Anda di halaman 1dari 32

Presentasi Kasus

Seorang Anak Laki-laki Usia 12 Tahun dengan


Dengue Fever dan Gizi Baik

Oleh :
Anindita Putri Hapsari G99141012/H1-15
Siska Dewi Agustina

G99141013/H2-15

Pembimbing:
dr. Muhammad Riza, Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD DR
Moewardi Surakarta. Presentasi kasus dengan judul:

Seorang Anak Laki-laki Usia 12 Tahun


dengan Dengue Fever dan Gizi Baik

Hari/tanggal

Agustus 2015

Oleh:
Anindita Putri Hapsari G99141012/H1-15
Siska Dewi Agustina

G99141013/H2-15

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Muhammad Riza, Sp.A, M.Kes

BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. J

Tanggal lahir

: 22 Oktober 2002 (12 tahun 9 bulan)

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta

BB

: 34 kg

TB

: 145 cm

Tanggal masuk

: 15 Agustus 2015

Tanggal Pemeriksaan : 15 Agustus 2015


No. CM

: 01310609

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien dibawa oleh keluarga dengan keluhan demam.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan terus-menerus. Semakin meningkat terutama
pada malam hari. Keluhan berkurang jika pasien mengonsumsi obat
penurun panas yang dibeli sendiri di apotik. Namun jika pasien tidak
mengonsumsi obat tersebut, demam kembali muncul. Pasien juga sempat
mengeluhkan nyeri sendi di kedua lutut. Tidak ditemukan batuk, pilek,
keluar cairan dari telinga, mual, muntah, mimisan, gusi berdarah, guang
air besar hitam seperti petis.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien diantar oleh ibunya
berobat ke puskesmas. Selain memperoleh obat paracetamol 3x1/2 tab,
amoxicillin 3x1/2 tab dan antasida 3x1/2 tab, pasien juga dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium darah namun pasien

menolak. Menurut ibunya, pasien tidak menunjukkan perbaikan setelah


berobat ke puskesmas.
Pasien kembali berobat ke klinik swasta karena keluhan demam
tidak kunjung membaik lalu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah
dengan hasil trombosit 80.000 u/l dan hematokrit 34 %. Pasien
dianjurkan untuk mondok.
Saat di IGD pasien tampak lemah, demam, tidak didapatkan gusi
berdarah, mimisan, BAB hitam. Pasien buang air kecil terakhir kurang
lebih empat jam SMRS.
Saat di bangsal melati pasien masih tampak lemas, demam, dan
mengeluhkan nyeri pada kedua lutut.Tidak didapati adanya perdarahan
pada mukosa, mimisan, maupun BAB hitam seperti petis.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat dengan keluhan serupa

: disangkal

Riwayat demam berdarah

: disangkal

Riwayat demam thypoid

: disangkal

Riwayat bepergian ke daerah endemik malaria

: disangkal

Riwayat pengobatan dengan OAT

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

Riwayat alergi obat/makanan

: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat alergi obat/makanan

: (-)

Riwayat asma

: (-)

Riwayat batuk lama

: (-)

Riwayat hipertensi

: (+), kakek pasien dari pihak ayah


dan ibu.

Riwayat diabetes mellitus

: (+), nenek pasien dari pihak ibu.

5. Riwayat Lingkungan Sekitar

Berdasarkan alloanamnesis dengan ibu pasien, pasien tinggal


dengan kedua orang tua dan adik laki-lakinya. Tetangga dekat pasien ada
yang sedang menderita penyakit demam berdarah.
6. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien mengaku tidak merasakan keluhan apapun saat hamil.
Ante natal care dilakukan secara rutin setiap bulan di bidan. Ibu pasien
mengaku mendapatkan suplemen tambah darah dari bidan. Ibu pasien
tidak mengonsumsi jamu atau obat selain yang diberikan oleh bidan.
7. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan saat usia kehamilan 37
minggu, dengan berat lahir 2800 kg, panjang badan 54 cm, menangis
spontan (+), kebiruan (-).
8. Status Imunisasi
Jenis
0
I
II
III
IV
Hepatitis B 0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Polio
0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
BCG
1 bulan
DPT
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Campak
9 bulan
Kesan : imunisasi dasar telah lengkap sesuai jadwal Depkes

9. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan
BB lahir 2800 gr, PB lahir 54 cm. Umur sekarang 12 tahun, BB 34 kg,
TB 153 cm.
Perkembangan

