Oleh :
Isnani Syafarini
C34104069
RINGKASAN
ISNANI SYAFARINI. C34104069. Karakteristik Produk Tepung Es Krim dengan
Penambahan Hidrokoloid Karaginan dan Alginat. Dibimbing oleh MALA
NURILMALA, MURDINAH, dan JOKO SANTOSO.
Rumput laut merupakan salah satu potensi kelautan Indonesia dan telah
menjadi komoditas ekspor yang diandalkan. Hasil dari ekstrak rumput laut berupa
karaginan dan alginat (hidrokoloid) memiliki karakteristik fisika dan kimia yang
unik sehingga dapat diaplikasikan dalam produk makanan sebagai penstabil,
pengental, dan pengemulsi pada es krim, susu, bir, sari buah, saos tomat, dan
sebagainya. Penggunaan hidrokoloid pada produk tepung es krim berkaitan
dengan sifat kelarutan yang tinggi dalam bentuk bubuk serta dapat
dikombinasikan dengan bahan pengemulsi dan penstabil lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penggunaan jenis hidrokoloid
yang tepat dalam pembuatan tepung es krim serta mempelajari aplikasi jenis
hidrokoloid terpilih dengan kombinasi bahan pengemulsi dan penstabil lainnya
dalam produk tepung es krim. Tahapan pada penelitian ini terdiri dari penelitian
pendahuluan yang meliputi pembuatan es krim beku dari tepung es krim dengan
penambahan hidrokoloid iota karaginan, alginat, dan kombinasi iota
karaginan-alginat. Penelitian utama meliputi penelitian tahap pertama dan kedua.
Tahap pertama adalah aplikasi jenis hidrokoloid terpilih dari penelitian
pendahuluan dalam formulasi tepung es krim dengan konsentrasi sebesar 0 %;
0,2 %; 0,4 %; 0,6 %; dan 0,8 %. Penelitian tahap kedua merupakan pengamatan
terhadap mutu sensori tepung es krim dengan konsentrasi hidrokoloid terpilih dan
hidrokoloid komersil serta produk komersil.
Hasil analisis sensori dan sifat fisika-kimia terhadap es krim menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata, namun nilai overrun yang terukur pada es krim
penambahan alginat memiliki nilai tertinggi dan dipilih untuk diaplikasikan pada
penelitian utama. Analisis sensori terhadap es krim dengan penambahan
alginat 0 %; 0,2 %; 0,4 %; 0,6 %; dan 0,8 % menunjukkan penilaian umum
panelis lebih menyukai es krim dengan penambahan alginat 0,8 %. Pengamatan
terhadap mutu fisik menunjukkan perbedaan konsentrasi alginat berpengaruh
nyata terhadap overrun dan stabilitas emulsi dengan nilai tertinggi berturut-turut
sebesar 157,78 % dan 90,67 % pada penambahan alginat 0,8 %. Es krim terpilih
dari penelitian utama tahap pertama adalah es krim penambahan alginat 0,8 %.
Perbandingan tepung es krim penambahan alginat 0,8 % (tepung es krim
terpilih) dan alginat komersil 0,8 % serta produk komersil berdasarkan analisis
sensori menunjukkan pengaruh yang nyata pada parameter warna, tekstur, rasa,
dan mouthfeel. Pengamatan terhadap parameter kimia tepung es krim terpilih dan
produk komersil menunjukkan nilai kadar air, abu, lemak, dan protein dari tepung
es krim terpilih berturut-turut sebesar 3,19 %; 6,02 %; 11,51 %; dan 15,86 %.
Nilai tersebut telah memenuhi standar SNI Tepung Es Krim (SNI 01-3725-1995)
kecuali untuk kadar abu. Analisis mikrobiologi menunjukkan kandungan TPC dan
bakteri coliform pada tepung es krim terpilih memenuhi standar SNI bahkan
Escherichia coli tidak terdapat di dalam produk. Kandungan logam Pb dan Hg
pada tepung es krim juga memenuhi standar SNI.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Isnani Syafarini
C34104069
Judul
Nama Mahasiswa
NRP
: C34104069
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Murdinah, MS
NIP. 080 062 638
Pembimbing III
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Tanggal lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Karakteristik Produk
Tepung Es Krim dengan Penambahan Hidrokoloid Karaginan dan Alginat
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan atas biaya dari
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBRP2BKP) Tahun Anggaran 2008. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Ucapan terima kasih
saya sampaikan yang sebesar-besarnya kepada Balai Besar Riset Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP), Jakarta.
Isnani Syafarini
NRP: C34104069
RIWAYAT HIDUP
Penulis
dilahirkan di
Pontianak
pada
tanggal
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
Karakteristik Produk Tepung Es Krim dengan Penambahan Hidrokoloid
Karaginan dan Alginat. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dan memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini, di antaranya:
1. Ibu Mala Nurilmala S.Pi, M.Si; Ibu Ir. Murdinah, MS dan Bapak Dr. Ir. Joko
Santoso, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
motivasi, dan seluruh perhatian kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.Biol. dan Ibu Ir. Anna C. Erungan, MS
selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan banyak masukan berharga
kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Hari Eko Irianto selaku Kepala Balai Besar Riset Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian di balai tersebut.
4. Mama (Nuriah) dan Bapak (Alm. Abdul Haji) atas segala kasih sayang, doa,
serta dukungan yang tak terkira besarnya kepada penulis. Skripsi ini
dipersembahkan untuk Mama dan Bapak sebagai ungkapan sayang dan baktiku
dalam menjalankan amanah dari Mama dan Bapak.
5. Abang (Adi Jumaryadi, ST) dan Teteh (Siti Nurbaya, S.Pd) atas semua perhatian,
doa, dan motivasi kepada penulis serta seluruh keluarga besar di Kalimantan
Barat, Kutoarjo dan Sragen.
6. Staf BBRP2BKP (Ibu Dwi, Ibu Ninoek, Ibu Tri, Pak Nurul, Pak Haryanto, Pak
Baryono, Mba Etie, Mba Fateha, Mba Hasta, Mba Dina, Mba Irma, Mba Didi, Ibu
Lena, Mba Neti, Mba Novi, Pak Sahid, Pak Jarwo, para panelis, para OB) dan
seluruh staf yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan kepada
penulis selama melakukan penelitian di BBRP2BKP.
7. Bapak Bambang Riyanto, S.Pi, M.Si atas bimbingan dan pelajaran berharga yang
diberikan kepada penulis.
8. Ibu Dra. Pipih Suptijah, MBA yang telah memberikan banyak saran kepada
penulis selama penelitian.
9. Sahabat-sahabatku Al-Deemi Crews, Amel, Didie, Ranti, Bunda (Vika), Estrid,
Enif, Ulfah, Sikah, Ayu, Mei, atas persahabatan, persaudaraan, dan pelajaran
hidup yang telah diberikan. Never wanna this friendship is end forever...
10. Teman-teman THP 41 atas kebersamaan, bantuan, dan dukungan dalam berbagai
bentuk selama di IPB, Haris, Glory, Anang, Ari, Ika, Eka, Vera, Serel, Dila, Nia,
Deslin, Ima, Yanti, Ijal, Dani, Nuzul, Andi, Dhias, Windhy, Gilang, Yudha,
Yugha, Bang Dik, Laler, Tomi, Wahyu, Alif, Hangga, Bay, Afid, Tias, Boby,
Fahmi, serta seluruh THP 41 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
11. Sahabatku di Pontianak, Tuti, Asna, Atik, Dessy, Sri, Leli, Dadang, atas perhatian
dan dukungan yang selalu diberikan selama ini.
12. Teman-teman mahasiswa seperjuangan di BBRP2BKP (Ranti, Dian, Ririn, Lina,
Miftah, Regina, Reza) atas bantuan dan semangat yang diberikan.
13. Teman-teman THP 38, 39 (terutama KFaisal dan KMundakir), 40 (terutama
KSigit dan Dimas), 42, dan 43 atas kerjasama, bantuan, dan dukungan kepada
penulis selama menjalani hari-hari di IPB. Its such a great campus for my life...
14. Keluarga Ibu Siti Aminah atas kebaikan, bantuan, dan kekeluargaan yang
diberikan sehingga penulis merasa menemukan rumah kedua di Bogor ini.
15. Warga KPMKB (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Kalimantan Barat), Astri,
Sukma, Bang Wawan, Nita, Kak Arin, Kak Win, Sabina, Rio, Romi, Erli, atas
keceriaan dan kekeluargaan yang terjalin di tanah rantau selama di IPB.
16. Rekan-rekan Asisten Ekologi Perairan (2006/2007) dan (2007/2008) atas
kerjasama dan motivasi yang diberikan.
17. Seluruh pihak yang telah memberi kontribusi kepada penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Isnani Syafarini
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xi
xiv
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Eucheuma spinosum ......................................................
12
12
13
15
16
17
17
19
3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat ..........................................................................
27
27
28
29
29
31
32
33
35
35
35
35
36
36
36
37
37
37
38
38
39
39
40
41
42
42
42
44
46
4.1.1. Komposisi proksimat susu full cream, susu skim, dan tepung
es krim .....................................................................................
4.1.2. Karakteristik mutu natrium alginat ...........................................
4.1.2.1. Rendemen .......................................................................
4.1.2.2. Kadar air .........................................................................
4.1.2.3. Kadar abu .......................................................................
4.1.2.4. Viskositas .......................................................................
4.1.2.5. pH ...................................................................................
4.1.2.6. Derajat putih ...................................................................
4.1.3. Es krim beku dari tepung es krim .............................................
4.1.3.1. Karakteristik sensori es krim ..........................................
(1) Uji hedonik ................................................................
(2) Uji pembedaan atribut ................................................
4.1.3.2. Mutu fisik-kimia es krim .................................................
(1) Overrun (derajat pengembangan) ...............................
(2) Derajat keasaman (pH) ...............................................
(3) Daya leleh .................................................................
(4) Stabilitas emulsi ........................................................
46
47
48
48
49
49
49
50
50
50
51
52
55
55
56
57
58
60
60
60
60
67
68
68
70
71
72
74
74
74
78
79
80
80
81
81
82
83
85
85
86
LAMPIRAN ...............................................................................................
92
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
10
2.
14
3.
18
4.
19
5.
19
6.
21
7.
26
8.
29
9.
30
10. Komposisi proksimat susu full cream, susu skim, dan tepung es krim ...
46
48
80
13. Nilai rata-rata TPC, coliform, dan Escherichia coli tepung es krim .........
82
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
13
8.
23
9.
24
31
32
34
51
52
56
57
58
59
61
63
64
65
66
67
69
70
71
73
75
79
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
92
2.
Score sheet uji pembedaan atribut (attribute difference test) es krim ......
93
3.
94
95
97
98
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji hedonik) pada
es krim penelitian pendahuluan ............................................................. 104
10. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji pembedaan atribut)
pada es krim penelitian pendahuluan ..................................................... 105
11. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji hedonik) pada
es krim penelitian utama tahap pertama ................................................. 106
12. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji pembedaan atribut)
pada es krim penelitian utama tahap pertama ......................................... 107
13. Hasil uji lanjut Mann-Withney data sensori uji pembedaan atribut pada es
krim penelitian utama tahap pertama ..................................................... 108
14. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji hedonik) pada
es krim penelitian utama tahap kedua .................................................... 110
15. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji pembedaan atribut)
pada es krim penelitian utama tahap kedua ............................................ 111
16. Hasil uji lanjut Mann-Withney data sensori uji pembedaan atribut pada es
krim penelitian utama tahap kedua ........................................................ 112
17. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap overrun, pH, daya leleh,
dan stabilitas emulsi es krim penelitian pendahuluan ............................. 113
18. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap overrun, pH, daya
leleh, dan stabilitas emulsi es krim penelitian utama tahap pertama ....... 114
19. Hasil uji-t terhadap kadar air, abu, lemak, dan protein es krim ................ 116
20. Dokumentasi proses ekstraksi alginat .................................................... 118
21. Bahan dan proses pembuatan tepung es krim dan es krim beku ............. 120
22. Produk es krim ....................................................................................... 121
23. Alat-alat pengujian fisik dan kimia alginat dan es krim ......................... 122
24. Alat dan bahan pengujian mikrobiologi es krim...................................... 123
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi rumput laut yang sangat besar karena
berbagai jenis rumput laut tumbuh dan berkembang di sepanjang garis pantainya.
Beberapa jenis rumput laut seperti Gracillaria, Eucheuma, dan Sargassum
tersebar cukup luas di antara jenis rumput laut lainnya. Oleh karena itu,
pemanfaatan dan produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar terkonsentrasi
pada ketiga jenis rumput laut tersebut.
Saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor rumput laut yang
cukup penting di Asia. Sebanyak 15 % rumput laut di pasar dunia dipasok oleh
Indonesia dengan total 250 ribu ton rumput laut per tahun, nomor dua setelah
Filipina yang memasok 80 % kebutuhan pasar dunia (Sulistijo 2005). Data BPS
(Badan Pusat Statistik) yang diolah DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan)
memperlihatkan terjadi peningkatan ekspor rumput laut setiap tahunnya. Data
tahun 2000 mencatat ekspor rumput laut mencapai 23,07 juta ton dengan
nilai 15,67 juta dolar AS. Jumlah tersebut terus meningkat hingga tahun 2006
menjadi 95,58 juta ton dengan nilai 49,58 juta dolar AS. Oleh karena itu, DKP
menargetkan volume ekspor rumput laut naik sebesar 12,5 % atau 12,59 juta ton
pada 2008 (Antara 2008).
Salah satu jenis rumput laut yang cukup potensial di Indonesia adalah
Sargassum sp. Rumput laut ini merupakan salah satu jenis alga coklat
(Phaeophyceae) yang tersebar di perairan Jawa, Sulawesi, Sumatera Utara,
Lombok, Kepulauan Aru, dan Papua. Jenis alga coklat memiliki kandungan
alginat, terutama Na-alginat. Jenis rumput laut lain yang tersebar di Indonesia
adalah Eucheuma sp. Rumput laut ini termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae
(alga merah) dan mengandung senyawa yang disebut karaginan. Alginat dan
karaginan termasuk ke dalam jenis hidrokoloid yang berasal dari rumput laut.
