Bahan TLL For Di Cetak 2006
Bahan TLL For Di Cetak 2006
TEKNIK
LALU LINTAS
Oleh:
Nurul Hidayati
Ika Setiyaningsih
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wrwb.
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
karunia Nya-lah buku ini dapat kami selesaikan, sholawat dan salam tak lupa kami haturkan bagi
Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau.
Buku ajar ini kami susun sebagai sarana untuk menunjang proses pengajaran Mata Kuliah
Teknik Lalu Lintas di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMS. Buku ini merupakan perbaikan
dari buku yang kami susun sebelumnya pada tahun 2000 (tidak dipublikasikan).
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada pihak-pihak yang telah membantu dalam
perbaikan buku ajar ini.
Akhir kata, tak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna karena kesempurnaan hanya Milik
Allah SWT saja. Oleh karena itu masukan terhadap perbaikan buku ini ke depan sangat kami
harapkan. Semoga buku ini dapat bermanfaat. Amin
Wassalamualaikum wrwb
Surakarta, Juli 2006
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
.ii
iii
PENDAHULUAN
.1
.4
Kendaraan
..6
.7
Perlengkapan jalan
..8
..11
Kecepatan (V)
....................................................................................13
Kepadatan/Kerapatan (D)
16
..16
.17
.25
.25
29
.33
35
..35
.45
..47
50
53
.54
..61
..66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak dapat lepas dari bidang
transportasi. Manusia perlu mencukupi kebutuhan primer, baik sandang ataupun
pangan, yang itu semua memerlukan adanya proses transportasi. Demikian juga
bidang-bidang lain di luar kebutuhan primer tersebut juga memerlukan bidang
transportasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan kita, transportasi
sangat diperlukan sekali.
Transportasi yang mempunyai arti secara umum adalah pergerakan orang
(atau pun barang) dari satu tempat ke tempat lain, di dalamnya mencakup
pergerakan orang/barang yang tidak menggunakan kendaraan. Sehingga
penekanan dari transportasi sendiri adalah pada proses pergerakan atau
perpindahannya saja. Berdasarkan arti secara umum tersebut, kita dapat
mengetahui bahwa ada dua unsur pokok yang menyebabkan terjadinya proses
perpindahan, yaitu siapa yang berpindah dan atau apa yang berpindah serta
bagaimana cara perpindahannya.
Dua unsur pokok dalam transportasi tersebut kemudian lebih dikenal
sebagai unsur transport demand dan transport supply.
1. Transport demand berkaitan dengan permintaan transportasi akan ada, jika
ada manusia/orang yang akan melakukan proses transportasi.
2. Transport supply berkaitan dengan penawaran akan prasarana dan sarana agar
perpindahan dari manusia atau barang tersebut dapat berlangsung.
Adanya permintaan dan penawaran transportasi tersebut, menyebabkan
interaksi antara unsur-unsur tersebut. Interaksi inilah yang kemudian disebut
dengan lalu lintas. Gambar interaksi antara unsur-unsur transportasi dapat dilihat
pada Gambar 1.
Menurut Mc. Shanne (1990), teknik lalu lintas didefinisikan sebagai
bagian dari ilmu teknik yang berkaitan dengan pergerakan orang dan barang di
jalan secara aman dan efisien (that phase of engineering which deals with the safe
and efficient movement of people and goods on street and highways). Di
dalamnya mencakup aspek-aspek seperti: (1) perencanaan fasilitas jalan, (2)
design geometrik fasilitas jalan, (3) pengoperasian dan pengaturan lalu lintas, (4)
traffic safety, (5) pemeliharaan fasilitas dan alat pengatur lalu lintas, dan (6)
pengaturan fasilitas dan alat pengatur lalu lintas.
Menhub dalam Peraturan Menhub No: KM 14 Tahun 2006, menyatakan
bahwa manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengoptimalkan
penggunaan
seluruh
jaringan
jalan,
guna
peningkatan
keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan, dengan ruang lingkup
seluruh jaringan jalan nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa
yang terintegrasi, dengan mengutamakan hirarki jalan yang lebih tinggi. Kegiatan
rekayasa lalu lintas yang tertuang dalam Pasal 18 peraturan tersebut meliputi:
1. Perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan jalan.
2. Perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan.
TRANSPORTASI
TRANSPORT
SUPPLY
TRANSPORT
DEMAND
Traffic Engineering:
Ilmu yg mempelajari interaksi unsur-unsur transportasi
Lingkup:
Studi & pengumpulan data
Perencanaan geometrik
Analisa & evaluasi kapasitas
Alat pengatur, pengoperasian &
pengaturannya
Aman, nyaman,
lancar/efisien (bagi
semua pengguna)
Oleh karena itu secara umum teknik lalu lintas dapat didefinisikan sebagai
suatu ilmu yang mempelajari tentang interaksi yang terjadi dari unsur-unsur
transportasi, yang dimaksudkan agar proses transportasi dapat berjalan dengan
aman, nyaman, lancar dan dapat terjadi keseimbangan antara demand dan supply
tersebut, sehingga semua pihak yang terkait akan mendapatkan manfaat yang
seoptimal mungkin.
Ruang lingkup teknik lalu lintas meliputi:
1.
2.
Perencanaan geometrik
Fasilitas-fasilitas harus direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan
persyaratan atau standar yang telah ditentukan, dan harus dicatat dan
diimplementasikan.
3.
4.
lalu lintas sebagai akibat proses transportasi yang berbasis jalan raya.
1. Manusia
Manusia dalam proses transportasi memegang peran pokok atau utama,
meskipun dalam kenyataannya peran tersebut masih perlu dikelompokkan lagi.
Tanpa manusia atau orang proses transportasi tidak dapat berjalan, pergerakan
barang juga memerlukan peranan manusia.
Peranan manusia dalam teknik lalu lintas dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
a. Manusia berperan langsung dalam proses transportasi, yang lebih dikenal
dengan road user, baik dia berlaku sebagai pengemudi kendaraan ataupun
sebagai pejalan kaki (pedestrian).
b. Manusia berperan secara tidak langsung dalam proses transportasi, misal
sebagai pengatur jalan atau pun perencana jalan.
Kemudian dikaitkan dengan sisi manfaat yang ada berkenaan dengan
adanya prasarana transportasi, manusia juga dikatakan sebagai pemanfaat jalan
secara tidak langsung (penekanan bukan pada perpindahannya), misalnya manusia
menggunakan jalan untuk aktivitas berdagang dan untuk parkir kendaraan.
Aktivitas-aktivitas manusia di jalan tersebut semuanya memberikan pengaruh
terhadap kondisi lalu lintas di jalan.
