Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan Reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak
diangkatnya materi tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependidikan
dan Pembangunan (International Conference on Population and Development,
ICPD) di Kairo, Mesir. Sekitar 180 negara berpartisipasi dalam konferensi tersebut.
Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma
dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas/keluarga bencana menjadi
pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi. Perubahan paradigma ini
menempatkan manusia menjadi subyek, berbeda dari sebelumnya yang
menempatkan manusia sebagai obyek.
Di tingkat internasional tersebut telah disepakati definisi kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Karenanya setiap individu
mempunyai hak untuk mengatur jumlah keluarganya, kapan mempunyai anak, dan
memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi, sehingga dapat
memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi lainnya, seperti pelayanan atenatal, persalinan, nifas dan
pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja dan lain-lain, perlu dijamin.
Menurut WHO masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk
telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang pada wanita
diseluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan masalah reproduksi
pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia yang sama dengan kaum

wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa keputihan pada wanita di dunia, Eropa,
dan di Indonesia cukup tinggi.
Diperkirakan 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan sekali
dalam hidupnya. Pada vagina terdapat mekanisme pertahanan terhadap benda
asing. Kelenjar pada vagina dan serviks / leher rahim menghasilkan sekret yang
berfungsi sebagai pelindung yang alami untuk mengalami gesekan pada dinding
vagina saat berjalan dan pada saat berhubungan seksual. 95% kasus kanker leher
rahim pada wanita indonesia ditandai dengan keputihan atau leucorrhea atau fluor
albus.
Penyebab keputihan bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi
(oleh kuman, jamur, parasit, virus), adanya benda asing dalam liang senggama,
gangguan hormonal, kelainan didapat atau bawaan dari alat kelamin wanita, adanya
kanker atau keganasan pada alat kelamin, terutama dileher rahim. Penyebab infeksi
pada keputihan bisa saja disebabkan oleh gabungan dari beberapa mikroorganisme.
Pembuatan diagnosis yang akurat bisa sangat sulit, sehingga upaya pengobatan juga
menjadi kompleks.
Dengan memperhatikan prevalensi dari masalah keputihan pada wanita
diperlukan adanya penanganan yang komprehensif demi kesejahteraan kesehatan
reproduksi wanita.

1.2 Tujuan Penulisan


Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan yang tepat tentang keputihan pada wanita.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi
khususnya dalam ruang lingkup kebidanan
2. Dokumentasi asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada kasus dengan
gejala keputihan
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan pendahuluan ini adalah kesehatan reproduksi pada
wanita
2

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam karya tulis ini susunan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik
yang dinyatakan pada judul karya tulis ilmiah itu dikaji.
2. Tinjauan Pustaka
Bagian ini berisi kajian teori dari topik kasus yang dinyatakan pada
judul karya tulis ilmiah itu dikaji
3. Kerangka konsep Asuhan Kebidanan
Bagian ini berisi pola pikir penulis dalam melakukan asuhan
kebidanan, yaitu asuhan kebidanan teoritis
4. Asuhan

kebidanan

pada

wanita

dengan

masalah

keputihan

(Leucorrhea)
Bagian ini berisi data-data dari keseluruhan manajemen asuhan
kebidanan melingkupi 7 langkah Varney yang didokumentasikan
dengan metode S-O-A-P
5. Pembahasan
Bagian ini berisi analisa dan pembahasan keterkaitan faktor-faktor dari
data yang diperoleh dari kasus di lahan, penyelesaian masalah dari
kasus, dan hasil penyelesaian masalah pada kasus
6. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap masalah pada
kasus yang dinyatakan pada karya tulis ilmiah ini

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Definisi Keputihan (Leucorrhoea)
Keputihan yang dalam ilmu kedokteran disebut flour albus, leucorrhea, atau
white

discharge

merupakan

gejala

umum

hampir

semua

penyakit

kandungan,sehingga keputihan bukanlah penyakit tersendiri, tetapi manifestasi


klinis dari berbagai penyakit. Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat
genetalia yang bukan darah. Cairan (discharge) bisa berwarna putih, kuning atau
kehijauan, yang merupakan tanda patologis infeksi bawah pelvis.

2.1.2 Etiologi
Menurut Sibagariang E. (2010) keputihan yang fisiologis terjadi pada :
a) Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormone
esterogen dan progesteron sang ibu.
b) Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid, hal ini ditunjang
oleh hormon esterogen.
c) Setiap wanita yang mengalami kegairahan seksual, hal ini berkaitan
dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat senggama.
d) Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.
e) Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah kedaerah vagina
dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
Penyebab utama keputihan yang abnormal adalah infeksi vagina atau serviks
atau infeksi pada keduanya . Penyebab infeksi vagina adalah Gardnerella vaginalis,
Trichomonas vaginalis, dan Candida albicans. Infeksi utama pada serviks yang
menyebabkan keputihan adalah Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis,

