Anda di halaman 1dari 8

MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MENDAPATKAN

NPWP ORANG PRIBADI


SYARAT-SYARAT MENDAPATKAN NPWP ORANG PRIBADI:
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP):
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI:
1.
1.
Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas berupa:
1.
fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau
2.
fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin
Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.
3.
Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas berupa:
1.
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia,
atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal
Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing, dan fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik;
atau
2.
fotokopi e-KTP bagi Warga Negara Indonesia dan surat pernyataan di
atas meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
4.
Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak
secara terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan:
1.
fotokopi Kartu NPWP suami;
2.
fotokopi Kartu Keluarga; dan
3.
fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat
pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan
terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.
YANG WAJIB MENDAFTARKAN DIRI :
Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha
Wajib Pajak, meliputi:
1.
1.

1.

Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena:
1.
hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
2.
menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta; atau
3.
memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya
terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;
2.
Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena:
1.
hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
2.
menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta; atau
3.
memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari
suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
TEMPAT PENDAFTARAN :
Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud di atas merupakan tempat tinggal
atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya.
TATA CARA PENDAFTARAN :

Untuk panduan penggunaan Aplikasi e-Registration dapat dilihat pada halaman

situs Aplikasi e-Registration pada tautan berikut: Help e-Registration.


Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak

melalui Aplikasi e-Registration harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan di atas, ke KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak.
Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara

mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau
mengirimkan dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.
Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sudah

diterima oleh KPP.


Apabila dokumen yang disyaratkan belum diterima KPP dalam jangka waktu 14

(empat belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pendaftaran secara elektronik,
maka permohonan tersebut dianggap tidak diajukan. Jadi, pastikan dokumen yang
disyaratkan telah diterima KPP sebelum jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja.
Apabila dokumen yang disyaratkan ini telah diterima secara lengkap, KPP

menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara elektronik.


Terhadap permohonan pendaftaran NPWP yang telah diberikan Bukti

Penerimaan Surat, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan
Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.
Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada Wajib Pajak
melalui pos tercatat.

Jadi, pastikan alamat yang Anda cantumkan pada Formulir Pendaftaran Wajib
Pajak adalah benar dan lengkap.

SECARA LANGSUNG :

Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran secara

elektronik, permohonan pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara


tertulis dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.
Permohonan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan.
Permohonan secara tertulis disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya

meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
Penyampaian permohonan secara tertulis dapat dilakukan:
1.
2.
3.

secara langsung;
melalui pos; atau
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
Setelah seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran diterima KPP atau KP2KP secara

lengkap, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat.


KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling

lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.


NPWP dan SKT akan dikirimkan melalui Pos Tercatat.

Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,dan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tentang Percepatan Penyaluran, Pengelolaan
dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 telah dikeluarkan.
SKB tersebut ditandatangani Bambang Brodjonegoro (Menteri Keuangan), Tjahjo Kumolo (Menteri
Dalam Negeri), dan Marwan Djafar (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi).
Beberapa diktum keputusan dalam SKB tersebut diantaranya yaitu :

1. Menteri Dalam Negeri memerintahkan Bupati/Walikota untuk melakukan langkah-langkah


percepatan penyaluran dan pengelolaan Dana Desa Tahun 2015.
2. Menteri Dalam Negeri melakukan percepatan pelaksanaan pelatihan/bimbingan teknis
mengenai pengelolaan keuangan Desa bagi Aparat Desa.
3. Menteri Keuangan melakukan pemantauan penyaluran Dana Desa dari RKUD ke Rekening
Kas Desa untuk setiap tahap penyaluran sesuai dengan batas waktu dan besaran
penyaluran.
4. Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi memfasilitasi percepatan penggunaan Dana Desa
Tahun 2015 untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
o

Prioritas penggunaan Dana Desa meliputi:

1. Pembangunan sarana prasarana desa, seperti jalan desa, jembatan


sederhana, saluran air, embung desa, talud, irigasi tersier dan pengelolaan
air bersih skala desa.
2. Pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pengembangan Posyandu,
pengembangan Poskesdes dan Polindes, dan pengembangan kegiatan
PAUD.
3. Pengembangan ekonomi lokal, seperti pasar desa, kios desa, pelelangan
ikan milik desa dan penyaluran pinjaman bergulir untuk usaha kelompok
masyarakat melalui pembentukan dan pengembangan BUMDesa.
o

Pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan sarana prasarana dilakukan secara


swakelola, dengan menggunakan sumber daya/bahan baku lokal, dan diupayakan
dengan lebih banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat desa setempat.

5. Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi melalukan percepatan penyediaan tenaga pendamping
desa dan optimalisasi tenaga pendamping desa yang sudah ada.
6. Peraturan Bupati/Walikota tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dan Peraturan
Bupati/Walikota tentang Pengadaan Barang dan Jasa, serta Peraturan Desa tentang
APBDesa tahun 2015 ditetapkan paling lambat minggu kedua Oktober 2015.

7. KPK Temukan 14 Kejanggalan Sistem Pengelolaan Dana


Desa
8.
9. Metrotvnews.com, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan 14 persoalan
pengelolaan dana desa. Temuan itu diperoleh setelah KPK melakukan kajian yang
didasarkan pada diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa yang berimplikasi
pada disetujuinya anggaran sejumlah Rp20,7 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015.
Hasilnya, KPK menemukan 14 temuan pada empat aspek, yakni aspek regulasi dan
kelembagaan; aspek tata laksana; aspek pengawasan; dan aspek sumber daya manusia.
Pada aspek regulasi dan kelembagaan, KPK menemukan sejumlah persoalan, antara lain;
belum lengkapnya regulasi dan petunjuk teknis pelaksanaan yang diperlukan dalam
pengelolaan keuangan desa; potensi tumpang tindih kewenangan antara Kementerian Desa
dan Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri.
Persoalan yang cukup mencolok, adalah formula pembagian dana desa yang berubah
disebabkan dari PP No. 60 tahun 2014 menjadi PP No. 22 tahun 2015. Pada Pasal 11 PP
No. 60 tahun 2014 formulasi penentuan besaran dana desa per kabupaten/kota cukup

transparan dengan mencantumkan bobot pada setiap variabel, sementara pada Pasal 11 PP
No. 22 tahun 2015, formula pembagian dihitung berdasarkan jumlah desa, dengan bobot
sebesar 90 persen dan hanya 10 persen yang dihitung dengan menggunakan formula
jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis.
"Bila mengikuti formula PP No. 60/2014, Desa A yang memiliki 21 dusun dengan luas 7,5 km
persegi akan mendapatkan dana desa sebesar Rp437 juta, sedangkan Desa B yang
memiliki tiga dusun dan luas 1,5 km persegi mendapatkan sebesar Rp41 juta. Namun,
dengan peraturan yang baru, PP No. 22/2015, Desa A mendapatkan Rp312 juta dan Desa B
mendapatkan Rp263 juta," Kata Kepala Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha,
dalam keterangan persnya kepada Metrotvnews.com, Jumat (13/6/2015).
Pada aspek tata laksana, KPK menilai kerangka waktu siklus pengelolaan anggaran desa
akan sulit dipatuhi oleh desa. Selain itu, satuan harga baku barang dan jasa yang dijadikan
acuan bagi desa dalam menyusun APBDesa Belum Tersedia. APBDesa yang disusun tidak
sepenuhnya menggambarkan kebutuhan yang diperlukan desa.
"Berdasarkan regulasi yang ada, mekanisme penyusunan APBDesa dituntut dilakukan
secara partisipatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Namun, tidak
selamanya kualitas rumusan APBDesa yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan prioritas
dan kondisi desa tersebut," lanjutnya.
Dia mencontohkan, desa X yang kondisinya minim infrastruktur dan proporsi jumlah
penduduk mayoritas miskin, justru memprioritaskan penggunaan APBDes untuk renovasi
kantor desa yang kondisinya masih relatif baik. Atau Desa Y yang memprioritaskan pendirian
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) perdagangan cengkeh dibanding, meski daerahnya
minim infratruktur.
"Sementara pada aspek pengawasan, terdapat tiga potensi persoalan, yakni Efektivitas
Inspektorat Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan di desa
masih rendah; Saluran pengaduan masyarakat tidak dikelola dengan baik oleh semua
daerah; dan Ruang lingkup evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh camat belum
jelas," tambah Priharsa.
Sedangkan pada aspek sumber daya manusia, terdapat potensi persoalan, yakni tenaga
pendamping berpotensi melakukan korupsi atau fraud memanfaatkan lemahnya aparat
desa. Hal ini berkaca pada program sejenis sebelumnya, PNPM Perdesaan, dimana tenaga
pendamping yang seharusnya berfungsi membantu masyarakat dan aparat desa, justru
melakukan korupsi dan kecurangan.
"Atas sejumlah persoalan yang ada, KPK berharap kajian ini mampu menjadi mekanisme