Sebagai seorang pemakai langsung (road user) prasarana transportasi,
dalam hal ini adalah jalan raya, perilaku selama berada di jalan akan dipengaruhi
oleh kondisi fisik manusia itu sendiri dan juga kondisi psikologisnya.
a. Kondisi fisik dapat berupa: indera pengelihatan, pendengaran ataupun syaraf
(berkaitan dengan kemampuan merespon atau persepsi terhadap kondisi yang
ada).
2. Kendaraan
Kendaraan merupakan unsur kedua setelah manusia dalam proses transportasi,
pengaruh kendaraan dalam lalu lintas juga ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor
manusianya sendiri. Beberapa hal mengenai karakteristik kendaraan yang
mempengaruhi perilaku di jalan adalah: jenis kendaraan, demensi/ukuran
kendaraan, berat kendaraan, kemampuan manuver, kemampuan untuk menahan
slip, kecepatan, percepatan kendaraan, dan lain-lain.
Beberapa jenis kendaraan yang ada di jalan raya yang mempunyai perilaku
berbeda yang dipengaruhi oleh beberapa hal di atas, serta gambaran perilaku
manusia dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.
Simpang
Ruas jalan
Gambar 3. Contoh bagian jaringan jalan (ruas dan simpang jalan) di Surakarta
Beberapa karakteristik jalan yang berpengaruh dalam lalu lintas adalah:
a. Klasifikasi jalan
b. Alinyemen jalan
c. Lebar dan jumlah lajur
d. Lebar jalan
e. Distribusi arah lalu lintas
f. Dan lain-lain
Lingkungan merupakan daerah di sekitar jalan (ruas dan atau simpang
jalan) yang menjadi salah satu faktor juga dalam proses interaksi komponan lalu
lintas. Sebagai gambaran kondisi lingkungan, misal: jalan berada di dalam kota
10
atau luar kota, di daerah pemukiman atau perniagaan, dan lain-lain. Gambaran ini
dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
4. Perlengkapan jalan
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa teknik/rekayasa lalu lintas
juga mencakup perlengkapan jalan. Menhub dalam Peraturan Menhub No: KM
14 Tahun 2006 menyatakan perlengkapan jalan meliputi:
a. Rambu-rambu lalu lintas
b. Marka jalan
c. Alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL)
d. Alat pengendali pemakai jalan, yang terdiri dari: alat pembatas kecepatan, alat
pembatas tinggi dan lebar kendaraan
e. Alat pengaman pemakai jalan, yang terdiri dari:
Pagar pengaman
Cermin tikungan
f. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri dari:
11
Halte
Tempat istirahat
Penerangan jalan
Contoh gambar mengenai perlengkapan jalan dapat dilihat pada Gambar 5.
12
b. Rumble Area
c. Rumble Strips
d. Jiggle Bars
13
1. Volume (Q)
Volume menyatakan jumlah kendaraan yang melalui suatu potongan jalan
dalam periode tertentu atau dapat dikatakan juga jumlah kendaraan per satuan
waktu. Sehingga dengan melihat definisi tersebut satuan volume dapat dinyatakan
dalam kendaraan per jam, kendaraan per menit, kendaraan per hari. Fokus studi
dari studi volume lalu lintas adalah untuk menentukan kapan jam puncak terjadi
dan untuk keperluan apa volume tersebut dihitung.
Pengelompokan volume lalu lintas dapat dibedakan berdasar:
a. Distribusi arah
b. Distribusi lajur
c. Tipe kendaraan
d. Pergerakan belok pada simpang
e. Okupansi kendaraan (vehicle occupancy)
Variasi pengukuran volume lalu lintas dapat dibedakan berdasar:
a. Temporal/waktu
b. Spatial
14
c. Tipe jalan
d. Maksud/tujuan perjalanan
Kendaraan yang melewati suatu potongan jalan pada kenyataannya
mempunyai beberapa karakter yang berbeda sehingga perilakunya pun juga
berbeda. Perbedaan ini menyebabkan dalam perancangan memerlukan suatu nilai
tertentu untuk menyamakannya, agar dapat dianggap sebagai nilai pendekatan.
Nilai pendekatan yang diambil untuk menyamakan perilaku terhadap kondisi lalu
lintas adalah membandingkan jenis kendaraan yang satu dengan kendaraan mobil
penumpang. Satuan pendekatan tersebut kemudian disebut dengan satuan mobil
penumpang (smp). Nilai konversinya disebut dengan ekivalensi mobil penumpang
(emp), sehingga satuan volume lalu lintas dapat dinyatakan menjadi smp/jam atau
smp/menit. Contoh nilai emp untuk analisa kapasitas jalan perkotaan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1. Emp untuk jalan perkotaan terbagi satu arah
Tipe jalan: jalan satu arah dan Arus lalu lintas per lajur
Emp
jalan terbagi
(kend/jam)
HV
MC
1,3
0,40
1050
1,2
0,25
1,3
0,40
1100
1,2
0,25
15
(1)
dengan:
k
puncak
4 x Q max 15 menit
(2)
2. Kecepatan (V)
Menyatakan laju perjalanan dalam jarak per satuan waktu. Satuan yang
biasa digunakan adalah km/jam, mil/jam, m/dtk.
