masa
pascainfeksi (>4 minggu), dan biasanya tetap ada seumur hidup. Kirakira 50% dari populasi di Amerika Serikat memiliki IgG-anti-HAV
positif.
c. Tujuan
- Untuk menentukan keberadaan infeksi HAV dulu atau sekarang.
d. Masalah Klinis
- Positif : Virus hepatitis A (HAV).
e. Prosedur
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.
- Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Labolatorium
- Tidak diketahui.
g. IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
- Kaji riwayat kesehatan klien tentang kemungkinan kontak dengan
individu yang menderita HAV. Catat apakah klien baru saja
mengonsumsi kerang, yang mungkin berasal dari air yang
terkontaminasi.
h. PENYULUHAN KLIEN
- Jelaskan kepada klien bahwa HAV normalnya ditularkan melalui
kontak oral atau fekal. Makanan yang telah dipegang oleh
seseorang yang menderita HAV, dapat mentransmisikan virus
tersebut jika orang tersebut ternyata memiliki hygiene personal
yang buruk (tidak mencuci tangan setelah ke toilet).
- Beritahu klien bahwa HAV dapat menyebar di instusi, seperti pusat
perawatan harian, penjara, damn instusi perawatan mental.
i. UJI POSITIF
- Diindikasikan tirah baring dan asupan diet yang bergizi selama
beberapa minggu sesuai tingkat keparahan HAV. Keletihan
umumnya terjadi. Periode istirahat diperlukan selama ikterik
terjadi.

27

Beritahu klien bahwa hygiene perseorangan


merupakan tindakan yang sangat penting.

yang

efektif

2. Fosfatase alkalin (alkaline phosphatase, ALP) dengan isoenzim (serum)


a. Nilai Rujukan
DEWASA: 42-136 U/l; ALP1: 20-130 U/l; ALP2: 20-120 U/l.
ANAK: Bayi dan Anak (usia 0-22 tahun): 40-115 U/1.
Anak Berusia Lebih Tua (13-18 tahun): 50-230 U/L
USIA LANJUT: Agak lebih tinggi dari orang dewasa.
b. Deskripsi
Fosfatase alkalin (ALP) merupakan enzim yang diproduksi
terutama oleh hati dan tulang; enzim ini juga dapat berasal dari usus,
ginjal, dan plasenta. Pengujian ALP berguna imtuk menentukan
apakah terdapat penyakit hati dan tulang. Jika terjadi kerusakan ringan
pada sel hati, kadar ALP mungkin agak naik, tetapi peningkatan yang
jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui,
kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin serum
tetap meningkat. Untuk menentukan apakah sudah terjadi disfungsi
hati, terdapat beberapa pengujian laboratorium yang perlu dilakukan
(mis., bilirubin, leusin aminopeptidase (LAP), S'-nukleotidase [5'-NT],
dan gamma-glutamil transpeptidase [GGTP]).
Pada kasus kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena aktivitas
osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal. Jika ditemukan
kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah
pubertas, hal ini adalah normal akibat pertumbuhan tulang.
Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dengan
penyakit tulang, ALP1 menandakan penyakit yang disebabkan oleh
hati, sementara ALP2 oleh tulang.
c. Tujuan
- Untuk menemukan apakah terjadi gangguan hati atau tulang.
- Untuk membandingkan hasil pengujian ALP dengan pengujian
laboratorium lain, guna memastikan apakah terjadi gangguan hati
atau tulaNG
d. Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR: Hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut
(kekurangan vitamin C), hipofosfatasia, anemia pernisiosa,
insufisiensi plasenta. Pengaruh Obat: Fluorida, oksalat, propranolol
(Inderal). PENINGKATAN KADAR: Penyakit obstruksi empedu (ikterik),
kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis, hiperparatiroidisme, leukemia,
kanker tulang (payudara dan prostat), penyakit Paget, osteitis
deforman, penyembuhan fraktur, mieloma multipel, osteomalasia,
kehamilan trimester akhir, artritis reumatoid (aktif), penyakit ulkus.
Pengaruh Obat: Albumin IV, antibiotik (eritromisin, linkomisin,
oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (Aldomet), alopurinol,
fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid,
kontrasepsi oral (beberapa), tolbutamid, isoniazid (INH), asam
paraaminosalisilat (PAS).
e. Prosedur

28

Tampung 3-5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Cegah


hemolisis.
- Tidak ada pembatasan makanan dan minuman. Untuk uji isoenzim
ALP, klien mungkin dianjurkan untuk puasa satu malam.
- Tangguhkan sekitar 8 sampai 24 jam untuk pemberian obat yang
dapat meningkatkan kadar ALP, dengan persetujuan dokter.
- Catat usia klien dan obat yang dapat memengaruhi hasil pengujian
dalam formulir laboratorium.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Obat tertentu yang dapat meningkatkan aiau menurunkan kadar
ALP serum dapat menyebabkan hasil yang keliru (lihat Pengaruh
Obat di atas).
- Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP serum 5
sampai 10 kali dari nilai normalnya.
- Usia pasien (mis., usia muda dan tua dapat menyebabkan
peningkatan serum).
- Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu pascapartum, dapat
menyebabkan peningkatan kadar ALP serum.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
- Kenali faktor yang dapat meningkatkan kadar ALP serum,
misalnya obat, albumin IV (dapat menyebabkan peningkatan
serum 5 sampai 10 kali dari kadar normalnya), usia pasien
(meningkat pada anak dan lanjut usia), kehamilan trimester akhir
sampai 3 minggu pascapartum, dan darah yang diambil dalam 2
sampai 4 jam setelah mengonsumsi makanan berlemak.
- Catat informasi yang berkaitan dengan prosedur pada formulir
laboratorium.
- Kaji tanda dan gejala klinis penyakit hati atau tulang.
- Kaji temuan pemeriksaan hati lainnya yang dianjurkan untuk memastikan signifikansi kenaikan ALP serum pada penyakit hati.
h. Penyuluhan Warga
Jelaskan pada klien bahwa pemeriksaan enzim yang lain mungkin
perlu dilakukan untuk memastikan diagnosis.
3. AMONIA (PLASMA)
a. Nilai rujukan
Dewasa: 15-45g/dl, 11-35mol/1 (satuan SI).
Anak:Bayi baru lahir: 64-107g/dl Anak: 29-70g/dl; 29-70mol/1
(satuan SI).
b. Deskripsi
Amonia, produk sampingan dari metabolisme protein,
dihasilkan akibat kerja bakteri di dalam usus dan dari jaringan yang
termetabolisme. Sebagian besar amonia diserap dalam sirkulasi portal
dan diubah menjadi urea di dalam hepar. Pada dekompensasi hepar
yang parah atau jika aliran darah ke hepar terganggu, kadar amonia
plasma tetapmeningkat.
Peningkatan kadar amonia plasma paling tepat jika dikaitkan
dengan gagal hepar; namun, kondisi lain yang mengganggu fungsi

29

hepar (gagal jantung kongestif, asidosis) dapat menyebabkan


peningkatan sementara kadar amonia plasma.
c. Tujuan
- Untuk mendeteksi gangguan hepar akibat ketidakmampuan hepar
mengubah amonia menjadi urea.
d. Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR: Gagal ginjal, hipertensi maligna, hipertensi
esensial.
Pengaruh Obat: Antibiotik (neomisin, tetrasiklin, kanamisin),
inhibitor monoamin oksidase, difenhidramin (Benadryl), garam
kalium, garam natrium.
PENINGKATAN KADAR: Gagal ginjal, ensefalopi hati atau koma,
anastomosis portakaval, sindrom Reye, eritroblastosis fetalis, cor
pulmonale, CHF, emfisema paru, diet tinggi protein disertai gagal hati,
asidosis, olahraga.
Pengaruh Obat: Amonia klorida, diuretik (tiazid, furosemid [Lasix],
asam etakrinat [Edecrin], resin pengganti ion, isoniazid (INH).
e. Prosedur
- Masukkan 5 ml darah vena dalam tabung bertutup hijau. Sampel
darah harus segera dibawa ke laboratorium dalam kemasan es.
Kadar amonia meningkat dengan cepat setelah darah diambil.
- Minimalkan penggunaan toniket untuk pengambilan darah.
- Tidak ada pembatasan makanan ataupun minuman, kecuali
diindikasikan oleh teknisi laboratorium. Jangan merokok sebelum
dilakukan pengujian.
- Catat obat yang dikonsumsi klien, yang dapat memengaruhi hasil
pengujian.
f. Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
- Tidak mengemas sampel dalam es dan tidak segera
menganalisisnya dapat menimbulkan hasil yang keliru.
- Diet tinggi atau rendah protein dapat memberikan hasil pengujian
yang keliru.
- Olahraga dapat meningkatkan kadar amonia plasma.
- Antibiotik tertentu (neomisin dan tetrasiklin) dapat menurunkan
kadar amonia.
g. IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
PENINGKATAN KADAR
- Identifikasi masalah klinis dan penggunaan obat yang dapat
meningkatkan kadar amonia plasma.
- Beri tahu teknisi laboratorium jika sudah mengambil spesimen
darah untuk pemeriksaan kadar amonia plasma sehingga sampel
dapat segera dianalisis untuk mencegah temuan yang keliru.
- Catat penggunaan obat antibiotik pada formulir laboratorium.
Antibiotik tertentu (misalnya, neomisin dan tetrasiklin) dapat
menurunkan kadar amonia sehingga memberikan temuan yang
keliru.
- Amati untuk melihat tanda dan gejala gagal hepar, terutama jika

