02.70.0009 Skripsi
02.70.0009 Skripsi
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Disusun oleh :
Anita Wijayanti
02.70.0009
Perpustakaan Unika
Oleh :
Anita Wijayanti
02.70.0009
Laporan Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan sidang penguji
pada tanggal 18 Oktober 2005
Semarang, 18 Oktober 2005
Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Soegijapranata
Mengetahui,
Dosen Pembimbing 1
Dekan
Perpustakaan Unika
RINGKASAN
Cookies merupakan produk yang mengandung lemak sehingga mudah teroksidasi. Salah
satu cara untuk menghambat terjadinya oksidasi adalah dengan menambahkan
antioksidan, misalnya vitamin E. Taoge merupakan salah satu sumber vitamin E alami
yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, vitamin E dapat juga
menghambat serangan radikal bebas pada sel tubuh manusia sehingga dapat
menghambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kanker. Penelitian ini ditujukan
untuk meningkatkan nilai nutrisi cookies dan untuk melihat karakteristik cookies yang
dihasilkan dengan adanya penambahan kecambah kacang hijau (sifat fisik, sifat
kimiawi, dan sifat sensoris). Kecambah kacang hijau yang ditambahkan dalam
pembuatan cookies ini adalah sebesar 0 %, 25 %, 50 %, dan 75 % dari berat tepung
terigu. Penambahan kecambah kacang hijau ini akan meningkatkan nilai bulk density
hingga 0,27 g/cm3 dan kekerasan cookies akan meningkat hingga 9,72 N. Sedangkan
pengembangannya akan mengalami penurunan hingga 0,79 %. Semakin banyak
penambahan kecambah kacang hijau maka cookies yang dihasilkan memiliki
pengembangan yang rendah dan tingkat kekerasan yang tinggi. Semakin rendah
pengembangannya maka nilai bulk density akan meningkat. Penambahan kecambah
kacang hijau dalam pembuatan cookies juga akan meningkatkan kadar air hingga 7,28
%, kadar abu hingga 1,01 %, kadar serat kasar hingga 8,73 %, kadar protein hingga
10,36 %, dan kadar vitamin E hingga 625,56 ppm, tetapi akan menurunkan kadar lemak
hingga 23,13 % dan kadar karbohidrat hingga 49,49 %. Selain itu, dengan semakin
banyak penambahan kecambah kacang hijau maka tingkat penerimaan konsumen
terhadap cookies yang dihasilkan akan semakin menurun. Penurunan tingkat
penerimaan konsumen ini dipengaruhi oleh warna dan aroma dari kecambah kacang
hijau yang ditambahkan. Kecambah kacang hijau yang ditambahkan memiliki warna
yang kecoklatan dan beraroma langu. Perlakuan yang masih dapat diterima oleh
konsumen adalah perlakuan pembuatan cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau hingga 50 %.
Perpustakaan Unika
SUMMARY
Cookies are products containing fat so that they are easily oxidated. One way to prevent
oxidation is by adding antioxidant, such as vitamin E. Green bean sprout is one of the
sources of natural vitamin E. As an antioxidant, vitamin E could postpone free radical in
human cell so it could postpone degenerative disease such as cancer. This examination
is carried out to improve nutrition value in cookies and to see the characteristic of
cookies made by adding green bean sprout (physical, chemical, and sensory
characteristic). Green bean sprout added in the process is in the amount of 0 %, 25 %,
50 %, and 75 % of the wheat flour use. The addition of green bean sprout will increase
the bulk density until 0,27 g/cm3 and the hardness of cookies will increase until 9,72 N.
While its measure will decrease until 0,79 %. The more green bean sprout added, more
solid the cookies. Its bulk density will also increase. The adding of green bean sprout
will increase water content until 7,28 %, ash content until 1,01 %, insoluble fiber
content until 8,73 %, protein content until 10,36 %, and vitamin E content until 625,56
ppm. On the other side, it will decrease fat content until 23,13 % and carbohydrate
content until 49,49 %. Nevertheless, the more green bean sprout added, the less
consumers accept the cookies. The decrease of consumer acceptance to the cookies is
influenced by colour and flavor of green bean sprout. Green bean sprout have brown
colour and off-flavor. The consumers can still accept the adding of green bean sprout
until the level of 50 %.
ii
Perpustakaan Unika
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan Skripsi
yang berjudul Pembuatan Cookies dengan Penambahan Kecambah Kacang Hijau Untuk
Meningkatkan Kadar Vitamin E.
Pembuatan laporan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian. Penulis menyadari bahwa selama
pembuatan laporan Skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik baiknya. Maka dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat dan kekuatan dalam kehidupan
penulis
2. Kristina Ananingsih, ST, MSc selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
3. Dra. Laksmi Hartayanie, MP selaku Dosen Pembimbing I dan Ir. Lindayani, MP,
PhD selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis selama melakukan Skripsi di Fakultas Teknologi Pertanian
ini
4. Seluruh dosen di Fakultas Teknologi Pertanian yang telah memberikan ilmunya
selama penulis menempuh studi di Fakultas Tenologi Pertanian
5. Mas Soleh, Mas Pri, dan Mas Aris selaku laboran di Fakultas Teknologi Pertanian
yang telah membantu penulis selama penulis melakukan praktek di laboratorium
6. Keluarga tercinta : mami, papi, dan adikku yang telah memberikan dukungan
kepada penulis baik secara moral maupun material
7. Sahabat sahabatku : Lenny, Arum, Poppy, Sari, Shinta, Prastiwi yang telah
memberi dukungan kepada penulis. Makasih buat persahabatan kalian selama ini
8. Teman teman yang nge-lab bareng : Mba Suko, Mba Rezki, Titin, Lindawati,
Angela. Makasih udah ditemeni selama aku nge-lab
9. Koko-ku : Novianus yang udah mau dengerin semua keluhanku. Makasih udah
doain aku, udah kasih semangat dan dukungan
iii
Perpustakaan Unika
iv
Perpustakaan Unika
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN...................................................................................................
SUMMARY......................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
i
ii
iii
v
vi
vii
viii
1. PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1. Pengertian Cookies...............................................................................
1.2. Bahan Pembuat Cookies ......................................................................
1.3. Kecambah Sumber Vitamin E .............................................................
1
1
1
5
8
8
8
8
8
9
9
10
13
14
3. HASIL ........................................................................................................
3.1. Analisa Fisik........................................................................................
3.2. Analisa Kimiawi ..................................................................................
3.3. Analisa Sensoris ..................................................................................
3.4. Gambar cookies dengan Berbagai Penambahan Kecambah
Kacang Hijau ......................................................................................
15
15
17
20
23
4. PEMBAHASAN.........................................................................................
24
5. KESIMPULAN ..........................................................................................
30
6. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
31
7. LAMPIRAN ...............................................................................................
33
Perpustakaan Unika
DAFTAR TABEL
Halaman
3
4
15
17
18
21
vi
Perpustakaan Unika
DAFTAR GAMBAR
Halaman
16
18
21
vii
23
Perpustakaan Unika
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
33
34
35
38
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
viii
Perpustakaan Unika
1. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Cookies
Cookies merupakan kue manis dalam bentuk kecil-kecil. Cookies biasanya dibuat dari
pengadukan bahan bahan yang kaya akan lemak atau gula maupun keduanya.
