:
:
:
:
DOSEN PEMBIMBING
HARI/ TANGGAL
TMEPAT
:
:
:
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu sektor perkebunan yang memiliki nilai ekspor
tinggi. Indonesia merupakan negara produsen terbesar ketiga setelah Brazil dan
Vietnam (Hanifah, 2013). Permintaan akan kopi dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Hal ini terbukti dengan jumlah ekspor kopi Indonesia yang meningkat
tiap tahunnya terutama untuk pengkonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa,
Amerika Serikat, dan Jepang.
Sampai saat ini kopi memiliki peluang pasar yang besar yang harus
dimanfaatkan dengan melakukan penambahan lahan untuk tanaman kopi. Menurut
Ditjen Perkebunan (2011), luas areal perkebunan kopi pada tahun 2009 mencapai
lebih dari 1,266 juta ha dengan total produksi sebesar 682.591 ton, dimana 99
persen diantaranya adalah perkebunan kopi takyat dengan jumlah petani sebanyak
1.974.706 KK. Laju perkembangan luas areal kopi di Indonesia mencapai 2,11
persen per tahun.
Peningkatan luas area perkebunan kopi perlu diiringi dengan peningkatan
teknologi untuk penanganan kopi mulai dari pascapanen sampai dengan
pengolahannya. Sampai saat ini teknologi yang dipakai untuk penanganan kopi
masih belum mencukupi. Penyebaran informasi menjadi akibat dari
METODOLOGI
Pengamatan Langsung
Kegiatan pengamatan langsung dilakukan dengan mengamati langsung proses
pemanenan, pengolahan kopi (pengupasan kulit buah, fermentasi, pengeringan,
pengupasan kulit biji kopi, sortasi, dan grading), pengemasan dan penyimpanan
biji kopi.
Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi dan data yang
berhubungan dengan aspek yang dipelajari. Dimana wawancara ini dilakukan
terhadap pihak pihak terkait dengan topik yang ada.
Kerja Mandiri atau Terbimbing
Kerja mandiri atau terbimbing dilakukan dengan ikut secara langsung dalam
kegiatan pengolahan kopi yang meliputi sortasi buah, pengupasan kulit buah,
pencucian biji kopi, pengeringan, pengupasan kulit biji kopi, sortasi biji kopi, dan
pengemasan biji kopi.
Pengukuran
yang masih muda atau terlalu masak. Buah kopi yang berwarna merah dipisahkan
untuk dilakukan pengolahan secara basah. Buah kopi yang masih muda berwarna
hijau sampai kuning dan yang terlalu tua berwarna hitam ketiput. Buah kopi yang
terlalu masak dipisahkan untuk dilakukan pengolahan secara kering. Sedangkan
buah kopi yang belum masak dibuang.
C. Proses pencucian buah kopi
Proses pencucian buah kopi bertujuan untuk mempermudah buah kopi saat
dilakukan pengupasan kulit buah dan memisahkan buah yang bagus atau tidak.
Pencucian dilakukan menggunakaan air yang ditampung pada ember. Buah kopi
yang mengambang pada air dipisahkan dari buah kopi yang tenggelam. Buah kopi
yang mengambang merupakan buah kopi yang memiliki kualitas jelek sehingga
perlu dipisahkan. Buah kopi yang tenggelam dimasukkan kedalam rak yang
nantinya akan dilakukan pengupasan kulit buah.
D. Proses pengupasan kulit buah kopi (Pulping)
Pulping yaitu proses pemisahan daging buah dengan biji kopi. Proses
pemisahan ini dilakukan menggunakan mesin pulper kopi. Sebelum memasuki
proses pulping, buah kopi hasil panen dicuci terlebih dahulu menggunakan air
untuk mempermudah proses pulping.
Proses pulping merupakan proses yang sangat menentukan karena proses ini
merupakan tahapan dimana biji kopi pertama kali dihasilkan. Mesin pulping harus
diatur supaya kerja dari mesin menghasilkan efisiensi yang tinggi dan biji kopi
yang rusak sedikit. Cara kerja dari mesin pulping yaitu buah kopi akan masuk
kedalam silinder bertonjolan yang berputar (rotor) dan terdapat pisau yang akan
mengupas kulit dari bijinya. Biji kopi yang terkelupas akan keluar melewati celah
pisau dan ditampung menggunakan ember. Sedangkan kulit buah kopi akan keluar
lewat bawah karena dorongan dari silinder yang berputar. Kulit buah kopi
ditampung menggunakan karung.
Kinerja dari mesin pulper tergantung pada kemasakan buah, keseragaman
ukuran buah, dan celah antara stator dan rotor. Pengoptimalan mesin pulper dapat
dilakukan dengan melakukan penyetelan pada celah antara pisau dengan silinder
dan celah pemasukan buah. Celah pemasukan buah akan memberikan pengaruh
pada kecepatan proses pulping. Tetapi celah yang terlalu sempit akan
mengakibatkan biji kopi terkelupas lebih dahulu karena tertekan saat akan masuk
ke silinder. Sedangkan celah antara pisau dan silinder berpengaruh pada
kebersihan dari proses pulping.
E. Fermentasi kopi
Fermentasi kopi umumnya dilakukan untuk penanganan kopi arabika. Tujuan
dari proses fermentasi adalah untuk menguraikan lendir yang terdapat pada kulit
tanduk biji kopi. Terdapat dua jenis fermentasi, yaitu fermentasi basah dan
fermentasi kering.
Fermentasi basah dilakukan dengan cara merendam biji kopi HS pada air.
Fermentasi basah dilakukan apabila tersedia air dalam jumlah yang cukup.