Hidrokoloid merupakan suatu polimer larut dalam air yang membentuk koloid,
yaitu bahan yang mampu mengentalkan larutan atau membentuk gel dari larutan
tersebut (Fardiaz 1989).
1.2.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan antara lain untuk:
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
sebagai
berikut
dan
gambar
dapat
dilihat
pada
Gambar
: Plantae
Divisi
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Solieriaceae
Genus
: Eucheuma
Spesies
: Eucheuma spinosum
Eucheuma
spinosum
dikenal
dengan
nama
ilmiah
Eucheuma
tertentu
di
wilayah
pantai,
antara
lain
di
Lombok
2.2.
: Thallophyta
Kelas
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Famili
: Sargassaceae
Genus
: Sargassum
duplicatum,
S.
histrix,
S.
echinocharpum,
S.
gracilimum,
2.3.
Karaginan
Karaginan adalah polisakarida linear yang tersusun atas unit-unit
Gambar
3.
bolak-balik
karaginan
tersusun
dari
(1,3)-D-galaktosa-4-sulfat
dan
meningkat dan daya gelasinya juga bertambah (Winarno 1996). Struktur kimia
kappa karaginan disajikan pada Gambar 4.
dan
gugusan
2-sulfat
ester
pada
setiap
gugusan
Pendinginan
selanjutnya
akan
menyebabkan
agregasi
karaginan juga akan membentuk gel dengan ion-ion kalium atau amonium tetapi
lebih lemah daripada gel yang dibuat dengan ion-ion kalsium (Fardiaz 1989).
Karaginan sangat stabil pada pH 7 atau lebih besar. Pada pH yang lebih
rendah kestabilannya turun, khususnya pada suhu tinggi. Jika pH diturunkan,
polimer karaginan akan mengalami hidrolisis yang berakibat hilangnya kekentalan
dan kemampuan untuk membentuk gel. Meskipun demikian, dalam praktiknya
begitu gel terbentuk, meskipun pada pH rendah, hidrolisis tidak terjadi dan gel
menjadi stabil (Fardiaz 1989). Karaginan dalam larutan memiliki stabilitas
maksimum pada pH 9 dan akan terhidrolisis pada pH di bawah 3,5
(cPKelco ApS 2004 dalam Anggraini 2004). Hidrolisis asam akan terjadi jika
karaginan berada dalam bentuk larutan dan akan meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu. Larutan karaginan akan menurun viskositasnya jika pHnya
diturunkan di bawah 4,3 (Imeson 2000). Kappa dan iota karaginan dapat
digunakan sebagai pembentuk gel pada pH rendah, tetapi tidak mudah
terhidrolisis sehingga tidak dapat digunakan dalam pengolahan pangan.
Penurunan pH menyebabkan terjadinya hidrolisis dari ikatan glikosidik yang
mengakibatkan kehilangan viskositas. Hidrolisis dipengaruhi oleh pH, suhu dan
waktu.
Hidrolisis
dipercepat
oleh
panas
pada
pH
rendah
(Moirano 1977 dalam Winarno 1996). Stabilitas karaginan dalam berbagai media
pelarut dapat dilihat pada Tabel 1.
Karaginan dapat diaplikasikan pada berbagai bentuk produk sebagai
pembentuk gel atau penstabil, pensuspensi, pembentuk tekstur emulsi, dan
lain-lain, terutama pada produk-produk jeli, jamu, saus, permen, sirup, puding,
dodol, salad dressing, gel ikan, nugget, produk susu, dan lain-lain. Penggunaan
karaginan juga meluas pada bidang industri kosmetik, tekstil, cat, obat-obatan,
pakan ternak, dan lain-lain (Ceamsa 2001).
Tabel 1. Daya kestabilan karaginan dalam berbagai pelarut
Stabilitas
Kappa
Iota
Lambda
pH netral dan
Stabil
Stabil
Stabil
alkali
Terhidrolisis pada
Terhidrolisis
larutan jika
dalam larutan.
pH asam
Terhidrolisis
dipanaskan. Stabil
Stabil dalam
dalam bentuk gel.
bentuk gel.
Sumber: Glicksman (1983)
dan
MgCl2)
ke
dalam
formula
dengan
kondisi
yang
sama
2.4.
Alginat
Alginat adalah garam dari asam alginat yang banyak dijumpai dalam
bentuk natrium alginat. Garam ini akan larut dalam air dengan kation monovalen
dan amin dengan berat molekul yang rendah (McNeely dan Pettit 1973). Berat
molekul dari asam alginat bervariasi tergantung dari metode preparasi dan sumber
rumput lautnya. Adapun natrium alginat memiliki berat molekul berkisar antara
35000 sampai 1,5 juta (Cooke dan Smith 1954; Smidsrod dan Hugh 1968 dalam
Chapman 1970).
Alginat atau algin yang sesungguhnya adalah istilah generik dari
garam-garam dan turunan asam alginat. Secara komersial, alginat terdapat sebagai
natrium alginat, kalium alginat, amonium alginat, dan propilen glikol alginat.
Produknya dibuat dalam berbagai ukuran kehalusan, kekentalan, dan kandungan
kalsiumnya untuk memberikan sifat fungsional khusus bagi bahan pangan dan
produk-produk industri (Fardiaz 1989). Komponen penyusun alginat adalah asam
manuronat dan asam guluronat dimana alginat merupakan nama umum untuk
garam dari asam alginat (McNelly dan Pettit 1973).
2.4.1.
dan
asam
L-guluronat
yang
terletak
berselang-seling
golongan
karbohidrat
serta
dapat
diekstrak
dari
rumput
laut
(Chapman dan Chapman 1980). Alginat dipasarkan sebagian besar berupa natrium
alginat, yaitu suatu garam alginat yang larut dalam air. Jenis alginat lain yang larut
dalam air adalah kalium dan ammonium alginat, sedangkan alginat yang tidak
larut air adalah kalsium alginat dan asam alginat (Winarno 1996).
Larutan alginat akan bereaksi dengan kation-kation divalen dan trivalen
untuk membentuk gel. Gel akan terbentuk pada suhu kamar dan gel tersebut akan
mencair bila dipanaskan. Gel-gel ini dapat diaplikasikan pada bermacam-macam
industri, khususnya kalsium (Ca) yang digunakan sebagai ion divalen. Larutan
asam alginat dapat membentuk gel yang bersifat lebih lunak daripada gel kalsium
alginat. Gel dari asam alginat dapat mencair dalam mulut sehingga dapat
diaplikasikan dalam industri makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
sifat-sifat larutan alginat adalah suhu, konsentrasi, dan ukuran polimer
(McNelly dan Pettit 1973).
Asam alginat, seperti bentuk-bentuk asam bebas dari polisakarida
lainnya, memiliki kestabilan yang terbatas. Jika disimpan pada suhu 4 oC atau
lebih rendah, asam alginat akan mengalami perubahan sekitar 20-30 % selama
setahun. Tetapi, jika disimpan dalam keadaan beku kestabilan alginat akan tetap
selama setahun. Sebaliknya, garam alginat memiliki sifat yang lebih stabil.
Meskipun demikian, penyimpanan pada suhu rendah dan tempat yang kering
dapat lebih meningkatkan kestabilan garam-garam alginat (Fardiaz 1989).
Adanya kation, pelarut, atau polimer lain pada umumnya mempengaruhi
sifat-sifat hidrokoloid terlarut, yaitu peningkatan viskositas, pembentukan gel, dan
pengendapan. Senyawa ini akan berkompetisi dengan hidrokoloid dalam proses
pengikatan air atau hidrasi dan dapat menyebakan penurunan laju hidrasi
(King 1983).
Viskositas asam alginat yang berasal dari rumput laut sangat bervariasi
tergantung pada jenis spesiesnya (Chapman dan Chapman 1980). Viskositas dari
larutan alginat terutama dipengaruhi oleh konsentrasi, pH, berat molekul, suhu,
dan adanya kation logam polivalen. Semakin tinggi konsentrasi atau berat
molekul, maka semakin tinggi viskositasnya.
Viskositas dari larutan garam alginat yang larut dalam air tidak
menunjukkan perubahan pada kisaran pH 5,5-11. Penurunan pH akan
meningkatkan viskositas alginat dan pembentukan gel. Pembentukan gel terjadi
pada kisaran pH tertentu, juga dipengaruhi oleh kadar kalsium yang tersedia
(King 1983). Seperti larutan polisakarida lainnya, viskositas larutan alginat akan
turun seiring dengan kenaikan suhu. Penurunan viskositas tersebut kira-kira 12 %
untuk setiap kenaikan suhu 6,5 oC (Cottrel dan Kovacs 1980).
Larutan garam-garam alginat akan membentuk gel dalam larutan asam
atau dengan adanya kation Ca2+ dan kation logam lainnya. Gel biasanya terbentuk
dengan membebaskan ion Ca2+ atau ion logam polivalen lainnya. Cara ini akan
menghasilkan gel dengan penampakan yang bening dan tidak meleleh pada suhu
ruang (Glicksman 1983). Standar mutu internasional untuk asam alginat yang
telah ditetapkan sesuai dengan Food Chemical Codex (FCC) disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar mutu asam alginat dan natrium alginat
Karakteristik
Asam Alginat
Natrium Alginat
Kadar As
< 3 ppm
< 3 ppm
Kadar Pb
< 10 ppm
< 10 ppm
Logam Berat (Hg)
< 0,004 %
< 0,004 ppm
Kadar Abu
<4%
18-27 %
Kadar susut pengeringan
< 15 %
< 15 %
Sumber: FCC (1981)
2.4.3.
Ekstraksi alginat
Alginat pertama kali diekstraksi oleh Stanford tahun 1881 dari rumput
laut coklat. Proses ekstraksi alginat adalah sebagai berikut: Bahan rumput laut
coklat dicuci dengan air dingin atau asam untuk melarutkan garam-garam kalium,
iodium, dan garam anorganik lain yang larut dalam air. Bahan ini dimasak dengan
larutan 10 % Na2CO3 selama 24 jam. Bahan-bahan selulosa dipisahkan dengan
cara penyaringan. Filtrat natrium alginat diberi HCl atau H2SO4 sehingga asam
alginat mengendap. Pemucatan dilakukan selama pengendapan berlangsung
dengan pemberian NaOCl. Pengeringan dapat dilakukan pada bak terbuka dengan
panas matahari, oven atau dengan pengering drum. Produk dapat dijual dalam
bentuk garam natrium, kalium, atau ammonium alginat (Tseng 1946;
Chapman dan Chapman 1980).
Proses ekstraksi alginat di Amerika yang telah diberi hak paten adalah
proses dingin Green (Greens Cold Process) dan proses Le Gloahec-Herter.
Sementara di Taiwan, proses Le Gloahec-Herter dipadukan dengan proses Green
untuk mengembangkan studi kelayakan industri alginat (Yunizal 2004).
Metode ekstraksi Green cold dan Le Gloahec-Helter telah
dimodifikasi oleh Yani (1988). Sebelum diekstraksi, rumput laut direndam dalam
larutan asam HCl 1 % selama 2 jam, kemudian dicuci dan ditambahkan Na2CO3
sebanyak 10 kali berat rumput laut. Ekstraksi dilakukan pada suhu sekitar 70 oC
selama 1 jam, selanjutnya ekstrak alginat dipisahkan dari selulosa dengan
menggunakan filter press dengan menambah Celite 10 % dan dapat
ditambahkan air untuk membilas sisa ekstrak. Pemberian NaOCl 11,4 % sebanyak
2,5 kali volume dapat dilakukan untuk memutihkan alginat yang dihasilkan.
Filtrat kemudian ditambahkan 5 % HCl sebanyak 5 kali volume untuk
mengendapkan asam alginat. Endapan asam alginat tersebut kemudian dicuci
dengan air dan disaring. Setelah itu ditambahkan Na2CO3 sebanyak satu kali
volume untuk mendapatkan natrium alginat. Tahap pemurnian dapat dilakukan
dengan menggunakan isopropanol 95 % (Yani 1988).
Ekstraksi natrium alginat dilakukan dengan menggunakan larutan
Na2CO3 10 % selama 2 jam pada suhu 60-70 oC. Selanjutnya penyaringan dengan
menggunakan filter press sebelum diekstrak ditambahkan filter aid dan air.
dan
dikeringkan
dengan
oven
pada
suhu
50-60
2.4.4.
selama penyimpanan beku (Putro 1978 dalam Luhur 2006). Pada indusri tekstil,
alginat digunakan sebagai pengental pada pasta tinta gambar sehingga dihasilkan
garis yang jelas dan warna gambar menjadi bagus. Pada beberapa cairan obat,
alginat digunakan untuk meningkatkan viskositas dan menjaga suspensi padatan.
Alginat juga digunakan sebagai penstabil pasta (Chapman dan Chapman 1980).
2.5.
Es Krim
Es krim merupakan sebuah panganan yang cukup diminati oleh para
Definisi es krim
Arbuckle (1986) mendefinisikan es krim sebagai produk makanan beku
yang dibuat dari kombinasi produk-produk susu, gula, dengan atau tanpa telur,
dengan atau tanpa penambahan flavor, pewarna, penstabil, ataupun pengemulsi
yang dapat dimakan. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1995), es krim
adalah sejenis makanan semi-padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es
krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dengan atau
tanpa bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Tepung es krim menurut Badan Standardisasi Nasional (1995) dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI 01-3725-1995) didefinisikan sebagai tepung yang dibuat
dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan yang diizinkan untuk
pembuatan es krim. Standar mutu tepung es krim yang harus dipenuhi di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Mutu dan jumlah protein di dalam es krim cukup tinggi. Protein tersebut
sebagian besar berasal dari susu dan sisanya berasal dari bahan penstabil. Es krim
yang menggunakan telur mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh
tubuh,
misalnya
triptofan
dan
lisin
(Arbuckle
1986).
Marshall
dan
tambahan dan bahan pembantu. Bahan utama yaitu lemak susu, sedangkan bahan
tambahan terdiri dari gula, padatan susu tanpa lemak, penstabil dan pengemulsi.