Beberapa resep rolled cooky biasanya memakai sedikit atau tidak sama sekali cairan.
Adonan untuk rolled cookies biasanya lembut dan dapat diaduk langsung dengan tangan
atau digiling. Adonan yang keras dan penanganan serta penggilingan berulang membuat
cookies menjadi keras (Fance, 1964).
Menurut Fatma et al (cit Kristiani, 2004), biscuit adalah sejenis makanan yang praktis
dan siap dihidangkan dan merupakan makanan tambahan yang padat kalori dan bernilai
gizi tinggi, atau makanan cepat hidang dimakan dalam keadaan hangat. Menurut Wade
(cit Kristiani, 2004), biscuit atau cookies atau crackers merupakan bentuk yang berbeda
dari produk roti atau cake. Perbedaannya terletak pada kadar air. Produk roti
mempunyai kadar air 35 40 %, cake 15 30 %, sedangkan biskuit 1 5 %.
Rendahnya kadar air pada biscuit menyebabkan produk ini menjadi lebih tahan lama
untuk disimpan dalam waktu cukup lama.
1.2. Bahan Pembuat Cookies
Cookies atau kue kering dapat digolongkan berdasarkan cara pencampuran dan resep
yang digunakan. Untuk cookies dengan kandungan lemak yang lebih tinggi dapat
digunakan mentega sampai 50% bersama dengan lemak. Mentega akan menimbulkan
aroma yang khas pada produk akhir. Berdasarkan jenis adonan, cookies dapat dibagi
meenjadi dua, yaitu batter type dan foam type. Batter type meliputi kue kering yang
dapat dicetak, sedangkan foam type terdiri dari meringue (schuimpjes) dan kue sponge
(Matz, 1992).
2
Perpustakaan Unika
3
Perpustakaan Unika
Jumlah
Maks 5 %
Min 9 %
Min 9,5 %
Min 70 %
Maks 1,5 %
Negatif
Maks 0,5 %
Min 400
Mutu cookies sepenuhnya ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan. Biasanya
menggunakan tepung terigu yang berprotein rendah untuk dapat menghasilkan produk
akhir yang memiliki tekstur renyah. Seringkali dalam pembuatan cookies ditambahkan
tepung maizena dengan tujuan agar cookies menjadi lebih renyah. Gula yang dipakai
dalam pembuatan cookies atau kue kering bisa memakai gula halus, gula pasir halus,
gula pasir setengah halus, dan dapat juga menggunakan palm sugar (Matz, 1992).
Struktur pengembang cookies berasal dari tepung. Gluten pada tepung merupakan
kontribusi utama pada kerangka adonan yang akan membentuk cookies dan juga sebagai
penahan gas. Tepung dengan protein tinggi akan menghasilkan tekstur yang keras,
remah yang kasar, serta permukaan cookies yang tidak merata. Penggunaan bahan
bahan yang terlalu berlebih dan penggunaan tepung yang terlalu sedikit akan
mengakibatkan cookies berwarna lebih gelap dan mudah patah (Matz, 1992).
Tepung terigu sebagai bahan pembuat cookies mempunyai kekurangan pada asam
amino lisin yang merupakan asam amino pembatas pada jenis serealia (Kurniawati et al,
2004). Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menambahkan kecambah
kacang hijau pada proses pembuatan cookies. Kandungan asam amino dari kacang hijau
cukup lengkap yang terdiri atas asam amino esensial yaitu Isoleusin, Leusin, Lisin,
Methionin, Penilalanin, Threonin, Valin, dan juga asam amino non esensial yaitu
Alanin, Arginin, Asam Aspartat, Asam Glutamat, Glisin, Tryptophan, dan Tirosin
(Rukmana, 1997).
4
Perpustakaan Unika
5
Perpustakaan Unika
80% lemak, 16% air, kandungan laktosa 0,5%, abu sekitar 0,1%-3,0 % dan sebagian
besar ditambah garam. Margarin mempunyai titik lebur/ melting point yang rendah,
yang dapat menimbulkan penampakan yang berminyak pada produk bakery (Hoseney,
1994).
6
Perpustakaan Unika
yang lebih sesuai selera, memperbaiki warna, tekstur, cita rasa dan daya cerna,
membunuh mikroorganisme patogen, serta menghilangkan zat zat berbahaya pada
taoge mentah (Ikrawan, 2005).
Melalui perkecambahan, kandungan oligosakarida penyebab flatulen yaitu rafinosa dan
stakhiosa dapat dikurangi. Flatulensi merupakan suatu keadaan menumpuknya gas
dalam lambung akibat terlalu banyak mengkonsumsi kacang-kacangan yang
mengandung oligosakarida. Taoge banyak dikonsumsi karena mengkonsumsi taoge
tidak akan menyebabkan gejala perut kembung (Astawan, 2003).
Vitamin E cukup tahan terhadap panas. Kehilangan selama proses pengolahan bahan
pangan sebagian besar disebabkan karena oksidasi. Hal ini disebabkan karena tokoferol merupakan antioksidan sehingga mudah dioksidasi, terutama dengan adanya
oksigen pada suhu yang tinggi. Pada proses pemasakan yang normal, dilaporkan tidak
ada kehilangan vitamin E. Proses pembuatan roti tidak menyebabkan kehilangan
vitamin E yang besar (Andarwulan, 1992). Menurut Andarwulan dan Koswara (cit
Kurniawati et al., 2004), vitamin E stabil pada suhu 2000C sehingga dalam proses
pemanggangan kerusakan vitamin E yang terjadi kecil atau bahkan tidak terjadi.
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan mudah
memberikan hidrogen dari gugus hidroksil (OH) pada struktur cincin ke radikal bebas.
Radikal bebas adalah molekul molekul reaktif dan dapat merusak, yang mempunyai
elektron tidak berpasangan. Bila menerima hidrogen, radikal bebas menjadi tidak
reaktif. Pembentukan radikal bebas terjadi dalam tubuh pada proses metabolisme
7
Perpustakaan Unika
aerobik normal pada waktu oksigen secara bertahap direduksi menjadi air. Vitamin E
berada di dalam lapisan fosfolipida membran sel dan memegang peranan biologik utama
dalam melindungi asam lemak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari
oksidasi radikal bebas (Almatsier, 2002).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi cookies dan untuk
melihat karakteristik cookies yang dihasilkan dengan adanya penambahan kecambah
kacang hijau (sifat fisik, sifat kimiawi, dan sifat sensoris).
Perpustakaan Unika
9
Perpustakaan Unika
Mula mula, gula halus dan margarin dikocok selama + 3 menit dengan kecepatan
sedang hingga tercampur rata. Setelah itu telur dimasukkan lalu dikocok kembali hingga
rata. Masukkan kecambah kacang hijau blender lalu diaduk hingga merata. Setelah itu
tepung terigu dimasukkan kemudian diaduk kembali hingga tercampur rata. Setelah
adonan tercampur rata, adonan siap untuk dicetak dengan bentuk yang sama lalu
dipanggang di oven pada suhu 160 oC hingga matang (Manley, 1983). Formulasi
cookies dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Formulasi Cookies dengan Berbagai Konsentrasi Penambahan Kecambah
Kacang Hijau
Bahan
25 %
50 %
75 %
200
200
200
200
Telur (g)
26
26
26
26
100
100
100
100
Margarin (g)
100
100
100
100
50
100
150
345,3
386,94
431,5
455,75
Mula mula menimbang wadah kosong yang telah diketahui volumenya. Setelah itu,
sampel cookies dimasukkan hingga wadah terisi penuh. Kemudian wadah yang telah
terisi sampel itu ditimbang kembali beratnya. Besarnya bulk density dapat dihitung
dengan menggunakan rumus.