30

kadar amonia plasma meningkat. Didapati juga banyak perubahan


neurologis, misalnya, perubahan perilaku dan kepribadian, letargi,
konfusi, tremor ekstermitas seperti gerakan mengepak-ngepak,
kedutan, dan terakhir koma.
- Sadari bahwa olahraga dapat menyebabkan peningkatan kadar
amonia plasma.
- Kenali berbagai tindakan yang dapat menurunkan kadar amonia
plasma. Beberapa di antaranya adalah diet rendah protein, obat
antibiotik (mis., neomisin) untuk menghancurkan bakteri usus,
enema, katartik (mis., magnesium sulfat) untuk mencegah
pembentukan amonia, dan natrium glutamat serta L-arginin dalam
larutan dekstrosa IV untuk menstimulasi pembentukan urea.
h. Penyuluhan Klien
Jelaskan pada pasien alasan ia harus puasa selama 8 jam
sebelum pemeriksaan: Diet yang mengandung protein dapat
menyebabkan kadar amonia plasma yang lebih tinggi.
4. Albumin
a. Nilai Rujukan
Dewasa
: 3,5 - 5,0 g/dl. Sekitar 52% - 68% dari protein total.
Anak
: 4,0 - 5,8 g/dl.
Bayi Baru Lahir : 2,9 - 5,4 g/dl.
Bayi
: 4,4 - 5,4 g/dl.
b. Deskripsi
Albumin merupakan komponen protein, membentuk lebih dari
separuh protein plasma. Albumin disintesis oleh hati yang dapat
meningkatkan tekanan osmotik dalam mempertahankan cairan vaskular.
Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari
dalam pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema.
Rasio A/G merupakan perhitungan terhadap distribusi fraksi dua
protein yang penting, yaitu albumin dan globulin. Nilai rujukan rasio
A/G adalah >1,0 yaitu nilai albumin dibagi dengan nilai globulin
(albumin + globulin). Nilai rasio yang tinggi dinyatakan tidak
signifikan, nilai resiko rendah dapat ditemukan pada penyakit hati dan
ginjal. Perhitungan elektroforesis protein merupakan perhitungan yang
lebih akurat dan sudah menggantikan cara perhitungan rasio A/G.
c. Tujuan
Pemeriksaan ini dilaksanakan untuk mendeteksi kekurangan albumin.
d. Masalah Klinis
Penurunan kadar (Hipoalbuminemia) : Sirosis hati, gagal hati
akut, luka bakar yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia, gangguan
ginjal, malignasi tertentu, kolitis ulseratif, imobilisasi lama, enteropati
kehilangan-protein, malabsopsi. Pengaruh obat : Penisilin, sulfonamid,
aspirin, asam askorbat.
Peningkatan kadar (Hiperalbuminemia) : Dehidrasi, muntah yang
parah, diare berat. Pengaruh obat : Heparin.
e. Prosedur

31

1. Tampung 3-5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.


2. Tidak ada pembatasan makanan atau minuman.
f. Faktor yang mempengaruhi
Obat tertentu dapat menyebabkan hasil negatif dan positif palsu.
Implikasi Keperawatan
1. Periksa ada tidaknya edema perifer dan asites saat kadar albumin
serum rendah. Kadar serum yang rendah dapat menurunkan
tekanan osmotik sehingga cairan berpindah dari pembuluh darah
menuju ruang jaringan yang menyebabkan edema.
2. Kaji integritas kulit jika terdaoat edema pitting atau anasarka.
Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
3. Berikan makanan tinggi protein (daging, keju, kacang-kacangan).
g. Penyuluhan
Anjurkan klien tentang pentingnya mempertahankan asupan
protein yang mencukupi dalam makanannya sesuai anjuran pemberi
perawatan. Protein harus dapat meningkatkan kadar albumin serum dan
mengurangi edema perifer, kecuali klien menderita sirosis hati.
D. FAAL GINJAL
1. Klirens Inulin
a. Nilai Rujukan
DEWASA: Rentang Nilai Rata-Rata untuk Usia 21-69 Tahun: 90130 ml/mnt. Usia 21-39 Tahun: Pria: 78-162 ml/mnt. Wanita: 82-146
ml/mnt. Usia 50-69 Tahun: Pria: 68-137 ml/mnt. Wanita: 66-130
ml/mnt.
ANAK: Usia <11 Tahun: 82-122 ml/mnt. Usia 11-20 Tahun: 85-125
ml/mnt.
b. Deskripsi
Uji klirens inulin merupakan uji yang andal untuk mengkaji
laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berkaitan dengan fungsi ginjal.
Zat yang diberikan untuk ini adalah inulin, gula inert yang tidak
dimetabolisme ataupun diserap oleh tubulus ginjal, tetapi dengan
cepat difiltrasi melalui glomerulus. Jika filtrasi glomelurus normal,
klirens inulin harus ekuivalen dengan LFG. Penularan kadar terjadi
jika sel ginjal sebesar >50% tidak berfungsi sehingga
mengidentifikasikan terjadinya kerusakan filtrasi glomerulus.
Penurunan normal filtrasi glomerulus dapat terjadi selama proses
penuaan. Uji klirens inulin sangat menghabiskan waktu dan jarang
dilakukan.
Uji klirens inulin sangat menghabiskan waktu dan jarang
dilakukan.
Uji nitrogen urea darah (blood nitrogen urea, BUN), kreatinin
serum, dan klirens kreatinin biasanya dilakukan untuk menentukan
fungsi ginjal.
c. Tujuan
- Untuk mengkaji fungsi ginjal
d. Masalah Klinis

32

PENURUNAN KADAR: Glomerulonefritis akut dan


kronis, nekrosis tubular akut, nefrosklerosis, pielonefritis bilateral
kronis tahap lanjut, aterosklerosis ginjal, CHF, malignansi ginjal,
penyakit ginjal polikistik, syok. Pengaruh Obat: Aminoglikosida,
obat penisilin, amfoterisin B, dan fenasetin.
e.
Prosedur
riksa kebijakan laboratorium Anda untuk dibandingkan dengan
kekonsistenan prosedur berikut:
- Klien tidak boleh makan selama 4 jam sebelum uji dilakukan.
Latihan fisik harus dihindari.
- Kumpulkan 7 ml darah vena dalam tabung bertutup hijau sebagai
sampel darah kontrol
- Klien minum sebanyak 4 gelas air penuh selama 30 sampai 60
menit sebelum uji dilakukan.
- Masukkan kateter Foley (kateter urine menetap) dan simpan urine
untuk uji.
- Pasang set IV dan berikan 500 ml cairan dekstrosa 5 % dalam air
(D5W) dengan menggunakan set slang Y.
- Siapkan 25 ml inulin 10% untuk pemberian bolus per IV. Inulin
mugkin sulit untuk dilarutkan sehingga vial yang telah
dipersiapkan mungkin perlu dihangatkan.
- Injeksikan 25 ml inulin 10 % per intravena selama 4 menit.
- Tunggu selama 30 menit dan mulai berikan cairan infus inulin
1,5% sebanyak 500 ml, dengan menggunakan pompa IV dengan
kecepatan 4 ml/mnt atau 240 ml/jam.
- Kumpulkan 4 sampel urine: saat 30, 50, 70, dan 90 menit setelah
larutan inulin 1,5% dimulai. Klem kateter diantara setiap
pengambilan spesimen urine. Beberapa institusi memerlukan tiga
spesimen urine, dengan jarak masing-masing 20 menit. Spesimen
urine harus disimpan dalam lemari pendingin jika tidak segera
dikirim ke laboratorium.
- Masukkan 4 sampel darah yang masing-masing berjumlah 10 ml
dalam tabung bertutup hijau, dengan jarak masing-masing 40, 60,
89, dan 95 menit setelah larutan inulin 1,5% mulai diberikan.
Sebagian institusi memerlukan 2 sampel darah yang masingmasing berjarak 20 menit. Sampel darah harus segera dikirim ke
laboratorium.
- Beri label pada setiap spesimen yang mencantumkan waktu
pengambilan dan jumlah inulin yang digunakan.
- Lepas kateter Foley
f. Faktor yang Memepengaruhi Temuan Laboratorium
- Hemolisis sampel darah akibat penanganan darah yang kasar
dapat menyebabkan temuan negatif palsu.
- Gagal menginfuskan larutan inulin pada laju yang konstan, yang
sesuai dengan laju aliran yang telah diinstruksikan.
- Gagal mengumpulkan spesimen darah dan urine pada waktu yang
ditentukan, dan atau tidak memberi label pada spesimen secara
benar.

