Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan


penunjang dan Pengobatan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut
(ISPA)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8

Tutor : dr. Sotianingsih, Sp.PK


Atika Soraya
Primas Sahibba R
Eldi Novriandi
Deta Fitriana

(G1A113100)
(G1A113101)
(G1A113102)
(G1A113103)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PRODI PENDIDIKAN DOKTER UMUM
UNIVERSITAS JAMBI
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


a. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadidua, ISPA
atas dan bawah menurut Nelson Infeksi saluran pernapasan atas adalah
infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau
common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis,
sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan
infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh
infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah
bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi.
b. Jenis-Jenis ISPA
Penyakit Infeksi akut menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan aksesoris seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni antara lain :
1) Infeksi
Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
2) Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3) Infeksi Akut
Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
ditentukan untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari. Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran
pernapasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paruparu) dan organ aksesoris saluran pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut
jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).

Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu :

1) ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan
istilah batuk dan pilek (common cold).
2) ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh
invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai
adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.
c. etiologi ISPA
penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus
Hemofilus,
Bordetella
dan
Corinebakterium.
Virus
penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.

d. Patofisiologi ISPA
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh
membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung
disaring, dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat
disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu
yang halus akan terjerat dalam membran mukosa. Gerakan silia mendorong
membran mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior
menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan
dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan
akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga
menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan makrofage di saluran
pernafasan. Akibat dari dua hal tersebut akan menyebabkan kesulitan
bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri tidak dapat dikeluarkan
dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan.1

BAB II
PEMBAHASAN
ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN
PENOBATAN

1. Anamnesis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat
menyebabkan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah
dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih
rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan
agar yang ringan tidak menjadi lebih berat.

Adapun gejala dan tanda terkena penyakit ISPA ini diantaranya adalah:
a. Demam, biasanya suhu tubuh diatas 38oC
b. Batuk
c. Pilek
d. Nafas cepat (lebih dari 20x/min pada orang dewasa, lebih dari
40x pada anak, lebih dari 50x pada bayi kurang dari 12 bulan)
e. Sesak nafas
f. Menggunakan otot-otot bantu nafas secara berlebihan Gejala
sesak nafas dan menggunakan otot bantu nafas jarang terjadi,
bisanya terjadi pada ISPA pneumonia.

Anamnese Pribadi
a. Nama
b. Umur
c. Alamat
d. Pekerjaan
e. Status perkawinan

Anamnese Penyakit
a. Menanyakan keluhan utama pada pasien ataukeluarganya(batuk,
batuk berdarah, batuk berdahak, sesak napas,nyeri dada, napas
berbunyi)
b. Menelusuri/ menelaah keluhan utama lebih dalam (OPQRST)

c. Menelusuri/ menelaah keluhan tambahan/ penyerta(demam,


demamnya tinggi atau tidak, berat badan menurun atau tidak,
dll)
d. Menelusuri/ menelaah riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, pemakaian obat sekarang danriwayat alergi
e. Menelusuri riwayat penyakit keluarga
f. Menelusuri riwayat merokok
g. Menelusuri status sosial
h. Menanyakan tentang konsumsi alkohol
i. Menanyakan riwayat pekerjaan.1,2

2. Pemeriksaan Fisik

Observasi
Memperhatikan pasien saat masuk ruang periksa, cara
berjalan,penampilan wajah dan penampilan fisik

Inspeksi
o Kepala: mata (adakah ptosis), lidah (adakah sianosis),adakah
pernapasan cuping hidung
o Kedua tangan (clubbing, sianosis), kedua kaki (edema)
o Bentuk dada: fusiform, barrel chest, pigeon chest,funnel chest,
kifosis, scoliosisNormal: diameter transversal > diameter anteroposterior
o Apakah dada simetris atau tidak
o Pola pernapasan (thoraco-abdominal,abdominothoracal)
o Ketinggalah bernapas (ada/tidak)
o Pemakaian otot pernapasan tambahan (ada/tidak)
o Venetasi/ vena kollateral
o Apakah ada pembengkakan di leher dan wajah

