Tinjauan Kasus Gastritis
Tinjauan Kasus Gastritis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak
didasari oleh pengetahuan .
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasiakan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Apllication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis. (Analysis)
Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis).
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam sutu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
6. Sintesis (Synthesis).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan austisfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu
beradasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau mengunakan
kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmojo, 2003).
Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang
yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c.
Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negatif.
d.
Fasilitas
Fasilitasfasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, Koran, dan
buku.
e.
Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
f.
Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
g.
Umur
Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini
dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola
kehidupan baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa
bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketrampilan, sosial, masa
komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian
dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur
seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya
tentang kesehatan. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah
18-40 tahun (Notoadmojo, 2003).
h. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi,
maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Sumber
informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
menyampaikan
informasi,
merangsang
pikiran
dan
keamanan
(Notoatmodjo, 2003).
Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan yang dapat
membuat seseorang mengetahui informasi dengan mendegar atau melihat
sesuatu secara langsung maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang
didapat akan semakin luas pengetahuan seseorang (Depdikbud, 2001).
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo, 2003) Beberapa teori
lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis
factor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green, dalam Notoatmodjo,
2003) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :
a.
b.
c.
3.
Berdasarkan pengalaman
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
lalu.
4.
manusia
telah
mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh pengetahuannya.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2002).
2.2. Gastritis
2.2.1. Defenisi Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung (Herlan, 2003), atau peradangan pada lapisan lambung Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya inflitrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut.
dan terjadi erosi yang berarti hilangya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat, menyertai infeksi pada mukosa lambung (Herlan,2001).
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau
alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus
(Brunner & Suddarth, 2003).
Gastritis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal :
a. Iritasi yang disebabkan oleh obat-obatan, aspirin, obat antiinflamasi
nonsteroid
b. Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan
c. Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Unversitas Leeds,
mengungkapkan stress dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang.
Saat stres, orang cenderung makan lebih sedikit, stres juga menyebabkan
perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung
dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual,
mulas, bahkan bisa luka (OConnor, 2007).
d. Waktu makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, atau sering
makan berlebihan.
e. Menurut penelitian yang dilakukan Herlan pada tahun 2001 sekitar 20%
faktor etiologi dari gastritis akut yaitu terlalu banyak makanan yang
berbumbu.pada orang yang sering meminum Alkohol dan bahan kimia
lainya yang dapat menyebabkan peradangan dan perlukaan pada lambung.
f. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar, sepsis.
c. Atrofi Lambung
Atrofi ini dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu
struktur kelenjer menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata
dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurunkan
mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan mengapa
perdarahan menjadi terlihat pada saat pemeriksaan endoskopi.
d. Metaplasia intestinal
Suatu perubahan histologi kelenjer-kelenjer mukosa lambung menjadi
kelenjer-kelenjer mukkosa usus halus yang mengandung sel gablet.
Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada
hampir seluruh segmen lambung tetapi dapat pula hanya merupakan
bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.
2. Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronik dapat dibagi menjadi :
a. Gastritis kronik korpus (Gastritis Tipe A)
Perubahan-perubahan histologi terjadi terutama pada korpus dan
fundus lambung.bentuk ini jarang dijumapai, sering dihubungkan
dengan autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa, sel parietal
yang mengandung kelenjer mengalami kerusakan sehingga sekresi
asam lambung menurun. Pada manusia sel parietal juga berfungsi
menghasilkan faktor intrinsik oleh karena itu menyebabkan terjadi
gangguan absorbsi vitamin B12 yang menyebabkan timbulnya anemia
pernisiosa.
amat
sukar
menentukannya
kecuali
sudah
amat
lanjut.
Hipergastrinemia yang terjadi terus menerus dan hebat dapat memicu timbulnya
karsinoid gastritis, tipe ini sulit dijumpai.
Aspek bakteriologi agar dapat mengetahui keberadaan bakteri pada
gastritis, biopsi harus dilaksanakan waktu pasien tidak mendapat antimikroba
selama 4 (empat) minggu terakhir. Bakteri yang paling penting sebagai penyebab
gastritis adalah Helicobacter Pylory. Gastritis yang ada hubungannya dengan
Helicobacter Pylory lebih sering dijumpai dan biasanya merupakan gastritis tipe
ini. Atropi mukosa lambung dapat terjadi pada banyak kasus setelah bertahuntahun mendapat infeksi Helicobacter Pylory. Atropi terbatas pada atrium, pada
korpus atau mengenai keduanya dalam stadium ini pemeriksaan serologi terhadap
Helicobacter Pylory lebih sering memberi hasil negatif.
Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat
sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada
dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat
usia mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain
juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan
penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Herlan, 2002).
Gastritis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Gastritis Tipe A dan
gastritis Tipe B. Tipe A sering disebut sebagai gastritis auto imun diakibatkan dari
perubahan dari sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini
dihubungkan dengan penyakit auto imun seperti anemia pernisiosa dan terjadi
pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B kadang disebut sebagai
Helicobacter Pylory mempengaruhi antrium dan pilorus (ujung bawah dekat
duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri Helicobacter Pylory (H. Pylory).
faktor lain seperti diet minum pedas atau panas, penggunaan obat-obatan dan
alkohol, merokok atau refleks isi usus ke dalam lambung (Brunner & Suddarth,
2002).
2.2.6. Manifestasi Klinis Gastritis
2.2.6.1.Gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan
muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika
dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau
bahan kimia tertentu (Mansjoer, 1999).