dan Herpes simplex. Dalam gadis prapubertas, N. gonorrhoeae menyebabkan


infeksi pada vagina lebih sering daripada infeksi serviks.
Selain itu terdapat tiga infeksi yang paling sering menyebabkan vaginitis
adalah kandidiasis, trikomoniasis dan vaginosis bakterial, sedangkan servisitis
disebabkan oleh gonore dan klamidia. Penyebab infeksi pada keputihan bisa saja
disebabkan oleh gabungan dari beberapa mikroorganisme
Keputihan yang patologis terjadi disebabkan oleh (Sibagariang E., 2010):
a. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini
dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi yakni:
1. Jamur, jenis jamur Candida albicans adalah jamur paling sering
menyebabkan keputihan. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan
infeksi jamur candida seperti : pemakaian obat antibiotika atau
kortikosteroid yang lama, kehamilan, kontrasepsi hormonal, penyakit
diabetes militus, penurunan kekebalan tubuh karena penyakit kronis, selalu
memakai pakaian ketat dan dari bahan yang sukar menyerap keringat.
2. Bakteri
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah : Gonokokus,
Clamidia trakomatis, Gardnerella, dan Treponema pallidum.
3. Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trikomonas vaginalis,
penularan terjadi lewat koitus
4. Virus
Sering disebabkan oleh Human papiloma virus (HPV) dan Herpes
Simpleks. HPV ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan
tanpa rasa gatal.
b. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
c. Benda asing
Kondom yang tertinggal atau pesarium untuk penderita hernia atau prolaps
uteri dapat merangsang sekret vagina berlebih.
d. Neoplasma jinak

Keputihan yang timbul disebabkan oleh peradangan yang terjadi karena


pertumbuhan tumor jinak ke dalam lumen.
e. Kanker
Gejala keputihan yang timbul karena kanker ialah cairan yang banyak berbau
busuk serta terdapat bercak darah yang tidak segar. Darah yang keluar
disebabkan oleh tumor yang masuk ke dalam lumen saluran genital
kemudian tumbuh secara cepat dan abnormal serta mudah rusak sehingga
terjadi pembusukan dan pendarahan.
f. Menopause
Pada wanita menopause hormon esterogen telah berkurang sehingga vagina
menjadi kering sehingga menyebabkan gatal yang memicu untuk terjadi luka
kemudian infeksi.
g.

Hubungan seksual
Pada infeksi T.vaginalis, Chlamydia trachomatis, N.gonorrhea penularan
terjadi melalui hubungan seksual. Multiple sexual partner menjadi penyebab
dari penularan infeksi mikroorganisme atau parasit pada alat genetalia.

h.

Vaginal douching
Douching berasal dari kata douche yang dalam bahasa prancis berarti
membasuh. Douching berarti membasuh atau membilas vagina (genitalia
wanita)

dengan

semprotan

air

atau

campuran

cairan

lainnya .

Vaginal douching akan mematikan flora normal yang ada dalam alat genetalia
sehingga bisa menyebabkan keputihan patologis, selain itu dapat mengubah
pH normal vagina sehingga memungkinkan Gardnerella vaginal penyebab
bakterial vaginosis menginfeksi vagina.
i.

Personal hygiene yang buruk


Wanita yang kurang menjaga kebersihan daerah genetalia akan rentan
terinfeksi mikroorganisme.

j.

Tingkat ekononomi rendah


Status ekonomi rendah berhubungan dengan personal hygiene dan tingkat
stress wanita sehingga bisa menjadi factor pemicu keputihan

k.

Penggunaan kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi berupa pil dalam dosis tinggi dapat memicu keputihan patologis
yang disebabkan pertumbuhan berlebih dari Candida.
l.

Terapi hormonal
Terapi hormonal pengganti estrogen dapat menjadi faktor risiko terjadinya
keputihan karena pertumbuhan abnormal Candida albicans

m. Penggunaan antibiotika
Antibiotik spectrum luas tetrasiklin dan coaxmocilav, penisilin bisa memicu
keputihan yang berlebihan
n.

Penyebab non-infeksi dari keputihan meliputi atrofi vagina, benda asing,


keganasan, kontak dermatitis, atau iritasi mekanis atau kimia lainnya. Sebuah
alat kontrasepsi dalam rahim kadang-kadang dapat menyebabkan keputihan
yang berkaitan dengan infeksi kronis pada servisitis atau endometritis.
Menurut sumber lain keputihan dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain

,yaitu : konstitusional, kelainan endokrin, inflamasi, dan penyakit-penyakit lain


didaerah genital wanita. Konstitusi adalah suatu keadaan seperti iron deficiency
anemia, tuberculosis, nefritis kronis yang menyebabkan gangguan sirkulasi.
Endokrin menyebabkan hipersekresi dari kelenjar servikal

yang dapat

menyebabkan leukorrea (keputihan), seperti perubahan endokrin yang diakibatkan


siklus menstruasi.
Inflamasi berdasarkan lokasi dibagi kepada vulvitis, vaginitis, serviksitis,
endometritis, dan salphingitis. Keputihan juga dapat disebabkan oleh penyakit lokal
disekitar alat genital wanita.
Tabel 1 Penyebab (Etiologi) Vaginal Discharge