pemicu dalam upaya perbaikan dalam pengelolaan keuangan desa bersama semua
pemangku kepentingan. KPK berpandangan, dana desa haruslah mampu memajukan desa
dan memberdayakan masyarakatnya," tutupnya

Kades Jangan Takut Tersandung Masalah Hukum

10. Pemerintah pusat telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum agar tidak
mempersalahkan para kepala desa yang akan menggunakan dana desa. Oleh karena itu,
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menginstruksikan kepada
para kepala desa untuk segera membelanjakan dana desa yang sudah masuk ke rekening
desa.
11.
12. "Keberadaan dana desa harap segera disampaikan dan disalurkan ke desa-desa. Bagi
kepala desa, jika sudah sampai ke rekening harap segera di belanjakan, jangan takut kena
masalah hukum," ujar Menteri Desa saat melakukan temu wicara dengan para kepala desa
di pendopo kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis (27/8).
13.
14. Menurut Menteri Marwan, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan melalui Kejaksaan
agung, dan Kapolri agar tidak banyak mempersalahkan para kepala desa yang
menggunakan anggaran desa agar tidak tersandung masalah hukum.
15.
16. "Memang agak sulit, tapi karena ini pengalaman pertama kali, dana desa wajib dipakai.
Kepala desa harap segera menyalurkan dan membelanjakan," tandasnya.
17.
18. Untuk mempercepat penyaluran dana desa, Menteri Marwan meminta agar mempermudah
aturan yang telah dibuat. "Pertama, supaya serapan anggaran bisa dimanfaatkan.
Kedua, yang penting kegunaan anggaran desa sesuai dengan kebutuhan seperti yang
ada dalam aturan Permendes yang telah dibuat," ujarnya
19.
20. Menteri Marwan mengunggkapkan salah satu penyebab keterlamnatan penggunaan
anggaran desa. Penyebab pertama menurut menteri marwan adalah keterlambatan perbup
dalam membuat aturan terkait dana desa.
21.
22. "Kedua, memang ada kendala dengan over regulated. Kemenkeru bikin aturan sendiri,
Kemendagri juga bikin aturan sendiri, sehingga menjadi sagat birokratis dan rumit,"
imbuhnya.
23.
24. Menteri Marwan menambahkan akan memangkas beberapa aturan dan membantu dengan
membikin template RPJMDesa, RKPDesa dan APBDesa.