Bahan pembantu merupakan flavor dan pewarna yang ditambahkan dalam jumlah
kecil.
(1) Lemak Susu
Lemak susu merupakan komponen terpenting dari es krim dan
mempengaruhi kualitasnya. Tahap pertama yang dilakukan dalam memilih
formula adalah menyeleksi kadar lemak dan kemudian mengatur proporsi bahan
lain. Persentase lemak susu yang tepat sangat penting tidak hanya untuk
menyeimbangkan adonan, tetapi juga memenuhi standar yang berlaku.
lemak
menurunkan
ukuran
kristal
es
krim
yang
dihasilkan
penyimpanan
sehingga
menyebabkan
tekstur
berpasir
beku
dalam
es
krim
serta
kelembutan
dari
produk
akhir
(Andreasen dan Nielsen 1998). Pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan
es krim adalah sukrosa. Fungsi utama sukrosa antara lain meningkatkan
penerimaan (palatabilitas) suatu makanan, yaitu dengan menutupi citarasa yang
tidak menyenangkan. Selain itu, sukrosa juga berfungsi memperbaiki body dan
tekstur produk. Gula juga meningkatkan kekentalan dan total padatan es krim
serta memperbaiki tekstur es krim, jika total padatan adonan tidak lebih dari 42 %
dan kadar gula kurang dari 16 % (Arbuckle 1986).
Industri produk pangan yang berkembang saat ini menambahkan
pemanis buatan pada makanan. Selain bertujuan untuk meningkatkan citarasa
pada makanan, pemanis buatan umumnya mengandung kalori yang rendah atau
tidak mengandung kalori sama sekali sehingga aman dikonsumsi bagi penderita
diabetes. Salah satu pemanis buatan yang umum digunakan dalam industri pangan
adalah aspartam. Aspartam termasuk dalam pemanis buatan yang aman digunakan
menurut Surat Keputusan Kepala Badan POM no. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004
tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam
Produk Pangan. Dalam surat keputusan tersebut tercantum 13 pemanis buatan
yang diizinkan digunakan dalam produk pangan tertentu. Berikut jenis pemanis
buatan yang diperbolehkan serta batas maksimum penggunaannya dalam Tabel 6.
polisakarida rantai lurus menempati lebih banyak ruangan dan lebih kental
daripada molekul yang bercabang-cabang dengan berat molekul yang sama.
Guar gum adalah endosperma yang diserbuk dari biji Cyanopsis
tetragonolobus (L) (famili Leguminoceae). Cyanopsis tetragonolobus (L)
merupakan tanaman satu tahunan yang masih dibudidayakan di daerah iklim
kering. Gum ini berupa rantai lurus D-Galakto-D-monoglikan dengan banyak
cabang galaktosa tunggal. Satuan D-Manopiranosa disambungkan dengan ikatan
-14, dan satuan D-Galaktopiranosa dengan ikatan -16. Cabang terdapat
pada tiap satuan manosa kedua. Struktur molekul ini memberikan sifat-sifat
peralihan antara sifat yang khas dikaitkan dengan hidrokoloid yang bercabang dan
lurus. Gum tersebut akan mengalami hidrasi dalam air dingin dan stabil dalam
formulasi yang asam (deMan 1997). Struktur guar gum dapat dilihat pada
Gambar 9.
(5) Flavor
Flavor secara umum telah dianggap sebagai karakteristik yang paling
penting dalam es krim. Flavor es krim merupakan campuran hasil dari seluruh
flavor dari bahan penyusun es krim tersebut. Hal penting yang harus diperhatikan
dalam pemilihan flavor, yaitu jenis dan intensitasnya. Di antara sumber flavor
yang umumnya digunakan dalam produk-produk yang dibekukan adalah vanilla,
cokelat,
buah
dan
ekstrak
buah,
kacang,
rempah-rempah,
dan
gula
(Arbuckle 1986). Flavor yang paling banyak digunakan untuk membuat es krim
adalah vanilla, kemudian berturut-turut cokelat (12 %), kacang (8,5 %),
strawberry (5 %), kembang gula (3 %), kopi (1,3 %) dan buah peach (1 %).
Seringkali digunakan pula campuran beberapa citarasa dalam satu jenis es krim
(Campbell dan Marshall 1975).
Komponen flavor yang berasal dari cokelat merupakan flavor terbanyak
kedua yang digunakan dalam produk es krim. Flavor ini dihasilkan dari biji kakao
yang merupakan buah pohon Theobroma cocao yang tumbuh di daerah tropis
seperti Meksiko, Amerika Tengah, Ekuador, Venezuela, Brazil, India Selatan, dan
India Timur (Arbuckle 1986).
Kadar flavor cokelat yang ditambahkan dalam pembuatan es krim
tergantung pada beberapa faktor, seperti selera konsumen, warna yang
ditimbulkan dalam es krim, kekuatan flavor, dan sebagainya. Rekomendasi umum
penggunaan flavor cokelat adalah sebanyak 4 pound dalam 100 pound adonan es
krim. Formula adonan es krim sebagai berikut: lemak susu 10 %; padatan susu
tanpa lemak (PSTL) 10 %; gula 18 %; bubuk cocoa 2,5 %; cokelat cair 1,5 %;
stabilizer 0,2 %; dan padatan total 42,2 % (Arbuckle 1986).
Cokelat bubuk merupakan sisa dari hasil pengolahan cairan cokelat
(Roesmanto 1991). Menurut SNI 01-3747-1995, cokelat bubuk adalah produk
kakao berbentuk bubuk yang diperoleh dari kakao massa yang telah dihilangkan
sebagian lemaknya dengan atau tanpa perlakuan alkali. Kakao massa adalah
produk berbentuk pasta yang diperoleh dari keping biji kakao melalui perlakuan
mekanis tanpa menghilangkan lemaknya. Keping biji kakao merupakan biji kakao
yang telah dihilangkan kulitnya (Roesmanto 1991). Berikut merupakan
kandungan gizi cokelat bubuk yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai nutrisi cokelat bubuk per 100 g porsi makanan
Kandungan
Satuan
Jumlah
Energi
kkal
349
Protein
g
3,3
Total Lemak
g
3,1
Karbohidrat
g
90,3
Serat
g
5,8
Air
g
0,9
Sumber: Asia Maya (2007)
Cokelat bubuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu cokelat bubuk alkalis
dan cokelat bubuk non-alkalis. Cokelat bubuk alkalis adalah cokelat bubuk yang
dihasilkan dari kakao massa yang mengalami proses alkalisasi, sedangkan cokelat
bubuk non alkalis adalah cokelat bubuk yang tidak mengalami proses alkalisasi
(BSN 1995). Cokelat bubuk berkontribusi dalam menyumbang warna, flavor,
lemak, dan jumlah padatan dalam es krim.
3. METODOLOGI
3.1.
ini
dilaksanakan
pada
bulan
Mei
sampai
dengan
Desember 2008. Proses ekstraksi alginat, pembuatan tepung es krim, serta uji sifat
fisika kimia alginat dan tepung es krim dilakukan di Balai Besar Riset Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Pengujian kandungan
logam berat pada tepung es krim dilakukan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
3.2.
untuk pembuatan alginat, antara lain rumput laut jenis Sargassum sp. yang
diperoleh dari Binuangeun, Banten pada bulan Mei 2008, HCl 1 % dan 10 %,
Na2CO3, NaOCl, NaOH 10 %, IPA (isopropil alkohol), dan akuades. Bahan-bahan
untuk membuat tepung es krim disusun dari bahan-bahan yang berbentuk tepung.
Bahan-bahan tersebut antara lain susu full cream, susu skim, gabungan stabilizer
dan emulsifier (iota karaginan, alginat, CMC, guar gum, natrium bikarbonat,
VX-bahan pelembut adonan kue merk KUPU-KUPU), gula, aspartam, dan coklat
bubuk. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kimia antara lain diethyl eter
(pro analis), garam kjeldahl (CuSO4.5H2O + K2SO4), H2SO4 pekat, H3BO3,
NaOH 30 % (pro analis), HCl 0,1 N, dan indikator tashiro. Bahan-bahan yang
digunakan dalam analisis mikrobiologi antara lain media Plate Count Agar,
EC media, Nutrient broth, dan BGLB media.
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan alginat antara lain wadah,
beaker glass 1 L, gelas ukur 1 L dan 100 ml, timbangan digital, kompor,
penggiling, termometer, vibrator screen, bak besar, mixer, ember, sendok,
gayung, dan batang pengaduk. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan
tepung es krim dan es krim siap konsumsi antara lain blender, kompor, panci,
ayakan, pengaduk, mixer, refrigerator, timbangan digital, pisau, sendok, wadah,
dan kemasan plastik. Alat-alat yang digunakan dalam analisis mutu fisik antara
lain, viscotester model Rion Viscotester VT-04, whiteness meter merk
Kett Electric Laboratory, oven, shaker, gelas ukur, gelas reaksi, saringan, dan
sendok. Adapun alat-alat yang digunakan untuk analisis mutu kimia antara lain
adalah cawan, oven, desikator, timbangan digital, saringan, erlenmeyer, beaker
glass, labu ukur, penangas air, alat destruksi protein, rangkaian alat destilasi
protein, buret, labu lemak, selongsong lemak, extractor soxhlet, tanur merk
Naber, tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur, dan pH meter merk Thermo Orion.
Alat-alat yang digunakan dalam analisis mikrobiologi antara lain timbangan
digital, oven, autoklaf, inkubator, waterbath, kompor, vortex, erlenmeyer 1 L,
500 ml, dan 30 ml, cawan petri, bunsen, pipet tetes, pipet ukur, jarum ose, tabung
reaksi, botol pengencer 9 ml dan 90 ml, dan colony counter merk Quebec.
3.3.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan serta penelitian
Perlakuan es krim terpilih dari pengujian sensori dan produk tepung es krim
komersil dianalisis mutu kimia, mikrobiologi, dan logam berat.
Penelitian utama tahap kedua merupakan pengujian sensori produk es
krim terpilih dari penelitian utama tahap pertama dibandingkan dengan es krim
yang menggunakan alginat komersil dan produk komersil. Pengamatan dilakukan
terhadap mutu kimia dan mikrobiologi antara produk tepung es krim terpilih dan
produk komersil serta analisis logam berat Pb dan Hg pada produk tepung es krim
terpilih.
3.3.1.
Penelitian pendahuluan
Tahapan dalam penelitian pendahuluan ini meliputi modifikasi formulasi
dan
paduan
emulsifier
dan
stabilizer
(CMC,
guar
gum,
Natrium Bikarbonat, dan VX). Formula dasar tepung es krim rasa cokelat yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Formula dasar tepung es krim rasa cokelat
Bahan
Komposisi (%)
Susu full cream
20
Susu skim
30
Maltodekstrin
40,78
Aspartam
0,36
Stabilizer
1,2
Garam
0,6
Flavor
Coklat bubuk
7
Pewarna
0,06
Sumber: Prihantoro (2000)
Susu skim
Gula pasir
Pengayakan
CMC
Na-bikarbonat
Alginat
Penimbangan
Iota karaginan
VX
Pencampuran
Tepung es krim
Keterangan :
:bahan/hasil
: proses
Tepung Es krim
Adonan krim
Pembekuan (8 jam)
Es krim beku
Keterangan :
:bahan/hasil
: proses
(3) Proses ekstraksi selesai dan dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan alat
vibrator screen yang memiliki saringan berukuran 150 mesh. Larutan NaOCl
ditambahkan ke dalam filtrat sebanyak 4 % dari jumlah filtrat yang dihasilkan
kemudian diaduk hingga warnanya berubah menjadi pucat dan didiamkan
selama satu jam. Larutan NaOCl berfungsi sebagai senyawa pemucat dalam
pembuatan asam alginat atau natrium alginat.
(4) Pembentukan asam alginat dilakukan dengan menambahkan larutan HCl 10 %
ke dalam filtrat hingga mencapai pH sebesar 3 dan didiamkan selama satu jam.
Asam alginat yang telah terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan alat
vibrator screen dan dibilas dengan air.
(5) Proses pengendapan asam alginat menggunakan NaOH 10 % yang
ditambahkan pada gel asam alginat kemudian diaduk hingga homogen dan
mencapai pH netral (6-7).
(6) Larutan alginat dimasukkan ke dalam IPA (isopropil alkohol) sambil diaduk
hingga terbentuk serat natrium alginat. Serat tersebut diambil lalu dikeringkan
di dalam alat pengering yang selanjutnya digiling dan diayak hingga menjadi
tepung natrium alginat berukuran 100 mesh dan 80 mesh.
Natrium alginat yang diperoleh akan diperiksa dengan analisis fisika dan
kimia alginat yang meliputi perhitungan rendemen, analisis rendemen, kadar air,
kadar abu, pH, viskositas, dan derajat putih. Urutan pembuatan natrium alginat
dalam bentuk diagram alir dapat dilihat pada Gambar 12.
3.3.2.
Penelitian utama
Penelitian utama meliputi tahap pertama dan kedua. Tahap pertama
Asam Alginat
Natrium Alginat
Gambar 12. Skema pembuatan natrium alginat
Sumber: Murdinah (2005)
Keterangan :
:bahan/hasil
: proses
3.4.
Metode Analisis
Metode analisis yang dilakukan meliputi karakteristik fisika-kimia
tepung natrium alginat dan es krim serta analisis sensori dan mikrobiologi
terhadap produk es krim.
3.4.1.
kadar rendemen, kadar air, kadar abu, pH, viskositas, derajat putih, overrun,
waktu leleh, stabilitas emulsi, kadar lemak, protein, serta logam berat
(Pb dan Hg).
3.4.1.1. Rendemen (FCC 1981)
Rendemen natrium alginat yang diperoleh dari proses ekstraksi rumput
laut Sargassum sp. dihitung berdasarkan berat setelah pengeringan terhadap berat
kering bahan baku. Perhitungan kadar rendemen natrium alginat menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rendemen (%)
selama 16-24 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu
ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat yang konstan.