Kecepatan merupakan parameter utama kedua yang menjelaskan keadaan
arus lalu lintas di jalan. Kecepatan dapat didefinisikan sebagai gerak dari
kendaraan dalam jarak per satuan waktu dengan bentuk persamaan:
16
V=
d
t
(3)
dengan:
V = kecepatan (km/jam, m/dt)
d
a. Arus sedikit
b. Arus besar
17
Vs =
d.n
n
ti
(4)
Vt =
ti
i =1
(5)
i =1
dengan:
Vs = space mean speed (km/jam, m/dt)
Vt = time mean speed (km/jam, m/dt)
d
18
3. Kepadatan/Kerapatan (D)
Menyatakan kondisi suatu ruas jalan, yang diperoleh dari perbandingan
antara jumlah kendaraan yang ada pada suatu potongan jalan tersebut dengan
panjang jalannya. Satuan kepadatan lalu lintas dalam kend/km atau smp/km. Nilai
kepadatan dapat diperoleh secara empiris dengan persamaan:
D =
n
L
(6)
D =
atau
Q
V
(7)
dengan:
n
19
H =
s=
1
Q
1
D
jam/kend
km/kend
atau
H=
atau
s=
3600
Q
detik/kend
1000
m/kend
D
(8)
(9)
(10)
~ Lengkung (parabolis/logaritmis)
Untuk grafik yang membentuk garis linier diperoleh dengan persamaan dari
Metode Green Shields. Persamaan dasar metode tersebut adalah:
V = Vf ( 1 D/Dj )
(11)
dengan:
Vf = free flow speed/kecepatan arus bebas
(km/jam)
(kend/km)
20
Persamaannya:
Q
=VxD
V = Q/D
= Vf (1 D/Dj)
Q/D = Vf (1 D/Dj)
Q
= Vf.D (Vf/Dj) . D2
(12)
dQ/ dD = 0
Vf = 2 . Vf . D/Dj
D
Qmax
= Dj = Dm
2
= Vf.D Vf/Dj.D
Qm
= Vf.Dj
Vm
= Qm/Dm
D = Q/V
= Vf.(1D/Dj)
= Vf Vf/Dj . Q/V
V2
= V . VfVf/Dj . Q
= Dj/Vf.(V.VfV2)
= V . DjDj/Vf . V2
(13)
Dj 2 .V. Dj/Vf = 0
Dj = 2 .V . Dj/Vf
V = Vf = Vm
21
untuk data pengamatan lebih dari 1, persamaan akan diperoleh sebagai berikut
(misal n data):
V1 = Vf Vf/Dj . D1
V2 = Vf Vf/Dj . D2 .dst
Sehingga diperoleh:
{V1+V2+..+Vn} = (Vf Vf/Dj.D1) + (Vf Vf/Dj.D2) + ..... + (Vf Vf/Dj.Dn)
V
= Vf . n Vf/Dj . D
(14)
untuk 1 data
Q = Vf . D Vf/Dj . (D2)
untuk n data
V (km/jam)
(15)
V (km/jam)
D (kend/km)
Q ((kend/jam)
Q (kend/jam)
D (kend/km)
22
Soal latihan:
1. Hitung berapa PHF nya, jika dari survai lalu lintas diperoleh hasil arus lalu
lintas tiap 15 menit adalah sebagai berikut :
Pukul
06.00 06.15
06.15 06.30
06.30 06.45
06.45 07.00
07.00 07.15
07.15 07.30
07.30 07.45
07.45 08.00
Volume (kend/15)
98
124
689
254
825
213
911
234
864
210
207 837
186
Penyelesaian:
Volume tiap jam diperoleh:
Pukul
Volume
(kend/jam)
689
825
911
864
837
06.00 07.00
06.15 07.15
06.30 07.30
06.45 07.45
07.00 08.00
300
Q1jam
Q15
250
Volume
200
150
100
50
0
06.00
06.15
06.15
06.30
06.30
06.45
06.45
07.00
07.00
07.15
07.15
07.30
07.30
07.45
07.45
08.00
Pukul
PHF =
Q1jam
4.Q15'
911
4.254
= 0,897
23
2. Hitung berapa TMS dan SMS nya, jika hasil survai travel time untuk masingmasing kendaraan yang menempuh ruas sepanjang 25 m seperti tabel berikut:
Kend ke-
1
3
t (dt)
2
5
3
4
4
3
5
2
6
2
7
3
8
4
9
5
Penyelesaian:
Kend ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah
n.d
ti
Vi (km/j)
29,9
18,0
22,5
29,9
45,0
45,0
29,9
22,5
18,0
260,7
= 28,97 km/j
9.25
= 7,26 m/dt = 26,14 km/j
31
3. Misal dari soal no. 1 dan no. 2 diketahui arus (berupa flow rate) pada interval
07.30 07.45 diperoleh 207 kend/15 dan space mean speed 26,14 km/jam,
hitung berapa kepadatannya?
Penyelesaian :
D=
D =
Q
V
828 kend/jam
207 kend/15'
=
26,14 km/j
26,14 km/jam
= 31,68 kend/km
4. Hitung time headway (headway) dan space headway (spacing) soal 3 di atas.
H=
1
Q
H=
3600 3600
=
= 4,35 dt/kend atau 4,35 dt
Q
828
1
(jam/kend)
828
24
S=
1
D
S=
1000
1000
=
= 31,57 m/kend atau 32 m
D
31,68
1
(km/kend) = 0,032 km/kend
31,68
v x (km/j)
24,5
15,0
10,0
v =
(v .n)
n
v =
6. Diketahui :
Waktu
06.00 06.15
06.15 06.30
06.30 06.45
06.45 07.00
07.00 07.15
07.15 07.30
a. PHF =
Volume (kend/15)
237
185
206
225
204
125
Q (kend/j)
948
740
824
900
816
500
4728
V (km/j)
35
41
22
45
24
50
H (dt)
3,797
4,865
4,369
4,000
4,412
7,200
28,643
4,774
D(kend/km)
27,085
18,048
37,454
20,000
34,000
10,000
S (m)
36,920
55,410
26,700
50,000
29,411
100,000
298,436
49,739
25
V (km/jam)
27,00
25,40
30,70
25,60
34,80
143,50
D (kend/km)
43,10
51,00
40,70
46,90
39,00
220,70
D2
1857,61
2601,00
1656,49
2199,61
1521,00
9835,71
V. D
1163,70
1295,40
1249,49
1200,64
1357,20
6266,43
Persamaan (1):
V
= n x Vf D x Vf/Dj
143,5
= 5 x Vf 220,7 x Vf/Dj : 5
28,7
= Vf
44,14.Vf/Dj
Persamaan (2):
V.D
= Vf x D
(D2) x Vf/Dj
6266,43
= Vf x 220,7
28,393
= Vf
44,566 . Vf/Dj
= Vf 44,14 Vf/Dj
28,393
= Vf 44,566 Vf/Dj
0,307
= 0,426 Vf/Dj
Vf/Dj
0,307
= 0,721
0,426
26
Vf
diambil Vf = 61 km/jam
Vf/Dj = 0,721
Dj
= 61/0,721 = 84,6
diambil Dj = 85 kend/km
= 61 0,721 . D
Q = 61 . D 0,721 . D2
Titik puncak: dQ/dD = 0
61 2 . 0,721 . D = 0
D = 42,3
= 42,5 kend/km
V(km/jam)
61
= 30,4
= 30,5 km/jam
Q(kend/jam)
V(km/jam)
61
1291
30,5
85 D(kend/km)
1291
Q(kend/j)
42,5 D(kend/km)
27
yang layak
diharapkan melewati suatu potongan jalan pada periode tertentu, dan pada kondisi
tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per
arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Macam kapasitas menurut MKJI dan IHCM yang digunakan dalam
analisa:
1. Kapasitas dasar (Co)
2. Kapasitas sesungguhnya (C)
Faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya kapasitas adalah:
1. Alinyemen
2. Lebar dan jumlah lajur
3. Pembagian/pemisahan arah
4. Kebebasan/hambatan samping.
5. Pemakaian bahu jalan atau kerb.
6. Kontrol jalan masuk (akses).
7. Komposisi kendaraan.
8. Karakteristik kendaraan dan pengemudi.
(16)
dengan:
C
Co
28
FCsp : faktor penyesuaian terhadap pemisahan arah (hanya untuk jalan tak
terbagi)
FCsf : faktor penyesuaian terhadap hambatan samping dan bahu jalan atau
kerb
FCcs : faktor penyesuaian terhadap ukuran kota
Jika kondisi sesungguhnya sama dengan kondisi dasar atau kondisi
idealnya, maka semua nilai faktor penyesuai sama dengan 1,0 sehingga kapasitas
sesungguhnya sama dengan kapasitas dasarnya (C0).