33

Haluaran urine yang tidak adekuat, yang berhubungan dengan


asupan cairan yang tidak adekuat.

g. Implementasi Keperawatan dan Rasional


- Kaji tanda vital. Auskultrasi paru-paru untuk memeriksa rales di
dada dan edema perifer. Kelebihan asupan cairan dapat
meningkatkan beban sistem vaskuler yang sebelumnya memang
telah ada. Laporkan temuan kepada pemberi layanan kesehatan.
- Kaji haluan urine dan asupan cairan. Haluaran urine sebesar <600
ml/hari dapat mengidentifikasikan disfungsi ginjal atau
ketidakadekuatan asupan cairan.
- Gunakan inulin 10% sebanyak 25 ml untuk pemberian bolus per
IV dalam 1 jam persiapan
- Tugaskan satu perawat untuk memantau uji yang dilakukan guna
mempertahankan prosedur yang benar
h. Penyuluhan Klien
- Jelaskan prosedur uji klirens inulin ini kepada klien (lihat
prosedur). Penjelasan ini dapat tertulis sehingga klien dapat
mengikuti prosedur tersebut.
- Beri tahu klien bahwa kateter akan dimasukkan ke dalam
kandung kemih selama uji. Kateter tersebut akan dilepas setelah
uji dilakukan.
- Jelaskan kepada klien untuk tidak makan selama 4 jam sebelum
uji dilakukan dan tidak melakukan latihan fisik.
- Beri tahu klien bahwa uji tersebut biasanya memerlukan waktu
selama 2 jam. Jelaskan bahwa keseluruhan terapi meliputi 4
sampai 5 sampel darah dan 4 sampai 5 sampel urine yang akan
diambil, berdasarkan kebijakan yang berlaku.
- Dengarkan segala kekhawatiran klien.
2. Asam Amino (urine)
a.
Nilai rujukan
Dosis normal bergantung pada usia ;200 mg/24 jam
b.
Deskripsi
Pengujian ini dilakukan untuk memindai peningkatan kadar
asam amino dalam urine (aminoasiduria),yang dapat menunjukan
kesalahan metabolisme bawaan. Metabolisme abnormal tersebut
mungkin disertai dengan kelebihan pada satu atau beberapa asam
amino didalam plasma dan urine.pengujian ini dilakukan jika
diduga terjadi abnormalitas genetik. Pemeriksaan skrining asam
amino atau metabolitnya dalam urine.
Penyakit
aminoasiduria
dapat
mencakup
fenilketonuria,penyakit urine sirup maple,sistinuria dan tirosinemia.
Pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan
adanya gangguan metabolik
c. Tujuan
- untuk memindai terjadinya aminoasiduria ginjal
- Untuk mendeteksi kesalahan metabolisme bawaan

34

d.

Masalah klinis
Peningkatan kadar : retardasi mental, pertumbuhan
terhambat,sistinuria,kerusakan otak yang
berat, penyakit urine
oasthouse,
fenilketonuria,tirosinosis,ketosis.pengaruh
obat
:penisili,asam volproat.
e.
Prosedur
- Tidak ada pembatasan makan atau minuman.
- Kumpulan specimen urine yang bersih secara acak.spesimen urine
24 jam mungkin diperlukan.
- Kemas
specimen
dalam
es
dan
kirimkan
segera
kelaboratorium.lemari pendingin dapat digunakan
f. Faktor yang memengaruhi temuan laboratorium
- Kurangnya asupan protein dalam 48 jam dapat memngaruhi hasil
pengujian
- Lupa menyimpan specimen kedalam lemari pendingin atau es
g. Implikasi keperawatan dan rasional
- Kaji riwayat masalah kesehatan klien yang mungkin berkaitan
dengan gangguan metabolisme yang abnormal.
- Kaji riwayat pemberian obat pada pasien ;beri tahu pemberian
perawatan jika klien mengonsumsi obat turunan penisilin.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluargaya untuk
mengugkapkan kekhawatirannya.
E. ELEKTROLIT
1. Natrium (Na) (Urine)
a. Nilai rujukan
Dewasa
: 40 220 mEq/1/24 Jam.
Anak
: sama dengan dewasa
b. Deskripsi
Ekskresi natrium bervariasi sesuai dengan asupan asupan natrium,
sekresi aldosteron, volume urine, dan penyakit, seperti gagal ginjal
kronis, disfungsi kelenjar adrenal (penyakit addison dan sindrom
cushing kongestif.
Jika kadar natrium urine <40 mEq/ 24 jam, penurunan ekskresi
natrium dapat terjadi akibat retensi natrium atau penurunan asupan
natrium. Tubuh dapat menahan natrium, sekalipun kadar natrium dalam
serum rendah.
Kadar natrium urine harus dipantau jika terdapat edema dan jika
kadar natrium serum rendah atau normal.
c. Tujuan
Lihat Natrium (serum)
d. Masalah klinis

35

Penurunan kadar : sindrom cusing, CHF, gagal hepatik, gagal


gingal, PPOM, asuhan natrium (garam) rendah. Pengaruh obat :
senyawa kortison.
Peningkatan kadar : penyakit addison, dehidrasi, hipertensi
esensial, diabetes melitus, hipofungsi hipofisis anterior, asupan natrium
tinggi.
Pengaruh obat : diuretik yang kuat (furosemid), asam elakrimat
(edecrin)
e. Prosedur
- Tampung sampel urine selama 24 jam dalam wadah. Dalam wadah
sperimen yang besar. Berikan tabel pada wadah tersebut yang
mencantumkan waktu yang tepat dimulai dan diakhirinya
penampung urine tersebut.
- Spesimen urine tersebut harus diingnkan atau diletakkan didalam
wadah es.
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.
f. Fakor yang memenuhi temuan laboratorium
- Diet yang mengandung kadar natrium tinggi atau rendah.
- Obat, seperti kortison dan diuretik yang kuat.
- Disfungsi ginjal.
- Urine yang terbuang.
g. Implikasi keperawatan dan rasional
Penyuluhan klien
- Jelaskan tentang prosedur penampungan urine selama 24 jam. Beri
tahu klien bahwa semua urine harus ditempatkan pada wadah yang
besar. Minta klien untuk turut menjelaskan prosedur ini kepada
keluarga. Beri tahu klien untuk tidak memasukkan kertas toilet atau
feses didalam urine.
Penurunan kadar
- bandingkan kadar natrium serum dengan kadar natrium urine.
Kadar natrium serum normal atau rendah. Dapat mengindikasikan
terjadinya retensi natrium atau penurunan asupan natrium.
Peningkatan kadar
- laporkan jika klien menerima beberapa liter larutan salin normal
per intravena (lihat Natrium [serum]).
Penyuluhan klien
- Jelaskan kepada klien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi natrium jika keadaan klien saat ini disebabkan
oleh asupan natrium yang tinggi.
3. Natrium (Na) (Serum)
a. Nilai normal
Dewasa : 135-145 mEq/l, 135-145 mmol/l (satuan SI)
Anak : Bayi : 134-150 mEq/l. Anak : 135-145 mEq/l
b. Deskripsi
Natrium (Na) adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler,
dan memiliki efek menahan air. Jika terdapat kelebihan natrium di

36

dalam cairan ekstraseluler, akan lebih banyak air yang direabsorpsi


dari ginjal.
Natrium memiliki berbagai fungsi. Fungsi tersebut antara
lain membantu mempertahankan cairan tubuh, bertanggung jawab
terhadap konduksi impuls neuromuskular melalui pompa natrium
(natrium masuk kedalam sel pada saat kalium keluar untuk proses
aktivasi seluler), natrium juga terlibat dalam aktivitas enzim, dan
mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara menggabungkan ion
klorida atau bikarbonat.
Tubuh memrlukan kira kira 2 sampai 4 gram natrium tiap
hari. Orang amerika biasanya mengkonsumsi natrium per hari kira
kira 6 sampai 12 gram (90 sampai 240 mEq/l) dalam bentuk garam
(NaCl). Satu sendok teh garam mengandung 2,3 gram natrium.
Istilah untuk ketidakseimbangan natrium adalah
hiponatremmi (defisit natrium serum) dan hipernatremia (kelebihan
natrium serum). Jika kadar natrium serum adalah 125 mEq/l, harus
dipertimbangkan penggantian serum adalah 115 mEq/l atau lebih
rendah, larutan salin pekat (NaCl 3% atau 5%) dapat dipesan. Pada saat
melakukan penggantian dengan cepat terhadap hilangnya natrium, hal
tersebut harus disertai dengan pengkajian terhadap hidrasi yang
berlebihan.
c. Tujuan
- Untuk memantau kadar natrium
- Untuk mendeteksi terjadinya ketidakseimbangan natrium (hipoatau hipernatremia)
- Untuk membandingkan kadar natrium dengan kadar elektrolit
lainnya (misal kalium, kalsium, klorida).
d. Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR : muntah, diare, pengisapan lambung,
keringat berlebihan, pemberian dextrosa 5% di dalam air (D 5W) per
intravena secara kontinu, SIADH(akibat pembedahan, trauma, nyeri,
pemberian obat narkotik), diet rendah natrium, luka bakar, reaksi
inflamasi, sedera jaringan (cairan dan natrium berpindah ke ruang
ketiga); polidipsia psikogenik, penyakit ginjal boros-ginjal. Pengaruh
obat : Diuretik yang kuat (furosemid[lasix], asam etakrinat [edecrin],
tiazid, manitol).
PENINGKATAN KADAR: Dehidrasi, muntah berat dan diare
(kehilangan cairan lebih banyak daripada kehilangan natrium ),CHF,
penyakit cushing, gagal hepatik, diet tinggi natrium. Pengaruh obat :
obat batuk, senyawa kortison, antibiotik, laktasif, metildopa (aldomet),
hidralazin (apresoline), reserpin.
e. Prosedur
- Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah atau hijau.
- Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan. Jika
klien mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung tinggi
garam selama 24 sampai 48 jam terakhir, asupan ini harus dicatat
dalam formulir laboratorium dan pemberian layanan kesehatan

37

harus diberi tahu. Natrium jarang diperiksa secara terpisah,


tetapi lebih sering menjadi bagian dari pemeriksaan elektrolit
serum (mis. Natrium, kalium, klorida, karbondioksida).
f.

Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium


- Diet tinggi natrium
- Obat diuretik yang kuat, senyawa kortison, berbagai agens anti
hipersensitif, obat batuk.

4. kalium (K) (urine)


a. Nilai rujukan
Dewasa :rentang luas : 25 100 mEq/24 jam.
Rentang rata rata : 40 80 mEq/24 jam,40 80 mmol/24 jam (satuan
SI).
Anak : 17 57 mEq/24 jam
b. Deskripsi
80 90 % kalium tubuh diekskresikan melalui urine.kadar kalium urine
24 jam merupakan indikator yang berharga terhadap status kalium
serum.penurunan kadar kalium urine dapat mengindikasikan
hyperkalemia (peningkatan kalium serum), dan peningkatan kadar
kalium urine dapat mengindiksikan hypokalemia (penurunan kalium
serum) atau dapat terjadi akibat peningkatan asupan kalium. Jika ginjal
tidak berfungsi dengan baik dan terdapat penurunan haluaran urine
(oliguria), jumlah kalium yang diekskresikan melalui urine akan
menurun, dan kadar kalium serum akan meningkat.
c. Tujuan
Lihat kalium (serum)
d. Masalah klinis
Penurunan kadar :peningkatan kadar kalium serum, gagal ginjal
akut,diare.
Pengaruh obat : diuretic hemat kalium(mis:aldactone)
Peningkatan kadar : penurunan kadar kalium serum, dehidrasi /
kelaparan, gagal ginjal kronis, asidosis diabetic, muntah dan
pengisapan lambung, peningkatan hormone adreno kortikal atau
penyakit cushing, toksisitas salisilat.
Pengaruh obat : diuretic boroskalium (mis:hidrodiuril,Lasix),
prednisone
e. Prosedur
-

Specimen urine 24 jam harus disimpan di atas sesuatu didinginkan

38

Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman

Suplemen kalium yang diberikan sebagai pengganti garam, tidak


boleh dikonsumsi dulu selama 48 jam

f. Faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium


-

Tidak mendinginkan wadah urine dapat mempengaruhi temuan uji

Feses dan kertas toilet yang mengontaminasi specimen urine

Muntah atau pengisapan lambung dapat menyebabkan


hypokalemia akibat pengeluaran kalium dari saluran
gastrointestinal, dan alkalosis metabolic yang menyertainya, dapat
menyebabkan peningkatan pengeluaran kalium urine. Jika terjadi
peningkatan ekskresi kalium urine, status hipokalemik dapat
menjadi lebih berat.

g. Implikasi keperawatan dan rasional


Penurunan kadar
- Jelaskan kepada klien bahwa tujuan uji ini adalah menentukan
apakah ginjal mengekskresikan jumlah kalium yang cukup atau
apakah tubuh menahan kalium tersebut.
- Beritahu klien untuk menampung semua urinenya selama 24 jam
serta meletakkannya pada wadah, yang harus diletakkan diatases
atau didinginkan
-

Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hyperkalemia. Jika


ekskresikalium urine menurun, kadar kalium serum mungkin
meningkat. Tanda dan gejala hyperkalemia adalah oliguria, karma
abdomen, bradikardia dan kesemutan, kedutanatau rasa baal pada
ekstremitas. Periksa kadar Pharteri atau kadar karbondioksida
(Co2) serum. Jika terdapat asidosis metabolic dan kalium urine
dapat menurun. Kalium sering ditahan dalam tubuh selama terjadi
asidosis metabolic.
Asidosis metabolic : pH, CO2 serum K serum,

K urine.

Peningkatan kadar
- Jelaskan kepada klien bahwa peningkatan asupan klien atau
penggunaan dueretik (boros-kalium) akan menyebabkan ekskresi
kalium urine yang berlebih

39

Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hypokalemia. Jika


ekskresi kalium urine meningkat, kadar kalium sering sekali
menurun. Tanda dan gejala hypokalemia adalah vertigo,
hipotensi, disritmia jantung, kelemahan otot dan penurunan
persitalsis.

Tentukan kadar Pharteriatau co2 serum. Jika terdapat alkalosis


metabolic (peningkatan pH dan CO2 serum) kadar kalium serum
menjadi rendah dan kalium urine dapat meningkat. Hydrogen dan
kalium diekskresikan bersama sama melalui urine dan akibatnya
terjadi alkalosis. Muntah dan pengisapan lambung dapat
menyebabkan alkalosis metabolic.
Alkalosis metabolic :

pH,

CO2 serum

K serum,

K urine

h. Implikasi Keperawatan dan Rasional


Penurunan Kadar
- Kaji untuk menemukan tanda dan gejala hiponatremia (mis,
ketakutan, ansietas, kedutan otot, kelemahan otot, sakit kepala,
takikardia, dan hipotensi).
- Ketahui bahwa kondisi hiponatremia yang terjadi setelah
pembedahan, dapat terjadi akibat SIADH. Biasanya terjadi juga
kelebihan sekresi hormon antidiuretik selama sehari atau dua
hari setelah pembedahan, yang menyebabkan reabsorpsi air dari
ginjal serta pelarutan natrium.
- Laporan jika klien menerima infus (D5W) selama lebih dari 2
hari, karena pemberian ini dapat menyebabkan hiponatremia dan
intoksikasi air. Cairan per IV dengan dextrosa ditambah dengan
sepertiga atau setengah larutan salin normal (0,33% sampai
0,45%) sering kali diberikan
- Pantau program pengobatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
hiponatremia (mis, pembatasan air, larutan salin normal [0,9%]
untuk memperbaiki kadar natrium serum yang bersikar 120
sampai 130 mEq/l, serta pemberian cairan salin dengan kadar
3% sampai 5% untuk mengatasi kadar natrium serum yang
kurang dari 115 mEq/l).
- Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hidrasi berlebihan
jika klien menerima cairan salin 3% sampai 5% per intravena.
Gejala hidrasi berlebihan, antara lain batuk konstan dan bersifat
teriritasi; dispnea; kongesti vena leher dan tangan; serta rales
dada.
- Periksa berat jenis urine. Berat jenis <1,010 dapat
mengindikasikan hiponatremia.

40

Periksa natrium serum dan hasil uji laboratorium lainnya dan


laporkan adanya perubahan elektrolit serum. Kadar natrium
serum yang sangat rendah mengharuskan uji tersebut diulang.
- Irigasi selang nasogastrik dan luka dengan cairan salin normal,
bukan dengan air steril.
- Ukur tanda vital untuk menentukan status jantung selama
hiponatremia.
- Bansingkan kadar yang rendah atau normal dapat
mengindikasikan retensi natrium atau penurunan asupan
natrium.
Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak hanya meminum air putih. Anjurkan klien
meminum cairan dalam bentuk larutan (mis., air kaldu dan jus).
Peningkatan kadar
- Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipernatremia (mis.,
kegelisahan; haus; kulit kemerahan; membran mukosa kering dan
lengket; lidah kering dan kasar; serta takikardia).
- Periksa untuk menemukan cairan tubuh yang keluar dengan
membuat catatan akurat tentang asupan dan haluran, dan timbang
berat badan klien setiap hari. Satu liter cairan ditambahkan pada
kira kira 1,13 kg berat badan.
- Periksa berat jenis urine. Berat jenis >1,030 dapat mengindikasikan
hipernatremia.
- Laporkan jika klien menerima cairan per IV yang mengandung
cairan salin normal (0,9 NaCl). Satu liter cairan salin normal
mengandung 55 mEq/l natrium. Tubuh memerlukan 40 sampai 70
mEq/l natrium setiap hari, maski asupan rata rata harian orang
dewasa adalah 90 sampai 240 mEq/l. Toleransi natrium harian
maksimum adalah 400 mEq/l, dan jika klien menerima 3 L larutan
salin normal, ia akan setara menerima natrium 465 mEq/l.
Penyuluhan Klien
- anjurkan klien minum 8 sampai 10 gelas air setiap hari, kecuali
jika dikontraindikasikan (sebagai contoh, pada klien dengan
riwayat CHF).
- Anjurkan klien menghindari makanan yang banyak mengandung
natrium (mis., kornet sapi, danging babi, ham, ikan tuna, keju,
seledri, saos tomat, acar, buah zaitun, dan kripik kentang).
5. Kalium (K) Serum
a. Nilai rujukan

Dewasa : 3,5 5,3 mEq/l ; 3,5 5,3 mmol/l (Satuan SI)


Kadar panik : <2,5 mEq/l dan >7,0 mEq/l
Anak : 3,5 5,5 mEq/l
Bayi : 3,6 5,8 mEq/l
b. Deskripsi