Bulk density = Berat bahan (g)
Volume wadah (cm3)
(Lewis, 1987).
10
Perpustakaan Unika
b. Analisa Kekerasan
Cookies diukur kekerasannya dengan menggunakan hardness tester (Subagio et al.,
2003).
c. Analisa pengembangan
Cookies yang telah dicetak, sebelum dipanggang, diukur panjang, lebar, dan tingginya
menggunakan jangka sorong. Setelah cookies dikeluarkan dari oven, diukur kembali
panjang, lebar, dan tingginya dengan jangka sorong.
Pengembangan = volume setelah dipanggang volume sebelum dipanggang x 100 %
Volume sebelum dipanggang
(Subagio et al., 2003).
2.7. Analisa Kimiawi
a. Analisa Kadar Air
Sampel yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 2 gram dalam cawan porselen yang
telah diketahui beratnya konstannya. Kemudian sampel dimasukkan dalam oven
bersuhu 100 105 0C selama 3 5 jam. Setelah itu cawan didinginkan dalam desikator
selama + 15 menit lalu ditimbang hingga beratnya konstan. Pengurangan berat
merupakan banyaknya air dalam bahan yang teruapkan (Sudarmadji et al, 1996).
Perhitungan :
Berat sampel (g) = W1
Berat air yang diuapkan (g) = W1 W3 = W2
Berat sampel setelah dikeringkan (g) = W3
Kadar air (dry basis) = W3 x 100%
W2
Kadar air (wet basis) = W3 x 100%
W1
Total padatan = W2 x 100%
W1
11
Perpustakaan Unika
12
Perpustakaan Unika
d. Analisa Lemak
Sampel ditimbang sebanyak 2 g lalu dibungkus dengan kertas saring yang telah
diketahui beratnya. Sampel dimasukkan dalam labu soxhlet ditambah dengan pelarut
eter sampai 1/3 bagian labu lalu diekstraksi selama 4 jam. Lalu sampel dimasukkan
dalam oven, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang hingga beratnya konstan
(Sudarmadji et al, 1996).
Perhitungan :
Berat lemak = berat awal (g) - berat akhir (g)
% lemak = berat lemak (g) x 100%
berat awal (g)
e. Analisa Serat Kasar
Sampel yang telah diekstrak lemaknya, dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambah
anti buih dan batu didih. Kemudian ditambah dengan H2SO4 0,25 N sebanyak 200 ml
lalu dididihkan selama 30 menit. Residu yang terbentuk disaring dan dicuci dengan 200
ml aquades panas. Residu yang terbentuk dimasukkan dalam erlenmeyer lalu ditambah
dengan 200 ml NaOH 0,25 N kemudian dididihkan kembali selama 30 menit. Setelah
itu residu disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya lalu dicuci dengan
K2SO4 10 %dan alkohol 95%. Kertas saring tersebut lalu dikeringkan dalam oven lalu
ditimbang hingga beratnya konstan (Sudarmadji et al, 1996).
Perhitungan:
Berat residu (g) = berat serat kasar (g)
% serat kasar = berat serat kasar (gr) x 100%
berat awal (g)
f. Analisa Kadar Vitamin E
Mula mula menimbang sejumlah sampel, masukkan ke dalam labu 100 ml yang sesuai
dengan kondensor yang akan digunakan untuk refluks. Kemudian tambahkan dengan 10
ml alkohol absolut dan 20 ml H2SO4 1 M dalam alkohol. Hubungkan labu dengan
kondensor, tutup kondensor dan labu dengan aluminium foil. Lakukan refluks selama
13
Perpustakaan Unika
45 menit. Biarkan dingin. Setelah itu tambahkan 50 ml air, pindahkan ke dalam labu
pemisah berwarna coklat. Bilas labu dengan 50 ml air, masukkan bilasan ke dalam labu
pemisah. Kemudian ekstrak bahan yang tidak tersabunkan sebanyak 5 kali masing
masing dengan 30 ml dietileter. Kumpulkan seluruh ekstrak menjadi satu. Lalu cuci
ekstrak yang diperoleh dengan air sampai bebas asam, kemudian bebas airkan dengan
asam sulfat anhydrous. Uapkan ekstrak pada suhu rendah sambil tetap dihindari dari
cahaya (tutup dengan aluminium foil). Jika tinggal sedikit lagi yang belum teruapkan,
lewatkan gas nitrogen ke dalam ekstrak samapi ekstrak menjadi kering. Segera larutkan
residu dengan 10 ml alkohol absolut. Buat standar vitamin E dalam alkohol absolut,
kemudian diberikan perlakuan yang sama seperti sampel.
Pindahkan larutan alikuot sampel dan standar masing masing ke dalam labu takar 20
ml. Setelah itu tambahkan 5 ml alkohol absolut, kemudian 1 ml HNO3 pekat tetes demi
tetes sambil digoyang memutar. Tempatkan labu takar dalam penangas air 900C selama
3 menit sesudah alkohol mulai mendidih. Kemudian dinginkan dengan cepat dalam air
mengalir dan tepatkan sampai tanda tera dengan alkohol absolut. Setelah itu ukur
absorbans pada panjang gelombang 470 nm (Apriyantono et al., 1989).
14
Perpustakaan Unika
Penyajian data dilakukan dengan menggunakan progam SPSS for Windows versi 11.5.
Hasil data organoleptik disajikan secara deskriptif.
Perpustakaan Unika
3. HASIL
Pada penelitian ini dilakukan penambahan kecambah kacang hijau dalam pembuatan
cookies. Hasil pengujian yang dilakukan meliputi hasil analisa fisik, analisa kimia, dan
analisa sensoris.