Palpasi
o Palapasi pada kelenjar leher dan region supraclavicularKelenjar
getah bening;Dimulai dari daerah submandibular, tantai
yugular(bagian atas, tengah, bawah), supraclavicula,
trigonumposterior leher
o Perabaan posisi trakea
o Meletakkan kedua telapak tangan pada dinding toraksatas kanan
dan kiri
o Pasien disuruh mengatakan 77 berulang-ulang
o Memindahkan posisi telapak tangan pada seluruhdinding toraks
(atas tengah, dan ke bawah)
6

o Menilai getaran suara yang terjadi pada dinding toraks


o Menilai ekspansi dinding toraks (tangan pada posisiujung
scapula)
o Meraba empisema subcutis

Perkusi
o Pada lokasi sekitar diatas Hepar, dilakukan perkusisambil pasien
disuruh ekspirasi dan tahan napas hinggasuara perkusi berubah
dari sonor ke bedan dan diberitanda. Kemudian sambil diperkusi,
pasien disuruhmenarik napas dalam kemudian ditahan dan
lokasiperkusi sonor berubah menjadi beda diberi tanda.

Auskultasi
o Meletakkan stetoskop pada dinding toraks dan pasiendiminta
untuk melakukan inspirasi dan eksipasi secaraterus menerus
o Letakkan posisi stetoskop pada seluruh dinding torakssecara
sistematis mulai dari lapangan atas, tengah danbawah dari paruparu kanan ke paru-paru kiri
o Perhatikan apakah terdapat suara tambahan yangterdengar dari
stetoskop

Pada pemeriksaan fisik paru dapat ditemukan berupa :


Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dapat dibuat suatu klasifikasi
penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2
bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat
untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
7

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan


dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis
atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.1,2

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit
paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yangsering
mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume,
konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup
pemeriksaan :
o Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup
informasi tentang organisme yangcukup untuk menegakan
diagnosis presumtif.
o Kultur
sputum
mengidentifikasi
organisme
spesifikuntuk
menegakkan diagnosa defmitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini,
sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotik
dan setelahnya untukmenentukan kemanjuran terapi.
o Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotikdengan
mengidentifikasi
antibiotik
yang
mencegahpertumbuhan
organisme yang terdapat dalam sputum.Untuk pemeriksaan ini
sputum dikumpulkan sebelumpemberian antibiotik. Pemeriksaan
kultur dansensitivitas biasanya diinstruksikan bersamaan.
o Basil tahan asam (BTA) menentukan adanyamikobakterium
tuberkulosis, yang setelah dilakukanpewarnaan bakteri ini tidak
mengalami perubahanwarna oleh alkohol asam.
o Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinomaparu.
Sputum
mengandung
runtuhan
sel
daripercabangan
trakheobronkhial; sehingga mungkin sajaterdapat sel-sel
malignan. Sel-sel malignanmenunjukkan adanya karsinoma,
tidak terdapatnya selini bukan berarti tidak adanya tumor atau
tumor yangterdapat tidak meruntuhkan sel.
Tes kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24sampai
72jam.

Pengumpulan Sputum
8

Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan inisehingga


akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benarsesuai untuk
pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untukmengumpulkan hanya
sputum yang berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika
klien tidak dijelaskan demikian,klien akan mengumpulkan saliva dan
bukan sputum). Sputumyang timbul pagi hari biasanya adalah sputum
yang palingbanyak mengandung organisme produktif. Biasanya
dibutuhkansekitar
4
ml
sputum
untuk
suatu
pemeriksaan
laboratorium.Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum
termasuk:
o Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum ataumereka
yang sangat banyak membentuk sputum dapatmengalami
dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
o Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindarikemungkinan
muntah karena batuk.
o Instruksikan
klien
untuk
berkumur
dengan
air
sebelummengumpulkan
spesimen
untuk
mengurangi
kontaminasisputum.
o Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segerasetelah
spesimen terkumpul sehingga spesimen tersebutdapat dikirim ke
laboratorium secepatnya.