Sexually transmitted infections

Iatrogenic

Chlamydia

Drug induced

Gonorrhea

Foreign body

Trichomonas
Herpes simplex infection
Other Infections

Malignancy

Candida infections

Cervical cancer

Bacterial vaginosis

Endometrial cancer

Toxic shock syndrome


Deaquamative

Vaginal cancer

inflammatory

vaginitis
Physiological

Other

Pregnancy

Fistula

Atrophic vaginitis

Pyometra
Dermatological conditions

2.1.3 Klasifikasi
Leucorrhoea menjadi fisiologis bila dikaitkan dengan siklus mentruasi.
Perubahan epitel vagina, perubahan flora bakteri normal di vagina dan pH sekresi
vagina sebagai faktor predisposisi keputihan fisiologis. Keputihan menjadi keadaan
patologis bila menyebabkan sakit punggung, gatal dan rasa terbakar pada vulva.
Keputihan patologis dapat disebabkan infeksi mikroorganisme seperti Trichomonas
vaginalis, Candida albicans atau infeksi gabungan berbagai mikroorganisme, dan
sering dihubungkan dengan vulvovaginitis, lesi pada dinding vagina, serviks dan
uterus.
Leucorrhoea patologis yang disebabkan Candida albicans bisa menyebabkan
nyeri sesudah berhubungan (dispareunia). Pada pemeriksaan ringan tampak
hiperemia di daerah labia minora, introitus vagina, dan vagina terutama 1/3 bagian
bawah. Sering pula terdapat kelainan yang khas yaitu bercak-bercak putih
kekuningan.
a. Keputihan yang fisiologis
Keputihan yang fisiologis adalah cairan jernih,tidak berbau dan tidak gatal.
Keputihan fisiologis cairan jernih yang mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang. Keputihan fisiologis muncul pada saat ovulasi, rangsangan
seksual, menjelang dan sesudah haid, atau pengaruh hormon.
b. Keputihan patologis
Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung
banyak leukosit. Eksudat yang terjadi karena adanya luka, cairan yang muncul
8

bewarna, jumlahnya berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas dan
menyebabkan luka didaerah mulut vagina. Keputihan patologis muncul karena
infeksi vagina, keganasan reproduksi, bisa juga karena benda asing dalam
vagina.
2.1.4 Patogenesis
Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri yang dominan dalam ekosistem
vagina. Lactobacillus membantu mempertahankan pH vagina normal (3,5 4,5)
dengan memproduksi asam laktat, yang menyeimbangkan ekosistem vagina.
Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang awalnya
bersifat asam menjadi lebih basa. pH asam pada genital wanita berfungsi sebagai
mekanisme pertahan alat genital terhadap patogen-patogen didaerah tersebut, pH
yang berubah menjadi basa tidak hanya menyebabkan patogen bisa mengivasi
daerah genital tetapi juga flora-flora normal yang ada pada daerah genital menjadi
bersifat patogen. Adanya keadaan ini menyebabkan vagina mengeluarkan sekret
yang tergantung kepada penyebab ataupun mikroorganisme yang menyebabkan
keputihan. Manifestasi dari keputihan tergantung kepada penyebab keputihan.
2.1.5 Manifestasi Klinik
Keputihan mempunyai berbagai penyebab infeksi, salah satu cara memastikan
mikroorganisme penyebab keputihan adalah dengan melihat discharge-nya:
a. Bakteri gejala : cairan bau amis (fishy, pH 6-7), warna putih atau abu
abu
b. Parasit gejala : cairan bau amis (fishy, pH 6-7), warna hijau atau kuning
c. Jamur gejala : cairan berwarna putih berbusa, pH <4,5
d. Penyebab lain : cairan berwarna putih berbusa, pH >4,5
Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang
hebat, dan pengeluaran sekret (Brooks et al.,2004). Pada kondisi yang berat dapat
pula terasa panas, nyeri sesudah berhubungan (dispareunia). Pada pemeriksaan
ringan tampak hiperemia di daerah labia minora, introitus vagina, dan vagina
terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan yang khas yaitu bercakbercak putih kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan

sebagai kepala susu bewarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari
massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina terdiri atas bahan nekrotik, selsel epitel dan jamur.
Menurut Soedarmadi (2007), gejala khas kandidiasis adalah gatal, keputihan
tidak berbau atau berbau asam ,sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Chandeying, keluhan yang spesifik untuk KV adalah sekret genital seperti kepala
susu (dengan sensitivitas dan spesifisitas 72% dan 100%).
Untuk bakterial vaginosis (BV), keluhan yang bermakna dan spesifik adalah
secret berwarna abu-abu, homogen dan banyak. Bau busuk tidak spesifik karena
kandidiasis dan trikomoniasis juga memberikan hubungan yang bermakna
(p<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chandeying, V. ,
dimana keluhan yang spesifik untuk BV adalah sekret genital homogen(dengan
sensitivitas dan spesifisitas94% dan 88%) , sedangkan menurut Luthra (2008),
keluhan utama untuk BV adalah sekret encer, putih keabuan dan berbau busuk.
Pelvic inflammatory disease (PID) bisa terjadi ketika penderita mengalami
penyakit menular seksual yang berpindah ke organ reproduksi sehingga
menyebabkan infeksi.
Penderita dapat mengeluh sakit saat berkemih (dysuria) karena uretra
terinfeksi oleh organisme seperti Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia
trachomatis. Terkadang nyeri buang air kecil dapat berhubungan dengan infeksi
vagina, seperti infeksi jamur. Disuria internal (sakit di dalam di tubuh)
menunjukkan infeksi saluran kemih, gonore, atau klamidia . Disuria eksternal (sakit
di labia) menunjukkan iritasi vulvovaginal dengan rasa seperti terbakar saat buang
air kecil. Trichomonas dan vaginosis bakteri keduanya dapat menyebabkan dysuria,
biasanya eksternal. Herpes dapat menyebabkan dysuria eksternal intens dan
pruritus.
Keluhan gatal paling banyak dilaporkan pada infeksi Candida, kedua karena
infeksi trichomonas , dan jarang pada vaginosis bakteri. Selain gatal keputihan
patologis menyebabkan bau pada daerah genetalia, Vaginosis bakteri memiliki bau
amis, trichomonas berbau busuk. Reaksi inflamasi yang intens jamur atau
trichomonas dapat menyebabkan dyspareunia.