3.1. Analisa Fisik
Sifat fisik cookies yang dipengaruhi dengan adanya penambahan kecambah kacang
hijau adalah bulk density, kekerasan, dan pengembangan. Hasil dari analisa fisik cookies
dengan penambahan kecambah kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sifat Fisik Cookies pada Berbagai Perlakuan
Penambahan Kecambah
Kekerasan (N)
Pengembangan (%)
0%
0.25 + 0.000833a
6.93 + 0.10a
16.16 + 0.24a
25 %
0.26 + 0.000972b
7.90 + 0.09b
12.02 + 0.51b
50 %
0.26 + 0.001202c
9.09 + 0.02c
7.17 + 0.21c
75 %
0.27 + 0.000882d
9.72 + 0.08d
0.79 + 0.24d
Kacang Hijau
Keterangan : Tanda superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya data yang beda
nyata pada tingkat kepercayaan 95 %
15
16
Perpustakaan Unika
18
0.275
16
0.27
0.265
12
0.26
10
0.255
Bulk density(g/cm3)
14
KEKERASAN
PENGEMBANGAN
B.DENSTY
6
0.25
4
0.245
2
0.24
0%
25%
50%
75%
17
Perpustakaan Unika
Sifat Kimia
25 %
50 %
75 %
Air (%)
3.08 + 0.16a
4.17 + 0.38b
4.94 + 0.35c
7.28 + 0.15d
Abu (%)
0.91 + 0.07a
0.94 + 0.05a
0.97 + 0.03ab
1.01 + 0.09b
Lemak (%)
26.93 + 0.91a
26.19 + 1.02a
24.27 + 1.29b
23.13 + 0.84c
5.84 + 0.52a
6.75 + 0.46b
8.04 + 0.59c
8.73 + 0.49d
Protein (%)
8.36 + 0.27a
8.77 + 0.23b
9.62 + 0.45c
10.36 + 0.36d
Karbohidrat (%)
54.82 + 0.89a
53.17 + 1.19b
51.89 + 0.83c
49.49 + 0.62d
Vitamin E (ppm)
76.97 + 2.09a
250.74 + 5.24b
430.87 + 14.66c
625.56 + 13.01d
Keterangan : Tanda superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya data yang beda
nyata pada tingkat kepercayaan 95 %
18
Perpustakaan Unika
Jumlah
82,68
Abu (%)
0,49
Lemak (%)
1,01
4,25
Protein (%)
4,33
Karbohidrat (%)
7,24
Vitamin E (ppm)
906,11
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
675
650
625
600
575
550
525
500
475
450
425
400
375
350
325
300
275
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
0%
25 %
50 %
75 %
K.ABU
K.LEMAK
K.SERAT KASAR
K.PROTEIN
K.KARBOHIDRAT
K.VIT_E
Air (%)
19
Perpustakaan Unika
Sedangkan kadar air terkecil dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 0 %, yaitu sebesar 3.08 + 0.16 %. Dengan adanya penambahan
jumlah kecambah kacang hijau akan meningkatkan kadar air secara nyata pada tingkat
kepercayaan 95 %.
Kadar abu terbesar dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau
sebesar 75 %, yaitu sebesar 1.01 + 0.09 % yang tidak berbeda nyata dengan
penambahan kecambah kacang hijau sebesar 50 %. Sedangkan kadar abu terkecil
dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 %, yaitu
sebesar 0.91 + 0.069 %. Kadar abu untuk penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0
% tidak berbeda nyata dengan kadar abu untuk penambahan kecambah kacang hijau
sebesar 25 % dan 50 % tetapi berbeda nyata dengan kadar abu untuk penambahan
kecambah kacang hijau 75 %. Sedangkan kadar abu untuk penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 75 % tidak berbeda nyata dengan kadar abu untuk penambahan
kecambah kacang hijau sebesar 50 % tetapi berbeda nyata dengan kadar abu untuk
penambahan kecambah kacang hijau 0 % dan 50% (Tabel 5 dan Gambar 2).
Kadar lemak terbesar dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 0 %, yaitu sebesar 26.93 + 0.91 %. Sedangkan kadar lemak terkecil
dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 %, yaitu
sebesar 23.13 + 0.84 %. Kadar lemak untuk cookies dengan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 0 % tidak berbeda nyata dengan kadar lemak untuk cookies dengan
penambahan kecambah kacang hijau sebesar 25 %, tetapi berbeda nyata dengan kadar
lemak untuk cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 50 % dan 75
% pada tingkat kepercayaan 95 % (Tabel 5 dan Gambar 2).
Kadar serat kasar terbesar dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 75 %, yaitu sebesar 8.73 + 0.49 %. Sedangkan kadar serat kasar
terkecil dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0
%, yaitu sebesar 5.84 + 0.52 %. Kadar serat kasar ini akan meningkat secara nyata
dengan adanya penambahan kecambah kacang hijau (Tabel 5 dan Gambar 2).
20
Perpustakaan Unika
Kadar protein terbesar dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 75 %, yaitu sebesar 10.36 + 0.36 %. Sedangkan kadar protein terkecil
dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 %, yaitu
sebesar 8.36 + 0.27 %. Semakin besar penambahan kecambah kacang hijau maka kadar
protein cookies yang dihasilkan akan semakin meningkat secara nyata pada tingkat
kepercayaan 95 % (Tabel 5 dan Gambar 2).
Kadar karbohidrat terbesar dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 0 %, yaitu sebesar 54.82 + 0.89 %. Sedangkan kadar karbohidrat
terkecil dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75
%, yaitu sebesar 49.49 + 0.62 %. Kadar karbohidrat ini akan menurun secara nyata pada
tingkat kepercayaan 95 % dengan meningkatnya kecambah kacang hijau yang
ditambahkan (Tabel 5 dan Gambar 2).
Kadar vitamin E terbesar dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 75 %, yaitu sebesar 625.56 + 13.01 %. Sedangkan kadar vitamin E terkecil
dihasilkan oleh cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 %, yaitu
sebesar 76.97 + 2.09 %. Kadar vitamin E akan meningkat secara nyata dengan adaya
peningkatan kecambah kacang hijau yang digunakan (Tabel 5 dan Gambar 2).
3.3. Analisa Sensoris
Analisa sensoris dilakukan oleh 30 orang panelis terhadap beberapa jenis cookies
dengan penambahan kecambah kacang hijau. Parameter yang diujikan meliputi rasa,
aroma, tekstur, warna, kerenyahan, dan kesukaan. Hasil analisa sensoris yang berupa
rata rata skor sensoris dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan perhitungan rata rata
skor sensoris dapat dilihat pada Lampiran 3.
21
Perpustakaan Unika
Parameter
50 %
75 %
Warna
3,93
3,03
2,57
1,6
Aroma
3,7
2,77
2,87
2,53
Tekstur
3,7
2,93
2,4
1,43
Kerenyahan
3,7
3,1
2,33
1,2
Rasa
3,67
3,1
2,67
1,6
Kesukaan
3,87
2,97
2,43
1,27
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0%
25%
50%
as
a
R
su
ka
a
Ke
Ke
re
ny
ah
an
st
ur
Te
k
Ar
om
75%
W
ar
na
0%
Parameter
22
Perpustakaan Unika
Cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 % memiliki rata rata
skor sensoris sebesar 3,93. Sedangkan untuk cookies dengan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 75 %, rata rata skor sensorisnya mengalami penurunan hingga
sebesar 1,6.
Rata rata skor sensoris untuk aroma cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 0 % adalah 3,7. Sedangkan cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 75 % memiliki rata rata skor sensoris sebesar 2,53. Untuk parameter
tekstur diketahui bahwa cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0
% paling disukai konsumen. Semakin banyak penambahan kecambah kacang hijau
maka tingkat penerimaan konsumen terhadap tekstur akan semakin menurun. Hal ini
dapat dilihat pada rata rata skor sensorisnya. Cookies dengan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 0 % memiliki rata rata skor sensoris sebesar 3,7 sedangkan
cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 % memiliki rata rata
skor sensoris sebesar 1,43.
Tingkat penerimaan konsumen terhadap kerenyahan semakin menurun dengan
bertambahnya penambahan kecambah kacang hijau. Untuk cookies dengan penambahan
kecambah kacang hijau sebesar 0 % memiliki rata rata skor sensoris sebesar 3,7
sedangkan untuk cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 %
memiliki rata rata skor sensoris sebesar 1,2.
Tingkat penerimaan konsumen terhadap rasa semakin menurun dengan bertambahnya
penambahan kecambah kacang hijau. Rata rata skor sensoris untuk parameter rasa
cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 % adalah 3,67.
Sedangkan untuk cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 %
memiliki rata rata skor sernsoris sebesar 1,6.