Motorik kasar dalam batas normal

Motorik halus dalam batas normal

Bahasa dalam batas normal


5

Personal sosial dalam batas normal

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia


10. Riwayat Nutrisi
Usia 0 6 bulan

: diberi ASI 60 cc x 8 perhari

Usia 6 9 bulan

: diberi ASI 120 cc x 8 perhari dan bubur susu 3 kali

perhari
Usia 9 -12 bulan

: diberi makan nasi tim 3 kali perhari dan susu

formula 120 cc x 8 perhari


Usia 12 24 bulan : diberi makan nasi lauk 1/3 porsi dewasa 3 kali
perhari dan susu formula 120 cc x 8 perhari
Usia 2 5 tahun

: diberi makan nasi lauk porsi dewasa 3 kali

perhari dan susu 100 cc x (3-4) perhari


Usia 6 tahun sampai saat ini pasien diberikan manakn nasi lauk - 1
porsi dewasa 3 kali perhari dan susu 100 cc tiga sampai lima hari sekali
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan gizi cukup.
11. Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak laki-laki pertama dari Tn A yang bekerja
sebagai buruh bangunan dengan penghasilan kurang lebih Rp. 500.000
Rp. 800.000 per bulan. Sedangkan ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Ayah Ibu pasien merupakan suku jawa. Ayah, Ibu, dan pasien
beragama Islam.

12. Pohon Keluarga


I

II
33 tahun
III

35 tahun
10 tahun
An. J (13 tahun)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. KeadaanUmum
Sikap / keadaan umum

: tampak sakit sedang

Derajat kesadaran

: kompos mentis

Derajat gizi

: baik

2. Tanda vital
BB

: 34 kg

TB

: 145 cm

TD

: 100/70

SiO2

: 99%

Nadi

: 108 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit
Suhu

: 40.0 C (per axilla)

3. Perhitungan Status Gizi


a) Secara klinis
Gizi kesan baik
b) Secara Antropometris
BB : 34 kg ,Umur : 12 tahun , TB : 145 cm
BB/U : 34/41 x 100% = 82,93%

10<P<90 (normoweight)

TB/U : 140/149 x 100% = 97,32 %

10<P<90 (normoheight)

BB/TB : 34/40 x 100% = 85 %

10<P<90 (gizi baik)

Status

gizi

secara

antropometri:

gizi

baik,

normoweight,

normoheight
4. Kepala
Normosefal, lingkar kepala (LK): 52.5 cm (-2 SD < LK < +2 SD)
(Nellhaus).
5. Mata
Bulu mata rontok (-), konjunctiva pucat (-/-), oedem palpebra (-/-),
sekung (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+ 3 mm/ + 3mm), air mata
(+/+)
6. Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-)
7. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (+), lidah kotor dan hiperemis (-)
8. Telinga
Sekret (-/-), tragus pain (-/-)
9. Tenggorok
Uvula di tengah, tonsil T1-T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-)
10. Leher
Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah

bening tidak

membesar
11. Toraks
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Pulmo :

Inspeksi

: pengembangan dinding dada kanan = kiri

Palpasi

: fremitus teraba sde

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

suara

dasar:

vesikuler

(+/+),

suara

tambahan: RBH (-/-), RBK (-/-), wheezing


(-/-)
Cor :

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: bunyi jantung I II intensitas normal,


regular, bising (-)

12. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, asites (-), pekak alih (-),
undulasi (-), turgor kulit kembali cepat

13. Ekstremitas
Akral dingin

edema

ADP kuat
CRT < 2 detik
Uji Torniquet (+)
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
15/8/15
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
12.4
Hematokrit
38
Leukosit
6.7
Eritrosit
4.20
Trombosit
127
INDEX ERITROSIT
MCV
89.2
MCH
29.5
MCHC
33.1
RDW
11.8
HITUNG JENIS
Eosinofil
0.80
Basofil
0.30
Neutrofil
67.10
Limfosit
24.70
Monosit
7.10

Satuan

Rujukan

g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul

14.0 17.5
33 45
4.5 14.5
3.80 - 5.80
150 450

/um
Pg
g/dl
%

80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6

%
%
%
%
%

04
01
29 72
33 48
06

KIMIA KLINIK
Gula Darah
98
Sewaktu
Natrium
138
Darah
Kalium
4.4
Darah
LAIN-LAIN
Golongan
O
Darah