10

Tabel 2 Manifestasi Klinik berdasarkan Etiologi


Etiologi

Warna

Konsistensi

Jumlah

Bau

Ovulasi, estrogen

jernih

berlendir

+++

susu

Kental

++++

merangsang

+++

apek

tinggi, stress
Servicitis,
vaginitis

melengket

(Corynebacterium
vaginalis)
Candida albicans

putih

Encer
berbintik

Infeksi bakteri

Merah muda

serous

+++

Kuning

berbusa

++++

busuk

coklat

Seperti air

+++

lembab

Ulkus vagina,

Abu-abu

encer

++++

busuk

servicitis

dengan

piogenik, trauma

goresan

pesarium

darah

nonspesifik
(hipoestrogenism)
T.vaginalis

kehijauan
Vaginitis
servisitis
stenosius serviks
endometriris
neoplasma, post
radiasi

2.1.4 Diagnosa
1. Data subjektif meliputi anamnesa kepada klien tentang riwayat
kesehatannya meliputi
a) Biodata klien

11

Terdapat data usia, pada wanita usia lebih tua diperhatikan kemungkinan
keganasan terutama kanker serviks. Terdapat data alamat klien dimana bisa
kita telusuri bagaiman kondisi lingkungan klien, karena kondisi lingkungan
berpengaruh pada personal hygiene klien
b) Keluhan utama klien
Sejak kapan mengalami keputihan penting diketahui, tanyakan apakah
keputihan yang akut, kronis, atau sering berulang. Keputihan yang lama
cenderung karena infeksi bakteri, jika patologis, atau hanya keputihan
fisiologis. Dari keluhan utama didapat keterangan warna dan bentuk
keputihan. Dapat digali lebih spesifik tentang keputihan yang menyebabkan
gatal (pruritus), disuria internal yang (terasa sakit dalam tubuh), disuria
eksternal (terasa sakit di labia), sakit saat berhubungan (dyspareunia),
iritasi, dan bau tak sedap dari genetalia.
c) Riwayat Menikah
Berhubungan dengan jumlah pasangan seksual, beberapa infeksi
mikroorganisme menular lewat hubungan seksual. Usia saat menikah perlu
dikaji karena usia terlalu muda saat menikah menjadi faktor predisposisi
keputihan yang abnormal
d) Riwayat menstruasi
Klien dalam masa mentruasi atau menopause perlu diperhatikan karena
berhubungan dengan status hormonal klien. Infeksi jamur sering terjadi
sebelum menstruasi, trichomonas setelah menstruasi. Gonore naik ke
saluran atas saat post-menstruation. Wanita pada pasca menopause
cenderung terinfeksi jamur candida atau kebanyakan karena penyebab noninfeksi
e) Metode kontrasepsi yang dipakai, pada penggunaan kontrasepsi hormonal
dapat meningkatkan sekresi kelenjar serviks yang dapat diperparah dengan
adanya infeksi jamur. Kehamilan dan pil KB menjadi faktor predisposisi
infeksi jamur.
f) Riwayat kesehatan

12

Adanya demam atau sakit perut harus dikaji. Jika ada keluhan demam atau
sakit perut, mungkin saja gonore, klamidia, dan infeksi saluran kelamin
bagian atas, atau infeksi saluran kemih. Herpes primer juga dapat
menyebabkan demam dan malaise. Vaginitis seharusnya tidak memiliki
gejala sistemik. Dapat digali apakah klien pernah sakit yang perlu
menggunakan antibiotic seperti tetrasiklin atau coamoxiclav, atau
penggunaan antibiotik penisilin yang diresepkan oleh dokter gigi.
g) Kontak seksual, merupakan salah satu penyebab penyebaran penyakit.
h) Pola kebiasaan sehari-hari
Perilaku, cara suka tukar menukar alat mandi atau handuk, serta cara
membilas vagina (vaginal douching) yang salah juga merupakan faktor
terjadinya keputihan.
2.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berguna untuk mendeteksi adanya kemungkinan
penyakit kronis. Pemeriksaan fisik yang khusus yang harus dilakukan
adalah pemeriksaan genital yang meliputi : inspeksi dan palpasi genital
eksterna, pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks,
pemeriksaan pelvis bimanual.
Pemeriksaan panggul yang komprehensif diperlukan untuk diagnosis yang
akurat dari keputihan. Perhatian khusus harus diarahkan untuk mencari
vesikel herpes dan dermatitis kontak pada alat kelamin eksternal. Dinding
vagina harus diperiksa untuk eritema dan adanya discharge. Carilah
mucopus di endoserviks dengan membersihkan ectocervix dengan swab,
memasukkan swab steril kecil di endoserviks, dan mencatat adanya nanah
kuning pada kapas.

3. Pemeriksaan laboratorium
Penentuan pH, menggunakan kertas indikator (normal 3,0 4,5)
Penilaian sediaan basah,dengan KOH 10% dan garam fisiologis.
Trichomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis
sebagai parasit berbentuk lonjong dengan flagellnya dan gerakannya
yang cepat. Sedangkan Candida albicans dapat dilihat jelas dengan

13

KOH 10% tampak sel ragi (blastospora). Pada infeksi Gardnerella


vaginalis akan dijumpai clue cell yang merupakan ciri khasnya.

Pewarnaan gram.

Kultur, untuk menentukan kuman penyebab.