Perhitungan kadar air menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar air (%)
Keterangan
AB
100 %
A
dimasukkan ke dalam
selanjutnya tanur diatur pada suhu 550 oC sampai diperoleh abu berwarna abu-abu
keputihan. Abu di dalam cawan didinginkan hingga bobotnya konstan, lalu
ditimbang. Perhitungan kadar abu menggunakan rumus sebagai berikut:
gelas
piala
yang
telah
diketahui
beratnya.
Larutan
kemudian
meter.
Whiteness
meter
terlebih
dahulu
dikalibrasi
dengan
W1 W2
100 %
W2
Keterangan:
Berat fase yang tersisa = (berat emulsi pengovenan kedua + wadah) - berat wadah
Berat total bahan emulsi = (berat bahan emulsi + cawan) - berat cawan
3.4.1.10. Analisis kadar lemak (SNI 01-2891-1992)
Pengukuran kadar lemak es krim menggunakan metode ekstraksi
langsung dengan alat extractor soxhlet. Sebanyak 1 g contoh ditimbang di atas
kertas saring. Selanjutnya labu lemak kosong juga ditimbang. Contoh dimasukkan
ke dalam selongsong lemak dan diletakkan di atas labu lemak dan ke dalamnya
dimasukkan 150 ml dietil eter. Selanjutnya rangkaian soxhlet dipasang pada
penangas dan diekstraksi pada suhu 60 oC selama 6 jam. Dietil eter diuapkan
kembali dan ditampung dalam wadah lain hingga labu lemak tidak berisi dietil
eter. Kemudian labu lemak dikeringkan di dalam oven selama 2 jam dan
didiamkan selama 30 menit untuk ditimbang. Nilai kadar lemak dihitung
berdasarkan rumus:
Kadar lemak (%)
Keterangan:
W2 W1
100 %
W
Keterangan: VA
VB
N
14,007
fk
W
sesuai dengan instruksi dalam panduan penggunaan. Larutan standar logam dan
blanko diukur, begitu pula larutan contoh. Selama penetapan sampel, nilai standar
diperiksa secara periodik hingga konstan. Pembuatan kurva standar dilakukan
untuk masing-masing logam (nilai absorpsi/emisi vs konsentrasi logam m/ml).
Analisis logam berat dilakukan menggunakan metode (AAS). Prinsip metode ini
berdasarkan Hukum Lambert-Beer, yaitu banyaknya sinar yang diserap
berbanding lurus dengan kadar zat. Persamaan garis antara konsentrasi logam
berat dengan absorbansi adalah persamaan linier dengan koefisien arah positif:
Y = a + bX. Selanjutnya nilai absorbansi larutan contoh dimasukkan ke
persamaan garis larutan standar sehingga kadar logam berat contoh dapat
diketahui. Hasil analisis dapat diketahui melalui perhitungan rumus:
LB
Keterangan:
Ct
Bl
fp
Bs
LB
LB
Keterangan:
3.4.2.
Ct
Bl
fp
Bs
LB
hedonik dan uji pembedaaan atribut (attribute difference test). Uji hedonik
terhadap es krim dilakukan dengan menggunakan skala penilaian 1 sampai 7
(1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = agak suka,
5 = suka, 6 = sangat suka, dan 7 = amat sangat suka). Uji pembedaan atribut
(attribute difference test) dilakukan oleh 15 orang panelis terlatih dengan
memberikan penilaian terhadap parameter warna, aroma, tekstur, rasa, dan
mouthfeel (tekstur es krim di mulut) pada produk es krim. Uji ini digunakan
sebagai data pendukung untuk uji hedonik. Data hasil uji sensori diolah dengan
pengujian Kruskal-Wallis.
3.4.3.
krim komersil meliputi analisis TPC (Total Plate Count), coliform dan
Escherichia coli.
3.4.3.1. Pengujian Total Plate Count (TPC) (SNI 01-2332.03-2006)
Prinsip kerja dari uji mikrobiologi ini adalah perhitungan jumlah koloni
bakteri yang ada dalam tepung es krim dengan pengenceran sesuai keperluan dan
dilakukan
secara
duplo.
Pembuatan
larutan
contoh
dilakukan
dengan
bakteri
Coliform
dan
Escherichia
coli
(SNI 01-2332.1-2006)
Tahap-tahap yang dilakukan untuk pengujian Escherichia coli di antaranya:
(1) Uji Pendugaan coliform
Pengenceran sebanyak 102 disiapkan dengan cara sebanyak 1 ml larutan
101 dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer Butterfields Phosphate Buttered.
Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan pendugaan kepadatan populasi
E. coli termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek atau coccus.
Selain uji morfologi dilakukan pula uji biokimia yang terdiri dai uji indol (I),
voges proskauer (VP), methyl red (MR), sitrat (C), produksi gas dari laktosa.
Yij Ai ij
Keterangan:
Yij
= Respon pengaruh konsentrasi alginat pada taraf ke-i, ulangan ke-j
Data peubah yang diamati dianalisis secara statistik dengan analisis ragam.
Pengujian lanjut Duncan dilakukan jika analisisnya berpengaruh nyata.
Analisis non-parametrik yang dilakukan dalam pengujian adalah metode
uji Kruskal Wallis (Steel dan Torrie 1993), yaitu:
a) Meranking data dari yang terkecil ke yang terbesar untuk seluruh perlakuan
dalam satu parameter.
b) Kemudian menghitung total ranking dan rataan untuk setiap perlakuan dengan
formula:
12
n (n 1)
H'
H
Pembagi
Ri
3 (n 1)
n
Pembagi 1
T
, dimana T (t 1) t (t 1)
(n 1) n (n 1)
Keterangan:
n
= Banyaknya pengamatan dalam perlakuan
Ri = Jumlah ranking dalam perlakuan ke-i
T
= Banyaknya pengamatan seri dalam kelompok
H = H terkoreksi
Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji
Mann-Withney dengan rumus:
U n1n 2
n 1 (n 1 1)
R1
2
Keterangan:
R1 = Jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1
n1 = Jumlah sampel kelompok 1
n1 = Jumlah sampel kelompok 2
4.1.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan formula tepung es krim
4.1.1.
Komposisi proksimat susu full cream, susu skim, dan tepung es krim
Komposisi proksimat yang dianalisis meliputi kadar air, kadar abu,
kandungan lemak, dan protein. Hasil analisis proksimat susu full cream, susu
skim, dan formulasi es krim bubuk dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Komposisi proksimat susu full cream, susu skim, dan tepung es krim
Susu Full
Tepung Es
Parameter
Susu Skim
Standar*
Cream
Krim
Air (%)
4,84
5,95
3,29
Maksimum 5,0
Abu (%)
7,85
7,76
4,89
Maksimum 3,0
Lemak (%)
25,54
0
11,92
Minimum 12,0
Protein (%)
9,35
27
12,02
Minimum 5,0
*) Keterangan: Syarat Mutu Tepung Es Krim (SNI 01-3725-1995)
Standardisasi Nasional (BSN) (1995) menetapkan kadar air tepung es krim yang
diperbolehkan maksimal sebesar 5 %. Tepung es krim dengan kadar air rendah
memungkinkan mutunya terjaga dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lebih lama. Kadar abu pada tepung es krim lebih tinggi dibandingkan standar SNI,
yaitu sebesar 4,89 %. Hal ini dimungkinkan adanya bahan-bahan lain yang dapat
menambah kandungan abu di dalam es krim, seperti bahan pengemulsi dan
penstabil.
Kandungan lemak yang dianalisis pada susu full cream dan susu skim
berturut-turut sebesar 25,54 % dan 0 %. Susu skim adalah bagian susu yang
tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung
semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak. Adapun susu full cream merupakan susu yang dibuat dari krim yang
banyak mengandung lemak dan kadarnya dapat mencapai 35% (Mlandhing 2008).
Kandungan lemak susu full cream memberi sumbangan yang cukup besar dalam
formulasi tepung es krim, yaitu sebesar 11,92 %, hampir memenuhi persyaratan
kadar lemak yang ditetapkan oleh BSN (1995).
Protein merupakan salah satu komponen gizi yang terdapat dalam
jumlah besar pada produk es krim. Komponen ini disumbang dari susu full cream
dalam jumlah kecil dan susu skim dalam jumlah besar. Hasil analisis kadar protein
susu full cream dan susu skim berturut-turut sebesar 9,35 % dan 27 %. Persentase
kadar tersebut memberikan sumbangan protein yang cukup besar terhadap produk
tepung es krim, yaitu sebesar 12,02 %. Jika dibandingkan dengan syarat kadar
protein yang ditetapkan oleh BSN (1995), minimal sebesar 5 %, maka formulasi
tepung es krim yang dianalisis memiliki kandungan protein yang sangat besar.
4.1.2.
4.1.2.1. Rendemen
Salah satu parameter yang menentukan tingkat keberhasilan dalam
produksi natrium alginat adalah nilai rendemen. Semakin tinggi rendemen yang
dihasilkan maka akan semakin baik karena dapat meningkatkan nilai ekonomi.
Hasil pengukuran rendemen natrium alginat pada penelitian ini sebesar 20,35 %.
Nilai rendemen ini telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh FCC (1981),
yaitu >18 %. Soegiarto et al. (1978) menyatakan bahwa kandungan hidrokoloid
akan beragam dari jenis rumput laut yang berbeda. Hal ini sangat dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain spesies, daerah, dan iklim tempat hidupnya.
Bahan baku rumput laut Sargassum sp. yang digunakan dalam proses
ekstraksi natrium alginat diambil pada masa panen pada bulan Mei 2008 dan
mengalami proses pengeringan. Hal ini menyebabkan kadar air rumput laut
menjadi turun dan dapat digunakan dalam proses ekstraksi dalam jumlah yang
lebih banyak sehingga rendemen natrium alginat yang dihasilkan juga cukup
tinggi.
4.1.2.2. Kadar air
Nilai kadar air yang terkandung dalam natrium alginat pada penelitian
ini adalah sebesar 10,32 %. Kadar air yang cukup rendah ini dapat disebabkan
oleh pengeringan natrium alginat yang cukup lama di dalam alat pengering, yaitu
selama 72-80 jam pada suhu 40 oC. Kadar air suatu produk sangat penting karena
terkait dengan daya simpan produk dan kualitasnya. Kadar air hidrokoloid yang
4.1.3.
4,50(a)
4,52(a)
4,43(a)
Alginat
Karaginan+alginat
4
3
2
1
0
Karaginan
Perlakuan
Nilai rata-rata uji hedonik produk es krim dari tiga perlakuan yang
dihasilkan berkisar antara 4,43 sampai 4,52 (suka). Nilai rata-rata paling tinggi
terdapat pada es krim dengan penambahan hidrokoloid alginat, yaitu sebesar 4,52
dan nilai rata-rata terendah terdapat pada es krim dengan penambahan kombinasi
iota karaginan-alginat, sebesar 4,43.
Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis (Lampiran 9) diperoleh perbedaan
jenis hidrokoloid (iota karaginan, alginat, dan kombinasi iota karaginan-alginat)
tidak memberikan pengaruh nyata. Umumnya panelis menyukai produk es krim
yang diuji secara keseluruhan sehingga perlakuan yang diberikan tidak
mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap produk es krim.
dalam
bentuk
angka
mulai
dari
(sangat
buruk)
sampai 5 (sangat baik). Histogram nilai rata-rata uji pembedaan atribut es krim
4,47
4,33
(a) 4,11 (a)
(a)
3,54
3,47 (a) 3,54
(a)
(a)
3,51
(a)
3,14
2,93
(a)
(a)
4,19
4,16 (a) 4,11
(a)
(a)
2,86
(a)
2,98
(a) 2,97
(a)
2
1
0
Warna
Aroma
Karaginan
Teks tur
Alginat
Rasa
Mouthfeel
Karaginan+alginat
Parameter
(b) Aroma
Hasil pengujian sensori pada parameter aroma es krim menunjukkan
nilai berkisar antara 3,47 sampai 3,54 (aroma coklat sedikit). Nilai rata-rata
tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan hidrokoloid alginat dan kombinasi
iota karaginan-alginat, sebesar 3,54 dan nilai rata-rata terendah terdapat pada
perlakuan penambahan hidrokoloid iota karaginan, sebesar 3,47.
Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis (Lampiran 10) diperoleh
penambahan perbedaan jenis hidrokoloid (iota karaginan, alginat, dan kombinasi
iota karaginan-alginat) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter
aroma. Aroma es krim yang dihasilkan dipengaruhi oleh aroma dari susu full
cream, susu skim, dan coklat bubuk sebagai bahan penyusunnya. Komposisi
ketiga bahan pada tiap perlakuan adalah sama, berturut-turut sebesar 35 %, 23 %,
dan 10,8 % sehingga aroma yang dihasilkan juga seragam. Selain itu, aroma es
krim yang tercium tidak terlalu kuat karena es krim adalah jenis makanan beku,
sedangkan aroma baru dapat dikenali dalam bentuk uap. Menurut Webb dan
Arbuckle (1977), aroma es krim yang paling baik adalah pada saat es krim segera
dikonsumsi setelah es krim mencapai suhu -12 oC hingga -9 oC atau didiamkan
beberapa saat setelah dikeluarkan dari freezer. Hal ini disebabkan suhu yang lebih
dingin dapat mematikan indera pengecap dalam waktu yang singkat, tergantung
jumlah es krim yang dikonsumsi.
(c) Tekstur
Tekstur yang diinginkan dalam es krim adalah tekstur yang lembut,
creamy, dan homogenous (Marshall dan Arbuckle 2000). Ditambahkan pula oleh
Arbuckle (1986) bahwa tekstur yang ideal bagi es krim adalah tekstur yang sangat
halus dan berukuran partikel yang sangat kecil sehingga tidak terdeteksi di dalam
mulut.
Nilai rata-rata uji sensori pada parameter tekstur produk es krim dari tiga
perlakuan yang dihasilkan berkisar antara 2,93 sampai 3,51 (lunak, partikel
berkristal). Nilai rata-rata tertinggi terdapat perlakuan penambahan hidrokoloid
iota karaginan, sebesar 3,51 dan nilai rata-rata terendah terdapat pada
es krim dengan penambahan hidrokoloid alginat, sebesar 2,93.
karena rasa coklat yang ditimbulkan dapat menutupi rasa susu yang pada
umumnya kurang disukai oleh masyarakat Indonesia.