25.
26. "Kita perpendek, nati bikin template yang mempermudah. Kita juga sudah duduk barenga
bersama Kemenkeu dan Kemendagri untuk mempermudah penggunaan dana desa,"
ungkapnya.
27.
28. Jika dana desa sudah di gunakan. Menteri Marwan berjanji akan menambah dana desa
pada tahun anggaran berikutnya. "Tahun 2016 tiga kali lipat. Persoalannya kita tambah
setiap tahun, tapi kalau tidak digunakan untuk apa,

Hingga saat ini, dana desa yang telah disalurkan dari pemerintah pusat (APBN) ke
rekening kas umum daerah Kabupaten/Kota baru mencapai Rp16,5 triliun, namun baru
sekitar Rp1,9 triliun yang disalurkan ke rekening kas Desa. Karena proses pencairan
dana desa ini tersenda-sendat di kabupaten dan kota, maka tiga kementerian sepakat
membuat SKB tentang percepatan penyaluran, pengelolaan, dan penggunaan Dana
Desa tahun 2015.
Melalui Rakornas tentang Percepatan Penyaluran dan Penggunaan Dana Desa, Menteri
Marwan berharap semua kabupaten/kota dapat segera melakukan rencana kerja
percepatan penyaluran dana desa, melalui fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa sesuai prioritas penggunaan dana desa. Kegiatan pembangunan
desa dirancang secara swakelola dengan menggunakan bahan lokal dan dapat
dikerjakan secara padat karya yang melibatkan masyarakat setempat.
Sampai saat ini, substansi hasil pembahasan dalam SKB telah disepakati oleh masingmasing kementerian yang terlibat dalam pengelolaan dana desa. Adapun proses
legalisasi SKB telah ditandatangani oleh Menteri Desa PDTT yang selanjutnya diproses
tanda tangan oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.
Dalam SKB sendiri disepakati bahwa Bupati/Walikota diminta segera menyalurkan
Dana Desa ke rekening kas desa apabila desa telah menyampaikan Peraturan Desa
tentang APBDesa. Jika Desa belum menyampaikannya, maka Bupati/Walikota dapat
segera memerintah camat dan aparat kecamatan, serta pendamping Desa untuk
membantu memfasilitasi penyelesaian Peraturan Desa tentang RPJMDesa, RKPDesa
dan APBDesa. Selanjutnya, Bupati/Walikota harus memerintahkan Kepala Desa agar
segera membuka rekening kas Desa untuk menampung Dana Desa dan pendapatan
desa lainnya.

Dalam SKB juga disebutkan, meskipun Bupati/Walikota belum menetapkan peraturan


tentang Pengelolaan Keuangan Desa, namun Bupati/Walikota dapat segera
memerintahkan Kepala Desa untuk menggunakan Dana Desa Tahun 2015 dengan
mengacu pada Peraturan Meneri Dalam Negeri Nomor 113/2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa. Begitupun jika Bupati/Walikota belum menetapkan Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Desa, maka Bupati/Walikota harus segera mempercepatnya
penetapannya dengan mengacu pada Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
Berikutnya, dalam SKB disampaikan bahwa Dana Desa dapai dipakai untuk
pembangunan infrastruktur atau sarana prasarana desa yang baru. Kemudian dapat
digunakan untuk keperluan rehabilitasi dan pemeliharaan infrastruktur atau sarana
prasarana desa. Dana Desa Juga dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
pelayanan dasar dan pengembangan ekonomi lokal. Tentu saja, semua itu harus sesuai
kebutuhan prioritas desa yang mengacu pada Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor
5/2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa.
Lebih rinci, dalam Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 5/2015 disebutkan bahwa
pembangunan sarana prasarana desa dapat meliputi jalan desa, jembatan sederhana,
saluran air, embung desa, talud, irigasi tertier dan pengelolaan air bersig skala desa.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar dapat meliputi pengembangan
posyandu, pos kesehatan desa dan polindes, serta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pengembangan potensi usaha ekonomi lokal dapat meliputi penyaluran pinjaman
bergulir untuk usaha kepada kelompok masyarakat melalui pembentukan dan
pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), pasar desa, kios desa dan
pelelangan ikan milik desa.
Dalam keputusan bersama juga ditegaskan bahwa pembangunan, rehabilitasi dan
pemeliharaan infrastruktur atau sarana prasarana desa ini diutamakan untuk dilakukan
secara swakelola dengan sumberdaya/bahan baku lokal dan dikerjakan secara padat
karya.

Anda mungkin juga menyukai