mg/dl

60 100

mmol/l

132 145

mmol/l

3.1 5.1

E. RESUME
Pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam dirasakan terus-menerus. Semakin meningkat terutama pada malam
hari. Keluhan berkurang jika pasien mengonsumsi obat paracetamol yang
dibeli sendiri di apotik. Pasien juga sempat mengeluhkan nyeri sendi di kedua
lutut.
Pasien sudah berobat ke klinik sebelumnya dan diberi 3x1/2 tab,
amoxicillin 3x1/2 tab dan antasida 3x1/2 tab, tapi tidak berkurang. Lalu
pasien datang ke klinik swasta dan melakukan pemeriksaan laboratorium
darah dengan hasil trombosit 80.000 u/l dan hematokrit 34 %. Pasien
dianjurkan untuk mondok. Pasien juga mengatakan bahwa tetangga pasien
ada yang menderita demam berdarah dan dirawat di rumah sakit.
Dari hasil pemeriksan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan,
BB: 34 kg, TB: 153 cm, SiO2: 99%, nadi: 108 x/menit, pernafasan: 22
x/menit, suhu: 40.0 C per axilla, lingkar kepala : 52,5 cm, uji torniquet (+).
F. DAFTAR MASALAH
1. Anamnesis:
Demam
Nyeri di persendian terutama kedua lutut
2.

Pemeriksaan Fisik:
Suhu: 40.0o C per axilla
10

uji torniquet (+)


G. DIAGNOSIS BANDING
1. Dengue fever
2. Chikungunya
3. Infeksi saluran kemih
4. Otitis media akut
5. Gizi baik, normoweight, normoheight (antropometri)
H. DIAGNOSIS KERJA
1. Dengue fever
2. Gizi baik, normoweight, normoheight (antropometri)
I. PENATALAKSANAAN
1. Diet nasi lunak 2000 kkal/hari
2. IVFD D5 1/2 NS 74 cc/jam ~ 18 tpm makro
3. Paracetamol ~ 3x500 mg (k/p)
J. PLAN
1. Cek darah lengkap, golongan darah, elektrolit, GDS, GDT
2. Pemeriksaan urin rutin.
3. IgG dan IgM anti dengue
K. MONITORING
Keadaan umum, tanda vital, balance cairan dan diuresis tiap 8 jam.
L. EDUKASI
1. Mengenai penyakit pasien.
2. Mengenai pengobatan dan kesembuhan pasien.
M. PROGNOSIS

11

Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam : bonam
N. FOLLOW UP
1. Follow Up Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
16/8/15 18/8/15
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
11.7
10
Hematokrit
36
30
Leukosit
5.5
4.7
Eritrosit
3.95
3.56
Trombosit
123
130
INDEX ERITROSIT
MCV
90.8
85.0
MCH
29.6
28.1
MCHC
32.6
33.1
RDW
12.0
14.0
HITUNG JENIS
Eosinofil
1.10
0.80
Basofil
0.10
0.30
Neutrofil
63.30
69.10
Limfosit
30.10
21.90
Monosit
5.40
4.60

20/8/15

Satuan

Rujukan

11.4
35
6.1
3.87
200

g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul

14.0 17.5
33 45
4.5 14.5
3.80 - 5.80
150 450

90.0
29.5
32.8
11.7

/um
Pg
g/dl
%

80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6

1.30
0.60
51.90
39.50
6.70

%
%
%
%
%

04
01
29 72
33 48
06

2. Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi


Eritrosit

: normokrom, normosit, sel eritoblas (-)

Leukosit

jumlah

dalam

batas

normal,

dominan

neutrofil,

vakuolisasi neutrofil, limfosit atipik, sel blas (-)


Trombosit

: jumlah menurun, makrotrombosit, penyebaran merata

Kesimpulan : gambaran darah tepi dengan trombositopenia mengarah


proses infeksi
Saran

: CRP

3. Pemeriksaan urin rutin

12

Eritrosit : 0-1/LPB, leukosit : 1-2/LPB, kristal amorf : +


Kesan : urin dalam batas normal.
4. Pemeriksaan IgG dan IgM anti dengue : positif
5. Follow up status pasien
Follow up
S

Tanda Vital

Kepala
Telinga
Mata
Hidung
Mulut
Tenggorok

Thorax
Cor

16/8/15
Demam naik
turun, nyeri
sendi di kedua
lutut, BAB dan
BAK dalam
batas normal,
mual(-),
muntah(-),
batuk(-),pilek(-),
nyeri kepala (-),
mimisan(-),
bintik-bintik
merah di kulit (-)
KU: tampak
sakit sedang,
GCS E4V5M6,
gizi kesan baik
SiO2: 99%, RR
20x/menit, t
39.3oC, HR
104x/menit
Normosefal,
lingkar
kepala
(LK): 52,5 cm,
Sekret (-/-)
CA (-/-), SI (-/-)
Nafas cuping
hidung (-), sekret
(-/-)
Mukosa basah
(+)
Tonsil T1-T1
hiperemis (-),
faring hiperemis
(+)
Retraksi (-)
I: ictus cordis tak
tampak
P: ictus cordis