Ulserasi superfisial yang dapat terjadi dan dapat menimbulkan Hemoragi,
ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat
terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare
dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi mencapai usus
besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan
kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari (Monica Ester, 2002).
Keluhannya bervariasi, mulai dari yang sangat ringan sampai asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.
2.2.6.2.Gastritis kronis
Tipe A biasanya meliputi asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12
dan pada Gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah
makan, bersendawa, rasa pahit atau mual dan muntah (Ester, 2002).
Kebanyakan tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kesil mengeluh
nyeri hati, anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan
(Mansjoer, 2001).
2.2.7.Penatalaksanaan Gastritis
2.2.7.1.Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung
dengan posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi
asam lambung berupa antagonis reseptor H2 Inhibition pompa
proton,
antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sifo protektor berupa sukralfat
dan prostaglandin (Mansjoer, 1999).
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien
dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan
menghentikan obat yang dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2
sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan,
tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan
keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid
medikal
untuk
gastritis
akut
dilakukan
dengan
penatalaksanaan
serupa
dengan
pada
hemoragi
saluran
gastrointestinal atas. Bila Gastritis dihubungkan dengan alkali kuat, gunakan jus
karena adanya bahaya perforasi.
2.2.7.2.Gastritis kronis
Faktor utama adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai sel
parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata, Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe
A (Altrofik atau Fundal) dan tipe B (Antral).
Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena
mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu
penyakit auto imun yang disebabkan oleh adanya auto antibodi terhadap sel.
Parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya
sel parietal dan Chief Cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan
tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umunya
mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
Gastritis kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis Tipe B adalah infeksi kronis
oleh Helicobacter Pylory. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan
alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks dapat mencetuskan terjadinya
ulkus peptikum dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang
dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk
membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan
gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus
dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan
kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi
pengobatan vitamin B.12 dan terapi yang sesuai.
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan
istirahat mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat
diatasi dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismut
3.
4.
5.
6.
7.
8.
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia)
adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert), Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa
kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui
hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka, misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau
membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
2.3.2. Perilaku Kesehatan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi tiga
kelompok:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
c.
yakni
tindakan
(praktek)
sehubungan
dengan
kesehatan
misalnya
puskesmas,
obat-obatan,
alat-alat
Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:
Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaianpenilaian seseorang terhadap objek.
a. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi
oleh orang-orang yang dianggap penting.
e. Sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau
kelompok masyarakat.
e. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber
Di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of
life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
2.3.4 Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker dalam Notoatmodjo,
1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
tahun 2009 dari New York University Medical Center membuktikan hasil yang
sama mengenai risiko terlalu banyaknya konsumsi garam meja, selain itu penyakit
lambung diyakini dipicu oleh stres dan gaya hidup. Tetapi setelah dilakukan
penelitian menyebutkan bahwa luka pada lambung dan radang usus terutama
disebabkan oleh serangan bakteri bernama Helicobacter pylori. (Marshall dan
Warren, 2005),
Bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) merupakan satu-satunya bakteri
yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak
dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Jika dibiarkan, akan menimbulkan
masalah sepanjang hidup. Bakteri H. pylori menginfeksi tubuh seseorang melalui
oral, baik secara fecal-oral maupun oral-oral. Fecal-oral artinya bila feses
seseorang yang terinfeksi bakteri ini kontak dengan makanan, air, dan benda lain
yang kemudian masuk ke dalam tubuh orang lain akibat kurang higienis.
Sedangkan disebut oral-oral bila perpindahan bakteri terjadi melalui ludah atau
muntahan seseorang yang mengandung bakteri ini. Misalnya, melalui penggunaan
gelas, sendok, atau piring makan secara bersama-sama, apabila tidak menjaga
kebersihan lingkungan dengan baik maka akan beresiko untuk terkena penyakit
gastritis ini. (Syam, 2009).
Bila penyakit maag sudah disadari oleh penderitanya, sebaiknya tidak
dibiarkan berlanjut terus sehingga menjadi tukak lambung. Prinsip penanganannya
adalah diet atau pengaturan makan. Jangan biarkan perut lama dalam keadaan
kosong. Keadaan kosong ini dapat mengakibatkan asam lambung yang sudah
diproduksi tidak mempunyai bahan untuk dicerna atau digiling, dan pada akhirnya
dinding lambung itu akan mengikis dinding lambung itu sendiri.(Arifrianto, 2009)
Jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan atau minuman pedas dan
asam. Hindari makanan berlemak, karena lemak memang sulit dicerna oleh
lambung. Selain itu, tekstur makanan sebaiknya lembut (lunak)., Sering
mengkonsumsi air putih, karena bisa mengurangi sifat asam dari makanan atau
minuman tersebut. Kurangi mengkonsumsi minuman teh, kopi atau soft drink.
Porsi makanan sebaiknya tidak terlalu banyak, tetapi sedikit dengan frekuensi
sering., Bila harus mengkonsumsi obat-obatan penahan nyeri (analgetik), maka
sebaiknya diminum setelah makan dan tidak dalam keadaan kosong (Supriatna,
2009).
Bila disiplin dalam mengatur makanan ini, maka kemungkinan
kambuhnya gastritis tidak akan terjadi, untuk menetralkan asam lambung sangat
membantu meringankan penderitaan, misalnya, obat-obatan antasida. Bila dengan
obat ini belum bisa teratasi, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.(Fahrur,
2009).