C0
(smp/jam)
1650
1500
2900
Catatan
Per lajur
Per lajur
Total 2 arah
Untuk jalan terbagi dan jalan satu arah nilai FCsp dianggap 1,0.
50-50
1,00
1,00
55-45
0,97
0,985
60-40
0,94
0,97
65-35
0,91
0,955
70-30
0,88
0,94
FCw
0,92
0,96
1,00
1,04
1,08
29
Tipe jalan
4 UD
2 UD
FCw
0,91
0,95
1,00
1,05
1,09
0,56
0,87
1,00
1,14
1,25
1,29
1,34
4/2 D
4/2 UD
2/2 UD
atau jalan
satu arah
Kelas
hambatan
samping
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
FCsf
Lebar bahu efektif, WS (m)
0,5
1,0
1,5
2,0
0,96
0,98
1,01
1,03
0,94
0,97
1,00
1,02
0,92
0,95
0,98
1,00
0,88
0,92
0,95
0,98
0,84
0,88
0,92
0,96
0,96
0,99
1,01
1,03
0,94
0,97
1,00
1,02
0,92
0,95
0,98
1,00
0,87
0,91
0,94
0,98
0,80
0,86
0,90
0,95
0,94
0,96
0,99
1,01
0,92
0,94
0,97
1,00
0,89
0,92
0,95
0,98
0,82
0,86
0,90
0,95
0,73
0,79
0,85
0,91
30
4/2 D
4/2 UD
2/2 UD
atau jalan
satu arah
Kelas
hambatan
samping
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
FCsf
Jarak kerb ke penghalang, Wg (m)
0,5
1,0
1,5
2,0
0,95
0,97
0,99
1,01
0,94
0,96
0,98
1,00
0,91
0,93
0,95
0,98
0,86
0,89
0,92
0,95
0,81
0,85
0,88
0,92
0,95
0,97
0,99
1,01
0,93
0,95
0,97
1,00
0,90
0,92
0,95
0,97
0,84
0,87
0,90
0,93
0,77
0,81
0,85
0,90
0,93
0,95
0,97
0,99
0,90
0,92
0,95
0,97
0,86
0,88
0,91
0,94
0,78
0,81
0,84
0,88
0,68
0,72
0,77
0,82
Catatan :
Untuk bahu : lebar
= Ws
= Wk
VL
VH
Untuk jalan 6 lajur nilai FCsf diperoleh dari konversi untuk nilai 4 lajur.
FC6, sf = 1 0,8 (1 FC4, sf)
5. Faktor penyesuai kapasitas untuk ukuran kota (FCCS)
Ukuran kota (Juta penduduk)
< 0,1
0,1 0,5
0,5 1,0
1,0 3,0
> 3,0
31
(17)
dengan:
FV
FVo
FVw
Tipe jalan
Enam-lajur terbagi
(6/2 D) atau tigalajur satu-arah (3/1)
Empat-lajur terbagi
(4/2 D) atau dualajur satu-arah (2/1)
Empat-lajur tak
terbagi (4/2 UD)
Dua-lajur tak
terbagi (2/2 UD)
52
48
57
57
50
47
55
53
46
43
51
44
40
40
42
Catatan :
Untuk jalan 8 lajur nilai FVo dianggap sama dengan jalan 6 lajur.
32
4 D atau 1 arah
4 UD
2 - UD
FVW (km/jam)
-4
-2
0
2
4
4
-2
0
2
4
-9,5
-3
0
3
4
6
7
Catatan: untuk jalan lebih dari 4 lajur, dapat digunakan nilai FVw untuk jalan 4
lajur terbagi.
33
Kelas hambatan
samping (SFC)
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
4/2 D
4/2 UD
2/2 UD
atau jalan
satu arah
b.
FFVsf
Lebar bahu efektif rata-rata, Ws (m)
0,5
1,0
1,5
2,0
1,02
1,03
1,03
1,04
0,98
1,00
1,02
1,03
0,94
0,97
1,00
1,02
0,89
0,93
0,96
0,99
0,84
0,88
0,92
0,96
1,02
1,03
1,03
1,04
0,98
1,00
1,02
1,03
0,93
0,96
0,99
1,02
0,87
0,91
0,94
0,98
0,80
0,86
0,90
0,95
1,00
1,01
1,01
1,01
0,96
0,98
0,99
1,00
0,90
0,93
0,96
0,99
0,82
0,86
0,90
0,95
0,73
0,79
0,85
0,91
Kelas hambatan
samping (SFC)
4/2 D
4/2 UD
2/2 UD
atau jalan
satu arah
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
FFVsf
Jarak kerb ke penghalang, Wg (m)
0,5
1,0
1,5
2,0
1,00
1,01
1,01
1,02
0,97
0,98
0,99
1,00
0,93
0,95
0,97
0,99
0,87
0,90
0,93
0,96
0,81
0,85
0,88
0,92
1,00
1,01
1,01
1,02
0,96
0,98
0,99
1,00
0,91
0,93
0,96
0,98
0,84
0,87
0,90
0,94
0,77
0,81
0,85
0,90
0,98
0,99
0,99
1,00
0,93
0,95
0,96
0,98
0,87
0,89
0,92
0,95
0,78
0,81
0,84
0,88
0,68
0,72
0,77
0,82
Nilai kecepatan rata-rata kendaraan ringan (LV) pada kondisi lalu lintas,
hambatan samping dan kondisi geometrik sesungguhnya dicari dengan
menggunakan grafik.
