Disusun oleh :
Kehidupan Sosial
Mata pencaharian
Dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh rajaraja Bali dapat diketahui mengenai kehidupan dan
mata pencaharian masyarakat Bali. Umumnya
penduduk pulau Bali sejak zaman dahulu hidup
terutama dari bercocok tanam. Dalam prasasti Songan
Tambahan salah sebuah prasasti dari raja Marakata
ada disebutkan istilah-istilah yang berhubungan
dengan cara mengolah sawah dan menanam padi
yaitu : amabaki, atanem, amantum, ahani, anutu.
Proses penanaman padi pada waktu itu disebut
sebagai berikut, yaitu dimulai dengan mbakaki
(pembukaan tanah), kemudian mluku (membajak
tanah), tanem (menanam padi), mantum (menyiangi
padi), ahani (menuai padi) dan nutu (menumbuk Padi).
Kesusastraan
Untuk mengetahui mengenai keadaan dan
perkembangan kesusastraan pada kerajaan
Bali , maka perlu mengetahui hubungan
sejarah dan kekeluargaan antara Bali dan
Jawa Timur pada masa itu. Hasil-hasil
kesusastraan yang diciptakan di Bali baru
mulai bermunculan pada waktu
pemerintahan Dalem Waturenggong (14601550). Lebih-lebih setelah pustakaan
Majapahit banyak dibawa ke Bali. Pada
zaman itulah datang ke Bali Danghyang
Nirartha (Pedanda Sakti Wau Rauh) yang
mengarang banyak kitab-kitab kesusastraan.
KESENIAN
Dalam pandangan masyarakat pada
umumnya, pengertian kesenian (seni)
sering disamakan begitu saj, malah sering
dikacaukan dengan keindahan. Kita sering
pula berpendapat bahwa semua yang indah
itu bernilai seni. Jadi pengertian kesenian
dan keindahan berbauran saja tanpa ada
pembatasannya. Sebenarnya tidak semua
yang indah itu bernilai seni, sebab ada
keindahan yang merupakan atau yang
tidak termasuk karya seni, atau sebaliknya
tidak semua kesenian (karya seni) itu
indah.
Seni bangunan
Prasasti-prasasti cukup banyak menyebutkan namanama bangunan khususnya bangunan suci keagamaan,
disamping itu juga bangunan suci sebagai pedharman
seorang raja atau pejabat tinggi kerajaan atau juga
seorang permaisuri kerajaan. Tetapi sayang banyak
tempat yang disebutkan dalam prasasti sebagai tempat
lumah (wafat) seorang raja atau permaisuri raja belum
diketahui lokasinya hingga sekarang. Selain jenis
bangunan tersebut, juga ditemukan jenis bangunan yang
disebut wihara atau pertapaan. Semua jenis bangunan
yang merupakan peninggalan dari zaman kuno itu
beberapa diantaranya masih dapat ditemukan sampai
saat ini antara lain : Prasada di Pura Magening
(Tampaksiring), kompleks percandian Gunung Kawi, Goa
Gajah, Wihara-wihara/pertapaan-pertapaan di sepanjang
sungai Pakerisan dan Kerobokan dan lain sebagainya.