(e) Mouthfeel
Hasil pengujian sensori pada parameter mouthfeel es krim memiliki nilai
berkisar antara 2,88 sampai 2,98 (waktu meleleh di mulut cepat, partikel es
lembut). Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan alginat,
yaitu sebesar 2,98 dan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan
penambahan hidrokoloid iota karaginan, yaitu sebesar 2,88.
Hasil uji Kruskall Wallis (Lampiran 10) terhadap parameter mouthfeel
menunjukkan perbedaan jenis hidrokoloid (iota karaginan, alginat, dan kombinasi
iota karaginan-alginat) tidak memberikan pengaruh yang nyata. Mouthfeel pada es
krim yang dihasilkan dari ketiga perlakuan cukup seragam. Hal ini diduga es krim
yang
diberi
penambahan
iota
karaginan,
alginat,
dan
kombinasi
iota karaginan-alginat dalam jumlah yang sama akan berfungsi mengikat molekul
air di dalam es krim sehingga partikel es menjadi lebih kecil dan tidak terlalu
terdeteksi oleh lidah saat es krim dimakan.
160
140
120
100
80
60
40
20
0
136,99(b)
111,91(a)
karaginan
alginat
122,88(a,b)
karaginan+alginat
perlakuan
pH
sebesar 7,55. Histogram nilai rata-rata pH es krim disajikan pada Gambar 16.
8
7
6
5
4
3
2
1
0
7,56(a)
karaginan
7,56(a)
7,55(a)
alginat
karaginan+alginat
Perlakuan
iota karaginan-alginat, sebesar 7,88 menit. Histogram nilai rata-rata daya leleh
11,67(a)
9,25(a)
7,88(a)
karaginan
alginat
karaginan+alginat
Perlakuan
Nilai rata-rata uji stabilitas emulsi es krim dari tiga perlakuan yang
dihasilkan berkisar antara 96,37 % sampai 96,72 %. Nilai rata-rata tertinggi
terdapat perlakuan penambahan kombinasi hidrokoloid iota karaginan-alginat,
sebesar 96,72 % dan nilai rata-rata terendah terdapat pada es krim dengan
penambahan alginat, yaitu sebesar 96,37 %. Histogram nilai rata-rata stabilitas
96,52(a)
karaginan
96,37(a)
96,72(a)
alginat
karaginan+alginat
Perlakuan
pendahuluan
ini
menunjukkan
perbedaan
jenis
hidrokoloid
4.2.
Penelitian Utama
Berdasarkan hasil analisis sensori dan mutu fisik terhadap es krim
4.2.1.
4,18(b)
3,36(a)
3,43(a)
0,2%
0,4%
4,00(b)
3,85(b)
0,6%
0,8%
3
2
1
0
0%
Konsentrasi alginat
3,36(b)
2,72(a)
3,03(a,b)
3,23(a,b)
3,15(a,b)
0,4%
0,6%
0,8%
2
1
0
0%
0,2%
Konsentrasi alginat
sebesar 0,8 % (3,61), sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh es krim
dengan penambahan konsentrasi alginat sebesar 0 % (3,13). Hal ini menunjukkan
kecenderungan panelis menyukai tekstur es krim dengan penambahan konsentrasi
alginat yang semakin tinggi. Histogram nilai rata-rata parameter tekstur pada
3,49(a)
3,13(a)
3,31(a)
3,36(a)
0,4%
0,6%
3,61(a)
3
2
1
0
0%
0,2%
0,8%
Konsentrasi alginat
(d) Rasa
Winarno (1997) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi penerimaan panelis terhadap rasa, antara lain senyawa kimia,
suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Produk yang
memiliki rasa tidak enak tidak akan diterima oleh konsumen walaupun warna,
aroma, dan teksturnya baik. Oleh sebab itu, rasa merupakan salah satu faktor yang
penting dalam keputusan konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk.
Hasil pengujian sensori terhadap parameter rasa menunjukkan nilai
rata-rata berkisar antara 3,87-4,05 (enak, manis, rasa coklat dan susu sedang).
Nilai rata-rata tertinggi dimiliki oleh es krim dengan penambahan konsentrasi
alginat sebesar 0,8 % (4,05), sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh
es krim dengan penambahan konsentrasi alginat sebesar 0,4 % (3,87). Histogram
nilai rata-rata parameter rasa pada es krim dapat dilihat pada Gambar 22.
5
4
3,95(a)
3,97(a)
3,87(a)
3,90(a)
4,05(a)
0%
0,2%
0,4%
0,6%
0,8%
3
2
1
0
Konsentrasi alginat
es krim. Flavor cokelat yang berasal dari cokelat bubuk selain memperkaya
komponen rasa juga berfungsi menutupi rasa susu yang terlalu kuat dan kurang
disenangi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
(e) Mouthfeel
Pengujian sensori terhadap mouthfeel es krim menunjukkan nilai
rata-rata yang dimiliki oleh es krim berkisar antara 2,62-3,56 (waktu meleleh di
mulut cepat, partikel es agak kasar hingga lembut). Nilai rata-rata tertinggi
terdapat pada es krim dengan penambahan konsentrasi alginat sebesar 0,8 %
(3,56), sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh es krim dengan
penambahan konsentrasi alginat sebesar 0 % (2,62). Hal ini menunjukkan semakin
tinggi konsentrasi alginat yang ditambahkan, kecenderungan panelis menyukai
mouthfeel es krim akan meningkat. Histogram nilai rata-rata parameter mouthfeel
4
3
3,56(b)
2,97(a)
2,84(a)
3,00(a)
0,2%
0,4%
0,6%
2,62(a)
2
1
0
0%
0,8%
Konsentrasi alginat
5
4,15(a)
4,41(a)
4,36(a)
4,36(a)
0,2%
0,4%
0,6%
4,72(a)
4
3
2
1
0
0%
0,8%
Konsentrasi alginat
fisik-kimia
es
krim
yang
dianalisis
meliputi
overrun
(derajat
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
157,78(d)
146,22(d)
121,33(c)
95,11(b)
63,11(a)
0%
0,2%
0,4%
0,6%
0,8%
Konsentrasi alginat
overrun
es
krim
yang
dihasilkan.
Uji
lanjut
Duncan
7,67(a)
7,78(a)
7,71(a)
7,84(a)
7,81(a)
0%
0,2%
0,4%
0,6%
0,8%
7
6
pH
5
4
3
2
1
0
Konsentrasi alginat
bahwa
perbedaan
penambahan
konsentrasi
alginat
tidak
25
19,86(a)
19,71(a)
19,69(a)
19,99(a)
0%
0,2%
0,4%
0,6%
20
21,23(a)
15
10
5
0
0,8%
Konsentrasi alginat
pemisahan
protein
dengan
lemak
(Arbuckle
1986).
Menurut
Bodyfelt et al. (1988) stabilitas emulsi biasanya ditunjukkan oleh dua keadaan,
yaitu proses pembentukan krim dan pemisahan fase. Salah satu cara untuk
mempertahankan kestabilan emulsi es krim adalah dengan meningkatkan
kekentalannya melalui penambahan penstabil ke dalam adonan es krim.
Pengukuran stabilitas emulsi pada es krim yang diberi penambahan
perbedaan konsentrasi alginat menujukkan kisaran rataan nilai stabilitas emulsi
yang dihasilkan adalah 81,15 % sampai 90,67 %. Rata-rata stabilitas emulsi
tertinggi dimiliki oleh es krim dengan penambahan konsentrasi alginat sebesar
0,8 % (90,67 %), sedangkan rata-rata stabilitas emulsi terendah dimiliki oleh es
krim yang tidak diberi penambahan alginat (81,15 %). Histogram nilai rata-rata
stabilitas emulsi pada es krim dapat dilihat pada Gambar 28.
100
81,15(a)
87,70(b,c) 90,67(c)
82,30(a) 84,42(a,b)
80
60
40
20
0
0%
0,2%
0,4%
0,6%
0,8%
Konsentrasi alginat
4.2.2.
4,44
(b)
5
4
3,90
3,.87
(a)
(a)
3,28
(b)
3,46 3,54
(a) (a) 3,00
(a)
3,28
3,28 (a)
(a)
4,31
4,15 (a)
(a)
3,21
(b)
3,79
3,26 (b)
3,23 (a)
(a)
3
2
1
0
Warna
Aroma
Alginat terpilih
Tekstur
Alginat komersil
Rasa
Mouthfeel
Produk komers il
Parameter
nilai rata-rata terendah terdapat pada produk es krim dengan penambahan alginat
terpilih dan alginat komersil, yaitu masing-masing sebesar 3,28.
Hasil pengujian Kruskall Wallis (Lampiran 15b) yang dilakukan
terhadap parameter tekstur menunjukkan perlakuan penambahan alginat terpilih,
alginat komersil dan produk komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap tekstur es krim yang dihasilkan. Uji lanjut Mann-Withney (Lampiran 16)
yang dilakukan menunjukkan es krim yang diberi penambahan alginat terpilih dan
alginat komersil memiliki tekstur yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan
karakteristik alginat terpilih tidak jauh berbeda dengan alginat komersil dalam
kemampuannya membentuk tekstur pada es krim. Produk es krim komersil
memiliki tekstur yang berbeda nyata dengan kedua produk es krim lainnya.
Perbedaan ini disebabkan formulasi dan jenis bahan yang digunakan es krim
komersil sangat berbeda dengan es krim terpilih. Selain itu, jenis dan jumlah
bahan pengemulsi dan penstabil yang digunakan juga berbeda.
(d) Rasa
Es krim dengan penambahan flavor cokelat pada umumnya lebih
disenangi oleh konsumen karena aroma dan rasa flavor cokelat dapat menutupi
aroma dan rasa susu yang cukup tajam pada es krim dan kurang disukai oleh
konsumen. Selain itu, penambahan flavor cokelat pada es krim dapat membuat
penampakan es krim menjadi lebih menarik disebabkan intensitas warna yang
ditimbulkan lebih kuat dibandingkan es krim tanpa penambahan flavor.
Hasil pengujian sensori terhadap rasa es krim menunjukkan nilai
rata-rata untuk parameter rasa berkisar antara 3,21-4,31 (enak, manis, rasa susu
dan cokelat kurang hingga sedang). Nilai rataan tertinggi terdapat pada produk es
krim dengan penambahan alginat komersil (4,31), sedangkan nilai rata-rata
terendah terdapat pada produk es krim komersil (3,21).
Analisis Kruskall Wallis (Lampiran 15b) yang dilakukan terhadap
parameter rasa menunjukkan perlakuan penambahan alginat terpilih, alginat
komersil dan produk komersil memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap rasa
es krim yang dihasilkan. Uji lanjut Mann-Withney (lampiran 16) yang dilakukan
menunjukkan es krim yang diberi penambahan alginat terpilih tidak berbeda nyata
dengan es krim yang diberi penambahan alginat komersil. Adapun produk es krim
komersil memiliki rasa yang berbeda nyata dengan kedua produk lainnya.
Berdasarkan histogram pada Gambar 29 dapat dilihat bahwa panelis
menilai es krim yang diberi penambahan alginat terpilih dan alginat komersil
memiliki rasa susu dan cokelat yang lebih kuat dibandingkan produk komersil.
Hal ini dapat disebabkan jenis dan jumlah bahan pembentuk es krim yang
digunakan oleh masing-masing produk berbeda. Rasa pada produk es krim
komersil diduga ditonjolkan dengan penambahan bahan-bahan aditif yang
memperkuat rasa susu dan cokelat tersebut.
(e) Mouthfeel
Mouthfeel merupakan salah satu parameter penting yang terdapat dalam
es krim untuk dijadikan pertimbangan oleh konsumen apakah produk tersebut
diterima atau ditolak. Hasil pengujian sensori terhadap mouthfeel es krim
menunjukkan nilai rata-rata untuk parameter mouthfeel berkisar antara 3,23-3,79
(waktu meleleh di mulut cepat, partikel es agak kasar hingga lembut). Nilai rataan
tertinggi terdapat pada produk es krim komersil (3,79), sedangkan nilai rata-rata
terendah terdapat pada produk es krim dengan penambahan alginat terpilih (3,23).
Hasil pengujian Kruskall Wallis (Lampiran 15b) yang dilakukan
terhadap parameter mouthfeel menunjukkan perlakuan penambahan alginat
terpilih, alginat komersil dan produk komersil memberikan pengaruh berbeda
nyata
terhadap
mouthfeel
es
krim
yang
dihasilkan.
Uji
lanjut
pembedaan atribut dapat disimpulkan dengan pengujian hedonik ini. Pengujian ini
menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap mutu es krim yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis sensori yang dilakukan, dari ketiga produk es
krim diperoleh nilai rata-rata uji hedonik berkisar antara 4,13-4,59 (agak suka).
Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada es krim dengan penambahan alginat
komersil (4,59), sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh produk es krim
komersil (4,13). Hal ini menunjukkan kecenderungan panelis menyukai es krim
dengan penambahan alginat komersil. Histogram nilai rata-rata hedonik es krim
dapat dilihat pada Gambar 30. Analisis Kruskal Wallis (Lampiran 14b) yang
dilakukan terhadap nilai hedonik es krim menunjukkan bahwa perbedaan produk
4,41(a)
4,59(a)
alginat penelitian
alginat komersil
4,13(a)
4
3
2
1
0
produk komersil
Perlakuan
Tabel 12. Karakteristik mutu kimia tepung es krim penambahan alginat 0,8 %
(tepung es krim terpilih) dan tepung es krim komersil
Parameter
Tepung es krim terpilih
Tepung es krim komersil
Air (%)
3,19a
1,40b
a
Abu (%)
6,02
2,52b
Lemak (%)
11,51a
5,03b
a
Protein (%)
15,86
3,87b
Keterangan: huruf superscript yang berbeda (a,b) pada baris yang sama menunjukkan
hasil yang berbeda nyata berdasarkan uji-t
Analisis kadar abu pada tepung es krim terpilih tepung dan es krim
komersil menunjukkan nilai rata-rata kadar abu pada tepung es krim komersil
sebesar 2,52 % dan nilai rata-rata pada tepung es krim terpilih sebesar 6,02 %.
