TINJAUAN PUSTAKA
penyakit jantung, stroke, katarak, sengatan cahaya matahari, dan gangguan otot
(Mayne 1996). Hal ini berkaitan dengan kemampuannya untuk menangkap radikal
bebas, yang dipercaya sebagai penyebab terjadinya tumor dan kanker (Hongmin et al.
1996). Oleh karena itu, keberadaan senyawa alami tersebut merupakan suatu
kelebihan yang perlu ditonjolkan untuk meningkatkan citra ubi jalar yang selama ini
dianggap sebagai makanan inferior. Warna daging umbi juga turut menentukan jenis
dan kualitas produk yang akan dihasilkan.
Ubi jalar mempunyai komposisi kimia yang kaya karbohidrat, mineral, dan
vitamin (Tabel 2. 1). Vitamin A pada ubi jalar dalam bentuk provitamin A mencapai
7.000 SI/100 g atau dua setengah kali lebih besar dari rata-rata kebutuhan manusia,
terutama ubi jalar yang daging umbinya berwarna orange atau jingga. Demikian juga
untuk vitamin B1, B6, niasin, dan vitamin C, cukup memadai jumlahnya pada ubi
jalar. Ubi jalar mengandung gula antara 2,06,7% dan amilosa sebesar 9,826%.
Kandungan gula yang tinggi memberi rasa manis yang kuat, sedangkan amilopektin
memberikan sifat mempur/lunak.
Menurut Almatsier (2006), Vitamin A esensial untuk kesehatan dan
kelangsungan hidup, karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
infeksi, salah satu akibatnya adalah kematian pada anak, dimana perbedaan kematian
antara anak yang kekurangan dengan yang tidak kekurangan vitamin A kurang lebih
sebesar 30%. Sedangkan menurut Agus ( 2000), suplai vitamin A dapat menurunkan
23% angka kematian akibat ISPA.
Penelitian lain membuktikan fungsi lain dari vitamin A dimana dengan
melakukan percobaan pada tikus bahwa vitamin A sangat berperan penting pada
proses belajar dan daya ingat atau memori. Para peneliti dari Institute for Biological
Studies di La Jolla, California telah membuktikan bahwa vitamin A selain berperan
besar pada pertumbuhan sistem saraf otak janin, juga berperan bagi fungsi otak
seumur hidup manusia (Anonim, 2008).
Selain mengandung zat gizi, ubi jalar juga mengandung senyawa anti gizi.
Salah satu diantaranya, adalah tripsin inhibitor yang dapat menghambat kerja enzim
tripsin sehingga menurunkan tingkat penyerapan protein. Aktivitas tripsin inhibitor
pada ubi jalar berkisar antara 7,642,6 TIU/100 g (Damardjati dan Widowati 1994
dalam Utomo et al. 1999), namun aktivitasnya dapat dihilangkan dengan perlakuan
panas, seperti perebusan, pengukusan maupun penggorengan. Komponen lain adalah
senyawa penyebab flatulensi (kembung) yang umumnya merupakan senyawa
golongan karbohidrat (stachiosa, raffinosa, verbakosa) yang tidak dapat dicerna, lalu
difermentasi oleh bakteri perut menghasilkan gas H2 dan CO2. Namun, keberadaan
senyawa tersebut dapat dikurangi melalui pemasakan.
Pada ubi jalar terdapat senyawa yang tidak berbahaya bagi kesehatan tetapi
dapat mempengaruhi preferensi konsumen terhadap produk olahannya. Senyawa
tersebut berupa ipomeaemarone, furanoterpen, koumarin dan polifenol yang
terbentuk di dalam jaringan pada saat ubi jalar terluka akibat serangan serangga atau
dikupas saat pengolahan karena kontak dengan oksigen (Onwueme 1998). Selain
menimbulkan rasa pahit, senyawa polifenol khususnya juga dapat menyebabkan
warna umbi menjadi gelap/coklat yang dapat terikut pada produk akhirnya. Gambaran
di atas menunjukkan, bahwa sifat fisik dan kimia umbi merupakan informasi yang
penting pada pengembangan teknologi pengolahan ubi jalar sebagai dasar ataupun
penentu kriteria kualitas produk yang dihasilkan dan teknik atau proses yang akan
dilakukan.