Pemeriksaan serologis, untuk mendeteksi Herpes genitalis dan Human


Papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.

Pap smear test, tes ini ditunjukkan untuk mendeteksi adanya keganansan
pada serviks, infeksi termasuk Human Papiloma virus, peradangan, sitologi
hormonal dan evaluasi hasil terapi.

2.1.4

Penatalaksanaan

1. Parasit
Pada infeksi Trichomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg
peroral selama 10 hari, dapat juga dengan Klotrimazol 1x100 mg
intravaginal selama 7 hari.
2. Jamur
Pada infeksi Candida albicans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit
intravaginal selama 14 hari, obat lainnya Itrakonazol 2x200 mg peroral
dosis sehari.
3. Bakteri
Untuk Gonokokus dapat diberikan Tetrasiklin 4x250 mg peroral/hari selama
10 hari, untuk Gradnerella vaginalis diberikan Clindamycin 2x300mg
peroral/hari selama 7 hari, Klamidia trachomatis diberikan Tetrasiklin
4x500 mg peroral/hari selama 7-10 hari, dan Treponema palladium
diberikan Benzatin Penisilin G 24 juta unit IM dosis tunggal atau
Doksisiklin 2x200 mg peroral selama 2 minggu.
4. Virus
Pada virus Herpes tipe 2,diberikan obat topical larutan neutral 1% atau
larutan proflavine 0,1%, pada Human Papiloma virus pemberian vaksinasi
mungkin cara pengobatan yang rasional untuk infeksi virus ini (namun
vaksinasi ini masih dalam penelitian), kemudian pemberian suntikan

14

interferon dan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0,5% baik
untuk Kondiloma akuminata.

15

2.1.5 Skema Perjalanan Penyakit (Pathway)

16

BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA
WANITA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI
I.

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
a. Nama Klien dan Suami
Untuk mengetahui identitas klien.
b. Usia Klien dan Suami
Untuk mengetahui risiko tinggi atau rendahnya factor risiko
gangguan kesehatan reproduksi. Pada wanita usia lebih tua
diperhatikan kemungkinan keganasan terutama kanker serviks.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan klien.
d. Pekerjaan
Untuk mengetahui pengaruh aktivitas terhadap kesehatan
reproduksi klien. Tekanan dari aktivitas pekerjaan yang tinggi
bisa mempengaruhi hormonal klien yang memicu keputihan.
e. Alamat
Untuk mengetahui alamat tinggal klien agar mengetahui
pengaruh lingkungan terhadap kesehatan klien. Lingkungan
yang kurang bersih akan mempengaruhi klien dalam menjaga
kebersihan tubuhnya, khususnya alat reproduksinya.
2. Alasan Kunjungan/Datang
Klien mengatakan keperluan datang ke tempat fasilitas kesehatan :
Klien mengatakan ingin..
3. Keluhan Utama
Klien akan mengeluh :

17

Keluar cairan berupa keputihan berlebihan (warna : putih


susu/putih berbusa, atau putih keabu-abuan, atau hijau
kekuningan, atau coklat atat bisa berwarna merah muda. Warna
discharge tergantung mikroorganisme yang menginfeksi

Keputihan yang berbau dan gatal

Keputihan bercampur darah pada keganasan

Pada kondisi berat dapat mengeluh panas dan nyeri sesudah


berhubungan (dyspareunia)

Keluhan ekstragenital : dysuria (tidak bisa BAK) dan low back


pain

4. Riwayat Pernikahan
Diperlukan untuk skrinning faktor risiko gangguan kesehatan
reproduksi misalnya pernikahan yang terlalu muda dan jumlah
pasangan seksual
a. Berapa kali menikah
b. Lama pernikahan
c. Usia pertama kali menikah (istri atau suami)
Berhubungan dengan jumlah pasangan seksual, beberapa infeksi
mikroorganisme menular lewat hubungan seksual. Usia saat
menikah perlu dikaji karena usia terlalu muda saat menikah menjadi
faktor predisposisi keputihan yang abnormal
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Klien dalam masa mentruasi atau menopause perlu diperhatikan
karena berhubungan dengan status hormonal klien. Infeksi
jamur sering terjadi sebelum menstruasi, trichomonas setelah
menstruasi. Gonore naik ke saluran atas saat post-menstruation.
Wanita pada pasca menopause cenderung terinfeksi jamur
candida atau kebanyakan karena penyebab non-infeksi
Menarche

: normalnya 9-13 tahun.

Siklus

: normalnya 28/35 hari.

18

Lama

: normalnya 5-7 hari (tergantung kondisi klien


saat itu, faktor naik turunnya hormonal dapat
dipengaruhi kondisi psikologis klien)

Banyaknya: normalnya 2-3 pembalut/hari.


Bau/Warna

: normalnya bau anyir dan warna merah

kehitaman.
Masalah dalam masa haid : diperlukan apakah mentruasi
mempengaruhi kesehatan klien
Dysmenorrhea

: normalnya sebelum/saat/setelah haid.