Kalium adalah elektrolit yang paling banyak ditemukan di


cairan intraseluler (sel). Kadar kalium serum memiliki kisaran yang

41

sempit dan keadaan henti jantung dapt terjadi jika kadar serum <2,5
mEq/l atau >7,0 mEq/l.
Sekitar 80% - 90% kalium tubuh diekskresikan melalui
ginjal. Jika terdapat kerusakan jaringan, kalium keluar dari sel dan
masuk ke cairan ekstraseluler (cairan interstisial dan intravaskuler).
Jika fungsi ginjal adekuat, kalium pada cairan intravaskuler (kadar
plasma/darah) kan diekskresikan, dan pada keadaan ekskresi
kalium berlebih, terjadi defisit kalium serum (hipokalemia). Namun
demikian, jika ginjal mengekskresikan urine sebanyak <600 ml per
hari, kalium akan terakumulasi dalam cairan intravaskuler sehingga
akan terjadi kalium serum berlebih (hiperkalemia).
Tubuh
tidak
mengonservasi
kalium
dan
ginjal
mengekskresikan kalium rata-rata sebanyak 40 mEq/l per hari
(berkisar anatara 25 120 mEq/l 24 jam), bahkan dengan asupan
diet rendah kalium. Kebutuhan kalium per hari adalah 3-4 g atau
sebesar 40-60 mEq/l.
c. Tujuan

1. Untuk memeriksa kadar kalium


2. Untuk mendeteksi keberadaaan hipo- atau hiperkalemia
3. Untuk memantau kadar kalium selama terjadi masalah kesehatan
(misalnya insufisiensi ginjal, penyakit yang melemahkan,
kanker), dan dengan obat tertentu (misalnya diuretik tiazid)

d. Masalah klinis

Penurunan
kadar
:
muntah/
diare,
dehidrasi,
malnutrisi/kelaparan, diet ketat, stres (trauma, cedera atau
pembedahan), pengisapan lambung, fistula intestinal, asidosis
diabetik, luka bakar, gangguan tubulus ginjal, hiperaldosteronisme,
ingesti licorice berlebih, ingesti glukosa berlebih, alkalosis
(metabolik). Pengaruh obat : Diuretik boros-kalium (furosemid
[Laxid], tiazid [Hydrodiuril], asam etakrinat [Edecrin], steroid
(kortison, estrogen), antibiotik (gentamisin, amfoterisin, polimiksin
B), insulin, bikarbonat, laksatif, litium karbonat, natrium polistiren
sulfonat (Kayexalate), salsilat (Aspirin).
Peningkatan Kadar : Oliguria dan anuria, gagal ginjal akut,
kalium per IV dalam cairan, penyakit Addison (hormon
adrenokortikal), cedera tabrakan dan luka bakar (disertai
kerusakan ginjal), asidosis (metabolik atau laktat). Pengaruh Obat
: Diuretik-hemat kalium, spironolakton (Aldactone), triamteren
(Dyrenium), antibiotik (penisilin G kalium), sefaloridin (Loridin),
heparin, epinefrin, histamin, isoniazid.
e. Prosedur

f.

1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung tertutup


merah. Cegah terjadinya masalah.
2. Jika mungkin, jangan biarkan torniquet terpasang di lengan lebih
dari 2 menit.
3. Pembatasan terhadap makanan, cairan, dan obat tidak perlu
dilakukan.
Faktor yang mempengaruhi

42

1. Status hidrasi klien dapat menyebabkan temuan palsu pada kadar


kalium. Hidrasi berlebihan dapat menyebabkan defisit kaliumserum yang palsu melalui proses hemodilusi. Dehidrasi dapt
menyebabkan kelebihan kalium serum melalui proses
hemokonsentrasi. Setelah klien terhidrasi, kadar kalium serum
dapat kembali normal atau sedikit rendah.
2. Penggunaan turniquet dapat menyebabkan peningkatan kadar
kalium serum
3. Hemolisis spesimen (darah) dapat menyebabkan tingginya kadar
kalium serum.
4. Obat
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
- Bandingkan kadar kalium serum dengan kadar kalium urine. Jika

kadar kalium serum menurun, kadar kalium urine meningkat, atau


begitu pula sebaliknya.
Penurunan Kadar
- Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipokalemia, seperti
vertigo (pusing), hipotensi, disritmia jantung, mual, muntah,
diare, distensi abdomen, peristalsis menurun, kelemahan otot,
dan kram tungkai.
- Catat asupan dan haluaran. Poliuria dapat menyebabkan
pengeluaran kalium yang berlebihan. Kalium tidak dikonservasi
dengan baik dalam tubuh, dan ginjal mengekskresikan kalium
tanpa memedulikan asupan kalium.
- Laporkan jika kadar kalium serum < 3,5 mEq/1. Jika kadar
kalium 3,0 sampai 3,5 mEq/1, keadaan ini akan memerlukan
100 sampai 200 mEq/1 kalium klorida (KCL) untuk
meningkatkan kadar kalium sebesar 1 mEq/1. Jika kadar kalium
2,9 mEq/1 atau kurang, diperlukan tambahan 200 sampai 400
mEq/1 KCL untuk meningkatkan kadar sebesar 1mEq/1.
- Tentukan status hidrasi klien jika terdapat hipokalemia. Hidrasi
berlebihan dapat melarutkan kadar kalium serum.
- Kenali perubahan peilaku sebagai tanda hipokalemia. Kadar
kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, iritabilitas, dan
depresi mental. Kadar kalium serum harus diperiksa jika
terdapat perubahan perilaku.
- Laporkan setiap ada perubahan elektrokardiografik. Segmen ST
yang memanjang dan depresi serta gelombang T yang terbalik
atau datar, merupakan indikasi hipokalemia.
- Larutkan suplemen kalium per oral sedikitnya dengan 120 ml
cairan atau jus. Kalium adalah agens korosif, dan sangat
mengiritasi mukosa lambung.
- Pantau kadar kalium serum pada klien yang menerima diuretik
boros kalium dan steroid. Contoh diuretik boros kalium adalah
Hydrodiuril, Lasix, dan Edecrin. Steroid kortison (seperti
prednison) dapat menyebabkan retensi natrium dan ekskresi
kalium.

43

Kaji untuk menemukan tanda dan gejala toksisitas digitalis jika


klien menerima bahan digitalis dan diuretik boros kalium atau
steroid. Kadar kalium serum yang rendah dapat meningkatkan
kerja digitalis. Tanda dan gejala toksisitas digitalis adalah mual
dan muntah, anoreksia, bradikardia, disritmia jantung, serta
gangguan penglihatan.
Pantau temuan uji klorida serum, magnesium serum, dan protein
serum jika terdapat hipokalemia. Mengatasi keadaan defisit
kalium hanya dengan penggantiaan kalium tidaklah efektif,
sementara kadar klorida, magnesium, dan protein juga rendah.
Berikan KCL per Iv dalam satu liter larutan parenteral. Jangan
pernah memberikan KCL per bolus atau per IV karena dapat
terjadi henti jantung. KCL parenteral hanya boleh diberikan per
intravena jika dilarutkan (20 sampai 40 mEq/1) serta tidak boleh
diberikan secara subkutan atau intramuskular. Larutan KCL per
IV yang pekat dapat mengiritasi otot jantung dan vena sehingga
dapat menyebabkan flebitis.
Periksa tempat penyuntikan IV jika klien menerima KCL dalam
cairan IV. Kalium yang terinfiltrasi sangat mengiritasi jaringan
subkutan (jaringan lemak) serta dapat menyebabkan
pengelupasan jaringan.
Ukur kehilangan cairan gastrointestinal akibat tindak
pengisapan, muntah, atau diare agar dapat memberikan
penggantian kalium dan elektrolit lain dengan tepat. Kalium,
natrium, hidrogen, dan klorida banyak ditemukan di saluran
gastrointestinal.
Irigasi selang gastrointestinal menggunakan larutan salin yang
normal untuk mencegah kehilangan elektrolit.

Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi kalium (buah, buah yang dikeringkan,
sayuran, daging, kacang-kacangan, teh, kopi, cokelat, dan kola).
Kebutuhan kalium harian adalah 3 sampai 4 g, atau 40 sampai 60
mEq/1.
- Anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi kalium jika
mereka mendapatkan terapi pengobatan dan makanan, yang dapat
menurunkan kadar kalium tubuh (mis; kortison, diuretik boros
kalium, laksatif, litium karbonat, salisilat, insulin, glukosa,
licorice).
Peningkatan Kadar
- Pantau untuk menemukan tanda gejala hiperkalemia, atau kadar
kalium serum berlebih (frekuensi nadi rendah [bradikardia],
kram abdomen, oliguria atau anuria, kesemutan, dan kedutan,
atau rasa baal pada ekstremitas).
- Kaji haluaran urine untuk menentukan fungsi ginjal. Haluaran
urine harus berjumlah minimal 25 ml/jam, atau 600 ml per hari,

