Oleh :
Vindy
(11-2013-213)
Pembimbing:
dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
: Vindy
Tanda tangan :
NIM
: 11.2013.213
Dr pembimbing / penguji
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. M
Umur : 19 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0)
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ngaluran RT 01/ RW 05,
Karanganyar, Demak
Nama suami
: Tn. RS
Umur
: 25 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
A. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 10 Mei 2015 Pukul 18.30 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kenceng-kenceng sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit.
Pasien datang dengan keluhan perut terasa kencang kencang sejak 9 jam sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan kencang kencang dirasakan hilang timbul dan semakin
lama semakin sering. Selain itu pasien juga mengatakan keluar cairan bening dari
jalan lahir sejak 6 jam SMRS. Selain itu juga keluar darah dari jalan lahir. Pasien
datang ke rumah bidan dan dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan 6
cm namun tidak terdapat kemajuan pembukaan saat dilakukan pemeriksaan ulang
sehingga pasien dirujuk ke RS Mardi Rahayu Kudus.
Pasien mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran
sebelumnya. Usia kehamilan sudah memasuki 38 minggu. Pasien tidak pernah
mengeluh mual dan muntah berlebihan, pusing, mata berkunang atau penglihatan
kabur. Buang air besar dan buang air kecil lancar. Pasien mengatakan rutin
memeriksakan kehamilannya setiap 1 atau 2 bulan ke bidan. Pasien tidak memiliki
riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat menstruasi teratur.
Riwayat Menstruasi:
Menarche
: 12 tahun
Dismenorrhea
: (-)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali pada usia 18 tahun, selama 1 tahun.
Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil
Usia
Jenis
penyulit
ke
1
kehamilan persalinan
2015 (Hamil sekarang)
Penolong Jenis
kelamin
BB/TB
Umur
lahir
sekarang
: 19 Agustus 2014
3
HPL
: 26 Mei 2015
Riwayat Kontrasepsi:
( - ) Pil KB
( - ) IUD
( - ) Suntikan 3 bulan
( - ) Lain-lain
( - ) Susuk KB
Riwayat Antenatal Care:
Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.
Umur
Jenis kelamin
Keadaan
Penyebab
kesehatan
meninggal
Ayah
48 tahun
Laki-laki
Hidup
Ibu
46 tahun
Perempuan
Hidup
Suami
25 tahun
Laki-laki
Hidup
Ya
-
Tidak
Hubungan
Cacat bawaan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,4oC
Tinggi Badan
: 152 cm
Berat
: 64 kg
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-),
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal ()
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi
: warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.
Palpasi
: sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi
Auskultasi
Jantung (Cor)
Inspeksi
Palpasi
: ictus cordis teraba pada sela iga V lemah, 2 cm medial dari linea
midclavicularis sinistra
Perkusi
:
Batas atas
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Palpasi
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening
Submandibula
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Aspek kejiwaan
Tingkah laku
: tenang
Alam perasaan
: biasa
Proses pikir
: wajar
C. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra ( - ), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
His
PPV
Promontorium teraba
Conjugata Diagonalis : 10 cm
Conjugata Vera
: 8,5 cm
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
Golongan darah /
11,6 g/dL
16,36 ribu
33,9 %
260.000
3,9 juta
B/+
rhesus
Protrombine time / PT
Tromboplastin time/
11,9 detik
29,4 detik
( N :11 24 )
( N : 27 40 )
APTT
E. RINGKASAN (RESUME)
Wanita 19 tahun, GIP0A0, hamil 38 minggu, datang dengan keluhan perut kencang 9
jam SMRS. Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir sejak 6 jam SMRS, juga
keluar darah dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan. Pasien tidak
mengeluh mual, muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. Buang air
besar dan buang air kecil lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan
kehamilannya setiap bulan ke bidan. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah
tinggi, baik sebelum dan selama kehamilan. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat menstruasi teratur
HPHT
: 19 Agustus 2014
HPL
: 26 Mei 2015
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit (abdomino-torakal)
8
Suhu
: 36,4oC
Tinggi Badan
: 152 cm
Berat
: 64 kg
PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra (-), striae livide (-), striae gravidarum (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: Sejajar 3/5
DJJ
His
PPV
Conjugata Vera
: 8,5 cm
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin
Leukosit
11,6 g/dL
16,36 ribu
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
: pukul 14.30
GIP0A0, Umur 19 tahun, hamil aterm
Anak I, hidup intrauterine
Presentasi kepala U, PUKI
Inpartu kala I fase aktif
Ketuban pecah dini
Pemeriksaan yang dianjurkan
Pemeriksaan USG untuk melihat keadaan cairan ketuban
G. PENATALAKSANAAN
Pengawasan 10
Evaluasi 4 jam
IVFD RL/D5 500cc 20 tetes per menit
Amoksisilin 3 x 1 gram IV
Tirah baring
Persiapan Sectio Caesarea: puasa, cukur rambut pubis, pemasangan DC
H. PROGNOSIS
Passage
Passenger
Power
: dubia ad malam
: ad bonam
: ad bonam
I. FOLLOW UP
Tanggal 10 Mei 2015 pukul 19.00
S: perut terasa lebih sering kencang kencang. Cairan dan darah keluar lebih banyak.