Berdasarkan uji-t (Lampiran 19b) yang dilakukan terhadap kedua produk, nilai
kadar abu tepung es krim terpilih berbeda nyata dengan kadar abu tepung es krim
komersil.
Kadar abu yang ditetapkan oleh BSN (1995) dalam SNI Tepung Es Krim
(Tabel 3) maksimum sebanyak 3 %. Produk tepung es krim komersil memenuhi
kadar abu tersebut, sedangkan produk tepung es krim terpilih memiliki kadar abu
di atas persyaratan yang ditetapkan oleh BSN. Tingginya kandungan abu yang
dimiliki tepung es krim terpilih dapat disebabkan konsentrasi alginat yang
digunakan adalah konsentrasi alginat tertinggi, yaitu 0,8 %. Selain itu,
penambahan kombinasi bahan pengemulsi dan penstabil lainnya (CMC, guar
gum, natrium bikarbonat, dan VX) turut menyumbang kadar abu pada formulasi
tepung es krim ini.
(3) Kadar lemak
Kadar lemak dari produk tepung es krim terpilih dan tepung es krim
komersil berturut-turut sebesar 11,51 % dan 5,03 %. Berdasarkan uji-t
(Lampiran 19c) yang dilakukan terhadap kedua produk, nilai kadar lemak tepung
es krim terpilih berbeda nyata dengan kadar abu tepung es krim komersil. Kadar
lemak yang ditetapkan dalam SNI Tepung Es Krim (SNI 01-3725-1995) minimal
sebesar 12 % (Tabel 3). Persyaratan ini hampir dipenuhi oleh produk tepung es
krim terpilih, yaitu dengan kadar lemak sebesar 11,51 %. Adapun kadar lemak
dari tepung es krim komersil berada di bawah standar tersebut, sebesar 5,03 %.
Kadar lemak yang terkandung dalam tepung es krim terpilih berasal dari susu full
cream dan coklat bubuk yang digunakan.
(4) Kadar protein
Protein adalah molekul besar (makro molekul) yang tersusun atas
unit-unit asam amino yang satu sama lain dihubungkan dengan ikatan peptida.
Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini di
samping berfungsi sebagai bahan bakar di dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur (Winarno 1997). Analisis kadar protein pada tepung es
krim terpilih dan tepung es krim komersil menunjukkan nilai rata-rata kadar
protein pada tepung es krim komersil sebesar 3,87 % dan nilai rata-rata pada
tepung es krim terpilih sebesar 15,86 %. Berdasarkan uji-t (Lampiran 19d) yang
dilakukan terhadap kedua produk, nilai kadar protein tepung es krim terpilih
berbeda nyata dengan kadar protein tepung es krim komersil.
Nilai kadar protein tepung es krim terpilih memenuhi persyaratan kadar
protein dalam standar SNI, yaitu minimal sebanyak 5 % (Tabel 3), sedangkan
produk tepung es krim komersil memiliki kadar protein yang lebih rendah
dibandingkan dengan standar SNI. Protein yang terkandung dalam produk tepung
es krim terpilih berasal dari susu full cream dan susu skim yang digunakan. Susu
skim merupakan penyumbang protein terbesar dalam produk tepung es krim
terpilih (Tabel 10).
Nilai rata-rata TPC tepung es krim terpilih dan tepung es krim komersil
berturut-turut sebesar <25 x 102 dan 2,1 x 105 koloni/g. Kedua nilai ini memenuhi
standar TPC yang ditetapkan oleh BSN dalam SNI Tepung Es Krim (Tabel 3),
yaitu maksimal sebesar 5 x 105 koloni/g. Rendahnya nilai TPC pada tepung es
krim terpilih dibandingkan standar SNI diduga disebabkan proses pembuatan
tepung es krim dilakukan dengan memperhatikan sanitasi yang baik. Selain itu,
waktu pengujian produk yang dilakukan tidak lama setelah proses pembuatan
tepung es krim sehingga kemungkinan kontaminasi dari lingkungan terhadap
produk sangat kecil. Penyebab lainnya diduga produk tepung es krim berbentuk
tepung yang umumnya memiliki aw rendah sehingga memungkinkan bakteri sulit
tumbuh dan berkembang di dalamnya. Bakteri umumnya tumbuh dan berkembang
biak dengan baik dalam media dengan aw tinggi (0,75-1,00) (Buckle et al. 1987).
Bakteri coliform yang terdapat dalam tepung es krim terpilih dan
komersil adalah < 3,0 APM. Angka ini jauh berada di bawah standar SNI Tepung
Es Krim (Tabel 3), yaitu maksimum 102 APM. Hal ini menunjukkan sanitasi yang
baik pada proses pembuatan produk serta kontaminasi dari lingkungan dan
pekerja sangat kecil sehingga bakteri coliform yang terdeteksi sangat sedikit.
Pengujian terhadap adanya bakteri Escherichia coli di dalam produk
tepung es krim terpilih dan komersil menunjukkan hasil negatif, yang berarti
kedua produk tidak mengandung bakteri tersebut. Bakteri Escherichia coli
terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan manusia dan hewan. Organisme
ini berada di dapur dan tempat-tempat persiapan bahan pangan melalui bahan
baku dan selanjutnya masuk ke makanan yang telah dimasak melalui tangan,
permukaan
alat-alat,
tempat-tempat
masakan
dan
peralatan
lain
(Buckle et al. 1987). Sanitasi yang baik pada proses pengolahan, alat-alat yang
digunakan, pekerja dan lingkungan merupakan pencegahan terhadap kontaminasi
bakteri Escherichia coli dalam makanan yang diolah.
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh BSN mengenai kadar maksimum logam
Pb pada produk Tepung Es Krim (Tabel 3), yaitu maksimum sebesar 0,3 ppm.
Logam Pb umumnya digunakan pada produk baterai, industri percetakan tinta,
pelapis pipa, dan sebagainya. Tetapi, Pb terdapat paling banyak dalam bentuk
gabungan yang masuk ke lingkungan. Mendekati 10 % dari produksi Pb dunia
digunakan sebagai bahan tambahan minyak dan hilang banyak sekali ke atmosfir
(Basalmah 2006).
Logam Hg tidak terdeteksi dalam produk tepung es krim. Standar
minimal dalam alat AAS adalah 0,01 ppm. Hal ini berarti kadar logam Hg yang
tidak terdeteksi pada alat berarti kadar logam Hg tersebut lebih kecil
dari 0,01 ppm. Persyaratan dalam SNI menyatakan bahwa kadar logam Hg dalam
tepung es krim maksimal sebesar 0,03 ppm. Oleh karena itu, tepung es krim yang
dihasilkan masih memenuhi standar SNI dan layak untuk dikonsumsi.
5.1.
Kesimpulan
Formulasi tepung es krim terpilih melalui modifikasi formulasi memiliki
kandungan air, abu, lemak, dan protein berturut-turut sebesar 3,29 %; 4,89 %;
11,92 %; dan 12,02 %. Natrium alginat memiliki karakteristik rendemen, kadar
air, kadar abu, viskositas, pH, dan derajat putih dengan nilai berturut-turut sebesar
20,35 %; 10,32 %; 19,90 %; 540 cPs, 6,47; dan 39,46 %. Formulasi tepung es
krim dengan perlakuan penambahan iota karaginan, alginat, dan kombinasi
iota karaginan-alginat memiliki nilai overrun tertinggi pada es krim penambahan
alginat, yaitu sebesar 136,99 %. Oleh karena itu, tepung es krim terpilih dari
penelitian pendahuluan adalah tepung es krim penambahan alginat.
Analisis sensori dan mutu fisik terhadap es krim dengan penambahan
alginat sebesar 0 %; 0,2 %; 0,4 %; 0,6 %; dan 0,8 % secara umum menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata. Tepung es krim terpilih dari penelitian utama
adalah es krim dengan penambahan alginat 0,8 %. Formulasi tepung es krim
penambahan alginat 0,8 % dibandingkan dengan tepung es krim penambahan
alginat komersil 0,8 % dan produk komersil berdasarkan uji sensori menunjukkan
pengaruh nyata. Karakteristik mutu kimia tepung es krim penambahan alginat
0,8 % (tepung es krim terpilih) memenuhi standar SNI. Analisis mikrobiologi
menunjukkan produk tepung es krim terpilih memenuhi standar SNI pada
pengujian TPC, coliform, dan Escherichia coli. Pengujian terhadap kandungan
logam berat Pb dan Hg pada tepung es krim terpilih menunjukkan kadar Pb
memenuhi standar SNI dan kadar Hg tidak terdeteksi dalam tepung es krim.
5.2.
Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai teknik dan waktu pengadukan adonan
yang tepat diperlukan agar diperoleh es krim yang memiliki tekstur dan mouthfeel
yang lebih baik. Kombinasi jenis bahan pengemulsi dan penstabil pada tepung es
krim juga perlu dikembangkan agar menghasilkan es krim yang lebih berkualitas.
Selain itu, penelitian lebih lanjut mengenai umur simpan dari tepung es krim ini
sangat diperlukan agar menjadi produk yang siap dipasarkan secara luas.
DAFTAR PUSTAKA
Andreasen TG, Nielsen H. 1998. Ice Cream and Aerated Dessert. The Technology
of Dairy Products. London-Weinheim-New York-Tokyo-MelbourneMadrid: Blackie Academic and Professional.
Anggadiredja JT, Zatnika A, Sujatmiko W, Ismail S, Noor Z. 1993. Teknologi
Produk Perikanan dalam Industri Farmasi; Potensi dan pemanfaatan
Makro Alga Laut [Makalah Stadium General Teknologi dan Alternatif
Produk Perikanan dalam Industri Farmasi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Anggadiredja JT, Zatnika A, Purwoto H, Istini S. 2006. Rumput Laut. Depok:
Penebar Swadaya.
Anggraini R. 2004. Perencanaan produksi karagenan skala pilot plant [skripsi].
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Antara. 2008. Ekspor rumput laut ditargetkan naik 12,6 juta ton. www.antara.co.id
[11 Oktober 2008].
[AOAC] Association of Official Analytical Chemyst. 1990. Official Methods of
Analysis. 15th Ed. Arlington, Virginia, USA: Published by The Association
of Official Analytical Chemist, Inc.
. 1995. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington,
Virginia, USA: Published by The Association of Official Analytical
Chemist, Inc.
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989.
Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Arbuckle WS. 1986. Ice Cream. Westport, Connecticut: The AVI Publishing
Company.
Asia Maya. 2007. Coklat bubuk. www.asiamaya.com [22 Maret 2008].
Aslan LM. 1999. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius.
Astawan M. 2008. Ada penjinak virus di dalam es krim!. www.depkes.go.id
[22 Maret 2008].
Basalmah L. 2006. Kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb dalam air dan ikan di
perairan Ujungpangkah, Jawa Timur. [skripsi]. Bogor: Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Batdorf JB, Rossman JM. 1973. Sodium carboxymethylcellulose. Di dalam:
Whistler RL, BeMiller JN, editor. Industrial Gums, Polysaccharides and
Their Derivates. London: Academic Press.
Bodyfelt FW, Tobias J, Trout GM. 1988. The Sensory Evaluation of Dairy
Products. New York: AVI Publishing.
Bold HC, Wayne MJ. 1985. Introduction to The Algae. New Jersey: PrenticeHall, Inc.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara Uji
Makanan dan Minuman. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
. 1995. SNI 01-3725-1995. Tepung Es
Krim. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
. 1995. SNI 01-3747-1995. Syarat Mutu
Coklat Bubuk. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
. 2006. SNI 01-2332.1-2006. Cara Uji
Bakteri Coliform dan Escherichia coli. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
. 2006. SNI 01-2332.3-2006.
Pengujian Bakteri TPC. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Cara
LP
yang
terlupakan.
Sari LE. 2008. Pengaruh kombinasi bahan penstabil alginat, karaginan, dan guar
gum terhadap karakter mutu es krim [skripsi]. Jakarta: Program Studi
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Sentra
Informasi IPTEK.
[2 Januari 2008].
2006.
Rumput
laut/alga.
www.iptek.net.id
Sinurat E, Murdinah, Utomo BSB. 2006. Sifat fungsional formula kappa dan iota
karaginan dengan gum. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan 1: 1-8.
Siswati J. 2002. Kajian ekstraksi alginat dari rumput laut Sargassum sp. serta
aplikasinya sebagai penstabil es krim [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Soegiarto A, Atmadja WS, Sulistijo, Mubarak H. 1978. Rumput Laut (Algae):
Manfaat, Potensi, dan Usaha Budidaya. Jakarta: LON-LIPI.
Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B,
penerjemah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Subaryono. 2009. Karakterisari pembentukan gel alginat dari rumput laut
Sargassum sp. dan Turbinaria sp. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Sulistijo. 2005. Indonesia kekurangan 40 ribu ton rumput laut untuk penuhi pasar.
www.kapanlagi.com [25 Maret 2008].
Suryaningrum TD. 1988. Kajian sifat-sifat mutu komoditi rumput laut budidaya
jenis Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tseng OK. 1946. Phycocolloids useful of seaweeds polyssacharides. Di dalam:
Alexander J, editor. Colloid Chemistry, Theoretical and Applied.
Volume 6. New York: Reinhold.
Webb BH, Arbuckle WS. 1977. Freezing of dairy products. Di dalam: Desrosier
NW, Tressler DK, editor. Fundamentals of Food Freezing. Westport,
Connecticut: The AVI Publishing Company, Inc.
Webb BH. 1981. Characteristic and quality changes in dairy products during
freezing and storage. Di dalam: Tressler DK, Van Arsdel WB, Copley MJ,
editor. The Freezing Preservation of Foods. Westport, Connecticut: The
AVI Publishing Company, Inc.
Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
Yani M. 1988. Modifikasi dan optimasi proses ekstraksi dalam rancang bangun
proses tepung algin dari jenis Turbinaria ornata [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Hasil Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Yunita W. 1995. Kajian teknologi dan finansial produk es krim (melorin) skala
kecil [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Yunizal. 2004. Teknologi Pengolahan Alginat. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan
Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
LAMPIRAN
UJI HEDONIK
Nama panelis
: .