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Ubi Jalar Tiap 100 Gram Bahan
Komposisi Kimia
Jenis Warna Daging Umbi
No.
(%)
Putih
Kuning
Orange
1. Energi (kal)
123,0
136,0
123,0
2. Protein (g)
1,8
1,1
1,8
3. Lemak (g)
0,7
0,4
0,7
4. Karbohidrat/pati (g)
27,9
32,3
27,9
5. Serat (g)
27,9
6. Abu (g)
1,2
7. Air (g)
68,5
68,5
68,5
8. Kalium (mg)
30,0
57,0
30,0
9. Fosfor (mg)
49,0
52,0
49,0
10. Natrium (mg)
5,0
11. Calsium (gr)
393,0
12. Niacin (mg)
0,6
13. Vitamin (A) (IU)
60,0
900,0
7.700,0
14. Vitamin B1 (mg)
0,9
0,1
0,9
15. Vitamin B2 (mg)
0,04
16. Vitamin (C) (mg)
22,0
35,0
22,0
Sumber : Depkes RI 1981 dalam Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan (2002).
lama, dan sesuai dengan tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Winarno,
2000).
Komposisi kimia tepung ubi jalar tergantung pada varietas ubi jalar dan
lingkungan. Hasil pengamatan warna dan analisis proksimat tepung dari ketiga
varietas ubi jalar yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.2. Komposisi Kimia Tepung Ubi Jalar
No.
Parameter
Tepung ubi jalar Tepung ubi jalar
(%)
putih
Orange
1. Kadar air
10,99
6,77
2. Kadar abu
3,14
4,71
3. Protein
4,46
4,42
4. Lemak
1,02
0,91
5. Karbohidrat
84,83
83,19
6. Serat
4,44
5,54
Tepung ubi
jalar ungu
7,28
5,31
2,79
,81
83,81
4,72
2.2. Biskuit
2.2.1. Pengertian Biskuit
Menurut Masye Manaffe (1999) biskuit merupakan sejenis makanan yang
terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain dengan proses
pencetakan dan pemanasan.
Dalam SNI. 01.2973.1992 biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat
dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan
pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di
ijinkan. Biskuit dapat dikelompokkan menjadi :
a)
Biskuit Keras
Biskuit keras adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, berbentuk
pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, dapat berkadar
lemak tinggi atau rendah.
b)
Biskuit Crackers
Crackers adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, melalaui proses
fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah ke asin dan
renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis.
c)
Cookies
Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak
tinggi dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat.
d)
Wafer
Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar,
renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga.
dalam pembuatan biskuit yaitu dapat berasal dari lemak susu (butter) atau dari lemak
nabati (margarine) atau campuran dari keduanya (Hanny Wijaya, 2002). Lemak yang
digunakan dalam pembuatan biskuit harus memiliki daya stabilitas yang tinggi karena
biskuit akan disimpan dalan waktu lama dan biskuit mudah tengik.
5) Air
Biskuit keras memerlukan air sekitar 20% dari berat tepung. Air dalam
pembuatan biskuit
Dikupas
Blender
Adonan dipipihkan
setebal 2 mm
Gambar 1 :
Skema Proses Pembuatan Biskuit Ubi Jalar
Sumber : Mufidasari, 2008
Klasifikasi Biskuit
Normal
Normal
Normal
Normal
Maks.5
Min.8
Maks.2
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
Maks 10,0
Maks 1,0
Maks 40,0
Maks 0,05
Maks 0,5
Maks 1,0x106
Maks 20
<3
Maks 1,0x102
Biskuit
Ubi jalar Orange