Scbjab
Scbjab
3.
Stadium 2: Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga
hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah
satu sisi leher.
4.
Stadium 3: Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua
sisi leher
5.
Stadium 4: kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah.
Konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat karsinogen
dapat mengaktifkan Virus Epstein Barr ( EBV). Ini akan menyebabkan terjadinya
stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol, sehingga terjadi
differensiasi dan proliferasi protein laten (EBNA-1). Hal inilah yang memicu
pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, dalam hal ini terutama pada fossa
Rossenmuller.
3.
Gejala nasofaring
Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung.
Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius
(fosa Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan pada tuba
eustachius seperti tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di
telinga (otalgia)
Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen
laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia,
juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan
sensorik. Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII
4.
1.
2.
3.
4.
jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson.
Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.
Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid
yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan
tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi
virus E-B.
Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal
dengan Xylocain 10 %.
Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1.
2.
mitomycin
dan
5-fluorouracil
oral
sebelum
Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu
tertentu.
b.
Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan
makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging
dan ikan).
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
e.
1)
2)
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan. Apakah ada perubahan
kepuasan pada pasien. Biasanya pasien akan mengalami gangguan pada
hubungan dengan pasangan karena sakit yang diderita.
Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan pasien saat ada masalah. Apakah pasien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres. Biasanya pasien akan
sering bertanya tentang pengobatan.
Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap pasien menghadapi penyakitnya.
Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan pasien. Biasanya
pasien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher.
Pemeriksaan THT
Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
Rinoskopia anterior
Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak
sekret.
Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup
sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
Rinoskopia posterior
Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak
menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat.
Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
Faringoskopi dan laringoskopi
2.
1.
2.
3.
4.
3.
N
o
Diagnosa
Nyeri kronisberhubu
ngan
dengan pembengka
kan
jaringan oleh
karsinoma
nasofaring.
Tujuan
Intervensi
Setelah
dilakukan Manajemen nyeri :
askep selama x Lakukan
pegkajian
24
jam tingkat nyeri
secara
kenyamanan pasie komprehensif termasuk
n meningkat, dan lokasi,
karakteristik,
dibuktikan
dengan durasi,
frekuensi,
level nyeri: pasien kualitas
dan
faktor
dapat
melaporkan presipitasi.
nyeri pada petugas, Observasi
reaksi
frekuensi
nyeri, nonverbal
dari
ekspresi wajah, dan ketidaknyamanan.
menyatakan
Gunakan
teknik
kenyamanan
fisik komunikasi terapeutik
dan psikologis, TD untuk
mengetahui
120/80 mmHg, N: pengalaman
nyeri
60-100 x/mnt, RR: pasien sebelumnya.
16-20x/mnt
Kontrol
faktor
Control
lingkungan
yang
nyeri dibuktikan
mempengaruhi
nyeri
dengan
pasien seperti suhu ruangan,
melaporkan
gejala pencahayaan,
nyeri dan control kebisingan.
nyeri.
Kurangi
faktor
presipitasi nyeri.
Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis)..
Ajarkan
teknik
non
farmakologis (relaksasi,
distraksi
dll)
untuk
mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi
tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
Kolaborasi
dengan
dokter
bila
ada
komplain
tentang
pemberian
analgetik
tidak berhasil.
Monitor
penerimaan
pasien
tentang
manajemen nyeri.
Administrasi
analgetik :.
Cek
program
pemberian analogetik;
jenis,
dosis,
dan
frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan
analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
analgetik.
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat
nyeri muncul.
Evaluasi
efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2
Perubahan nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
denganketidakmam
puan menelan.
Setelah
dilakukan Manajemen Nutrisi
askep selama24 kaji pola makan pasien
jam
pasien Kaji
adanya
alergi
menunjukan status makanan.
nutrisi
Kaji
makanan
yang
adekuat dibuktikan disukai oleh pasien.
dengan BB stabil Kolaborasi dg ahli gizi
tidak terjadi mal untuk
penyediaan
nutrisi,
energi
masukan
adekuat
dan kalori.
3
Setelah
dilakukan
Peningkatan harga diri:
askep selama24 Monitor
pernyataan
jam
pasien pasien tentang harga
menerima keadaan diri
dirinya
Anjurkan pasien utuk
Dengan criteria :
mengidentifikasi
Mengatakan
kekuatan
penerimaan diri & Anjurkan kontak mata
keterbatasan diri
jika
berkomunikasi
Menjaga
postur dengan orang lain
yang terbuka
Bantu
pasien
Menjaga
kontak mengidentifikasi respon
mata
positif dari orang lain.
Komunikasi terbuka Berikan
pengalaman
Menghormati orang yang
meningkatkan
lain
otonomi pasien.
Secara
seimbang Fasilitasi
lingkungan
dapat berpartisipasi dan
aktivitas
dan mendengarkan meningkatkan
harga
dalam kelompok
diri.
Menerima
kritik Monitor
frekuensi
yang
pasien
mengucapkan
konstruktifMenggam negatif
pada
diri
barkan keberhasilan sendiri.
dalam
kelompok Yakinkan
pasien
social
percaya
diri
dalam
Menggambarkan
menyampaikan
kebanggaan
pendapatnya
terhadap diri
Anjurkan pasien untuk
tidak mengkritik negatif
terhadap dirinya
Jangan
mengejek
/
mengolok olok pasien
Sampaikan percaya diri
terhadap kemampuan
pasien
mengatasi
situasi
Bantu
pasien
menetapkan
tujuan
yang realistik dalam
mencapai peningkatan
harga diri.
Bantu pasien menilai
kembali
persepsi
negatif
terhadap
dirinya.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan
tanggung
jawab
terhadap dirinya.
Gali
alasan
pasien
mengkritik diri sendiri
Anjurkan
pasien
mengevaluasi
perilakunya.
Berikan reward kepada
pasien
terhadap
perkembangan dalam
pencapaian tujuan
18. Monitor tingkat harga
diri
4
Kerusakan
Setelah
dilakukan Kaji kulit dengan sering
integritas
kulit askep selama 324 untuk mengetahui efek
berhubungan
jam
diharapkan samping kanker
dengan efek yang integritas
kulit Mandikan
dengan
ditimbulkan
oleh pasien terjaga
menggunakan
air
radioterapi
Dengan criteria :
hangat atau sabun
kulit pasien nampak Anjurkan pasien untuk
bersih
menghindari krim kulit
apapun, bedak, salep
kecuali diijinkan oleh
dokter
Hindari pakaian yang
ketat
pada
tersebut
daerah
4.
IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien.
5. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.