34
Gambar 10. Kecepatan sebagai fungsi dari Q/C untuk banyak lajur dan satu arah
35
(18)
2/2
2900
4/2
5700
1 3/1
3200
10
11
0,66
0,83
1,00
1,07
1,14
1,21
1,43
0,58
0,68
1,15
1,36
4/2
1-3/1
0,66
0,83
1,00
1,05
1,10
12
13
14
15
16
0,79
0,90
1,00
1,03
1,05
0,5
1,0
1,5
2,0
0,85
0,96
0,94
0,89
0,99
0,98
0,93
1,01
1,02
0,96
1,04
1,06
1,00
1,06
1,10
0,5
1,0
1,5
2,0
0,85
0,96
0,94
0,86
0,97
0,96
0,88
0,98
0,97
0,89
0,99
0,99
0,90
1,00
1,00
50-50
1,0
1,0
60-40
0,94
0,97
70-30
0,88
0,94
80-20
0,82
0,91
90-10
0,76
0,89
100-0
0,70
0,85
Fsp
- No gabs
1,12
- Few gabs
1,05
- Frequent gaps
0,98
36
VL
1,00
L
1,00
M
0,97
H
0,90
VH
0,86
VL
SF class
M
HV
VL
0 - 800
Pedestrian
walking
(ped/h)
Pedestrian
crossing
(ped/h/km)
Stop angkot
on the road
(veh/h/km)
Exit/entry
vehicles
(veh/h/km)
SF quantity
M
VH
80 - 120
120 - 220
> 220
0 - 200
200 - 500
500 - 1300
> 1300
0 - 100
100 - 300
300 - 700
> 700
0 - 200
200 - 500
500 - 800
> 800
VL
0-1
L
2-5
M
6 - 11
H
12 - 18
VH
19 - 24
< 0,5
0,80
0,5 1,0
0,86
1,0 3,0
1,00
> 3,0
1,03
37
(19)
dengan :
Vo = kecepatan arus bebas
(Nilainya diperoleh dari grafik yang ada di lampiran, Gambar L.1
sampai Gambar L.12, yang dipengaruhi oleh: tipe jalan, tingkat
hambatan samping, lebar efisien jalan, dan ukuran kota)
DS = derajat kejenuhan (degree of saturation)
= Q/C
(20)
(21)
Qv dalam kend/jam
Qp = QLV x pcuLV + QHV x pcuHV + QMC x pcuMC + QUM x pcuUM
(22)
Qp (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)
38
Kecepatan
Operasi
C
D
E
F
1,0
(volume/kapasitas)
39
KM 14 Tahun 2006
Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi
oleh
pengemudi
berdasarkan
batasan
kecepatan
Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi
oleh kondisi lalu lintas
Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan
kondisi arus
Kepadatan lalu lintas sedang, namun fluktuasi volume lalu lintas dan
hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar
40
Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas
mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah
Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi
Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama
Peningkatan volume lalu lintas masih signifikan dan seimbang serta masih
dalam kapasitas jalan
Arus yang terjadi adalah 750 passenger car per hour (pcph)
41
Penambahan arus secara nyata dalam peleton serta mulai timbul gangguan
Kondisi arus lalu lintas pada kedua arah mengalami tundaan lebih besar
dari 75% terhadap waktu tempuh rata-rata
42
Kanalisasi
Pelebaran jalan.
Simpang prioritas
43
44
= 2427,30 smp/jam
45
46
47
Pengumpulan data:
1. Metode pengumpulan dipengaruhi oleh: objek/subjek, lingkup survai (lokal,
regional, nasional), dan lokasi survai yang dipengaruhi oleh tujuan survainya.
2. Formulir
Harus dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik respon obyek survai.
Formulir juga harus memuat data-data pendukung lainnya, misal: kondisi
cuaca, kondisi lingkungan, geometrik, dan lain-lain
3. Waktu pelaksanaan survai dipengaruhi oleh tujuan survai itu sendiri. Misal:
Untuk mengetahui pola lalu lintas dapat dipakai periode per 15 menitan
(per jam).
survai
utama/pokok
dilakukan,
perlu
diadakan
survai
Macam Survai
1. Survai volume lalu lintas (traffic flow surveys)
Survai lalu lintas ditujukan untuk mencatat setiap kendaraan yang
melewati suatu titik atau garis tertentu yang ditentukan lebih dulu. Dari pencatatan
atau pengamatan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui:
a.
b.
Volume lalu lintas tiap pergerakan (belok kiri, kanan, menerus, dan lain-lain)
c.
48
d.
e.
Gambaran mengenai pola arus lalu lintas dan distribusi arus tiap
pergerakan dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14, serta Tabel 3.
3500
Arus (kend/jam)
3000
2000
1500
1000
2500
2000
1500
1000
500
500
0
07.00 07.15 07.30 07.45 08.00 08.15 09.30 09.45 10.00 10.15 10.30 10.45 12.00 12.15 12.30
08.00 08.15 08.30 08.45 09.00 09.15 10.30 10.45 11.00 11.15 11.30 11.45 13.00 13.15 13.30
0
07.00 -
07.15 -
07.30 -
07.45 -
08.00 -
08.15 -
09.30 -
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
09.15
10.30
09.45 -
10.00 -
10.15 -
10.30 -
10.45 -
12.00 -
12.15 -
12.30 -
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
13.00
13.15
13.30
Waktu
Pukul
HV
LV
MC
Volume total
Series3
Gambar 13. Pola arus lalu lintas tiap Gambar 14. Pola arus lalu lintas harian
di ruas Jl. A. Yani, Surakarta
kendaraan di ruas Jl. A. Yani, Surakarta
Tabel 3. Distribusi arus lalu lintas tiap pergerakan di Simpang Ir. Juanda, Jl
Diponegoro, Jl. Sulanjana, Bandung
Nama Jalan
Pergerakan
Ir. Juanda
(Utara)
ST
LT/LTOR
RT
TOTAL
LV
kend.
741
10
30
781
Diponegoro
(Timur)
ST
LT/LTOR
RT
TOTAL
333
192
312
837
333
192
312
837
22
0
0
22
29
0
0
29
241
174
219
634
48
35
44
127
596
366
531
1493
410
227
356
992
Sulanjana
(Barat)
ST
LT/LTOR
RT
TOTAL
288
150
20
458
288
150
20
458
30
0
1
31
39
0
1
40
218
131
12
361
44
26
2
72
536
281
33
850
371
176
24
571
Ir. Juanda
(Selatan)
ST
LT/LTOR
RT
TOTAL
582
28
158
768
582
28
158
768
25
1
3
29
33
1
4
38
309
33
72
414
62
7
14
83
916
62
233
1211
676
36
176
889
smp
741
10
30
781
HV
kend.
31
0
0
31
smp
40
0
0
40
MC
kend.
367
10
11
388
smp
73
2
2
78
Total
kend.
1139
20
41
1200
smp
855
12
32
899
49
formulir, tiap kali sebuah kendaraan yang lewat dicatat pada kertas formulir.