Fluor Albus

: normalnya tidak berbau, tidak berwarna,

dan tidak gatal.


b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Kehamilan dapat memicu keputihan karena pengaruh hormonal
yang sedang meningkat.
Diperlukan untuk skrinning factor risiko kehamilan, persalinan
atau nifas mempengaruhi kesehatan reproduksi klien.
c. Riwayat KB
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan
sekresi kelenjar serviks yang dapat diperparah dengan adanya
infeksi jamur. Kehamilan dan pil KB menjadi faktor predisposisi
infeksi jamur.
6. Riwayat Kesehatan
Adanya demam atau sakit perut harus dikaji. Jika ada keluhan
demam atau sakit perut, mungkin saja gonore, klamidia, dan infeksi
saluran kelamin bagian atas, atau infeksi saluran kemih. Herpes
primer juga dapat menyebabkan demam dan malaise. Vaginitis
seharusnya tidak memiliki gejala sistemik. Dapat digali apakah klien
pernah sakit yang perlu menggunakan antibiotic seperti tetrasiklin
atau coamoxiclav, atau penggunaan antibiotik penisilin yang
diresepkan oleh dokter gigi, yang dikaji meliputi Riwayat Kesehatan

19

yang Lalu, Riwayat Kesehatan Sekarang dan Riwayat Kesehatan


Keluarga
7.

Riwayat Psikososial
Kondisi psikologis klien saat stress atau banyak tekanan
dapat memicu keputihan

8. Latar Belakang Sosial Budaya

Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar.

Apakah klien percaya terhadap mitos atau tidak.

Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan


masyarakat yang mengganggu kesehatan reproduksi klien.
Latar belakang social tidak berpengaruh secara langsung
terhadap keputihan

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Perilaku, cara suka tukar menukar alat mandi atau handuk, serta cara
membilas vagina (vaginal douching) yang salah juga merupakan
faktor terjadinya keputihan.
a. Pola Istirahat atau Tidur
Tidur siang normalnya 1-2 jam/hari.
Tidur malam normalnya 8-10 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
b. Pola Aktivitas
Aktivitas klien sehari-hari, adakah gangguan mobilisasi atau
tidak.
c. Pola Eliminasi
BAK

: normalnya 6-8x/hari, jernih, bau khas.

BAB

: normalnya 1x/hari, konsistensi lembek, warna

kuning.
d. Pola Nutrisi
Makan

: normalnya 3x/hari dengan menu seimbang (nasi,


sayur, lauk pauk, buah)

Minum

: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).

20

e. Pola Personal Hygiene


Normalnya mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti baju 2x/hari,
keramas 2x/minggu, ganti celana dalam 2x/hari atau jika terasa
basah.
f. Pola Kebiasaan
Normalnya klien bukan perokok aktif atau pasif, klien tidak
mengonsumsi jamu atau alkohol.
g. Pola Seksualitas
Berapa kali melakukan hubungan seksual selama kehamilan dan
adakah keluhan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
: coma compos mentis

Kesadaran
Antropometri
TB

: normalnya > 145 cm

BB

: sesuaikan dengan BB klien

Tanda-tanda Vital
TD

: 110/70-120/80 mmHg

: 60-100x/menit

: 36.5-37.5C

RR

: 16-24x/menit

2. Pemeriksaan Fisik Terfokus


Genetalia :
Inspeksi : vulva bersih atau adakah pengeluaran pervaginam
(lendir, darah, vaginal discharge), adakah varises,
adakah benjolan abnormal.
Pemeriksaan Inspekulo : bentuk portio, warna, pengeluaran
cairan portio, adakah luka, adakah tanda-tanda
keganasan (bentuk seperti kembang kol), adakah
erosi servix

21

Vaginal Tusae : bentuk uterus, adakah nyeri goyang portio,


adakah tumos pada adneksa atau cavum douglas
3. Pemeriksaan Penunjang:
A. Pemeriksaan laboratorium

Penentuan pH, menggunakan kertas indikator (normal 3,0


4,5)

Penilaian sediaan basah,dengan KOH 10% dan garam


fisiologis. Trichomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan
garam fisiologis sebagai parasit berbentuk lonjong dengan
flagellnya dan gerakannya yang cepat. Sedangkan Candida
albicans dapat dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi
(blastospora). Pada infeksi Gardnerella vaginalis akan
dijumpai clue cell yang merupakan ciri khasnya.

B. Pewarnaan gram.
C. Kultur, untuk menentukan kuman penyebab.
D. Pemeriksaan serologis, untuk mendeteksi Herpes genitalis dan
Human Papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.
E. Pap smear test, tes ini ditunjukkan untuk mendeteksi adanya
keganasan pada serviks, infeksi termasuk Human Papiloma
virus, peradangan, sitologi hormonal dan evaluasi hasil terapi.

Pada kasus ini hanya dilakukan Pap smear, yang dilakukan

dari sel-sel yang lepas dari sistem reproduksi wanita meliputi sel
vagina, ektoserviks, endoserviks, dan endometrium
II.

INTERPRETASI DATA DASAR


a. Diagnosa
Ibu PxxxxAbxxx post pap smear dengan Leucorrhea (Keputihan
merupakan diagnosa sementara karena penyebab keputihan belum
diketahui, harus menunggu hasil pap smear)
b. Masalah
Nyeri saat berhubungan
c. Kebutuhan

22

1. Tes Pap smear


2. Cara mengatasi kecemasan
3. KIE tentang pola hygiene
III.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Kandidiasis vaginalis
Trikomoniasis vaginalis
Bakterial vaginosis
Penyakit Menular Seksual : Gonorrhea , Genital herpes, Chlamydia
Infeksi parah : Pelvic Inflammatory Disease, Urethritis

IV.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA DAN KOLABORASI


SERTA RUJUKAN
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian antibiotik
Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan

V.