Tingkat penerimaan konsumen terhadap kesukaan semakin menurun dengan
meningkatnya penambahan kecambah kacang hijau. Pada cookies dengan penambahan
kecambah kacang hijau sebesar 0 % memiliki rata rata skor sensoris sebesar 3,87,
23
Perpustakaan Unika
Perpustakaan Unika
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan jenis adonannya cookies yang dihasilkan termasuk dalam adonan keras
dimana adonan tersebut memiliki kandungan air yang tinggi dan kandungan lemak yang
rendah. Produk akhir yang dihasilkan dari adonan keras ini adalah cookies yang renyah
dan garing. Sedangkan berdasarkan metode pembentukannya cookies yang dihasilkan
termasuk jenis rolled cookies dimana cookies jenis ini dibentuk dengan menggunakan
rol kemudian dicetak (Aaron, 2003).
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 1, diketahui bahwa nilai bulk density semakin
meningkat dengan adanya penambahan kecambah kacang hijau. Menurut Lewis (1987),
yang dimaksud dengan bulk density adalah densitas dari semua bahan yang terdapat
dalam suatu wadah. Bulk density ini dipengaruhi oleh bentuk bahan, ukuran bahan, sifat
permukaan, dan dipengaruhi juga oleh cara pengukurannya. Nilai bulk density ini
menunjukkan banyaknya udara yang terkandung dalam suatu wadah yang telah berisi
bahan pangan. Semakin besar nilai bulk density berarti udara yang terkandung dalam
wadah tersebut semakin kecil. Dengan adanya penambahan kecambah kacang hijau
maka ukuran cookies yang dihasilkan akan semakin kecil (Gambar 4) sehingga nilai
bulk density-nya akan meningkat.
Dari uji fisik diketahui bahwa nilai kekerasan tertinggi terdapat pada cookies dengan
perlakuan penambahan kecambah kacang hijau sebanyak 75 %. Sedangkan nilai
kekerasan terendah terdapat pada cookies dengan perlakuan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 0 % (Tabel 4 dan Gambar 1). Menurut Lewis (1987), kekerasan
merupakan respon bahan terhadap penekanan dengan bahan tertentu sampai terjadi
perubahan bentuk pada bahan. Kekerasan pada cookies ditentukan oleh protein
pembentuk gluten, ganula pati, dan kandungan lemak. Semakin banyak penambahan
kecambah kacang hijau maka cookies yang dihasilkan akan semakin keras. Kadar air
pada kecambah kacang hijau sangat tinggi sehingga semakin banyak penambahannya
maka cookies yang dihasilkan akan menjadi bantat (keras). Nilai kekerasan ini
berhubungan dengan tekstur cookies. Cookies dengan nilai kekerasan yang tinggi
mempunyai tekstur yang tidak renyah. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak
24
25
Perpustakaan Unika
penambahan kecambah kacang hijau maka tekstur cookies yang dihasilkan semakin
tidak renyah (Lewis, 1987). Cookies yang memiliki kekerasan yang tinggi (bantat) akan
memiliki tekstur yang padat dan tidak dapat mengembang. Sehingga semakin banyak
penambahan kecambah kacang hijau maka nilai pengembangan cookies akan semakin
menurun (Tabel 4 dan Gambar 1).
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa penambahan kecambah kacang hijau
dalam pembuatan cookies mempengaruhi secara nyata kadar air cookies. Kadar air
paling rendah dimiliki oleh cookies tanpa penambahan kecambah kacang hijau (0%),
yaitu sebesar 3.08 + 0.16 %, sedangkan kadar air paling tinggi dimiliki oleh cookies
dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 %, yaitu sebesar 7.28 + 0.15%
(Tabel 5 dan Gambar 2). Kadar air ini mempengaruhi umur simpan produk. Semakin
tinggi kadar air suatu produk maka umur simpannya akan semakin pendek. Umumnya
cookies memiliki kadar air 1 5 %, sehingga produk ini dapat disimpan dalam waktu
cukup lama (Kristiani, 2004). Menurut syarat mutu yang ditetapkan oleh Departemen
Perindustrian, cookies seharusnya memiliki kadar air sebesar maksimal 5 %. Cookies
dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 %, 25 %, dan 50 % telah
memenuhi syarat mutu tersebut tetapi cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 75 % tidak memenuhi syarat mutu tersebut. Peningkatan kadar air ini
dipengaruhi oleh kadar air kecambah kacang hijau yang cukup tingggi. Kadar air
kecambah kacang hijau diketahui sekitar 82.68 % (Tabel 6).
Kadar abu berhubungan dengan kandungan mineral suatu bahan pangan. Semakin tinggi
kadar abu maka semakin tinggi pula kadar mineral dalam bahan pangan tersebut
(Winarno, 1992). Selain itu, menurut Ranhotra & Bock (1988), mineral cukup stabil
selama pemanasan sehingga cenderung tidak berubah selama proses pemanggangan.
Pada Tabel 5 dan Gambar 2, diketahui bahwa cookies dengan penambahan kecambah
kacang hijau sebesar 75 % memiliki kadar abu paling tinggi, yaitu sebesar 1.01 + 0.09
%. Sedangkan cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 %
memiliki kadar abu paling rendah, yaitu 0.91 + 0.07 %. Kadar abu cookies yang
dihasilkan ini telah sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan oleh Departemen
Perindustrian yaitu maksimal sebesar 1,5 %.
26
Perpustakaan Unika
Menurut Astawan (2003), pada saat berkecambah terjadi hidrolisis karbohidrat, protein
dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Selama
proses tersebut terjadi peningkatan jumlah protein dan vitamin sedangkan kadar
lemaknya mengalami penurunan. Kadar lemak pada kecambah kacang hijau diketahui
sebesar 1 % (Rukmana, 1997). Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 2, diketahui bahwa
semakin banyak penambahan kecambah kacang hijau, persentase kadar lemak pada
cookies akan semakin menurun. Persentase kadar lemak paling tinggi ditemukan pada
cookies dengan perlakuan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 %, sedangkan
persentase kadar lemak paling rendah ditemukan pada cookies dengan perlakuan
penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 %. Kadar lemak cookies yang
dihasilkan ini telah sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan oleh Departemen
Perindustrian. Kadar lemak pada cookies dipengaruhi oleh bahan bahan penyusunnya
salah satunya adalah margarin. Margarin mengandung lebih dari 80 % lemak sehingga
cookies yang dihasilkan akan mengandung lemak yang tinggi (Hoseney, 1994).
Margarin yang ditambahkan dalam pembuatan cookies ini jumlahnya tetap untuk semua
perlakuan, yang membedakan adalah jumlah penambahan kecambah kacang hijau.
Sehingga semakin banyak penambahan kecambah kacang hijau maka persentase kadar
lemaknya akan mengalami penurunan.