Pencatatan dapat pula dilakukan dengan counter.
b.
c.
Peralatan
lain,
misal:
automatic
count,
video
recording
(dapat
50
51
(23)
x+y
(dalam kend/menit atau kend/jam)
ta + tw
(24)
52
= tw y/Q
(25)
L
t
(26)
L = panjang ruas jalan dalam km atau meter.
3. Survai Parkir
Survai ini ditujukan untuk menentukan pola permintaan parkir, yang
nantinya dapat digunakan untuk merencanakan fasilitas parkir dan cara
pengaturannya. Parkir merupakan tempat pemberhentian kendaraan dalam kurun
waktu tertentu. Tempat pemberhentian atau tempat parkir ini timbul berkaitan
dengan adanya kegiatan/aktifitas pada suatu lokasi tertentu. Misalnya: gedung
perkantoran, perniagaan/pusat pertokoaan, fasilitas pendidikan atau yang lainnya.
Agar setiap kegiatan yang dilakukan manusia dapat berjalan secara lancar, salah
satu pendukungnya adalah tempat parkir ini.
Tipe fasilitas parkir dikaitkan dengan tata letaknya dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
a. Offstreet parking, parkir yang fasilitasnya tidak menggunakan badan jalan,
misal: taman parkir, garasi bawah tanah ataupun garasi bersusun.
b. Onstreet parking, parkir yang fasilitasnya menggunakan badan jalan.
Penanganan masalah parkir dilakukan dalam dua pendekatan, yaitu:
53
54
Surveyor 1
ALFA
Surveyor 2
b. Untuk kondisi akses dan egres tidak terbatas (parking beat surveys).
Biasanya pada fasilitas parkir di badan jalan (ruas jalan). Karena pintu keluarmasuk tidak terbatas maka dapat menyulitkan pencatatan dan pengawasan jika
wilayahnya terlalu luas. Oleh karena itu dalam survai ini wilayah survai dibagi
dalam beberapa zona, dengan luas/panjang yang memungkinkan untuk
diamati oleh satu orang saja. Jika untuk akses terbatas pengamat hanya diam
di satu titik pengamatan, pada akses tidak terbatas pengamat harus keliling
dalam periode tertentu yang telah ditetapkan (misal tiap 10 menit atau 15
menit).
55
Gambar 16. Contoh daerah kondisi askes dan egres tidak terbatas
b. Roadside interviewing
e. Pemasangan stiker
56
Soal latihan:
1. Diketahui data pengamatan dari survai seperti tabel di bawah. Jika panjang
tiap ruas atau seksi jalan adalah 1,6 km. Hitung nilai rata-rata dari volume,
kecepatan perjalanan dan waktu perjalanan untuk keseluruhan pengamatan
perjalanan.
Pengamat bergerak ke arah Timur
Lama perjalanan
(dalam menit)
2,51
2,58
2,36
3,00
2,42
2,50
Jumlah kendaraan
berpapasan (x)
42
45
47
51
53
53
Jumlah kendaraan
berpapasan (x)
34
38
41
31
35
38
58
Penyelesaian:
a. Pengamat bergerak ke Timur
ta
(menit)
2,49
2,36
2,73
3,41
2,80
2,50
ta = 15,37
x+y
ta + tw
1) QT =
=
tw
(menit)
2,51
2,58
2,36
3,00
2,42
2,50
tw = 15,29
X
(kendaraan)
42
45
47
51
53
53
x = 291
D
(kend)
1
2
2
2
0
0
D = 7
M
(kend)
0
0
1
1
0
1
M = 3
y=37=-4
291 4
= 9,36 kend/menit , atau dari rata ratanya:
15,37 + 15,29
ta` =
15,37
= 2,562
6
x` = 48,5
y` = -0,667
tw` = 2,548
QT =
48,5 0,667
= 9,36 kend./menit = 562 kend/jam
2,562 + 2,548
= 2,62 menit
3) VT = L / t
= 36,6 km/jam
= (1,6/2,62).60
tw
(menit)
2,49
2,36
2,73
3,41
2,80
2,50
tw = 15,37
2,562
x
(kend)
34
38
41
31
35
38
x = 217
36,167
D
(kend)
2
2
0
1
0
0
D = 5
0,833
M
(kend)
0
1
0
0
1
1
M = 3
0,5
59
1) QB =
36,167 0,333
= 7,01 kend/menit = 421 kend/jam
2,548 + 2,562
2) tB = 2,562 +
0,333
7,01
= 2,61 menit
= 491,5
T = (tT + tB)
= 2,615 menit
= (2,62 + 2,61)
V = (36,6 + 36,78)
= 492 kend/jam
= 36,69 km/jam
2. Jika diketahui kecepatan ratarata arus lalu lintas sebesar 65,5 km/jam untuk
menempuh panjang jalan kurang lebih 10 km. Dan selama perjalanan
berpapasan dengan kendaraan sebanyak 300 kendaraan. Hitung jumlah arus di
ruas tersebut dan berapa waktu tempuh ratarata arus jika waktu tempuh ratarata pengamat sebesar 12,5 menit (baik arah ke Timur atau ke Barat), serta
berapa selisih penyalipannya.
Penyelesaian :
diketahui: V = 65,5 km/jam
ditanya:
L = 10 km
x = 300 kendaraan
ta = tw = 12,5 menit
Q = ?
y = ?
t = ?
V = L/t
t = L/V = 10/65,5 jam = 9,16 menit
jadi waktu tempuh arus lalu lintas adalah sebesar 9,16 menit
Q=
Q=
x+y
300 + y
=
ta + tw 12,5 + 12,5
300 + y
25
y = 25 . Q 300
t
(1)
= tw y/Q
60
9,16 = 12,5
9,16 =
(25.Q 300)
Q
= 47 kendaraan
61
PERTEMUAN/SIMPANG JALAN
DENGAN LAMPU LALU LINTAS
Pertemuan jalan mempunyai peranan yang sangat penting untuk
memperlancar arus lalu lintas dalam suatu proses transportasi. Pertemuan jalan
atau disebut juga dengan simpang jalan merupakan tempat bertemunya berbagai
pergerakan yang tidak sama arahnya, baik pergerakan yang dilakukan orang
dengan kendaraan atau pun yang tanpa kendaraan (pedestrian).
Pergerakan-pergerakan tersebut menggunakan ruang dan waktu yang
mungkin sama, sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Agar kecelakaan
tersebut dapat dihindari sedini mungkin, juga agar waktu yang digunakan untuk
melalui simpang dapat seminimal mungkin, diperlukan adanya pengaturan di
simpang. Tujuan utama pengaturan di simpang adalah:
1. Jika memungkinkan menghilangkan konflik yang terjadi di simpang.
2. Mengurangi konflik seminimal mungkin.
Pengaturan simpang tersebut tetap harus mempertimbangkan nilai keselamatan
dan efisiensi pengguna jalan.
