Awal mulanya chewing gum menggunakan pemanis sukrosa yang
berkontribusi pada kerusakan gigi. Namun sekarang, mayoritas chewing gum di
US dan lebih dari setengah chewing gum di dunia menggunakan pemanis yang bebas gula seperti polyol (gula alkohol). Studi menunjukkan pengganti gula tersebut secara klinis tidak mengakibatkan produksi asam, dan disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) US sebagai zat non-kariogenik. Chewing gum telah dipelajari sebagai bahan pembawa bahan protektif gigi seperti kalsium, bikarbonat, karbamida, klorheksidin, fluoride, dan pemanis polyol , serta bahan pembawa bahan lain seperti nikotin, methadone, aspirin, antihistamin, antifungal, kafein, dan vitamin yang berguna dalam bidang medis. Fungsi dari pemanis polyol, terutama xylitol, baik sendiri maupun kombinasi dengan bahan pelindung gigi berperan dalam program preventif (pencegahan). Pada populasi dengan resiko karies tinggi, dapat memberikan dampat yang signifikan dalam pengurangan kerurasakan gigi dan peningkatan kesehatan rongga mulut. A. Chewing gum berdampak pada kesehatan rongga mulut Ada beberapa efek chewing gum, yaitu chewing gum dapat membersihkan debris dari gigi dan plak, menstimulasi aliran saliva, peningkatan pH saliva dan pH plak, dan mengurangi gingivitis serta periodontitis. Efek tersebut secara umum berdasarkan mekanisme mengunyah dan meningkatnya aliran saliva pada respon mastikasi. Mengunyah chewing gum setelah makan, akan mestimulasi peningkatan aliran saliva yang disertai dengan pningkatan konsentrasi bikarbonat, hal ini akan meningkatkan pH plak dan meningkatkan kapasitas buffer asam serta menginisiasi remineralisasi email. Tentu saja efek akan hilang jika menggunakan sukrosa sebagai bahan pemanis chewing gum. B. Chewing gum sebagai bahan pembawa fluoride, mineral, alkali, dan klorheksidin Sejak tahun 1960-an, chewing gum dikembangkan untuk dapat menghantarkan mineral seperti fluoride, kalsium, dan fostfat. Penelitian menunjukkan adanya peningkatan sistem buffer asam dan penurunan demineralisasi, serta peningkatan remineralisasi email. Chewing gum mengandung xylitol dan kalsium laktat yang juga dapat meningkatkan remineralisasi email. Bikarbonat telah diketahui secara efektif berguna untuk mengalkali saliva dan plak sehingga dapat mengurangi gingivitis. Antiseptik (klorheksidin), digunakan dalam mulut untuk mengobati gingivitis dan periodontitis. Sejauh ini belum terdapat panduan yang jelas mengenai jumlah, frekuensi, dan berapa lama penggunaan chewing gum secara efektif pada penggunaan klinis. (Limeback,2012) C. Peran xylitol sebagai bahan chewing gum Xylitol merupakan polyol 5-carbon, yang diproduksi dari sumber alami seperti birch, pohon beech dan tongkol jagung. Xylitol diabsorbsi lebih lambat jika dibandingkan dengan gula dan sedikit mengakibatkan kenaikan kadar insulin darah setelah dikonsumsi. Xylitol tidak dapat difermentasi oleh bakteri
kariogenik terutama oleh Streptococcus mutans . Xylitol akan berkompetensi
dengan sukrosa untuk dapat diabsorbsi oleh dinding sel bakteri kariogenik. Di dalam sel, xylitol dan sukrosa juga akan berkompetisi untuk memasuki proses fermentasi, proses ini yang menghasilkan energi bagi bakteri untuk melakukan replikasi serta pertumbuhan sel. Tidak seperti sukrosa, xylitol tidak dapat tefermentasi, yang artinya bakteri tidak dapat menghasilkan energi yang akan digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Ketika bakteri kariogenik tidak dapat menghasilkan energi, maka tidak akan dihasilkan asam laktat yang merupakan hasil samping metabolisme bakteri. Bakteri akan terus mencoba untuk memfermentasi xylitol dan tidak ada energi yang didihasilkan dari hasil metabolisme xylitol. Akibatnya bakteri Streptococcus mutans tidak dapat berreplikasi dan jumlahnya menurun. Hal tersebutlah yang memicu terjadinya penurunan agregasi bakteri dan penurunan kerusakan gigi. (Limeback,2012)
Limeback,H.,2012,Comprehensive Preventive Dentistry in Publication Data,John