Salah satu sifat kimia dari cookies yang diamati adalah serat kasar. Salah satu penyusun
serat kasar adalah selulosa dan hemiselulosa. Kedua senyawa tersebut merupakan
polisakarida yang sulit diuraikan dan mempunyai sifat tidak dapat dicerna oleh saluran
pencernaan manusia sehingga tidak menghasilkan energi, tetapi dapat membantu
melancarkan pencernaan makanan. Selulosa dan hemiselulosa ini umumnya terdapat
pada dinding sel berbagai sayuran dan buah buahan (Nielsen, 1998). Kadar serat kasar
paling tinggi ditemukan pada cookies dengan perlakuan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 75 %. Sedangkan kadar serat kasar paling rendah ditemukan pada cookies
dengan perlakuan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 % (Tabel 5 dan
Gambar 2). Kandungan serat kasar pada cookies semakin meningkat dengan adanya
penambahan kecambah kacang hijau. Hal ini disebabkan karena kandungan serat pada
kecambah kacang hijau cukup tinggi yaitu sekitar 4.25 % (Tabel 6). Kadar serat kasar
27
Perpustakaan Unika
ini berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 % untuk tiap tiap perlakuan
penambahan kecambah kacang hijau (Lampiran 11).
Cookies dengan perlakuan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 % memiliki
kadar protein yang paling tinggi yaitu sebesar 10.36 + 0.36 %. Sedangkan cookies
dengan perlakuan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 % memiliki kadar
protein yang paling rendah yaitu sebesar 8.36 + 0.27 % (Tabel 5 dan Gambar 2). Kadar
protein ini berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 % untuk tiap tiap perlakuan
penambahan kecambah kacang hijau (Lampiran 12). Semakin banyak penambahan
kecambah kacang hijau maka kadar protein pada cookies akan semakin meningkat.
Peningkatan kadar protein ini disebabkan karena kadar protein pada kecambah kacang
hijau relatif tinggi yaitu sekitar 4,2 % (Rukmana, 1997).
Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 2, diketahui bahwa penambahan kecambah kacang
hijau menyebabkan penurunan kadar karbohidrat secara nyata. Kadar karbohidrat
tertinggi ditemukan pada cookies dengan perlakuan penambahan kecambah kacang
hijau sebesar 0 %. Sedangkan kadar karbohidrat paling rendah ditemukan pada cookies
dengan perlakuan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 75 %. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antar berbagai perlakuan terhadap kadar
karbohidrat cookies (Lampiran 13). Penghitungan kadar karbohidrat pada percobaan ini
adalah secara by difference dimana dengan adanya peningkatan komposisi kimia yang
lain seperti kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, dan kadar protein maka akan
menurunkan persentase kadar karbohidrat.
Penambahan kecambah kacang hijau menyebabkan peningkatan kadar vitamin E secara
nyata. Semakin banyak penambahan kecambah kacang hijau maka kadar vitamin E akan
semakin meningkat (Tabel 5 dan Gambar 2). Hal ini disebabkan karena kadar vitamin E
pada kecambah kacang hijau relatif tinggi yaitu sekitar 1000 ppm (Astawan, 1992).
Pada proses pemasakan yang normal, menurut Andarwulan (1992), tidak ada kehilangan
vitamin E. Proses pembuatan roti tidak menyebabkan kehilangan vitamin E yang besar
(Andarwulan, 1992). Menurut Andarwulan dan Koswara (cit. Kurniawati et al., 2004),
vitamin E stabil pada suhu 2000C sehingga dalam proses pemanggangan kerusakan
28
Perpustakaan Unika
vitamin E yang terjadi kecil atau bahkan tidak terjadi. Menurut Astawan (2003), taoge
mempunyai vitamin lebih banyak dibanding bentuk bijinya. Selama berkecambah,
vitamin E mengalami peningkatan dari 24 230 mg per 100 gam biji kering menjadi
117 662 mg per 100 gam kecambah.
Analisa sensoris dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap
cookies yang dihasilkan. Parameter yang diujikan meliputi warna, aroma, tekstur,
kerenyahan, rasa, dan kesukaan terhadap cookies secara keseluruhan. Analisa sensoris
ini dilakukan oleh 30 orang panelis tidak terlatih. Karena produk yang dihasilkan
merupakan produk baru, selain itu karena tujuan dari analisa sensoris ini adalah untuk
mengetahui tingkat penerimaan konsumen, maka panelis yang digunakan adalah panelis
tidak terlatih (Kartika et al., 1988).
Berdasarkan hasil analisa sensoris terhadap warna, diketahui bahwa tingkat penerimaan
konsumen terhadap warna menurun dengan bertambahnya kecambah kacang hijau yang
digunakan (Tabel 7 dan Gambar 3). Warna kecambah kacang hijau blender yang
ditambahkan adalah coklat, sehingga semakin banyak kecambah kacang hijau yang
ditambahkan maka warna cookies yang dihasilkan juga semakin coklat (Gambar 4).
Warna yang coklat ini mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen terhadap cookies
yang dihasilkan. Sebagai perbandingan, warna cookies tanpa penambahan kecambah
kacang hijau adalah kuning keemasan. Perlakuan yang masih dapat diterima oleh
konsumen adalah perlakuan pembuatan cookies dengan penambahan kecambah kacang
hijau hingga 50 %.
Penerimaan konsumen terhadap rasa dipengaruhi oleh aroma cookies. Menurut Kartika
et al.
(1988), secara umum makanan yang masuk ke dalam rongga mulut akan
merangsang saraf saraf penerima bau. Dengan demikian, penilaian konsumen terhadap
rasa dan aroma cookies yang dihasilkan akan saling berhubungan. Berdasarkan Tabel 7
dan Gambar 3, diketahui bahwa penerimaan konsumen terhadap rasa dan aroma
semakin menurun dengan bertambahnya jumlah kecambah kacang hijau yang
digunakan. Hal ini disebabkan karena rasa dan aroma dari kecambah adalah langu,
sehingga semakin banyak kecambah kacang hijau yang digunakan akan semakin
29
Perpustakaan Unika
mempengaruhi rasa dan aroma cookies yang dihasilkan. Rasa dan bau langu tersebut
disebabkan oleh kerja enzim lipsigenase. Enzim itu akan bereaksi dengan lemak dan
hasil reaksinya paling sedikit berupa delapan senyawa volatil terutama etil-fenil-keton.
Bau dan rasa langu dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim lipsigenase dengan
panas (Koswara, 1998). Perlakuan yang masih dapat diterima oleh konsumen adalah
perlakuan pembuatan cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau hingga 75 %.
Uji kekerasan yang dilakukan dalam uji fisik berhubungan dengan tingkat kerenyahan
dan tekstur dari cookies. Semakin tinggi nilai kekerasan berarti struktur cookies semakin
padat atau tidak renyah. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada analisa
sensoris terhadap kerenyahan. Semakin banyak penambahan kecambah kacang hijau,
tingkat penerimaan konsumen terhadap kerenyahan akan semakin berkurang (Tabel 7
dan Gambar 3). Umumnya tekstur cookies yang disukai oleh konsumen adalah cookies
yang renyah dan bila dipatahkan akan memiliki tekstur yang tidak terlalu padat.
Perlakuan yang masih dapat diterima oleh konsumen adalah perlakuan pembuatan
cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau hingga 50 %.
Tingkat penerimaan konsumen terhadap kesukaan cookies secara keseluruhan juga
mengalami penurunan dengan meningkatnya kecambah kacang hijau yang ditambahkan.
Dari Tabel 7 dan Gambar 3, diketahui bahwa sebagian besar konsumen lebih menyukai
cookies dengan penambahan kecambah kacang hijau sebesar 0 %. Hal ini dapat dilihat
dari rata rata skor sensoris yang didapatkan (Tabel 7 dan Gambar 3). Perlakuan yang
masih dapat diterima oleh konsumen adalah perlakuan pembuatan cookies dengan
penambahan kecambah kacang hijau hingga 50 %.