Pengaturan simpang dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Simpang prioritas (priority intersection)
2. Simpang dengan pemisahan ruang (space-sharing intersection)
3. Simpang dengan pemisahan waktu (time-sharing intersection)
Selain pengelompokkan di atas, macam pengaturan simpang dapat dilihat
seperti pada beberapa gambar berikut.
62
63
Konflik primer
Konflik sekunder
Arus kendaraan
Arus pejalan kaki
64
C
M
C
C
C
C
C
M
Arus kendaraan
Gambar 25. Titik konflik pada simpang tiga (T- junction) dengan pengaturan arus
dua arah untuk masing-masing pendekat.
Konflik yang terjadi pada simpang tiga Gambar 25 terdiri dari:
1. Crossing : 3 titik pergerakan kendaraan dan 12 titik pergerakan pejalan kaki
dengan kendaraan
2. Diverging : 3 titik pergerakan kendaraan
3. Merging
65
Agar tujuan dapat diperoleh secara optimal lampu harus direncanakan dan
dioperasikan dengan benar, jika tidak dapat timbul:
1. Delay yang tidak perlu
2. Pelanggaranpelanggaran
3. Kecelakaan meningkat
4. Kapasitas simpang tidak optimal
5. Antrian panjang (BOK tinggi dan polusi udara dan tingkat kebisingan naik).
66
jarak penyeberangan
67
Beberapa istilah dalam traffic signal yang perlu diketahui dan dipahami di
antaranya adalah:
1. Stage adalah periode waktu yang memberikan hak berjalan suatu arus
(stream).
2. Arus adalah kelompok pergerakan lalu lintas yang berhenti dan berjalan secara
bersama-sama.
3. Intergreen adalah waktu yang ada di antara beberapa stage yang memberi
kesempatan agar pertemuan jalan bebas dari konflik.
4. Sequence adalah urut-urutan hak berjalan suatu arus dalam 1 siklus.
5. Waktu siklus (cycle time) panjang total sequence.
6. Phase/fase adalah sejumlah pergerakan yang dapat berlangsung secara
simultan atau berurutan hak berjalan yang diterima oleh sejumlah pergerakan.
7. All red adalah waktu saat sinyal merah menyala bersamaan dalam pendekatpendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan.
8. Signal aspect adalah nyala lampu lalu lintas yang berlaku bagi pengguna jalan.
9. Pendekat adalah daerah dari suatu lengan simpang jalan untuk antri kendaraan
sebelum keluar melewati garis henti.
10. Arus jenuh adalah besarnya keberangkatan antrian di dalam suatu pendekat
selama kondisi yang ditentukan (smp/jam hijau).
11. Siklus jenuh adalah suatu siklus yang pada waktu akhir siklus (akhir nyala
hijau) masih terdapat antrian kendaraan.
68
(27)
Persamaan di atas berlaku untuk lebar > 5,5 m, untuk lebar kurang dari 5,5
(m) diperoleh dari tabel berikut:
W (m)
S(smp/jam)
3
1850
3,5
1875
4
1975
4,5
2175
5
2550
5,5
2900
1800
smp/jam
1 + 1,52/r
= 1600
smp/jam
69
Sk (ganda)
3000
1 + 1,25/r
smp/jam
= 2700
smp/jam
(28)
e. Hitung lost time atau waktu hilang (L) yaitu waktu dalam 1 siklus penuh yang
tidak ada kendaraan yang lewat. Nilai ini dapat dihitung dengan:
L = 2n + n (IG A)
(29)
dengan:
n
= jumlah fase
1,5.L + 5
1 Y
(30)
(31)
70
(32)
ki = gi + I1 + I2 a
Dengan asumsi nilai:
kuning atau amber = 3 detik
merahkuning
= 2 detik
I1 + I2
= 2 detik
(33)
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, lebar masuk dan keluar
Lebar pendekatan untuk tiap lengan diukur kurang lebih sepuluh meter
dari garis henti
Tingkat hambatan samping, yaitu interaksi arus lalu lintas dan kegiatan di
samping jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap arus jenuh di
dalam pendekat. Hambatan samping dibedakan menjadi tinggi, sedang,
dan rendah.
Data lalu lintas yang dibagi dalam tipe kendaraan sebagai berikut: sepeda
motor (MC), kendaraan ringan (LV), dan kendaraan berat (HV),
sedangkan kendaraan tidak bermotor (UM) diperhitungkan sebagai faktor
hambatan samping
71
Arus lalu lintas tiap pendekat dibagi dalam tipe pergerakan, antara lain:
gerakan belok kanan, belok kiri, lurus, dan gerakan belok kiri pada saat
lampu merah (left turn on red, LTOR) yang diijinkan jika mempunyai
lebar pendekat yang cukup sehingga dapat melintasi antrian pada
kendaraan yang lurus dan belok kanan.
Arus lalu lintas dikonversi dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil
penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalen mobil
penumpang (emp), seperti dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai emp menurut MKJI 1997
Data arus lalu lintas digunakan untuk mencari nilai-nilai yang terdiri dari:
rasio kendaraan belok kiri (PLT), rasio belok kanan (PRT), dan rasio kendaran
tak bermotor (PUM) untuk setiap pendekat.
Tahapan perhitungan Metode MKJI 1997:
a. Masukkan data volume dalam smp/jam tiap gerakan.
b. Cari nilai arus jenuh (S) dengan urutan:
1) Penentuan tipe pendekat
Tipe pendekat dibedakan menjadi dua:
Tipe terlawan (O, opposed), apabila pada saat arus berangkat terjadi
konflik dengan lalu lintas dari arah berlawanan.
72
Tipe P
Tipe O
Gambar 27. Contoh skema bentuk tipe pendekat terlindung (P) dan terlawan (O)
W A WLTOR
We = Min
WMASUK
Arus yang digunakan dalam analisa adalah arus menerus (QST) dan
belok kanan (QRT).
(34)
Q = QST + QRT
Untuk tipe pendekat terlindung (P) nilai lebar efektif harus diperiksa
dengan persamaan:
Q = QST
W A
) WLTOR
(35)
73
Q = QST
W exit
W entry
W LTOR
WA
Gambar 28. Skema lebar pendekat dengan dan tanpa pulau lalu lintas
3) Perhitungan arus jenuh dasar
Arus jenuh dasar (So) yaitu besarnya keberangkatan antrian dalam
pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau)
(36)
dengan:
So = arus jenuh dasar
We = lebar approach efektif
74
(37)
dengan:
S
SO
FP
75
76
77
1,05
0,94
0,83
< 0,1
0,82
Hambatan
samping
Tinggi
Sedang
Rendah
Pemukiman
(RES)
Tinggi
Sedang
Rendah
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Akses
Terbatas
(RA)
Tinggi/Sedang
/Rendah
Terlawan
Terlindung
Tipe fase
0,96
0,96
0,97
0,97
0,98
0,98
0,91
0,94
0,92
0,95
0,93
0,96
0,86
0,92
0,87
0,93
0,88
0,94
0,81
0,89
0,82
0,90
0,83
0,91
0,78
0,86
0,79
0,87
0,80
0,88
0,72
0,84
0,73
0,85
0,74
0,86
78
(38)
dengan:
Lp
Faktor koreksi belok kanan (FRT), untuk tipe terlindung, tanpa median,
jalan dua arah dapat dihitung dengan:
FRT = 1 + PRT 0,26
(38)
(39)
79
c. Rasio arus jenuh (FR), rasio arus terhadap arus jenuh dari suatu pendekat yang
nilainya dapat dihitung dengan: FR = Q/S
(40)
dengan:
FR = rasio arus jenuh
Q = jumlah arus lalu lintas (smp/jam)
S = arus jenuh yang disesuaikan (smp/jam hijau)
d. Rasio arus jenuh terbesar setiap fase disebut sebagai rasio arus jenuh kritis
(FRCRIT), dan jumlah dari FRCRIT dari keseluruhan fase pada satu siklus
disebut rasio arus simpang (IFR).
IFR = (FRCRIT)
(41)
(42)
f. Waktu siklus (c), adalah waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal. Nilai
waktu siklus yang layak dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai waktu siklus yang layak
Tipe pengaturan
Pengaturan
Pengaturan
Pengaturan
(jumlah fase)
2 fase
3 fase
4 fase
Waktu siklus
40 80
50 - 100
80 130
(detik)
(Sumber : MKJI, 1997)
Waktu siklus sebelum penyesuaian (cUA) untuk persimpangan dengan kendali
waktu tetap dihitung dengan:
cUA
(43)
dengan:
IFR = rasio arus simpang
LTI = waktu hilang total per siklus (detik) = IGi = (all red + amber)
Nilai pendekatan waktu antar hijau normal dapat dilihat pada Tabel 8.
80
g. Waktu hijau (g), adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat atau waktu
yang digunakan untuk melepaskan diri dari simpang jalan dalam kondisi
aman. Waktu hijau minimal adalah sebesar 10 detik sebagai batasan waktu
untuk digunakan penyeberang jalan secara umum.
gi
(44)
dengan:
gi
cua
(45)
Gambar 32 merupakan contoh distribusi arus lalu lintas mulai saat nyala
lampu hijau sampai akhir hijau. Gambaran tentang persinyalan suatu simpang
dapat dilihat pada Gambar 33 serta Tabel 9.
81
Hilang awal
tambahan akhir
Saturation flow
waktu
merah
antar
hijau M
kuning
H
K
Red
Yellow
Green
(m)
(m)
(m)
(detik)
(detik)
(detik)
Inter
Green
(detik)
Siklus
IR. JUANDA
(UTARA)
7,5
10
58
45
106
58
45
106
JL. CIKAPAYANG
(BARAT)
11
11
6 (SUCI)
7(DU)
89
14
106
JL SURAPATI
(TIMUR)
11
68
35
106
(detik)
82
ALL RED
106
PHASE A
45
48
INTERGREEN 4 DETIK
106
PHASE B
49
63
66
INTERGREEN 4 DETIK
106
PHASE C
67
102
INTERGREEN 4 DETIK
STAGE 1
STAGE 2
STAGE 3
1 SIKLUS
ALL RED
PHASE A 0
23
26
85
INTERGREEN 4 DETIK
PHASE B 0
27
44
47
85
INTERGREEN 4 DETIK
PHASE C 0
48
58
61
85
INTERGREEN 4 DETIK
PHASE D
62
81
85
INTERGREEN 4 DETIK
STAGE 1
STAGE 2
STAGE 3
STAGE 4
1 SIKLUS
83
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, I, dkk, 1995, Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib,
Dirjen Perhubdar, Jakarta.
Anonim, -, Managemen Lalu lintas di Pertemuan Jalan, Pelatihan Managemen
Transportasi Perkotaan.
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina
Marga.
Anonim, 2000, Highway Capacity Manual, Transportation Research Board,
National Research Council, Washington D.C.
Hidayati, N, 2000, Teknik Lalu Lintas I, Diktat Kuliah (belum dipublikasikan),
Surakarta.
Hidayati, N, 2006, Evaluasi Tingkat Kebisingan Akibat Lalu Lintas pada Zona
Pendidikan (Laporan Research Grant), Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Hobbs, FD, 1979, Traffic Planning and Engineering, Pergamon Press.
Mc Shane, W.R, 1990, Traffic Engineering, Prentice Hall, New Jersey.
Pline, J.L, 1992, Traffic Engineering Handbook, Prentice Hall, New Jersey.
Salter, RJ, 1976, Highway Traffic Analysis and Design, The Macmillan Press.
Warpani, S, 1985, Rekayasa Lalu Lintas (terjemahan), Penerbit Bhatara karya
Aksara.
84
LAMPIRAN
85
Gambar L.1 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) > 3, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah (2/2)
Gambar L.2 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) 1,0-3, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah (2/2)
86
Gambar L.3 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) 0,5-1, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah (2/2)
Gambar L.4 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) < 0,5 juta penduduk untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah (2/2)
87
Gambar L.5 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) > 3, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 4 lajur 2 arah (4/2)
Gambar L.6 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) 1,0-3, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 4 lajur 2 arah (4/2)
88
Gambar L.7 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) 0,5-1, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 4 lajur 2 arah (4/2)
Gambar L.8 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) < 0,5 juta penduduk untuk tipe jalan 4 lajur 2 arah (4/2)
89
Gambar L.9 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level, dan
city size (CS) > 3, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 1 arah (1-3/1)
Gambar L.10 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level,
dan city size (CS) 1,0-3, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 1 arah (1-3/1)
90
Gambar L.11 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level,
dan city size (CS) 0,5-1, 0 juta penduduk untuk tipe jalan 1 arah (1-3/1)
Gambar L.12 Model free-flow speed, effective carriageway, side friction level,
dan city size (CS) < 0,5 juta penduduk untuk tipe jalan 1 arah (1-3/1)
91