44

serta haluran urine sebanyak <600 ml per hari dapat


menyebabkan hiperkalemia.
Laporkan bila terdapat kadar kalium serum yang lebih dari 5,3
mEq/1. Kadar kalium serum yang tinggi dapat menyebabkan
henti jantung.
Atur laju aliran cairan per IV sehingga lajunya tidak melampaui
10 mEq KCL per jamnya. Pemberian KCL per intravena yang
terlalu cepat dapat menyebabkan hiperkalemia.
Periksa umur dari keseluruhan darah sebelum memberikannya
kepada klien yang menderita hiperkalemia. Darah yang berumur
2 minggu atau lebih memiliki kadar kalium serum tinggi.
Kaji kadar kalium serum klien setiap 6 sampai 8 jam jika
kadarnya meningkat (>6,5 mEq/1) dan selama pengobatan
hiperkalemia. Kadar kalium serum sering kali berubah selama
pengobatan.
Pantau temuan elektrokardiogram bila ditemui penyebaran
gelombang QRS dan gelombang T meninggi (tanda
hiperkalemia). Frekuensi nadi menjadi cepat, tetapi jika terjadi
hiperkalemia, bradikardia atau frekuensi nadi lambat dapat
terjadi.
Batasi asupan kalium jika kadar kalium serum >6,0 mEq/1
Pantau klien yang menerima berbagai pengobatan medis
terhadap hiperkalemia bila didapati tanda dan gejala
hiperkalemia
kontinu
atau
berkembangnya
keadaan
hipokalemia. Berbagai pengobatan medis antara lain: (1)
natrium bikarbonat per IV meningkatkan pH, menyebabkan
kalium mengalir kembali ke dalam sel: (2) pemberian glukosa
per IV dan insulin dapat juga menyebabkan kalium mengalir
kembali ke dalam sel dan biasanya efektif selama 6 jam; (3)
kalsium glukonat menurunkan iritabilitas miokardium yang
terjadi akibat hiperkalemia, tetapi tidak menurunkan kadar
kalium serum; (4) natrium polistiren sulfonat (Kayexalate)
adalah obat yang digunakan untuk pertukaran ion (resin),
natrium untuk kalium. Obat ini dapat diberikan per oral atau
rektal dan dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk
mengobati hiperkalemia.
Beri tahu pemberi layanan kesehatan jika klien menerima obat
digitalis ketika kalsium glukonat sedang diberikan. Peningkatan
kadar kalsium serum dapat meningkatkan kerja digitalis
sehingga menyebabkan toksisitas digitalis.
Kaji untuk menemukan tanda dan gejala hipokalemia ketika
memberikan Kayexalate untuk periode waktu yang lama (2 hari
atau lebih).

F. ANALISIS LEMAK
1. Asam urat (serum)
a. Nilai Rujukan

45

Dewasa: Pria: 3,5-8,0 mg/dl. Wanita: 2,8-6,8 mg/dl (kisaran normal


dapat sedikit bervariasi di setiap laboratorium). Kadar Panik: >12
mg/dl.
ANAK: 2,5-5,5 mg/dl
LANSIA: 3,5-8,5 mg/dl
b. Diskripsi
Asam urat adalah produk tambahan dari metabolisme purin.
Peningkatan kadar asam urat dalam urine dan serum (hiperurisemia)
bergantung pada fungsi ginjal,laju metabolisme purin,dan asupan diet
dari makanan yang mengandung purin. Jumlah asam urat yang
berlebihan diekskresikan melalui urine. Asam urat dapat mengkristal
dalam saluran kemih pada kondisi urine yang bersifat asam; oleh sebab
itu,fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urine yang alkalin diperlukan
bila terjadi hiperurisemia. Masalah yang paling banyak terjadi berkaitan
dengan hiperurisemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari
hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat dapat diulang
kembali setelah beberapa hari atauy beberapa minggu.
Klien yang mengalami peningkatan asam urat serum harus
menghindari makanan tuinggi purin.
c. Tujuan
- Untuk memantau asam urat serum selama pengobatan gout
- Untuk membantu dalam mendiagnosis masalah kesehatan (lihat
Masalah Klinis)
d. Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR: Penyakit Wilson, asidosis tubulus ginjal
proksimal,anemia defisiensi asam folat,luka bakar,kehamilan.Pengaruh
Obat Alopurinol, azatioprin (Imuran), koumadin, probenesid
(Benemid), sulfinpirazon (Anturane)
PENINGKATAN KADAR: Gout, alkoholisme, leukemia (limfosituik,
mielositik, monositik), kanker metatastik, mieloma multipel, eklamsia
berat, hiperlipoproteinemia, diabetes melitus (berat), gagal jantung
kongesif, ghlomerulonefritis, gagal ginjal, stres, keracunan timbal,
pajanan sinar X (berlebih), latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat
badan tinggi protein, anemia hematolik, limfoma. Pengaruh Obat:
Asam askorbat, diuretik (asetazolamid [Diamox], tizid [klorotiazid],
furosemid [Lasix]), levodopa, metildopa (Aldoment), 6-merkaptopurin,
fenotiazin, salsisat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
e. Prosedur
- Kumpulan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung berututp merah.
Cegah terjadinya hemolisis
- Tindak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan;namun
demikian,pada banyak kasus,makanan tinggi purin,seperti daging
(hati,ginjal,otak,jantung, dan roti manis),remis,dan sarden,ditunda
pemberiannya selama 24 jam sebelum uji dilakukkan.
- Catat pada fomulir laboratorium tentang obat yang dikomsumsi klien
yang dapat mempengarhi hasil laboratoriom
f. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Laboratrium

46

Strees dan puasa dapat menyebabkan pningkatkan kadar asam urat


serum
- Makanan yang banyak mengandung purin (lihat Implikasi
Keperawatan)
- Obat (lihat Pengruh Obat)
g. IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
- Tanyakan
pada
pemberi
layanan
kesehatan
dan/atau
laboratprium,untuk menentukan apakah makanan yang mengandung
tinggi purin harus dihidari.
h. Peningkatan Kadar
- Kenali masalah klinis dan obat yang berkaitan dengan
hiperurisemia.Gout adalah masalah yang umum terjadi,berkaitan
dengan kadar asam urat serum yang tinggi
- Minat ahli gizi untuk mengunjungi klien guna mendiskusikan jenis
makanan yang bleh dimakan dan untuk merencanakan diet rendah
purin
- Pantau untuk menemukan tanda dan gejala gout (mis.,tofi daun telinga
dan sendi,nyeri sendi,dan edema pada ibu jari). Peningkatan kadar
asam urat serum dapat menyebabkan terbentuknya deposit urat pada
jaringan dan dalam cairan sinovial sendi.
- Pantau kadar pH urine dan jumlah haluaran urine. Kadar pH urine
harus tetap dipertahankan basa untuk mencegah pembentukan batu
asam urat di ginjal. Penurunan haluaran urine (<600 ml/24 jam) yang
disertai dengan peningkatan kadar asam serum,dapat menindikasikan
penyakit ginjal.
- Periksa kadar kreatinin dan urea serum jika kadar urat serum
meningkat dan haluaran urine menurun. Jika kadar urea,kreatinin,dan
asam urat serum meningkat dan haluaran urine menurun,harus
dicurigai terjadinya disfungsi ginjal. Keadaan ini juga dapat
disebabkan oleh masalah klinis lainnya.
i. Penyuluhan Klien
- Anjurkan klien tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung
sedang atau tinggi purin. Contohnya adalah sebagai berikut
Tinggi (100-1000 mg Purin Nitrogen/100 g Sedang (9-100 mg Purin Nitrogen/100 g
Makanan)
Makanan)
Otak
Daging
Jantung
Unggas
Ginjal
Ikan
Hati
Kerang
Roti manis
Asparagus
Rusa
Buncis
Sarden
Jamur
Remis
Kacang polong
Mackerel
Bayam
Anchovies
Air kaldu
Consomme (sejenis kaldu)
Mincemeat

47

Jelaskan kepada klien untuk mengurangi asupan alkohol.Etanol


menyebabkan retensi urat pada ginjal.

6. Kolesterol (serum)
a.
Nilai Rujukan
Dewasa : Nilai Ideal: <200mg/dl. Risiko Sedang: 200-240 mg/dl.
Risiko Tinggi: >240 mg/dl. Kehamilan: Kadar berisiko tinggi, tetatpi
akan kembali ke kadar seperti sebelum kehamilan, yaitu 1 bulan setelah
pelahiran. Anak: Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (Usia 2-19 Tahun); Nilai
ideal: 130-170 mg/dl. Rsisiko Sedang: 171-184 mg/dl. Risiko Tinggi:
>185 mg/dl.
b.
Deskripsi
Kolesterol merupakan lemak darah yang disintesis di hati serta
ditemukan dalam sel darah merah, membran sel, dan otot. Kira-kira
sebanyak 70% kolesterol diesterifikasikan (dikombinasi dengan asam
lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol diunakan tubuh
untuk membentuk gaaram empedu sebagai fasilitator pencernaan lemak
dan untuk pembentukan hormon oleh kelenjar adrenal, ovarium, dan
testis. Hormon tiroid dan estrogendapat menurunkan konsentrasi
kolesterol, serta sebaliknya tindakan pembedahan ooforektomi,
meningkatkan konsentrasinya.
Kolesterol serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri
koroner dan sterosklerosis. Hiperkolesterolemia
menyebabkan
penumpukan plak di arteri koroner sehingga dapat menyebabkan MCl.
Kadar kolesterol serum yang tinggi dapat berhubungan dengaan
kecenderungan genetik (herediter), obstruksi bilier, dan/atau asupan
diet. Lebih kurang sepertiga dari masyarakat di Amerika memiliki kadar
kolesterol serum di bawah 200 mg/dl, kadar ini merupakan kadar ideal.
c. Tujuan
- Untuk memeriksa kadar kolesterol klien
- Untuk memantau kadar kolesterol
d. Masalah Klinis
Penurunan Kadar: Hipertiroidisme, sindrom Chusing )hormon adrenal
yang berlebih), kelaparan, malabsorpsi, anemia, infeksi akut. Pengaruh
Obat: Antilipid (Zocor, Mevacor, Lipitor), tiroksin, antibiotik (kanamisin,
neomisin, parmomisin, tetrasiklin), asam nikotinat, estrogen, glukagon,
heparin, salisilat (aspirin), kolkisin, obat hipoglikemik per oral.
Peningkatan Kadar: MCl akut; aterosklerosis; hipotiroidisme; obstruksi
bilier; sirosis bilier; kolangitis; hiperkolesterolemia keluarga; diabetes
melitus yang tidak terkontrol; sindrom nefrotik; pankreatektomi;
kehamilan (trimester III); hiperlipoproteimia tipe II, III, dan V; periode
stres berat; diet kolesterol tinggi (lemak hewani). Pengaruh Obat: Aspiriin,
kortikosteroid, steroid (agens anabolik dan androgen), kontarsepsi oral,
epinefrin dan neropinefrin, bromida, fenotiazin (klorpromazin [Thorazine],
trifluoperazin [Stelazine], vitamin A dan D, sulfonamid, fenitoin
(Dilantin).
e. Prosedur