Perpustakaan Unika
5. KESIMPULAN
Penambahan kecambah kacang hijau dalam pembuatan cookies akan meningkatkan
nilai bulk density hingga 0,27 g/cm3 dan kekerasan cookies akan meningkat hingga
9,72 N. Sedangkan pengembangannya akan mengalami penurunan hingga 0,79 %.
Penambahan kecambah kacang hijau dalam pembuatan cookies akan meningkatkan
kadar air hingga 7,28 %, kadar abu hingga 1,01 %, kadar serat kasar hingga 8,73 %,
kadar protein hingga 10,36 %, dan kadar vitamin E hingga 625,56 ppm, tetapi akan
menurunkan kadar lemak hingga 23,13 % dan kadar karbohidrat hingga 49,49 %.
Semakin banyak penambahan kecambah kacang hijau maka tingkat penerimaan
konsumen terhadap cookies yang dihasilkan akan semakin menurun. Perlakuan yang
masih dapat diterima oleh konsumen adalah perlakuan pembuatan cookies dengan
penambahan kecambah kacang hijau hingga 50 %.
30
Perpustakaan Unika
6. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, P. (2003). Cookies Welcome Holiday. http://www.abuquerquejournal.com.
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gamedia Pustaka Utama. Jakarta.
Andarwulan, N. (1992). Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta.
Anonimous. (1992). SNI 01-2973-1992. Biskuit. Departemen Perindustrian Republik
Indonesia. Jakarta.
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarnawati & S. Budiyanto. (1989).
Analisis Pangan. IPB Press. Bogor.
Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Tarsito. Bandung.
Astawan,
M.
(2003).
Mari,
Ramai-ramai
Makan
Tauge.
http://www.senior.co.id/kesehatan/ news/senior/gizi/0304/17/gizi.htm. Download : 25
Juni 2004.
Bennion, M. & O, Hughes. (1975). Introduction Foods, 6th edition.Collier McMillan
Publisher.London.
Fance, WJ. (1964). Breadmaking and Flour Confectionery. Routledge and Kegan Paul.
London.
Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. (1994). The Science of Food, an Introduction to
Food Science, Nutrition, and Microb. Diterjemahkan Murdijati. Ilmu Pangan :
Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hoseney, R C. (1994). Principles of Cereal Science and Technology 2nd ed. American
Association of Cereal Chemist Inc. USA.
Ikrawan, Y.
(2005).
Taoge, Kaya
Khasiatnya. http:// www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0305/10/cakrawala/lainnya4.htm.Download : 17 Mei 2005.
Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supantoro. (1988). Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Koswara, S. (1998). Susu Kedelai Tak Kalah dengan Susu Sapi. http://www.indomedia.
com/intisari/1998/agustus/susu.htm
Kristiani, E. B. (2004). Substitusi Dedak Gandum Untuk Memperkaya Serat Makanan
Pada Cookies. Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian vol 1 no 1, halaman 1 8.
Semarang.
31
32
Perpustakaan Unika
Perpustakaan Unika
7. LAMPIRAN
Lampiran 1. Kurva standar vitamin E
Absorbansi
0,0597
0,0721
0,1046
0,1605
0,2697
0,4932
Konsentrasi (ppm)
31,25
62,5
125
250
500
1000
1200
y = 2237.1x - 104.31
R2 = 0.9999
1000
konsentrasi (ppm)
800
Series1
Linear (Series1)
600
400
200
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
absorbansi
33
0.5
0.6
34
Perpustakaan Unika
Umur
Jenis kelamin : L / P
Anda diminta untuk memberikan penilaian terhadap 4 sampel cookies. Adapun
penilaian yang diberikan meliputi warna, aroma, tekstur, kerenyahan, rasa, dan
kesukaan. Berikan penilaian Anda dengan memberikan angka 1 sampai dengan 4 pada
kolom yang telah disediakan sesuai dengan skor yang anda berikan pada masing
masing sampel tersebut untuk setiap parameternya.
Kode sampel
Warna
275
497
518
523
Keterangan :
1 : Sangat tidak suka
2 : Tidak suka
3 : Suka
4 : Sangat suka
Aroma
Tekstur
Kerenyahan
Rasa
Kesukaan
35
Perpustakaan Unika
Parameter
Skala penerimaan
Warna
Aroma
1
0
6
23
1
9
16
4
0
10
14
6
6
13
8
3
Tekstur
0
0
9
21
0
4
24
2
1
17
11
1
18
11
1
0
Kerenyahan
0
0
9
21
0
2
23
5
0
22
6
2
24
6
0
0
1
0
7
22
0
4
19
7
1
11
15
3
16
10
4
0
0
0
4
26
1
2
24
3
1
15
14
0
22
8
0
0
Rasa
Kesukaan
36
Perpustakaan Unika
37
Perpustakaan Unika
38
Perpustakaan Unika
39
Perpustakaan Unika
40
Perpustakaan Unika
Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic
df
Sig.
B.DENSTY 0%
.269
9
.059
25%
.257
9
.088
50%
.240
9
.143
75%
.248
9
.116
a Lilliefors Significance Correction
Statistic
.808
.903
.851
.913
Shapiro-Wilk
df
9
9
9
9
Sig.
.025
.273
.076
.338
Descriptives
B.DENSTY
N
0%
25%
50%
75%
Total
Mean
9
9
9
9
36
Std.
Deviation
.25378
.25978
.26422
.27244
.26256
Std. Error
.000833
.000972
.001202
.000882
.006967
.000278
.000324
.000401
.000294
.001161
ANOVA
B.DENSTY
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
.002
.000
.002
df
Mean Square
3
.001
32
.000
35
F
576.000
.27244
1.000
Sig.
.000
Maximum
.255
.261
.266
.274
.274
41
Perpustakaan Unika
Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic
0%
df
.192
Shapiro-Wilk
Sig.
9
Statistic
df
Sig.
.200(*)
.917
.364
25%
.209
9
.200(*)
50%
.240
9
.144
75%
.269
9
.059
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
.823
.941
.808
9
9
9
.037
.595
.025
Descriptives
N
0%
25%
50%
75%
Total
Mean
9
9
9
9
36
Std.
Deviation
6.933
7.900
9.089
9.722
8.411
Std. Error
.1000
.0866
.1167
.0833
1.0943
.0333
.0289
.0389
.0278
.1824
ANOVA
TEKSTUR
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
41.611
.304
41.916
df
Mean Square
3
13.870
32
.010
35
F
1457.908
9.722
1.000
Sig.
.000
Maximum
7.1
8.0
9.3
9.8
9.8
42
Perpustakaan Unika
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.838
9
.898
9
.807
9
.809
9
Sig.
.055
.239
.024
.026
PENGEMB
N
0%
25 %
50 %
75 %
Total
Mean
9
9
9
9
36
Std. Deviation
16.1625778
12.0240363
7.1711565
.7949206
9.0381728
Std. Error
.23828748
.51195603
.20924728
.23896618
5.81462074
.07942916
.17065201
.06974909
.07965539
.96910346
Upper Bound
16.3457418
12.4175605
7.3319982
.9786063
11.0055574
F
3748.045
Sig.