Kualitas air untuk fermentasi basah sangat menentukan hasil fermentasi. Air yang
digunakan untuk fermentasi basah harus air bersih untuk menghasilkan olahan
yang bagus.
10
11
12
13
14
15
Waktu (jam)
Ketebalan 3 cm
Ketebalan 1 cm
Perbandingan pengeringan di dalam greenhouse dan di lapangan terbuka dengan ketebalan penjemuran 1 cm
24
22
20
18
Kadar air (%) 16
14
12
10
Greenhouse
Lapangan
Greenhouse 2
Lapangan 2
Greenhouse 3
Lapangan 3
kategori dalam penyortiran dengan mesin tampi yaitu untuk biji kopi besar,
sedang dan kecil. Penyortiran dilakukan berdasakan berat dari biji kopi beras.
Cara manual juga digunakan dalam penyortiran biji kopi beras. Penyortiran
secara manual dilakukan dengan memilah-milah biji kopi berdasarkan ukuran dan
kerusakan/cacat pada biji kopi beras. Grading dilakukan dengan memisahkan
antara biji kopi yang besar dengan biji kopi yang rusak, cacat atau patah. Biji kopi
yang rusak, cacat, atau patah dikumpulkan pada tempat tersendiri dan dipisahkan
dengan biji kopi yang bagus.
K. Roasting kopi
Mesin rosting kopi yang digunakan adalah tipe drum. Prinsip kerja dari coffee
roaster tipe drum adalah terdapat drum berputar dan dibagian bawah drum
terdapat sumber panas yang akan membakar plat yang terdapat diantara api dan
drum silinder. Melalui proses konduksi panas dari api akan tersalurkan ke silinder
drum yang berputar. Panas tersebut akan memanaskan kopi dan proses sangrai
berlangsung. Biji kopi yang awalnya berwarna hijau akan berubah warna menjadi
coklat sampai hitam.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses roasting adalah tingkat
kematangan, densitas kopi, varietas kopi, produk akhir yang diterapkan, dan
tekanan. Produk akhir dari roasting dapat digolongkan menjadi tiga yaitu light
roast, medium roast, dan dark roast. Hasil akhir dari masing-masing golongan
memiliki rasa yang berbeda. Light roast akan memiliki rasa sedikit asam dan rasa
pahit pada kopi akan hilang. Medium roast memiliki rasa asam dan pahit yang
seimbang. Sedangkan untuk dark roast rasa pahit dari kopi lebih menonjol. Faktor
hasil akhir proses roasting ini merupakan keinginan dari tiap konsumen sehingga
sangat menentukan untuk pemasarannya.
L. Pengemasan
Pengemasan dilakukan pada biji kopi beras yang telah disortasi dan grading.
Pengemasan dilakukan menggunakan karung plastik. Sebelum biji kopi beras
dimasukkan pada karung plastik, terlebih dahulu dimasukkan kedalam kantong
plastic terlebih dahulu. Kopi yang telah dikemas karung plastik lalu ditimbang.
Berat untuk setiap karung plastik kecil sekitar 25 kg dan untuk karung plastik
besar sekitar 50 kg.
M. Penyimpanan
Penyimpanan biji kopi dilakukan pada gudang. Sebelum karung-karung
disusun, bagian bawah dari karung diletakkan kayu yang berlubang (palet). Palet
berfungsi agar aerasi dari gudang dapat terjaga. Tempat penyimpanan yang baik
sebaiknya memiliki ventilasi dan penerangan cahaya yang cukup serta tidak
lembab. Ruangan yang lembab akan menyebabkan tumbuhnya jamur.
PENUTUP
Kesimpulan
Proses pengolahan kopi dapat dibedakan menjadi pengolahan kopi secara
basah, keringa dan semi-basah. Pengolahan secara kering umum dilakukan oleh
petani kecil karena tidak memerlukan biaya yang tinggi. Pengolahan basah dan
sem-basah banyak diterapkan pada kopi arabika. Proses yang diterapkan pada CV
Frinsa Agrolestari adalah proses semi-basah. Proses pengolahan semi-basah
meliputi pemanenan, penyortiran buah, pengupasan kulit buah, fermentasi biji
kopi, pencucian biji kopi fermentasi, penjemuran awal, pengupasan kulit ari dan
tanduk biji kopi, penjemuran lanjutan, sortasi dan grading serta pengemasannya.
Proses pengeringan biji kopi dilakukan dengan metode sun drying atau
pengeringan dengan matahari. Sun drying sangat tergantung akan cuaca. Proses
pengeringan biji kopi dilakukan pada greenhouse dan di lapangan terbuka. Proses
pengeringan dilapangan terbuka membutuhkan waktu 54,5 jam untuk
mengeringakan biji kopi dari kadar air 36.4% menjadi 13.4%. Sedangkan
pengeringan pada greenhouse dapat mengeringakan biji kopi dengan kapada air
awal 36.8% menjadi 12% dalam waktu 54,5 jam.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai proses pengeringan pada kopi
dengan pengolahan secara basah dan kering untuk dapat mengoptialkan
pengeringan dengan metode sun drying.
Daftar Pustaka
Direktorat Jendral Perkebunan, Departemen Pertanian. 2011. Statistik Perkebunan
Indonesia 2010-2012 (Kopi). Jakarta
Hanifah Nurul, Desy Kurniawati. 2013. Pengaruh Larutan Alkali dan Yeast
Terhadap Kadar Asam, Kafein, dan Lemak pada Proses Pembuatan Kopi
Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Volume 2 nomor 2 : 162168