Computed Tomograph (CT)


CT
digunakan
untuk
mengidentifikasi
massa
dan
perpidahanstruktur
yangdisebabkan oleh neoplasma, kista, lesi
inflamasifokal, dan abses. CTscan dapat dilakukan dengan cepat-dalam20
menit, tidak termasuk proses analisis.Sebelum pemeriksaan,pastikan
izin
tindakan telah didapatkan dari klien, jawab setiappertanyaan
klien dan
keluarga tentang CTscan. Kliendipuasakan, dan jelaskan bahwa pemeriksaan
ini seringmembutuhkan media kontras. Karena media kontras
biasanyamengandung yodium (Juga disebut zat warna), tanyakan
klienapakah ia mempunyai alergi terhadap
yodium,
zat
warna,
ataukerang. Ingatkan agar klien tidak bergerak selama
prosedur,namun
ia dapat bercakap-cakap dengan teknisinya.

Pemeriksaan Endoskopi
Laringoskopi langsung biasanya dilakukan setelah klien
mendapat anestesi lokal
dengan kokain 10% atau anestesiumum. Satu
jam sebelum pemeriksaan klien diberikan
sedatif (mis. sekobarbital,
meperidin, atau narkotik lainnya) dan atropinsulfat. Pemberian
atropin
penting sebelum pemberian anestesilokal maupum umum. Untuk
laringoskopi langsung, kliendibaringkan dengan posisi kepala di atas
alat penyanggakepala.
Laringoskopi
mikro
yang
menggunakan

pengoperasianmikroskop
sekarang ini makin banyak digunakan. Metode
ini memberikan visualisasi binokular
lebih baik.
Laringoskop adalahtube berlubang yang terbuat dari logam dan
dilengkapi denganpemegang pada ujung proksimal dan mempunyai
sumbercahaya pada ujung
distalnya,
alat
ini
dimasukkan
oleh
doktermelalui mulut ke dalam laringofaring,
menaikkan
epiglotis,
dan
membuat bagian interior faring mudah diamati. Prosedur bedahminor
seperti biopsi atau pengangkatan tumor jinak yang kecildapat dilakukan
dengan instrumenini.Penatalaksanaankeperawatan setelah tindakan
laringoskopi
termasuk;(1)Pasien dalam status puasa sampai refleks
muntah pulih(sekitar 2 jam),(2)Periksa refleks muntah dengan menyentuh
bagian belakanglidah secara perlahan menggunakan bilah lidah, dan(3)Jika
refleks muntah positif, beri klien sedikit air sebelumdiberikan cairan atau
makanan lain untuk mencegah aspirasiyang tidak
diinginkan.2

4. Pengobatan
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan


perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.1,3

10

DAFTAR PUSTAKA

1. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. 1992. Pedoman


Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Jakarta. dimuat dalam jurnal rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran
Pernafasan
Akut
dengan
Penanggulangannya.
(http://www.repository.usu.ac.id) diakses pada tanggal 29 Agustus
2015.
2. Buku Blok Sistem Respirasi FK UNPRIAsih N G Y, Effendy C.
Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem
pernapasan. EGC Penerbit BukuKedokteran.
(//www.scribd.com/doc/74177546/Anamnese-Pemeriksaan-Fisik-DanPenunjang) diakses pada tanggal 31 agustus 2015.
3. Anonim. 1992. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit
Infeksi saluran
pernapasan akut. dimuat dalam jurnal rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran
Pernafasan
Akut
dengan
Penanggulangannya.
(http://www.repository.usu.ac.id) diakses pada tanggal 29 Agustus
2015.

11

Anda mungkin juga menyukai