.000
ANOVA
PENGEMB
Sum of
Squares
1179.985
3.358
1183.344
Between Groups
Within Groups
Total
Df
3
32
35
Mean Square
393.328
.105
PENGEMB
Duncan
PERL
75 %
50 %
25 %
N
9
9
9
1
.7949206
12.024036
3
0%
9
16.1625778
Sig.
1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.
Minimum
Maximum
15.82400
11.45306
6.97388
.57143
.57143
16.43360
12.96653
7.56653
1.14531
16.43360
43
Perpustakaan Unika
Mean
9
9
9
9
36
Std. Deviation
3.0853511
4.1713967
4.9391289
7.2777944
4.8684178
Std. Error
.16286526
.37569066
.35267978
.15316804
1.58386008
.05428842
.12523022
.11755993
.05105601
.26397668
Upper Bound
3.2105404
4.4601781
5.2102226
7.3955298
5.4043189
ANOVA
K.AIR
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
85.277
2.524
87.801
df
3
32
35
Mean Square
28.426
.079
F
360.377
Sig.
.254
.110
.195
.338
Descriptives
K.AIR
0%
25 %
50 %
75 %
Total
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.900
9
.865
9
.889
9
.913
9
N
9
9
9
1
3.085351
1
4.939128
9
Sig.
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.
7.277794
4
1.000
Sig.
.000
Minimum
Maximum
2.81836
3.49431
4.51677
7.10307
2.81836
3.43001
4.60390
5.45664
7.56550
7.56550
44
Perpustakaan Unika
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.951
9
.902
9
.856
9
.919
9
Sig.
.705
.261
.087
.381
Descriptives
K.ABU
N
0%
25 %
50 %
75 %
Total
9
9
9
9
36
Mean
Std. Deviation
.9079867
.9426711
.9673389
1.0143089
.9580764
.06877157
.04647286
.03490381
.08593496
.07129146
Std. Error
.02292386
.01549095
.01163460
.02864499
.01188191
Upper Bound
.9608492
.9783933
.9941683
1.0803643
.9821979
ANOVA
K.ABU
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
.054
.124
.178
df
3
32
35
Mean Square
.018
.004
F
4.643
Sig.
.008
Minimum
Maximum
.80244
.88435
.93254
.91625
.80244
1.03503
1.04528
1.02489
1.16259
1.16259
45
Perpustakaan Unika
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.868
9
.908
9
.842
9
.893
9
Sig.
.116
.305
.061
.216
Descriptives
N
0%
25 %
50 %
75 %
Total
9
9
9
9
36
Mean
Std. Deviation
26.9333389
26.1950767
24.2718633
23.1288100
25.1322722
.91125694
1.02008832
1.29153675
.83724715
1.82105294
Std. Error
.30375231
.34002944
.43051225
.27908238
.30350882
Lower Bound
26.2328848
25.4109674
23.2791003
22.4852449
24.5161166
Upper Bound
27.6337930
26.9791860
25.2646264
23.7723751
25.7484279
K.LEMAK
ANOVA
K.LEMAK
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
82.148
33.920
116.068
df
3
32
35
Mean Square
27.383
1.060
F
25.833
Sig.
.000
Minimum
Maximum
25.92742
25.11572
22.89433
21.94133
21.94133
28.21862
27.92309
26.24152
24.09375
28.21862
46
Perpustakaan Unika
N
9
9
9
9
36
Mean
Std. Deviation
5.8384056
6.7523889
8.0427167
8.7263078
7.3399547
.51975986
.46371135
.59160826
.48632938
1.23883765
Std. Error
.17325329
.15457045
.19720275
.16210979
.20647294
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
45.142
8.574
53.715
df
3
32
35
Mean Square
15.047
.268
F
56.162
25 %
50%
75 %
Upper Bound
6.2379284
7.1088290
8.4974670
9.1001336
7.7591171
ANOVA
K.SERAT
PERLK
0%
Sig.
.540
.686
.069
.666
Descriptives
K.SERAT
0%
25 %
50%
75 %
Total
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.936
9
.950
9
.847
9
.948
9
N
9
9
9
1
5.838405
6
8.042716
7
Sig.
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.
8.726307
8
1.000
Sig.
.000
Minimum
Maximum
4.92793
6.16991
7.47641
8.06842
4.92793
6.56864
7.53592
9.38737
9.68550
9.68550
47
Perpustakaan Unika
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.842
9
.867
9
.879
9
.975
9
Sig.
.060
.115
.154
.935
Descriptives
K.PROT
N
0%
25 %
50%
75 %
Total
9
9
9
9
36
Mean
Std. Deviation
8.3572111
8.7739400
9.6151422
10.3646300
9.2777308
.26673364
.22830390
.45189458
.35627141
.84856993
Std. Error
.08891121
.07610130
.15063153
.11875714
.14142832
Lower Bound
8.1521815
8.5984501
9.2677853
10.0907756
8.9906161
Upper Bound
8.5622407
8.9494299
9.9624991
10.6384844
9.5648456
ANOVA
K.PROT
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
21.567
3.635
25.202
df
3
32
35
Mean Square
7.189
.114
F
63.283
K.PROT
Duncan
PERLK
0%
25 %
50%
N
9
9
9
1
8.357211
1
9.615142
2
75 %
9
10.3646300
Sig.
1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.
Sig.
.000
Minimum
Maximum
8.04788
8.53102
8.75670
9.78325
8.04788
8.67325
9.16321
10.05334
10.96035
10.96035
48
Perpustakaan Unika
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.906
9
.953
9
.948
9
.980
9
Sig.
.288
.725
.670
.963
Descriptives
N
0%
25 %
50 %
75 %
Total
9
9
9
9
36
Mean
Std. Deviation
54.8214533
53.1714544
51.8894133
49.4881489
52.3426175
.89279499
1.19595065
.83236676
.62166353
2.15882436
Std. Error
.29759833
.39865022
.27745559
.20722118
.35980406
Upper Bound
55.5077163
54.0907435
52.5292271
49.9660018
53.0730586
K.KARBH
ANOVA
K.KARBH
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
136.665
26.453
163.118
df
Mean Square
3
45.555
32
.827
35
F
55.107
Sig.
.000
Minimum
Maximum
53.61266
51.33073
50.60228
48.44231
48.44231
55.92693
54.84997
53.01684
50.57625
55.92693
49
Perpustakaan Unika
Shapiro-Wilk
Statistic
df
.954
9
.785
9
.825
9
.941
9
Sig.
.739
.014
.039
.588
Descriptives
N
0%
25 %
50 %
75 %
Total
9
9
9
9
36
Mean
76.1991133
245.8582917
421.6322100
625.9664383
342.4140133
Std. Deviation
2.34213912
12.89794266
31.69446509
12.77545919
207.88421771
Std. Error
.78071304
4.29931422
10.56482170
4.25848640
34.64736962
Lower Bound
74.3987858
235.9440553
397.2696875
616.1463511
272.0761136
Upper Bound
77.9994408
255.7725280
445.9947325
635.7865256
412.7519131
ANOVA
Sum of
Squares
Between Groups 1501837.927
Within Groups
10716.752
Total
1512554.679
df
3
32
35
Mean Square
500612.642
334.899
F
1494.819
N
1
9 76.1991133
9
9
421.632210
0
Sig.
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.
625.966438
3
1.000
1.000
Sig.
.000
Minimum
Maximum
72.64461
214.9242
346.6894
608.6538
72.64461
79.80333
256.9817
455.4124
652.7246
652.7246