Tanggal Pengujian
: .
Jenis Sampel
: ES KRIM
Instruksi :
Nyatakan penilaian anda dan berilah tanda ( ) pada penyataan yang sesuai dengan
penilaian saudara
KODE SAMPEL
PENILAIAN
121
464
317
Komentar :
Lampiran 2. Score sheet uji pembedaan atribut (attribute difference test) es krim
UJI PEMBEDAAN ATRIBUT
(ATTRIBUTE DIFFERENCE TEST)
Nama panelis
: ..
Tanggal pengujian : ..
Jenis sampel
: Es Krim
Instruksi :
Di hadapan saudara terdapat 5 sampel es krim berkode. Amati sampel seperti pada atribut sensori
yang telah disediakan sebagai berikut:
PARAMETER
I. WARNA :
- Krem
- Krem kecoklatan
- Coklat muda
- Coklat
- Coklat tua
II. AROMA :
- Aroma susu
- Aroma coklat sedikit, terdapat aroma susu
- Aroma coklat sedikit
- Aroma coklat sedang
- Aroma coklat kuat
III. TEKSTUR :
- Keras, partikel berkristal
- Agak keras, partikel berkristal
- Lunak, partikel berkristal
- Lunak, partikel sedikit berkristal
- Lunak, partikel tidak berkristal
IV. RASA :
- Enak, tidak manis, rasa coklat dan susu kurang
- Enak, kurang manis, rasa coklat dan susu kurang
- Enak, manis, rasa coklat dan susu kurang
- Enak, manis, rasa coklat dan susu sedang
- Enak, manis, rasa coklat dan susu kuat
V. MOUTHFEEL :
- Waktu meleleh di mulut cepat, partikel es kasar
- Waktu meleleh di mulut cepat, partikel es agak kasar
- Waktu meleleh di mulut cepat, partikel es lembut
- Waktu meleleh di mulut agak lama, partikel es lembut
- Waktu meleleh di mulut lama, partikel es lembut
NILAI
754
KODE SAMPEL
607 657 853
804
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
KOMENTAR :
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
219
4
4
6
4
6
4
4
5
5
5
4
4
4
6
366
5
5
7
5
6
4
4
6
5
4
6
5
3
6
513
3
3
4
5
7
3
4
2
5
5
5
2
3
5
121
4
4
7
6
7
3
5
4
5
4
5
5
5
6
464
4
5
6
5
6
4
5
4
5
5
4
4
4
6
317
3
2
4
4
5
4
3
4
5
4
4
2
3
5
170
4
4
6
4
4
6
3
4
6
4
6
3
4
4
2
2
4
268
2
2
5
4
4
5
5
5
6
4
6
4
4
5
4
4
4
415
3
5
5
5
6
4
5
4
5
5
7
4
5
6
5
3
3
4,64
5,07
4,00
5,00
4,79
3,71
4,12
4,29
4,71
Keterangan:
219, 366, 513 : Perlakuan penambahan iota karaginan
121, 464, 317 : Perlakuan penambahan alginat
170, 268, 415 : Perlakuan penambahan kombinasi iota karaginan-alginat
Ulangan 1
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
219
366
513
219
366
513
219
366
513
219
366
513
219
366
513
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
5
5
5
4
3
5
2
5
4
5
5
4
5
3
5
5
5
4
5
5
2
5
3
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
2
5
4
5
5
4
5
3
4
5
5
4
4
2
4
5
5
3
2
2
3
2
4
3
5
2
4
2
4
5
3
2
1
4
4
2
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
3
5
3
2
1
2
4
3
5
2
2
3
5
4
3
4
2
4
2
3
5
4
5
3
2
5
5
5
5
5
2
4
4
2
3
2
5
1
1
5
5
4
3
2
2
3
4
5
4
4
4
4
4
5
5
5
4
5
3
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
4
5
4
2
5
4
3
4
4
5
4
4
4
5
4
5
5
3
4
2
1
4
5
4
1
3
2
3
4
1
4
2
3
3
2
5
4
4
2
3
4
3
4
3
5
1
3
3
1
2
4
5
1
3
3
3
4
2
1
1
2
Rata-rata
4,29
4,43
4,50
3,57
3,21
3,79
3,14
3,93
3,00
4,29
4,29
4,14
2,79
3,29
2,50
Ulangan 2
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
121
464
317
121
464
317
121
464
317
121
464
317
121
464
317
10
11
12
13
14
Rata-rata
4,07
3,86
4,57
3,07
3,29
3,71
3,71
3,29
2,79
4,14
4,21
4,14
3,57
3,36
2,36
Ulangan 3
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
170
268
415
170
268
415
170
268
415
170
268
415
170
268
415
10
11
12
13
14
15
16
17
Rata-rata
4,18
4,41
3,82
3,76
3,76
3,47
2,35
2,71
3,82
4,24
4,06
4,06
2,76
2,88
3,00
Keterangan:
219, 366, 513 : Perlakuan penambahan iota karaginan
121, 464, 317 : Perlakuan penambahan alginat
170, 268, 415 : Perlakuan penambahan kombinasi iota karaginan-alginat
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
PANELIS
608
706
901
803
656
705
558
852
950
755
754
607
657
853
804
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
4
4
4
6
2
4
5
5
6
5
5
5
5
3
3
4
5
4
4
6
4
5
4
5
5
5
3
4
5
3
3
5
4
4
6
6
4
6
3
5
3
4
5
2
4
5
5
4
4
4
5
5
4
5
4
5
2
4
5
5
5
4
4
6
5
5
4
3
3
5
2
5
4
4
6
5
6
5
5
3
4
5
2
2
5
4
5
4
4
5
4
6
4
5
7
4
5
4
5
6
5
3
6
6
5
5
3
5
4
2
3
5
2
5
3
5
4
5
4
4
3
4
2
3
4
3
4
6
4
6
5
4
4
6
5
3
6
6
5
5
5
5
4
5
3
3
5
5
2
5
6
5
4
6
2
4
4
3
4
6
5
4
5
4
4
4
5
2
4
6
5
5
6
5
4
6
5
3
6
4
2
5
6
4
4
5
4
5
5
5
3
5
5
4
5
Rata-rata
4,62
4,38
4,31
4,23
4,46
4,38
4,00
5,08
3,92
4,00
4,85
4,23
4,15
4,77
4,62
Keterangan:
901, 558, 657
608, 755, 804
656, 755, 804
706, 950, 853
803, 852, 754
Lampiran 6. Rekapitulasi data pengujian sensori uji pembedaan atribut es krim penelitian utama tahap pertama
Ulangan 1
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
608
706
901
803
656
608
706
901
803
656
608
706
901
803
656
608
706
901
803
656
608
706
901
803
656
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
3
4
4
3
2
4
3
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
5
4
4
3
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
3
3
4
3
2
4
3
5
3
3
4
4
3
3
3
4
3
2
4
3
5
3
3
4
4
3
2
2
4
3
2
4
4
2
4
4
3
4
2
4
4
4
3
3
4
3
1
3
3
5
2
2
5
5
5
1
5
4
2
2
2
5
4
5
4
2
3
4
2
3
4
2
1
2
3
3
4
2
3
1
4
2
4
4
3
2
2
3
3
4
2
5
2
5
5
3
2
4
4
4
4
4
4
1
4
3
5
4
4
2
5
3
3
3
4
4
2
2
1
5
1
4
1
3
3
4
5
4
5
1
4
2
5
4
4
2
4
4
4
4
4
3
1
4
3
5
5
4
2
4
4
4
4
4
4
1
4
3
5
5
4
3
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
3
3
5
3
4
3
4
5
5
5
5
5
5
2
4
4
3
5
3
5
3
4
2
5
4
4
3
5
5
3
4
5
5
5
3
4
5
3
3
3
5
5
4
3
2
5
5
4
4
4
5
2
4
2
2
3
4
3
2
2
2
2
4
4
2
4
3
2
2
2
3
3
2
2
1
5
1
2
2
2
2
2
2
3
4
1
4
5
5
2
2
4
2
3
3
4
3
2
3
3
3
5
3
2
4
2
3
3
4
3
4
2
Rata-rata
3,69
4,00
4,85
3,38
3,38
3,08
3,15
3,77
2,69
2,85
3,62
3,54
3,00
3,46
3,69
4,23
4,00
4,15
4,15
3,85
3,15
2,69
2,23
3,23
3,15
Ulangan 2
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
705
558
852
950
755
705
558
852
950
755
705
558
852
950
755
705
558
852
950
755
705
558
852
950
755
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
3
4
3
5
2
3
3
3
4
3
2
4
3
4
4
3
4
3
4
3
3
4
3
3
4
4
5
4
4
5
5
5
3
4
5
3
5
4
4
5
4
5
5
4
5
3
4
4
3
4
3
4
2
4
3
5
1
3
2
4
3
2
1
3
3
4
2
2
2
2
2
4
5
4
3
3
2
4
4
1
3
2
3
3
4
3
4
2
4
4
3
5
2
4
3
4
4
2
2
5
3
4
4
3
5
2
4
3
4
4
2
2
4
3
4
4
3
5
2
2
3
2
2
1
2
3
3
2
3
3
4
3
4
1
1
3
3
4
4
4
4
5
3
4
4
4
2
1
2
3
4
4
3
3
4
4
4
2
5
5
2
5
4
3
5
4
4
4
4
3
2
3
4
3
3
2
2
4
3
2
4
2
4
2
4
2
2
3
5
3
3
3
5
3
5
4
4
3
2
4
4
5
5
5
3
4
5
4
4
4
5
5
1
2
4
4
5
2
3
4
3
4
4
4
5
2
4
3
3
5
4
2
3
5
4
4
4
4
3
4
2
4
5
3
2
4
3
4
4
3
4
3
4
2
5
4
2
5
4
4
2
2
3
2
2
2
2
1
2
4
3
4
2
4
3
3
2
5
2
2
1
4
2
2
3
3
4
2
4
5
4
5
3
2
5
4
4
4
3
2
3
2
2
3
2
3
2
3
4
2
3
2
4
2
3
2
1
2
3
1
4
4
4
3
4
Rata-rata
3,23
3,54
4,31
4,08
2,77
3,00
3,08
3,46
3,38
2,54
3,31
3,23
3,92
2,85
3,38
4,00
3,54
3,69
3,54
3,69
2,38
2,77
3,77
2,54
2,85
Ulangan 3
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
754
607
657
853
804
754
607
657
853
804
754
607
657
853
804
754
607
657
853
804
754
607
657
853
804
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
3
4
4
5
4
1
4
4
4
4
3
5
5
4
3
4
5
4
5
3
4
3
4
3
1
5
4
3
5
5
4
4
3
5
4
5
3
4
5
4
5
4
5
4
3
3
4
4
4
3
3
5
4
3
4
5
4
2
4
4
3
4
3
2
5
2
4
4
5
5
1
4
1
4
3
3
5
2
4
3
4
5
4
5
3
1
3
3
3
2
2
4
3
5
5
3
4
2
2
3
2
2
4
3
2
4
4
5
3
3
4
1
2
4
3
3
3
2
2
4
5
2
2
2
2
2
2
2
3
3
4
5
3
5
2
3
4
4
4
3
2
4
2
3
3
3
4
2
1
3
5
4
3
3
3
1
4
4
4
5
1
4
4
3
4
2
2
3
1
5
5
4
5
1
2
5
4
5
4
3
3
2
3
3
3
4
3
5
4
4
5
3
3
3
2
4
4
4
5
5
3
5
4
5
4
4
5
4
4
3
4
5
5
1
4
5
5
4
3
2
4
4
3
5
5
5
4
5
3
4
4
4
4
4
3
4
5
5
5
5
5
4
2
5
3
4
4
4
3
4
5
4
4
4
5
2
5
4
4
4
3
3
2
5
3
5
3
4
4
4
4
4
4
3
2
2
5
3
1
2
4
4
2
4
2
5
3
2
3
5
2
3
2
2
3
1
3
3
5
3
4
3
5
3
4
4
3
4
5
4
3
4
3
3
2
5
2
2
3
3
3
2
3
3
4
Rata-rata
3,85
3,69
4,15
3,92
3,62
3,31
3,23
3,23
3,15
2,54
3,46
2,92
3,15
3,69
3,46
4,31
3,77
4,15
4,15
4,00
3,69
3,00
2,85
3,77
2,92
Keterangan:
901, 558, 657
608, 755, 804
656, 755, 804
706, 950, 853
803, 852, 754
PANELIS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Rata-rata
Ulangan 1
941 625 410
5
3
4
5
6
5
5
6
3
4
5
3
5
5
6
4
3
4
4
2
2
5
4
5
5
4
5
2
4
2
5
5
6
5
6
5
6
5
7
Ulangan 2
251 872 375
3
4
5
5
6
5
5
3
5
4
2
5
6
5
5
5
2
5
4
2
2
5
4
5
5
6
4
2
4
2
5
6
5
6
5
4
5
4
4
4,62
4,46
4,38
Ulangan 3
384 548 690
3
4
5
6
5
5
5
3
4
2
4
5
7
7
6
2
5
5
2
2
4
5
4
5
5
5
4
2
2
4
6
5
5
2
5
5
3
5
5
Keterangan:
941,375, 548 : Es krim penambahan alginat penelitian 0,8 %
410, 251, 690 : Es krim penambahan alginat komersil 0,8 %
625, 872, 384 : Es krim komersil merk PONDAN
Ulangan 1
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
941
625
410
941
625
410
941
625
410
941
625
410
941
625
410
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
4
3
3
3
2
2
2
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
2
3
3
4
2
3
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
3
3
3
4
2
2
4
2
2
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
2
2
2
3
2
5
4
5
5
1
4
5
5
5
4
4
5
4
4
2
4
3
4
4
2
4
4
2
4
4
3
5
4
5
4
3
5
4
4
5
3
4
5
4
4
2
5
5
2
4
5
4
4
2
3
4
5
4
4
5
3
4
4
4
4
5
3
3
3
5
2
4
4
4
3
4
2
2
2
3
3
4
3
5
5
5
5
4
4
3
5
5
5
4
5
4
4
2
4
4
4
2
4
3
3
4
3
3
2
4
3
5
4
3
3
5
3
3
4
3
4
3
3
1
2
3
2
2
3
2
4
2
2
3
4
Rata-rata
3,08
3,23
4,85
3,08
3,08
4,31
3,38
4,23
3,77
3,92
3,08
4,54
3,23
3,62
2,54
Ulangan 2
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
251
872
375
251
872
375
251
872
375
251
872
375
251
872
375
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
3
4
3
3
2
3
2
4
4
2
3
4
3
5
5
4
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
4
5
5
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
2
4
2
3
2
2
2
5
4
2
4
3
4
4
3
4
2
3
3
2
4
4
1
4
2
4
5
5
4
3
3
2
2
3
1
3
3
4
2
4
4
4
2
3
4
2
5
4
5
5
4
5
5
4
5
5
4
5
5
4
2
4
4
3
2
3
3
2
3
3
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
3
3
4
4
2
2
4
3
4
4
2
4
4
5
5
3
4
3
5
4
4
4
3
4
2
2
2
3
3
3
4
3
3
2
2
4
3
5
3
3
4
3
5
5
3
5
5
3
5
4
4
2
4
5
2
3
3
2
2
4
2
3
2
Rata-rata
3,08
3,77
3,92
2,85
3,31
3,31
3,00
4,69
3,00
3,92
3,38
4,00
2,77
4,08
2,92
Ulangan 3
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
Mouthfeel
PANELIS
384
548
690
384
548
690
384
548
690
384
548
690
384
548
690
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
3
3
3
3
2
3
2
3
4
2
3
3
3
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
3
5
5
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
4
1
3
4
4
2
3
2
2
2
2
2
5
5
3
5
4
4
5
4
5
3
3
2
4
4
5
2
4
4
4
4
2
5
2
3
3
3
3
4
5
5
5
5
5
4
5
4
3
5
4
5
2
5
4
5
4
4
3
2
2
2
4
3
4
1
3
3
3
4
3
4
2
3
2
5
3
2
4
4
3
3
4
2
2
4
2
4
4
3
5
4
5
5
5
4
3
4
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
5
4
3
4
3
5
3
5
3
4
3
3
5
3
2
2
2
4
5
2
3
2
3
4
2
2
4
3
2
2
5
2
2
4
2
2
4
2
3
4
Rata-rata
2,85
4,69
3,69
2,62
4,00
3,46
4,38
3,46
3,08
3,15
4,54
4,46
3,69
2,85
2,85
Keterangan:
941,375, 548 : Es krim penambahan alginat penelitian 0,8 %
410, 251, 690 : Es krim penambahan alginat komersil 0,8 %
625, 872, 384 : Es krim komersil merk PONDAN
Lampiran 9.