INTERVENSI

Terapi antibiotik kolaborasi dengan dokter SpOg sesuai penyebab

keputihan :
1) Parasit
Pada infeksi Trichomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg
peroral selama 10 hari, dapat juga dengan Klotrimazol 1x100 mg
intravaginal selama 7 hari.
2) Jamur
Pada infeksi Candida albicans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit
intravaginal selama 14 hari, obat lainnya Itrakonazol 2x200 mg peroral
dosis sehari.
3) Bakteri
Untuk Gonokokus dapat diberikan Tetrasiklin 4x250 mg peroral/hari selama
10 hari, untuk Gradnerella vaginalis diberikan Clindamycin 2x300mg
peroral/hari selama 7 hari, Klamidia trachomatis diberikan Tetrasiklin
4x500 mg peroral/hari selama 7-10 hari, dan Treponema palladium
diberikan Benzatin Penisilin G 24 juta unit IM dosis tunggal atau
Doksisiklin 2x200 mg peroral selama 2 minggu.

23

4) Virus
Pada virus Herpes tipe 2,diberikan obat topical larutan neutral 1% atau
larutan proflavine 0,1%, pada Human Papiloma virus pemberian vaksinasi
mungkin cara pengobatan yang rasional untuk infeksi virus ini (namun
vaksinasi ini masih dalam penelitian), kemudian pemberian suntikan
interferon dan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0,5% baik
untuk Kondiloma akuminata.
VI.

IMPLEMENTASI
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh
dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.

VII.

EVALUASI
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai
kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan
lanjutan atau tidak.
Kembali kontrol setelah 2 minggu untuk dikaji hasil dari terapi
antibiotik
Pendokumentasian menggunakan SOAP.
S

: data diperoleh dari keterangan atau keluhan klien langsung.

: data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara

keseluruhan.
A

: diagnosa yang ditetapkan dari data subjektif dan objektif.

: perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.

24

BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY N USIA 34 TAHUN
P0000Ab000 DENGAN LEUCORRHEA

(Terlampir)

25

BAB V
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini dibahas tentang kesenjangan ataupun kesesuaian antara teori dan
tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny. N P0000 Ab000 dengan
Leucorrhea di Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) RSUD Dr.Soedarsono Pasuruan. Untuk
memudahkan pembahasan maka penulis akan menyajikannya dalam table sebagai berikut
TEORI
Definisi :
Keputihan
adalah
semua
pengeluaran cairan alat genetalia
yang
bukan
darah.
Cairan
(discharge) bisa berwarna putih,
kuning atau kehijauan, yang
merupakan tanda patologis infeksi
bawah pelvis
Klasifikasi :
a. Keputihan yang fisiologis
Keputihan yang fisiologis adalah
cairan jernih,tidak berbau dan
tidak gatal. Keputihan fisiologis
cairan jernih yang mengandung
banyak epitel dengan leukosit
yang jarang. Keputihan fisiologis
muncul pada saat ovulasi,
rangsangan seksual, menjelang
dan sesudah haid, atau pengaruh
hormon.
b. Keputihan patologis
1. Keputihan patologis merupakan
cairan eksudat dan cairan ini
mengandung banyak leukosit.
Eksudat yang terjadi karena
adanya luka, cairan yang
muncul bewarna, jumlahnya
berlebihan, berbau tidak sedap,
terasa gatal atau panas dan
menyebabkan luka didaerah
mulut vagina.
Gambaran klinis :
1. Pengeluaran discharge :
a. Bakteri gejala : cairan bau amis
(fishy, pH 6-7), warna putih atau abu
abu
b. Parasit gejala : cairan bau amis
(fishy, pH 6-7), warna hijau atau
kuning

KASUS
Ny.N
mengatakan
merasakan
keluar cairan berwarna putih
bukan lendir dan darah

KESIMPULAN
Terdapat kesesuaian antara teori
definisi keputihan dan kasus Ny N

Dari hasil pemeriksaan inspekulo


terlihat keputihan seperti susu dan
bercampur lendir

Ny.N mengalami keputihan yang


berlebih, warna cairan putih susu
bercampur lender yang berarti
keputihan klien termasuk dalam
keputihan yang patologis

Dari hasil pemeriksaan pada Ny.N


diketahui terdapat discharge
berwarna putih susu disertai
lendir, Ny N mengeluh nyeri sat
berhubungan, pada saat
pemeriksaan Vaginal Tusae (VT)
klien merasakan nyeri

Terdapat kesesuaian gambaran klinis


keputihan patologis antara teori dan
kasus yaitu terdapat keputihan yang
berlebihan dan berwarna putih susu

c. Jamur gejala : cairan berwarna


putih berbusa, pH <4,5

26

d. Penyebab lain : cairan berwarna


putih berbusa, pH >4,5
2. Nyeri saat berhubungan
(dyspareunia)
3. Gatal, iritasi dan nyeri pada
daerah vagina
Diagnosis
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan
laboratorium
(Kultur atau Pap smear)

Dari
hasil
anamnesa
Ny.N
mengatakan
nyeri
saat
berhubungan
dan
mengalami
keputihan.
Dari hasil pemeriksaan inspekulo
terdapat keputihan yang berwarna
putih susu dan pada portio klien
terdapat kemerahan
Dari pemeriksaan VT teraba uterus
yang kecil, ibu mengeluh sakit saat
di VT dan digoyang portionya.
Tidak
ada
keluhan
pada
pemeriksaan adneksa kanan-kiri

Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Potensial :
Kandidiasis vaginalis