18/8/15
Demam naik turun

20/8/15
-

KU: tampak sakit


sedang, GCS
E4V5M6, gizi
kesan baik
SiO2: 99%, RR
20x/menit, t
38.2oC, HR
100x/menit
Normosefal,
lingkar kepala
(LK): 52,5 cm
Sekret (-/-)
CA (-/-), SI (-/-)
Nafas cuping
hidung (-), sekret
(-/-)
Mukosa basah (+)

KU: baik, GCS


E4V5M6, gizi
kesan baik

Tonsil T1-T1
hiperemis (-),
faring hiperemis
(+)
Retraksi (-)
I: ictus cordis tak
tampak
P: ictus cordis tidak

Tonsil T1-T1
hiperemis (-),
faring hiperemis (-)

SiO2: 99%, RR
18x/menit, t
36.8oC, HR
88x/menit
Normosefal,
lingkar kepala
(LK): 52,5 cm
Sekret (-/-)
CA (-/-), SI (-/-)
Nafas cuping
hidung (-), sekret
(-/-)
Mukosa basah (+)

Retraksi (-)
I: ictus cordis tak
tampak
P: ictus cordis tidak
13

tidak kuat angkat


P: batas jantung
sde
A: BJ I-II
intensitas
normal, reguler,
bising (-)
Pulmo
I: pengembangan
dada kanan = kiri
P: fremitus raba
kanan=kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar:
vesikuler (+/+),
suara tambahan
(-/-)
Abdomen I: dinding dada //
dinding perut
A: bising usus
(+) normal
P: timpani
P: supel, nyeri
tekan (-), hepar
dan lien tidak
teraba
Genital
Dalam batas
normal
Ekstremitas Akral dingin (-),
sianosis (-), CRT
< 2, ADP kuat
R. fisiologis:
dalam batas
normal
R. patologis: (-)
Meningeal sign
(-)
Asessment - Dengue fever
- Gizi baik
Terapi
- Infus D51/2NS
18 tpm
- Diet nasi lauk
2000 kkal/hari
- Paracetamol
3x500mg k/p
Monitoring

KUVS/8 jam

kuat angkat
P: batas jantung
sde
A: BJ I-II intensitas
normal, reguler,
bising (-)

kuat angkat
P: batas jantung sde
A: BJ I-II intensitas
normal, reguler,
bising (-)

I: pengembangan
dada kanan = kiri
P: fremitus raba
kanan=kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar:
vesikuler (+/+),
suara tambahan
(-/-)
I: dinding dada //
dinding perut
A: bising usus (+)
normal
P: timpani
P: supel, nyeri
tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba

I: pengembangan
dada kanan = kiri
P: fremitus raba
kanan=kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar:
vesikuler (+/+),
suara tambahan
(-/-)
I: dinding dada //
dinding perut
A: bising usus (+)
normal
P: timpani
P: supel, nyeri
tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba

Dalam batas
normal
Akral dingin (-),
sianosis (-), CRT <
2, ADP kuat
R. fisiologis: dalam
batas normal
R. patologis: (-)
Meningeal sign (-)

Dalam batas
normal
Akral dingin (-),
sianosis (-), CRT <
2, ADP kuat
R. fisiologis: dalam
batas normal
R. patologis: (-)
Meningeal sign (-)

- Dengue fever
- Gizi baik
- Infus D1/2NS 18
tpm
- Diet nasi lauk
2000 kkal/hari
- Paracetamol
3x500mg k/p

- Dengue fever
- Gizi baik
- Infus D1/2NS 18
tpm
- Diet nasi lauk
2000 kkal/hari
- Paracetamol
3x500mg k/p

KUVS/8 jam

KUVS/8 jam
14

15

BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis dengue fever dan faringitis ditegakkan berdasarkan:
A. Anamnesis
1. Pasien mengalami demam yang naik turun sejak tiga hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam menurun hanya saat pemberian obat
penurun panas lalu suhu kembali meningkat.
2. Pasien juga mengalami nyeri di persendian terutama di kedua sendi
lutut.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien tampak lemas
Tanda vital pasien: SiO2 : 99%, nadi
x/menit, suhu

: 108 x/menit, pernafasan : 22

: 40.0 C (per axilla), uji torniquet (+)

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah didapatkan trombositopeni 80.000 u/l
Demam dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
masuk dalam kelompok B arthropod borne virus (arbovirus), yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus dan memiliki 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, dan DEN04.
Penegakan diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis didapatkan demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari,
diikuti oleh fase afebril (demam mereda). Fase afebril ini merupakan fase
kesembuhan untuk demam dengue, tetapi merupakan fase kritis pada demam
berdarah dengue.
Kriteria rawat inap pada pasien anak dengan demam dengue tersebut yaitu
apabila terdapat kedaruratan seperti syok, muntah terus menerus, kejang,
kesadaran menurun, muntah darah, berak hitam, trombositopeni < 100.000,

hematokrit cenderung meningkat setelah dua kali pemeriksaan berturut-turut,


hemokonsentrasi meningkat (Hct = 20%)
Pada pasien ini didapatkan adanya demam yang tinggi secara mendadak
selama 3-4 hari, disertai dengan nyeri di persendian terutama di kedua lutut,
dan penurunan sel trombosit kurang dari 100.000 u/l (80.000 u/l)
Tata laksana umum pasien dengan demam dengue yaitu:
Apabila penderita infeksi virus dengue datang pada periode febris, dimana
belum/tidak dapat dibedakan apakah dengue fever/dengue hemorrhagic fever,
maka pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
-

Antipiretik
Paracetamol sebagai pilihan dengan dosis 10 mg/kg bb/ kali tidak boleh
lebih dari empat kali sehari. Jangan memberikan aspirin dan
brufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis dan atau perdarahan.

Antibiotik tidak diperlukan

Makan disesuaikan dengan kondisi nafsu makan pasien

Apabila penderita ditetapkan rawat jalan,maka kalau dalam perjalanan


didapat keluhan dan tanda klinis seperti di bawah ini dianjurkan untuk
segera datang ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya. Gejala dan
tanda yang dimaksud adalah:
o Nyeri abdomen
o Tanda perdarahan di kulit, petechie dan ekhimosis
o Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi
o Penderita tampak loyo dan perabaan terasa dingin

Kebutuhan cairan harus dipenuhi. Pemberian cairan dapat diberikan per


oral, akan tetapi apabila penderita tidak mau minum, muntah terus, atau
panas yang terlalu tinggi maka pemberian cairan intravena menjadi
pilihannya. Apabila cairan intravena dijadikan pilihan terapi, maka dikenal
formula untuk memenuhi cairan rumatan yaitu formula Halliday Segar
dengan rincian sebagai berikut:
Berat Badan

Cairan rumatan (volume)/ 24 jam


17

10
100 cc/kg bb
10-20
1000 + 50 cc/ kg bb di atas 10 kg
>20
1500 cc + 20 cc/ kg bb di atas 20 kg
*setiap derajat celcius kenaikan temperatur, cairan dinaikkan 12% dari
kebutuhan rumatan. Untuk cairan rumatan ini dapat dipakai solutio D5
saline untuk anak usia > 3 tahun atau D5 saline untuk penderita berumur < 3
tahun.
-

Lakukan observasi secara cermat setiap 6 jam atas tanda vitalnya dengan
tujuan untuk mendeteksi adakah tanda-tanda kebocoran plasma (plasma
leakage), yang mengarah ke dengue haemorrhagic fever.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Demam dengue merupakan penyakit yang dapat menyerang anak-anak,
remaja, dan dewasa. Demam dengue biasanya diawali dengan demam yang
tinggi mendadadak dan terkadang bersifat bifasik yang dapat disertai dengan
sakit kepala berat, myalgia, atralgia, petechie, leukopeni, dan trombositopeni.

18

Walaupun demam dengue merupakan penyakit yang tidak parah, namun


demam dengue dapat mengakibatkan gangguan aktivitas yang disebabkan
karena sakit kepala berat, nyeri otot dan tulang (break bone fever) yang
biasanya muncul pada pasien dewasa. Terkadang ditemukan adanya
perdarahan seperti perdarahan di saluran cerna, hypermenorrhea, dan
epistaksis yang masiv.
II. Etiologi
Virus dengue termasuk group B Arthropod borne virus (Arboviruses) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae yang
mempunyai 4 jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype yang lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat.3
III. Patofisiologi Demam Dengue
Perbedaan klinis antara demam dengue dan demam berdarah dengue
disebabkan oleh mekanisme patofisiologi yang berbeda. Adanya renjatan pada
demam berdarah dengue disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga
karena proses imunologi. Hal ini tidak didapati pada demam dengue.
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi
darah dan akan ditangkap oleh makrofag (antigen precenting cell). Viremia
akan terjadi sejak dua hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari
terjadinya demam.
Antigen yang menempel pada makrofag akan mengaktivasi sel T-Helper
dan menarik makrofag lainnya untuk menangkap lebih banyak virus.
Sedangkan sel T-helper akan mengaktivasi sel T-sitotoksik yang akan melisis
makrofag. Telah dikenali tiga jenis antbodi yaitu antibodi netralisasi, antibodi
hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.

19

Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator yang


merangsang terjadinya gejala sistemik seperti semam, nyeri sendi, nyeri otot
dan gejala lainnya. Juga bisa terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan
trombositopenia ringan.
Demam tinggi (hiperthermia) merupakan manifestasi kllinik utama pada
penderita infeksi virus dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator
yang muncul.
Sel pejamu yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang
terjadinya panas. Faktor panas yang dimunculkan adalah jenis sitokin pemicu
panas seperti TNF , IL 1, IL 6, dan sebaliknya sitotoksin yang meredam
panas adalah TGF- dan IL 10.
Beredarnya virus dalam plasma bisa merupakan partikel virus yang bebas
atau berada dalam sel platelet, limfosit, monosit, tetapi tidak dalam eritrosit.
Banyaknya partikel virus yang merupakan kompleks imun yang terkait dengan
sel ini menyebabkan voremia pada infeksi virus dengue sukar dibersihkan.
Antibodi yang dihasilkan padainfeksi virus dengue merupakan non
netralisasi antibodi yang dipelajari dari hasil studi menggunakan stok kulit
virus C6/C36, viro sel nyamuk dan preparat virus yang asli.
Respon innate immune terhadap infeksi virus dengue meliputi dua
komponen yang berperan penting di periode sebelum gejala infeksi yaitu
antibodi IgM dan platelet. Antibodi alami IgM dibuat oleh CD 5 + B sel,
bersifat tidak spesifik dan memiliki striktur molekul multimerix. Molekul
hexamer IgM berjumlah lebih sedikit dibandingkan molekul pentameric IgM
namun hexameric IgM lebih efisien dalam mengaktivasi komplemen. Antigen
dengue dapat dideteksi di lebih dari 50% Complex Circulation Immune.
Komplek imun IgM tersebut selalu ditemukan di dalam dinding darah bawah
kulit atau di bercak merah kulit penderita dengue. Oleh karenanya dalam
penentuan virus dengue level IgMmerupakan hal yang spesifik.
IV. Manifestasi Klinis

20

Setelah mengalami maainkubasi selama 4-6 hari, beberapa gejala seperti


gejala flu, sakit kepala, malaise mulai berkembang. Gejala khas dari demam
dengue adalah demam tinggi yang onsetnya mendadak dan biasanya
diasosiasikan dengan wajah kemeragan serta sakit kepala. Terkadang demam
yang tinggi disertai dengan menggigil. Selain itu juga dapat ditemukan adanya
nyeri pada bagian retro orbita saat mata digerakkan atau saat mata ditekan,
fotofobia, nyeri punggung, dan nyeri pada otot dan tulang. Gejala yang sering
muncul lainnya adalah anorexia, nyeri tenggorokan, dan depresi. Gejala
tersebut biasanya muncul selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
Demam: temperature tubuh dapat mencapai antara 39-40 C, dan demam
yang bersifat bifasik, demam bertahan antara 5-7 hari pada kebanyakan kasus.
Ruam: adanya kemerahan yang luas dapat muncul pada wajah, leher, dan
dada pada dua sampai tiga hari di awal munculnya gejala. Kemerahan yang
nayata dapat bersifat makulopapular atau rubeliformis yang muncul pada hari
ketiga dan keempat. Menjelang berakhirnya periode demam kemerahan mulai
menghilang dan sekumpulan petechie dapat muncul pada bagian dorsum kaki,
tangan, dan lengan. Kemerahan dalam proses penyembuhan yang khas seperi
konfluen petechie yang dikelilingi warna kepucatan di antara kulit yang
normal.
Manifestasi perdarahan: perdarahan pada kulit dapat muncul dengan
dilakukan tes torniket atau adanya petechie. Perdarahan lain seperti epistaksis
masiv, hypermenorrhea, dan perdarahan saluran cerna biasanya muncul pada
demam dengue yang disertai dengan trombositopenia.
Durasi dan keparahan dari demam dengue bervariasi antara individu
satu dengan yang lain tergantung dari epidemiologinya. Periode penyembuhan
dapat berlangsung pendek tapi juga dapat memanjang. Pada pasien dewasa
dapat membutuhlan waktu beberapa minggu dan dapat disertai dengan
asthenia dan depresi. Bradikardi biasanya muncul dalam masa penyembuhan.
Komplikasi perdarahan seperti epistaksis, gusi berdarah, perdarahan saluran
cerna,

hematuria,

dan

hypermenorrhea

sangat

jarang

terjadi

pada

demamdengue. Walaupun jarang, perdarahan yang berat sangat penting dalam

21

penatalaksanaan demam dengue. Demam dengue yang disertai dengan


manifestasi perdarahan disebut sebagai demam berdarah dengue.

V. Pemeriksaan Penunjang
Pada area endemic dengue, tes toniket yang positif dan leukopeni
(WBC5000 cells/mm3) membantu menegakkan diagnosis awal infeksi
dengue dengan prediksi positif sebesar 70-80%. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosis pada demam dengue
salah satunya dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap. Penemuan hasil
laboratorium klinis dari demam dengue fase akut antara lain:
-

Total sel darah putih dapat normal selama demam, kemudian berkembang
menjadi leukopeni (menurunnya neutrofil selama periode demam)

Trombositopenia ringan (100.000-150.000 cells/mm3 ) biasanya muncul


pada kebanyakan pasien demam dengue, namun setengah dari keseluruhan
kejadian pada pasien dengue jumlah tromosit dapat menunjukkan kurang
dari 100.000 cells/mm3, sedangkan demam dengue derajat berat dapat
mengakibatkan tromositopenia <50 000 cells/mm3.

Hematokrit meningkat (10%) dapat muncul sebagai kompensasi dari


dehidrasi yang diasosiasikan dengan demam tinggi, muntah, anirexia, dan
rendahnya intake makanan per oral.

Biokimia serum biasanya normal, namun enim liver dan aspartate amino
transferase (AST) dapat mengalami peningkatan.

Perlu dicatat bahwa penggunaan obat-obatan seperti analgetik, antipiretik,


antiemetik, dan antibiotik dapat mengintervensi fungsi hepar dan sistem
koagulasi darah.
Diagnosis pasti infeksi dengue membutuhkan pemeriksaan penunjang,

baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibodi-dengue tertentu.


Isolasi virus atau deteksi DENV RNA dalam spesimen serum serotype

22

tertentu, Real Time Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RTPCR), dalam fase akut spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari
dari timbulnya gejala. Jika virus tidak dapat dipisahkan atau terdeteksi dari
sampel ini, fase convalescent dari spesimen serum diperlukan sedikitnya 6 hari
setelah timbul gejala untuk membuat diagnosis serologi dengan tes antibodi
IgM dengue dengan IgM antibodi captured enzyme linked Immunosorbent
Assay (ELISA MAC).7
VI.

Diagnosis

VII. Diagnosis Banding

23

a. Arbovirus : chikungunya (sering salah diagnosis dengan infeksi dengue


di Asia Tenggara).
b. Penyakit virus lain : measles, rubella dan eksantema akibat virus
lainnya, virus Epstein Barr, enterovirus, influenza, hepatitis A,
hantavirus.
c. Penyakit bakteri : meningokoksemia, leptospirosis, tifoid, melioidosis,
penyakit riketsia, demam scarlet.
d. Penyakit parasit : malaria.
VIII. Penatalaksanaan
Periode Febris:
Apabia penderita infeksi virus dengue datang pada periode febris, dimana
belum/tidak dapat dibedakan apakah dengue fever/dengue hemorrhagic fever,
maka pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
-

Antipiretik
Paracetamol sebagai pilihan dengan dosis 10 mg/kg bb/ kali tidak boleh
lebih

dari

empat

kali

sehari. Jangan

memberikan

aspirin

dan

brufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis dan atau perdarahan.


-

Antibiotik tidak diperlukan

Makan disesuaikan dengan kondisi nafsu makan pasien

Apabila penderita ditetapkan rawat jalan,maka kalau dalam perjalanan


didapat keluhan dan tanda klinis seperti di bawah ini dianjurkan untuk
segera datang ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya. Gejala dan
tanda yang dimaksud adalah:
o Nyeri abdomen
o Tanda perdarahan di kulit, petechie dan ekhimosis
o Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi
o Penderita tampak loyo dan perabaan terasa dingin

Kebutuhan cairan harus dipenuhi. Pemberian cairan dapat diberikan per


oral, akan tetapi apabila penderita tidak mau minum, muntah terus, atau
24

panas yang terlalu tinggi maka pemberian cairan intravena menjadi


pilihannya. Apabila cairan intravena dijadikan pilihan terapi, maka dikenal
formula untuk memenuhi cairan rumatan yaitu formula Halliday Segar
dengan rincian sebagai berikut:
Berat Badan
Cairan rumatan (volume)/ 24 jam
10
100 cc/kg bb
10-20
1000 + 50 cc/ kg bb di atas 10 kg
>20
1500 cc + 20 cc/ kg bb di atas 20 kg
*setiap derajat celcius kenaikan temperatur, cairan dinaikkan 12% dari kebutuhan
rumatan. Untuk cairan rumatan ini dapat dipakai solutio D5 saline untuk anak
usia > 3 tahun atau D5 saline untuk penderita berumur < 3 tahun.
-

Lakukan observasi secara cermat setiap 6 jam atas tanda vitalnya dengan
tujuan untuk mendeteksi adakah tanda-tanda kebocoran plasma (plasma
leakage), yang mengarah ke dengue haemorrhagic fever.
Periode Afebris
Kebanyakan penderita demam dengue, setelah panas turun, penderita

merasa/tampak lebih segar, timbul nafsu makan dan akan segera sembuh tanpa
disertai komplikasi, sehingga tidak ada pengobatan khusus. Kadang timbul gejala
klinis :confalesence petechial rash pada tangan atau kaki dengan memberi kesan
seperti sarung tangan atau kaus kaki. Dalam prosentase yang kecil periode
convalesence ini membutuhkan waktu agak panjang.

25

PENATALAKSANAAN KASUS TERSANGKA


DEMAM BERDARAH DENGUE DBD
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak, terus-menerus, < 7
hari tidak disertai ISPA, badan lemah/lesu

Ada kedaruratan

Tidak ada kedaruratan

Tanda syok muntah terus menerus, kesadaran


menurun
Kejang, muntah darah, berak darah, berak hitam
Uji Tourniquet (+)
(Rumplee Leede)

Jumlah trombosit
< 100.000/ul

Rawat Inap

Periksa uji tourniquet

Uji tourniquet (-)


(Rumplee Leede)

Jumlah trombosit
> 100.000/ul

Rawat jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari sampai
demam hilang

Nilai tanda klinis & jumlah


trombosit, Ht bila masih demam
hari sakit ke 3

Rawat Jalan
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht, Trombosit.
Perhatikan untuk orang tua pesan bila timbul tanda
syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin, sakit
perut, berat hitam, kencing berkurang

Lab :Hb/Ht naik dan trombosit turun

26

Growth Chart

27

a. Cara perhitungan

28

1) Tentukan BB sesuai umur melalui Grow Chart


Cara :
(a) Tentukan titik temu antara usia dan BB sekarang
(b) Naikkan titik temu ke persentil 50
(c) Lihat berapa BB persentil
(d) Hasilnya : BB/U =
2) Tentukan TB sesuai umur melalui Grow chart
(a) Tentukan titik temu antara usia dan TBsekarang
(b) Naikkan titik temu ke persentil 50
(c) Lihat berapa TB persentil
(d) Hasilnya : TB/U =
3) Tentukan BB/TB
(a) Tarik titik temu antara
(b) Hasilnya : BB/TB =
b. Hasil
Interpretasi (Classification Waterlow)
Status Gizi :
BB/U
TB/U
BB/TB

Baik
80-100 %
95-100 %
90-100 %

Kurang
80-< 80%
85-95%
70-<90%

Buruk
<80%
<85%
<70%

Jadi berdasarkan data rekaman medik yang ada maka


metode yang digunakan untuk menentukan status gizi pada anak
adalah Grow Chart dan bisa menggunakan Berat Badan untuk

29

Umur, Tinggi Badan untuk Umur, dan Berat Badan untuk Tinggi
Badan. Dari ketiga jenis Grow Chart yang paling akurat adalah
berdasarkan Berat Badan untuk Tinggi Badan.

BAB IV
PENUTUP

30

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien tersebut didiagnosis dengan dengue fever dan gizi
baik.
2. Pada pasien tersebut telah dilakukan penanganan yang tepat sesuai
dengan Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010
B. Saran
1. Setelah pasien diperbolehkan pulang, sebaiknya dilakukan follow up
kembali untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
2. Perlu edukasi pada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan diri sendiri untuk mencegah terjadinya sakit yang
berulang.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Soegeng, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak : Demam Dengue. Jakarta:
Salemba Medika.
2. Depkes RI. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2006.
3. Sumarmo,S., 2002. Infeksi dan Penyakit Tropis : Infeksi Virus Dengue.
Jakarta: IDAI.
4. Rampengan, T.H., 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak : Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: EGC.
5. Behrmen RE, Kliegman RM. 2000. Nelson Texbook of Pediatrics, Vol II
E/15 WB Saunders, Philadelphia.
6. WHO. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue and Dengue Haemmorhagic Fever: Revised and Expanded.
http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf. Diakses pada 14 Januari
2015.
7. Centers for Disease Control and Prevention (2009). Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever: Information for Helath Care Practitioners.
http://www.cdc.gov/Dengue/resources/Dengue&DHF%20Information
%20for%20Health%20Care%20Practitioners_2009.pdf. Diakses pada 14
Januari 2015.
8. Komite Medik RSDM, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf
Medis Fungsional Anak. RSUD Dr.Moewardi, Surakarta.
9. Wilmana, F., Gan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi : AnalgesikAntipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan
Sendi Lainnya. Jakarta: Balai Pustaka FK UI, hal 237-239.

32

Anda mungkin juga menyukai