48

Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan, cairan, dan obat) selama 12
jam. Klien diperbolehkan minum.
- Kumpulan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah. Cegah
terjadinya hemolisis.
- Catat pennggunaan obat yang dikonsumsi klien yaang tidak terdaftar
pada formulir laboratorium.
f. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau
penigkatan kadar kolesterol serum.
- Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat
menyebabkan peningkatan kolesterol serum.
- Hipoksia baerat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum.
- Hemolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol serum.
g. Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Peningkatan Kadar
- Kaitkan
masalah
klinis
dan
penggunaan
obat
dengan
hiperkolesterolemia. Peningkatan kadar kolesterol dapat menandakan
terjadinya penyakit arteri koroner.
- Tangguhkan pemberian obat yang dapat meningkatkan kadar serum
selama 12 jam sebelum darah diambil, atas persetujuan pemberi
layanan kesehatan.
Penyuluhan Klien
- Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai kadar
kolesterol serum dan efek yang timbul jika kadar kolesterol
meninngkat.
- Anjurkan klien menurunkan berat badannya jika kegemukan dan
mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada obesitas
dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serum.
- Anjurkan klien yang menderita hiperkolesterolemia untuk mengurangi
asupan makanan tinggi kolesterol (mis., daging babi asap, telur,
mentega, daging berlemak, makanan laut tertentu, kelapa, dan cokelat).
- Instruksikan klien yang menderita hiperkolesterolemia berat untuk
mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut.
7. Asam urat (urine 24 jam)
a. Nilai Rujukan
Dewasa: 250-500 mg/24 jam (diet rendah purin), 250-750 mg/24 jam (dit
. normal).
Anak: Sama dengan dewasa.
b. Deskripsi
(Lihat Asam Urat [Serum].)
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purine, yang
terjadi dl sumsum tulang, otot, dan hati. Jumlah asam urat yang berlebihan
disekres kan melalui urine, kecuali jika terdapat disfungsi ginjal yang
disebabkaA 1 oleh obstruksi aliran ginjal.
Tujuan utama uji urine 24 jam adalah mendeteksi dan/atau
untukimfl ngonfirmasi diagnosis gout atau penyakit ginjal.

49

c. Tujuan
Lihat Asam Urat (Serum).
d. Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR: Penyakit ginjal (glomerulonefritis kronis,
obstruksi kemihj uremia), eklampsia (toksemia gravidarum), toksisitas
timbal. Pengaruh Obati Alopurinol, asetazolamid (Diamox), salisilat
(dosis rendah jangka panjangi triamteren.
PENINGKATAN KADAR: Gout, diet tinggi purin, leukemia
(limfositik, mielositik), polisitemia vera, sindrom Fanconi, gangguan
neurologik (perdarahair. serebri, trombosis serebri, infarksi otak,
embolisme serebral, ensefalomielitis), gangguan psikiatrik (penyakit
depresif-manik, status paranoid, neurosis depresif), kolitis ulserativa,
hepatitis virus, terapi sinar X, penyakit demam. Pengaruh Obat:
Bishidroksikoumarin, kortikosteroid, agens sitotoksik (pengobatan untuk
kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis tinggi).
e. Prosedur
- Ambil sampel urine 24 jam dalam wadah besar dan dinginkan. Dapat
diperlukan zat pengawet di dalam wadah. Tanyakan ke laboratoriunj
tentang perlu tidaknya pengawet tersebut.
- Cantumkan pada wadah tentang nama klien serta tanggal dan waktf
yang tepat penampungan urine dilakukan (mis., 23/9/03, 07.11 s.d
24/3/03, 07.11).
- Diet rendah atau tinggi purin dapat dipesan sebelum dan/atau selam
waktu penampungan urine.
- Tidak terdapat pembatasan minuman.
f. Faktor yang Memengaruhi Hasil Tes Laboratorium
- Obat (lihat Pengaruh Obat).
- Diet yang mengandung tinggi purin atau rendah purin.
- Pajanan sinar X berlebihan.
- Penyakit demam.
g. IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
- Pantau haluaran urine. Haluaran urine yang sangat kurang dapat
mengindikasikan asupan cairan yang tidak adekuat atau fungsi ginjal
yang buruk.
- Bandingkan kadar asam urat serum dengan kadar asam urat urine. Peningkatan kadar asam urat serum (hiperurisemia) dan penurunan kadar
asam urat urine dapat mengindikasikan disfungsi ginjal. Peningkatan
kadar asam urat serum dan urine sering terjadi pada penderita gout
sehingga memeriksa kadar asam urat urine dan serum merupakan hal
yang penting.
- Periksa kadar pH urine, terutama jika terdapat hiperuremia. Batu urat
dapat terjadi jika kadar pH urine rendah (asam). Urine basa membantu
mencegah terbentuknya batu dalam saluran kemih.
h. Penyuluhan Klien
- Jelaskan kepada klien tujuan dan prosedur uji ini. Jelaskan kepada
klien dan keluarga bahwa semua urine harus ditampung selama 24 jam.

50

Beri tahu klien untuk tidak memasukkan feses atau kertas toilet ke
dalam urine tersebut.
Beri tahu klien tentang makanan yang harus dihindari sebelum dan
selama uji dilakukan, sesuai petunjuk pemberi layanan kesehatan.

G. IMUNOLOGI
1. Imunoglobulin (Ig) (serum)
IgG,IgA,IgM,IgD,IgE
a. Nilai Rujukan
Total Ig
IgG
(99%;mg/dl) (80%;mg/
dl)
Dewasa 900-2.200
650-1.700
Usia 616 tahun
Usia 4-6
tahun
Usia 1-3
tahun
Usia 6
bulan
Usia 3
bulan
Bayi
baru
lahir

IgA
(15%;
mg/dl)
70-400

IgM
(4%;
mg/dl)
40-350

IgD
(0,2%;
mg/dl)
0-8

800-1.700

700-1.650

80-230

45-260

IgE
(0,0002%
U/ml)
< 40
(IgE 0-120
mg/dl)
<62

700-1.700

850-1.500

50-175

22-100

<25

400-1.500

300-1.400

20-150

40-230

<10

225-1.200

200-1.100

10-90

10-80

325-750

275-750

5-55

15-70

650-1.450

700-1.480

0-12

5-30

b. Deskripsi
Imunoglobulin (IgC) adalah kelompok protein yang dianggap
sebagai antibodi; terbagi menjadi 5 kelompok yang ditemukan dalam
gamma globulin. Imunoglobulin diproduksi dari kerja limfosit B dan sel
plasma,yang
merupakan
karakteristik
dari
semua
kerja
antibodi,imuglobin berespon terhadap serangan antigen asing. Ketika
individu terpajan antigen tersebut,terjadi produksi imuglobin (antibodi).
Apa bila terjadi pajanan lebih lanjut terhadap antigen yang sama,timbul
lah imunitas. Kelima kelompok imunoglobin tersebut adalahIgG,IgA,IgM,IgD, dan IgE- yang dipisahkan melalui proses
imunoelektroforesis.Dari kelima kelas imunoglobulin tersebut,yang
terpenting adalah IgG,IgA, dan IgM karena membentuk sebagian besar
gamma globulin total.
Fungsi imunologik imunoglobulin tersebut adalah sebagai berikut.
IgG: IgG merupakan imunoglobulin utama,IgG terjadi akibat
pajanan terhadap antigen asing dan menimnbulkan aktivitas antivirus dan
antibakterial.Antibodi ini menembus sawat plasenta dan memberikan
51