Belum ada perasaan ingin mengedan maupun buang air besar.
O:
KU : baik
TD : 120 / 80 mmHg
RR: 20 x/menit
HR : 86 x/menit
T : 36,3C
Vitamin B1 2 x 50mg IV
Vitamin C 1 x 500mg IV
Cek Hb post operasi
Tidur bantal tinggi
Puasa
K. FOLLOW UP
11 Mei 2015 Pukul 00.00 post operasi
S: O:
Keadaan Umum
: Baik
11
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 18x/menit
HR
: 88x/menit
T
: 36,8oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae
: Puting menonjol, ASI (-)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Plasenta
: manual, lengkap
Perdarahan kala IV 100cc
A: PIA0 Post Sectio Caesarea atas indikasi CPD
P:
- Infus RL 20 tpm
- Amoxsilin 3 x 1gram IV
- Tramadol 2 x 100mg IV
- Vitamin B1 2 x 50mg IV
- Vitamin C 1 x 500mg IV
- Tidur bantal tinggi
- Puasa
11 Mei 2015 Pukul 07.30
S: Nyeri pada luka bekas operasi.
O:
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 20x/menit
HR
: 64x/menit
T
: 37,0oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae
: Puting menonjol, ASI (-)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (+), kontraksi uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Hasil lab tanggal 11 Mei 2015
Hb
: 10,4 g/dL
A: PIA0 Post Sectio Caesarea hari ke-1 atas indikasi CPD
P:
- Infus RL 20 tpm
- Amoxsilin 3 x 1gram IV
- Tramadol 2 x 100mg IV
- Vitamin B1 2 x 50mg IV
- Vitamin C 1 x 500mg IV
- Minum, makan bubur halus
- Latihan mobilisasi
12 Mei 2015 Pukul 07.30
12
13
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
1
14
bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera
dengan konjugata obstetrika sedikit sekali. 1-3
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas 1
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. 1
KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
1. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu), dan dagu menjadi
bagian presentasinya. Faktor predisposisi presentasi muka: 3-5
a. Malformasi janin
b. Berat badan lahir < 1500 g
c. Polihidramnion
d. Postmaturitas
e. Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir
orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
16
17
Kala II: Pada pembukaan lengkap bila dagu berada di anterior, persalinan vaginal
dilanjutkan seperti persalinan presentasi belakang kepala.
Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih
posterior, didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau indikasi obstetri lainnya. 3-5
2. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan
sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Bila menetap, janin
dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena besarnya diaeter
oksipitomental yang harus melalui panggul. Janin dengan ukuran kecil dan
punggungnya berada di posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas mungkin
masih dapat dilahirkan pervaginam. 3-5
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan
dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun
besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung, tetapi tidak teraba dagu atau mulut janin.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, maka akan erjadi
molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk
caput succedaneum di daerah dahi. 3-5
18
Sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan secara bedah sesar
untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkatkan mortalitas perinatal.
Jika dibandingkan presentasi belakang kepala, persalinan vaginal pada presentasi dahi
akan meningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), ruptura uteri (17 kali), transfusi darah
(3 kali), infeksi pascapersalinan (5 kali), dan kematian perinatal (2 kali).
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan
dengan sangat hati-hati dan tidak boleh dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala
atau dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul. Presentasi dahi yang menetap atau
dengan selaput ketuban yang sudah pecah sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk
melahirkannya. Jangan melahirkan menggunakan bantuan ekstraksi vakum, forseps,
atau simpisiotomi karena hanya akan meningkatkan mordibitas dan mortalitas.
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit
lainnya. 5,6
Klasifikasi panggul sempit :
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif
20
Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke
belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
-
Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,
sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
21
22
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga
panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus. 5,6
23
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada
kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan
kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu
atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan
percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal
ini, pimpinan persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan
pada bekas seksio sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio
sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya
dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil
ruangan jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang
berarti tidak bolah dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika
jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu,
biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah
panggul.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter
sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea,
24
yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup
luas. 1-3
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan
seksio sesarea
PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:
-
His
Lancarnya pembukaan
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus percobaan. 1-3
25
Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester tiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Ketuban pecah dini pada kehamilan premature disebabkan oleh adanya
factor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini sering
terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, dan solusio plasenta.
26
Menanyakan identitas dan data umum seperti nama, usia, pekerjaan, agama, suku
Menanyakan keadaan sosial dan ekonomi, gaya hidup dan kondisi lingkungan
27
28
menggunakan doppler atau stetoskop bidan untuk melihat tanda bahaya atau kehidupan janin,
untuk hasil yang lebih akurat lakukan pemeriksaan dengan USG.
Hal yang penting untuk diperhatikan juga adalah, melihat adanya kontraksi pada ibu, jika
terdapat kontraksi teratur maka perlu dipertimbangkan unutk melakukan terminasi kehamilan.
Sehubungan dengan terjadinya kontraksi perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik kehamilan
seperti Leopold untuk menilai keadaan atau posisi janin, terutama menilai tinggi fundus uteri
dan dilihat apakah sesuai dengan usia kehamilannya. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan
apabila dipertimbangkan unutk melakukan terminasi kehamilan atau kontraksi teratur
menunjukan akan terjadi proses inpartu dalam 24 jam. Sehingga dapat nilai posisi janin,
apakah telah berada pada posisi yang tepat untuk persalinan pada kehamilan aterm.
Pada pasien yang menunjukan tanda inpartu seperti nyeri kontraksi yang teratur maka, perlu
dilakukan pemeriksaan pada serviks pasien dengan teknik pemeriksaan bimanual untuk
menilai konsistensi lunaknya serviks guna melakukan proses persalinan dan menilai bukaan
yang terjadi. Namun pada pasien tanpa tanda inpartu hal ini dikontraiindikasikan karena
diduga dapat membantu penyebaran infeksi pasca pecahnya ketuban.3,4
Pemeriksaan Fisik Abdomen
Atur tubuh ibu hamil dalam posisi setengah duduk dengan kedua lutut ditekuk. Lakukan
inspeksi untuk menemukan setiap sikatriks atau stria, bentuk serta kontur abdomen dan tinggi
fundus uteri. Gambaran stria yang berwarna keunguan dan linea nigra merupakan keadaan
yang normal pada kehamilan. Bentuk dan kontur abdomen dapat menunjukkan ukuran
kehamilan. Lakukan palpasi abdomen untuk menemukan:
-Organ atau massa
-Gerakan janin, biasanya gerakan janin (yang sering pula disebut dengan istilah goyang janin)
dapat dirasakan oleh pemeriksa pada kehamilan sesudah 24 minggu (dan oleh ibu pada usia
kehamilan 18-20 minggu
29
Tes nitrazin : menggunakan swab steril unutk mengumpulan cairan dari fornix posterior
dan mengujinya dengan kertas nitrazin (phenaphthazine). Jika cairan tersebut merupakan
cairan amnion maka kertas nitrazin akan berubah menjadi biru, yang menunjukan pH
alkalis (7.0-7.25). Pada tes Nitrazin dengan pH alkalis dapat juga disebabkan infeksi
vagina atau terdapatnya darah atau semen pada sampel.
2. Ferning: cairan dari fornix posterior diletakan pada slide dan keringkan pada udara
kering. Cairan amnion akan berubah menjadi bentuk bekuan dari kristalisasi.
Mukus servikal dapat menyebabkan ferning namun biasanya hanya berbentuk titik-titik
kecil. Saat pemeriksaan spekulum, serviks pasien harus diinspeksi untuk memperkirakan
derajat dilatasi atau adanya prolaps plasenta atau tali pusar janin.
Persalinan premature
Infeksi
Hipoksia dan asfiksia
Sindrom deformitas janin3,4
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC; 2005.
2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
3. Prawirohardjo S. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri fisiologi. Bandung: Elemen; 1983.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri patologi. Bandung: Elstar; 1982.
6. Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri patologi. EGC: Jakarta; 2005.
31