a. Perankingan
Perlakuan
Karaginan
Alginat
Karaginan+alginat
Total
N
45
45
45
135
Hedonik
0,128
2
0,938
Nilai Ranking
69,48
67,87
66,66
Lampiran 10. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji pembedaan
atribut) pada es krim penelitian pendahuluan
a. Perankingan
Parameter
Perlakuan
Karaginan
Warna
Alginat
Karaginan+alginat
Total
Karaginan
Aroma
Alginat
Karaginan+alginat
Total
Karaginan
Tekstur
Alginat
Karaginan+alginat
Total
Karaginan
Rasa
Alginat
Karaginan+alginat
Total
Mouthfeel Karaginan
Alginat
Karaginan+alginat
Total
N
45
45
45
135
45
45
45
135
45
45
45
135
45
45
45
135
45
45
45
135
Nilai ranking
67,99
63,27
72,74
65,76
69,26
68,99
77,73
59,86
66,41
69,51
70,06
64,43
65,61
68,80
69,59
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Signifikan
Warna
1,599
2
0,450
Aroma
0,244
2
0,885
Tekstur
5,038
2
0,081
Rasa
0,690
2
0,708
Mouthfeel
0,276
2
0,871
Lampiran 11. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji hedonik)
pada es krim penelitian utama tahap pertama
a. Perankingan
Perlakuan
Alginat 0 %
Alginat 0,2 %
Alginat 0,4 %
Alginat 0,6 %
Alginat 0,8 %
Total
N
39
39
39
39
39
195
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Signifikan
Hedonik
5,457
4
0,244
Nilai Ranking
84,26
97,63
97,96
97,36
112,79
Lampiran 12. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji pembedaan
atribut) pada es krim penelitian utama tahap pertama
a. Perankingan
Perlakuan
Alginat 0 %
Warna
Alginat 0,2 %
Alginat 0,4 %
Alginat 0,6 %
Alginat 0,8 %
Total
Alginat 0 %
Aroma
Alginat 0,2 %
Alginat 0,4 %
Alginat 0,6 %
Alginat 0,8 %
Total
Alginat 0 %
Tekstur
Alginat 0,2 %
Alginat 0,4 %
Alginat 0,6 %
Alginat 0,8 %
Total
Alginat 0 %
Rasa
Alginat 0,2 %
Alginat 0,4 %
Alginat 0,6 %
Alginat 0,8 %
Total
Alginat 0 %
Mouthfeel Alginat 0,2 %
Alginat 0,4 %
Alginat 0,6 %
Alginat 0,8 %
Total
N
39
39
39
39
39
195
39
39
39
39
39
195
39
39
39
39
39
195
39
39
39
39
39
195
39
39
39
39
39
195
Nilai ranking
121,42
77,60
77,58
110,38
103,01
110,50
77,96
94,64
105,71
101,19
89,01
101,06
95,08
95,23
109,62
99,79
97,85
95,00
93,72
103,64
76,42
95,73
88,03
96,31
133,51
Warna
21,333
4
0,000
Aroma
8,391
4
0,078
Tekstur
3,193
4
0,526
Rasa
0,857
4
0,931
Mouthfeel
24,194
4
0,000
Lampiran 13. Hasil uji lanjut Mann-Withney data sensori uji pembedaan atribut
pada es krim penelitian utama tahap pertama
Warna
429,500
1209,500
-3,469
0,001
Aroma
519,000
1299,000
-2,513
0,012
Mouthfeel
599,500
1379,500
-1,676
0,094
Warna
428,000
1208,000
-3,499
0,000
Aroma
636,000
1416,000
-1,284
0,199
Mouthfeel
664,000
1444,000
-1,012
0,311
Warna
655,500
1435,500
-1,128
0,259
Aroma
711,000
1491,000
-0,512
0,609
Mouthfeel
585,500
1365,500
-1,835
0,067
Warna
615,500
1395,500
-1,537
0,124
Aroma
688,500
1468,500
-0,741
0,459
Mouthfeel
351,500
1131,500
-4,205
0,000
Warna
753,000
1533,000
-0,079
0,937
Aroma
625,000
1405,000
-1,426
0,154
Mouthfeel
696,000
1476,000
-0,673
0,501
Warna
499,500
1279,500
-2,794
0,005
Aroma
528,500
1308,500
-2,422
0,015
Mouthfeel
758,000
1538,000
-0,026
0,979
Warna
564,500
1344,500
-2,062
0,039
Aroma
588,000
1368,000
-1,802
0,072
Mouthfeel
449,000
1229,000
-3,231
0,001
Warna
487,500
1267,500
-2,913
0,004
Aroma
670,000
1450,000
-0,941
0,347
Mouthfeel
687,000
1467,000
-0,772
0,440
Warna
562,000
1342,000
-2,097
0,036
Aroma
709,000
1489,000
-0,533
0,594
Mouthfeel
413,000
1193,000
-3,594
0,000
Warna
706,500
1486,500
-0,581
0,561
Aroma
733,000
1513,000
-0,285
0,776
Mouthfeel
443,500
1223,500
-3,292
0,001
Lampiran 14. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji hedonik)
pada es krim penelitian utama tahap kedua
a. Perankingan
Perlakuan
Alginat Penelitian
Alginat Komersil
Produk Komersil
Total
N
39
39
39
117
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Signifikan
Hedonik
1,708
2
0,426
Nilai Ranking
58.,92
63,82
54,26
Lampiran 15. Hasil perankingan dan Kruskal Wallis data sensori (uji pembedaan
atribut) pada es krim penelitian utama tahap kedua
a. Perankingan
Perlakuan
Alginat Penelitian
Warna
Alginat Komersil
Produk Komersil
Total
Alginat Penelitian
Aroma
Alginat Komersil
Produk Komersil
Total
Alginat Penelitian
Tekstur
Alginat Komersil
Produk Komersil
Total
Alginat Penelitian
Rasa
Alginat Komersil
Produk Komersil
Total
Mouthfeel Alginat Penelitian
Alginat Komersil
Produk Komersil
Total
N
39
39
39
117
39
39
39
117
39
39
39
117
39
39
39
117
39
39
39
117
Nilai ranking
66,69
65,85
44,46
62,94
65,27
48,79
46,53
47,53
82,95
67,24
73,72
36,04
53,60
44,54
78,86
Warna
11,870
2
0,003
Aroma
5,805
2
0,055
Tekstur
31,639
2
0,000
Rasa
31,697
2
0,000
Mouthfeel
23,307
2
0,000
Lampiran 16. Hasil uji lanjut Mann-Withney data sensori uji pembedaan atribut
pada es krim penelitian utama tahap kedua
Warna
747,500
1527,500
-0,137
0,891
Tekstur
755,000
1535,000
-0,057
0,954
Rasa
674,000
1454,000
-0,953
0,340
Mouthfeel
645,000
1425,000
-1,228
0,219
Warna
473,500
1253,500
-3,024
0,002
Tekstur
279,500
1059,500
-5,048
0.,000
Rasa
352,500
1132,500
-4,310
0,000
Mouthfeel
434,500
1214,500
-3,394
0,001
Warna
480,500
1260,500
-2,956
0,003
Tekstur
307,500
1087,500
-4,737
0,000
Rasa
273,000
1053,000
-5,253
0,000
Mouthfeel
312,000
1092,000
-4,691
0,000
Lampiran 17. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap overrun, pH,
daya leleh, dan stabilitas emulsi es krim penelitian pendahuluan
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
948,439
331,154
1279,593
2
6
8
474,220
55,192
8,592
0,017
Perlakuan
Galat
Total
= 0,05
N
3
3
3
1
111,9100
122,8800
0,121
2
122,8800
136,9900
0,059
c. Analisis ragam pH
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
0,001
0,007
0,008
2
6
8
0,000
0,001
0,225
0,805
Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
22,150
13,466
35,616
2
6
8
11,075
2,244
4,935
0,054
Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
0,185
1,774
1,959
2
6
8
0,092
0,296
0,312
0,743
Lampiran 18. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap overrun, pH,
daya leleh, dan stabilitas emulsi es krim penelitian utama tahap
pertama
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
17753,937
570,068
18324,005
4
10
14
4438,484
57,007
77,859
0,000
= 0,05
alginat 0,8 %
alginat 0,6 %
alginat 0,4 %
alginat 0,2 %
alginat 0 %
Sig.
1
63,11
3
3
3
3
3
95,11
121,33
1,000
1,000
1,000
146,22
157,78
0,090
c. Analisis ragam pH
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
0,057
0,048
0,105
4
10
14
0,014
0,005
3,006
0,072
Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
4,949
6,409
11,358
4
10
14
1,237
0,641
1,931
0,182
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
F hitung
Signifikan
184,377
56,415
240,792
4
10
14
46,094
5,641
8,171
0,003
N
3
3
3
3
3
1
81,1533
82,3033
84,4233
0,138
= 0,05
2
84,4233
87,6933
0,123
87,6933
90,6667
0,156
Lampiran 19. Hasil uji-t terhadap kadar air, abu, lemak, dan protein tepung es
krim pada penelitian utama tahap kedua
a. Kadar Air
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Es krim
penelitian
Mean
3,133
Variance
0,012
Observations
2,000
Pooled Variance
0,006
Hypothesized Mean Difference
0,000
df
2,000
t Stat
22,698
P(T<=t) one-tail
0,001
t Critical one-tail
2,920
P(T<=t) two-tail
0,002
t Critical two-tail
4,303
Es krim
komersil
1,373
0,000
2,000
b. Kadar Abu
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Es krim
penelitian
Mean
6,028
Variance
0,009
Observations
2,000
Pooled Variance
0,005
Hypothesized Mean Difference
0,000
df
2,000
t Stat
51,548
P(T<=t) one-tail
0,000
t Critical one-tail
2,920
P(T<=t) two-tail
0,000
t Critical two-tail
4,303
Es krim
komersil
2,510
0,000
2,000
c. Kadar Lemak
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Es krim
penelitian
Mean
11,440
Variance
0,013
Observations
2,000
Pooled Variance
0,022
Hypothesized Mean Difference
0,000
df
2,000
t Stat
43,428
P(T<=t) one-tail
0,000
t Critical one-tail
2,920
P(T<=t) two-tail
0,001
t Critical two-tail
4,303
Es krim
komersil
4,995
0,031
2,000
d. Kadar Protein
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Es krim
penelitian
Mean
15,895
Variance
0,151
Observations
2,000
Pooled Variance
0,418
Hypothesized Mean Difference
0,000
df
2,000
t Stat
18,641
P(T<=t) one-tail
0,001
t Critical one-tail
2,920
P(T<=t) two-tail
0,003
t Critical two-tail
4,303
Es krim
komersil
3,845
0,684
2,000
Penggilingan
Penambahan IPA
Natrium alginat
Penepungan
Pengayakan
Tepung alginat
Lampiran 21. Bahan dan proses pembuatan tepung es krim dan es krim beku
Pencampuran bahan
Tepung Es krim
Lampiran 23. Alat-alat pengujian fisik dan kimia alginat dan es krim
Desikator
Viscometer merk
BROOKFIELD
Cold Storage
Berbagai Media
Cawan Petri
Timbangan digital
Colony counter
Botol pengencer 90 ml
Botol pengencer 9 ml
Autoklaf
Vortex
Tabung reaksi
Waterbath
Inkubator