Ig
IgG

IgA

IgM

imunitas dini pada bayi baru lahir. Respons IgG lebih lama dan lebih kuat
daripada imunoglobulin lainnya,
IgA: Imunoglobulin ini ditemukan dalam sekret saluran
pernapasan,gastrointestinal dan genitourinarius,air mata,serta saliva.
Tujuannya adalah melindungi membran mukosa dari serangan organisme
(virus,bakteri tertentu-Escherichia coli dan Clostridium tetani). IgA tidak
dapat menembus sawar plasenta. Individu yang menderita defisiensi IgA
kongenital,rentan terhadap penyakit autoimun.
IgM: Antibodi IgM diproduksi dalam 48 sampai 72 jam setelah
antigen memasuki tubuh dan berperan banyak atas imunitass
primer.Imunoglobulin ini memproduksi aktivitas antibodi menghadapi
invasi faktor reumatoid,organisme gram negatif, dan golongan darah
ABO. IgM mengaktivassi sistem komplemen dengan cara
menghancurkan zat antigenik. Karena IgM tidak menembus sawar
plasenta,kadarnya dalam serum pada bayi baru lahir rendah; namun
demikian, antibodi ini dihasilkan pada usia dini dan jumlahnya
meningkat setelah usia 9 bulan.
IgD: Tidak diketahui
IgE: imunoglobulin ini meningkat selama reaksi alergi dan
anafilaksis
c. Tujuan
- Untuk mengidentifikasi peningkatan spesifik pada imunoglobulin
atas pada imunoglobulin total
- Untuk membantu mengaitkan peningkatan imunoglobulin tertentu
dengan masalah kesehatan (lihat Masalah Klinis)
d. Masalah Klinis
Penurunan Kadar
Peningkatan Kadar
Leukemia lomfositik
Infeksisemua jenis
Agammaglobulinemia
Malnutrisi berat
Preeklampsia
Infeksi granulomatosa kronis
Amiloidosis
Hiperimunisasi
Penyakit hati
Demam reumatik
Sarkoidosis
Leukemia limfosik
Gangguan autoimun
Agammaglobulinemia
Demam reumatik
Malignansi
Infeksi kronis
Penyakit hati
Leukemia limfositik
Limfosarkoma
Agammaglobulinemia
Bruselosis
Amiloidosis
Tripanosomiasis
Demam kambuhan
Mononukleosis infeksius
Virus rubela pada bayi baru lahir
Reaksi alergi (asma)
Sensitivitas kulit
Pengaruh obat
Toksoid tetanus

52

Antitoksin tetanus
Gamma globulin
-

f.
g.
-

e. Prosedur
Kumpulan 5 sampai 7 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
Catat pada formulir laboratorium apakah klien sudah menerima vaksinasi
atau imunisasi,termasuk toksoid,dalam 6 bulan terakhir; atau adanya
tranfusi darah,gamma globulin,atau injeksi tetanus antitoksin pada 6
minggu terakhir
Tidak terdapat pembatasan asupan makanan ataupun minuman. Berapa
laboratorium meminta klien tidak makan atau minum selama 12 jam
sebelum uji dikakukan. Tanyakan hal tersebut kepada petugas
laboratorium Anda.
Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
Imunisasi dan toksoid yang diterima dalam 6 bulan terakhir,dan tranfusi
darah,antitoksin tetanus,dan gamma globulin yang diterima dalam 6
minggu terakhir dapat mempengaruhi temuan imunoglobulin.
Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Kaji riwayat kesehatan klien tentang vaksinasi atau imunisasi
terdahulu,temasuk toksoid (tetanus),yang diterimanya dalam 6 bulan
terakhir dan tranfusi darah atau injeksi gamma globulin atau antitoksin
tetanus yang diterimanya dalam 6 minggu terakg=hir.
Laporkan kepada pemberi layanan kesehatan serta catat pada catata klien
dan fomulir laboratorium jika klien pernah menerima tranfusi
darah,imunisasi atau injeksi toksoid,antitoksin tetanus, dan gamma
globulin baru-baru ini
Periksa suhu badan klien secara periodic

h. Penyuluhan Klien
- Jelaskan kepada klien agar menghindar infeksi dengan cara melakukan
tindakan preventif (mis., tidak berada di dekat seimbang,serta
mempertahankan asupan cairan yang adekuat)
2. ANTISTREPTOLISIN O SERUM ( ig)
a. Nilai rujukan
Batas atas normal brvariasi sesuai dengan usia, musim dan wilayah
geografis.
Dewasa : <100 IU/ml; <160 Todd U/ml
Anak : bayi baru lahir : sama dengan dosis ibu. Usia 2-5 tahun: <100
IU/ml. Usia 12-19 tahun : <200 IU/ml ; <200 Todd U/ml
b. Deskripsi
Streptokokus beta hemolitikus menyekresi enzim yang disebut
sebagai O streptolisin yang mampu melisiskan sel darah merah. O
streptolisin bertindak sebagai antigen dan menstimulasi sistem imun
untuk membentuk antibody O antistreptolisin (ASO). Kadar titer ASO
yang tinggi menunjukkan bahwa streptokokus memang ada dan dapat

53

c.

d.

e.

f.
g.
h.

i.

menyebabkan demam reumatik atau glomerulonefritis akut. Peningkatan


kadar ASO serum dapat juga menunjukkan terjadinya infeksi
streptokokus yang baru saja dialami
Antibody ASO muncul kira-kira 1-2 minggu setelah infeksi
streptokokus akut, memuncak 3-4 minggu setelah awitan, dan tetap tinggi
secara berbulan-bulan. Banyak anak usia sekolah memiliki kadar titer
ASO yang lebih tinggi dari pada anak usia prasekolah atau dewasa.
Antigen streptokokus lain adalah antideoksiribonuklease (ADNasetiter >10) dan hialuronidase antistreptokokus (ASH-titer >128).
Tujuan
- Untuk mengidentifikasi klien yang rentan terhadap ganggian autoimun
spesifik (misalnya: penyakit kolagen)
- Untuk membantu memastikan efek streptokokus beta hemolitikus
dalam menyekresi enzim O streptolisin
Masalah klinis
Penurunan kadar : pengaruh obat : antibiotik
Peningkatan kadar : demam reumatik akut, glomerulonefritis aku, infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan atas, artritis reumatoid (kadarnya
agak naik) ,penyakit hati disertai dengan hyperglbulinnemia, penyakit
kolagen (kadarnya agak naik).
Prosedur
- Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
Cegah hemolisis.
- Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
- Pengulangan pemeriksaan ASO (sekali atau dua kalidalam seminggu)
dapat dianjurkan untuk memastikan kadar peningkatan paling tinggi.
Faktor yang mempengaruhi temuan Laboratorium
- Terapi antibiotik dapat menurunkan respon antibodi.
- Peningkatan kadar dapat terjadi pada manusia yang sehat (carrier)
Implikasi keperawatan dan rasional
- Perhatikan, terapi antibiotik dapat mengurangi respon antibodi.
Peningkatan Kadar
- Periksa kadar ASO serum jika klien mengeluh nyeri pada
persendianekstremitas. Peningkatan kadar yang tinggi dapat menjadi
penanda dema reumatik akut, dan peningkatan yang sedikit dapat
menjadi penanda terjadinya RA.
- Periksa haluaran urinr jika ASO serum meningkat. Volume haluaran
urine yang kurang dari 600 ml/24 jam dapat dikaitkan dengan
glomerlonrfritis akut.
Penyuluhan klien
- Anjurkan pada klien dan keluarganya untuk menjalani pemeriksaan
steptokokus beta hemolitikus dengan cara pengambilan kultur
tenggorokan jika klien mengalami sakit tenggorokan. Pngambilan
kultur tenggorokan mungkin perlu diulangi jika sakit tenggorokan
tidak mereda.

54

55

Anda mungkin juga menyukai

  • Hematokrit
    Hematokrit
    Dokumen3 halaman
    Hematokrit
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Alat Reproduksi Pria
    Alat Reproduksi Pria
    Dokumen3 halaman
    Alat Reproduksi Pria
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Antro
    Antro
    Dokumen12 halaman
    Antro
    NinaMustika
    100% (1)
  • Terapi Gizi
    Terapi Gizi
    Dokumen6 halaman
    Terapi Gizi
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 (1-5)
    Bab 1 (1-5)
    Dokumen5 halaman
    Bab 1 (1-5)
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen32 halaman
    Bab 2
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Proposal KEMNAS
    Proposal KEMNAS
    Dokumen4 halaman
    Proposal KEMNAS
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Gizi Dewasa
    Gizi Dewasa
    Dokumen12 halaman
    Gizi Dewasa
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Bab I Konsep Dasar Anemia
    Bab I Konsep Dasar Anemia
    Dokumen16 halaman
    Bab I Konsep Dasar Anemia
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Askep Mus
    Askep Mus
    Dokumen10 halaman
    Askep Mus
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Bab I Konsep Dasar Anemia
    Bab I Konsep Dasar Anemia
    Dokumen16 halaman
    Bab I Konsep Dasar Anemia
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Pola
    Pola
    Dokumen10 halaman
    Pola
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Aftar Isi
    Aftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Aftar Isi
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Hematokrit
    Hematokrit
    Dokumen3 halaman
    Hematokrit
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen11 halaman
    Anemia
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Studosss
    Studosss
    Dokumen8 halaman
    Studosss
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Pola
    Pola
    Dokumen10 halaman
    Pola
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Penunjang
    Pemeriksaan Penunjang
    Dokumen55 halaman
    Pemeriksaan Penunjang
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Sistem Reproduksi
    Sistem Reproduksi
    Dokumen3 halaman
    Sistem Reproduksi
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Studosss
    Studosss
    Dokumen8 halaman
    Studosss
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Pola
    Pola
    Dokumen10 halaman
    Pola
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Diovan 160 Valsartan
    Diovan 160 Valsartan
    Dokumen3 halaman
    Diovan 160 Valsartan
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Askep Malaria
    Askep Malaria
    Dokumen20 halaman
    Askep Malaria
    NinaMustika
    100% (1)
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen8 halaman
    Chapter I
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen8 halaman
    Chapter I
    NinaMustika
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Observasi Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
    Instrumen Observasi Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
    Dokumen1 halaman
    Instrumen Observasi Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
    NinaMustika
    Belum ada peringkat