Ny. N mengalami keputihan yang


berwarna putih susu dan mengeluh
nyeri saat berhubungan

Penatalaksanaan :
KIE personal hygiene diri dan
daerah kewanitaan
Terapi antibiotic kolaborasi dengan
dokter SpOG

Pada Ny.N dilakukan KIE personal


hygiene dan diberikan
Metronidazole dan Vitamin E

27

Terdapat
kesesuaian
penegakan
diagnosis sementara antara teori dan
kasus bahwa Ny N, mengalami
keputihan. Penegakkan diagnosa pasti
penyebab dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu pemeriksaan kultur atau Pap
smear , pemeriksaan kultur mempunyai
kendala yaitu faktor penderita, biaya
untuk kultur cukup mahal, faktor
laboratoriumtidak
semua
laboratorium
dapat
melakukan
pemeriksaan kultur untuk jamur, faktor
klinis belum mengetahui tata cara
pengiriman
secara
benar
ke
laboratorium, sehingga bahan setelah
sampai di laboratorum tidak dapat
diperiksa dengan benar, kurangnya
komunikasi, antara klinisi dan sejawat
dilaboratorium
Oleh karena itu lebih dipilih adalah
pemeriksaan Pap smear karena lebih
efektif dan efisien dari segi biaya dan
kemudahan hasil laborat, di RSUD
Pasuruan
tidak
menyediakan
pemeriksaan kultur Candida
Diagnosa pasti penyebab penyakit Ny
N belum bisa dilakukan karena hasil
tes pap smear belum keluar sehinga
penyebab keputihan pada klien belum
diketahui secara jelas
Pada kasus ini diagnosa pasti belum
bisa ditegakkan namun dikaji dari
gejala klinis dan keluhan yang dialami
klien kasus ini dapat mengarah ke
kandidiasis vaginalis
KIE personal hygiene diperlukan klien
karena kebersihan daerah kewanitaan
dan penggunaan pakaian dalam yang
tepat akan mengurangi gejala klinis
sehingga pertumbuhan mikroorganisme
penyebab keputihan tidak berkembang
biak
Secara umum kebanyakan senyawa
topikal azol adalah efektif, khususnya
untuk pengobatan dalam waktu lama (12 minggu). Durasi terapi yang lama
dibutuhkan untuk eradikasi infeksi
candida.

Pada penelitian meta analisis terhadap


metronidazol
pada
pengobatan
Vaginosis bakterialis (BV), melaporkan
bahwa angka kesembuhan yang dicapai
yaitu 87% pada 280 wanita yang
menerima oral metronidazol (400500mg), 2-3 kali sehari selama 7 hari,
dan 86% pada 317 wanita yang
menerima terapi selama 5 hari, sehingga
dapat disimpulkan angka kesembuhan
metronidazol pada BV lebih dari 85%

28

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Ny N datang ke poli KIA pada tanggal 18 Februari 2015 pukul 10.00 dengan
alasan kunjungan ingin pemeriksan pap smear. Dari anamnesa ibu mengeluh
sakit saat berhubungan dan terasa perih dan ibu merasakan keluar keputihan
yang banyak dari alat kelaminnya. Ny N menikah satu kali dan telah menikah
selama 4 tahun. Ny N pernah mengalami menstruasi yang lama namun setelah
diberi obat oleh dokter telah sembuh. NyN tidak pernah hamil dan riwayat
kesehatannya tidak ada masalah. Pada data riwayat psikososial klien didapat Ny
N khawatir terhadap keluhan yang ia rasakan. Pada data pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari tidak ada masalah. Pada Ny N dilakukan pemeriksaan
genetalia dengan hasil pada pemeriksaan inspekulo terdapat keputihan seperti
susu dan pada portio terdapat kemerahan, pada pemeriksaan Vaginal Tusae
uterus teraba kecil, ibu mengatakan sakit saat pemeriksa memasukkan
tangannya dan menggoyangkan portionya, pada pemeriksaan adneksa kanankiri tidak ada keluhan. Pada Ny N dilakukan pemeriksaan pap smear dan hasil
dapat diambil saat kontrol kembali 2 minggu kemudian. Diagnosa sementara
yaitu Ny N (P0000Ab000) post pap smear dengan Leucorrhea. Pada
penatalaksanaan diberikan terapi metronidazole dan vitamin E kepada Ny N
dan diobservasi hasil terapi saat kontrol kembali serta KIE tentang cara menjaga
kebersihan genetalia klien.
6.2 Saran
1. Diperlukan kerja sama yang baik antara klien, anggota keluarga, dan
petugas kesehatan.
2. Bidan harus memberikan asuhan sesuai dengan kewenangannya. Untuk itu,
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang
mendasar bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai
kasus.
29

3. Sebaiknya bidan meningkatkan kerja sama dan komunikasi dengan petugas


kesehatan lainya seperti dokter, perawat dan sesama bidan untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan.
4. Selalu mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan sebagai bukti
pertanggungjawaban petugas kesehatan terhadap asuhan yang diberikan.

30

DAFTAR PUSTAKA

Brooks GF, Butel JS, Morse SA, Jawets.2004. Melnick & Adelbergs Medical
Microbiology,23rd Edition, McGraw-Hill ,Singapore, p.39-40,58-9,431-4
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika, Jakarta
Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. 2009. Keluarga Berencana. Dalam: Manuaba,
I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. (eds). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi
2. Jakarta: EGC, 235-238.
Sibagariang, E. E, Pusmaika, R & Rismalinda (2010). Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: Trans Info Media.
Prawirohardjo, S. 2008. Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBPSP, Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai