Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan pada orang tua, bahkan menjadi menakutkan
bila muntah disertai darah (hematemesis). Orang tua akan segera mencari pertolongan dokter bila
mengalami hal ini.1,2 Muntah dapat sebagai awal penyakit saluran cerna atau diluar saluran cerna baik
berupa infeksi, inflamasi atau kelainan anatomi. Peningkatan tekanan intracranial dapat bermanifestasi awal
berupa muntah, begitu juga adanya infeksi sitemik dapat menimbulkan muntah.2,3 Tidak semua obat anti
muntah dapat diberikan kepada setiap anak karena penanganannya ditujukan kepada penyebab muntah
sendiri.1,3
Pada

bayi

yang

kecil

dan

sangat muda

atau

keterlambatan mental muntah

dapat

membahayakan terjadinya aspirasi hal ini mudah terjadi karena adanya koordinasi neuromuskuler
yang belum sempurna. Untuk mencegah hal tersebut posisi bayi dapat dimiringkan atau tengkurap
dan bukannya terlentang. Umur penderita adalah hal yang penting dalam kaitannya dengan muntah.
Pada periode neonatal terjadinya spitting atau regurgitasi sejumlah kecil isi lambung masih dalam
batas kewajaran dan bukan merupakan keadaan yang patologis dimana masih terjadi kenaikan berat
yang normal. Hal lain yang perlu dicermati adalah muntah juga merupakan manifestasi dari kelainan
bawaan obstruksi gastrointestinal yang bila tidak diterapi secara memadai dapat fatal4,5.
Muntah akut merupakan gejala yang sering terjadi pada kasus abdomen akut dan infeksi intra
maupun ekstra gastrointestinal. Berlainan dengan muntah akut, muntah kronis/berulang sering merupakan
faktor yang penting dari gambaran klinik suatu penyakit. Karena penyakit yang mendasari muntah
kronik/berulang sering tidak jelas maka sering disebut unexplained chronic vomiting. Belum terdapat
batasan yang jelas untuk muntah kronik, tetapi batasan muntah kronik sering disamakan dengan batasan
diare kronik, yaitu muntah yang berlangsung lebih dari dua minggu3

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Muntah adalah dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif. Usaha mengeluarkan isi
lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot dinding perut. Secara klinis, kadang-kadang sulit dibedakan dengan
refluks gastroesofagus dan regurgitasi. Refluks gastroesofagus (RCE) didefinisikan sebagai kembalinya isi
lambung kedalam esofagus tanpa adanya usaha dari bayi atau anak. Apabila isi lambung tersebut dikeluarkan
melalui mulut, maka keadaan ini disebut sebagai regurgitasi. Oleh karena itu, muntah pada bayi atau anak harus
dipikirkan pula kemungkinan suatu RCE.
Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang tidak sengaja tertelan.
Muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya
sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan penekanan pada saluran pencernaan3,4,8.

2.2 Diagnosis
Mengingat bahwa muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis
muntah tergantung pada diferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala
gastrointestinal yang lain. Setelah dilakukan anamnesis lengkap mengenai muntahnya, kemudian dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik penderita, maka untuk membantu penegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan
penunjang. Jenis pemeriksaan penunjang dipilih sesuai dengan dugaan diagnosis berdasarkan data anamnesis
dan manifestasi klinis1,4,5,7.

2.3 Anamnesis1,3,4,5
Rangkaian pertanyaan yang dapat membimbing kita pada diagnosis yang tepat, sebagai berikut:
-

Usia dan jenis kelamin

Tentukan lebih dulu, apakah yang dihadapi: spitting, regurgitasi atau muntah

Kapan mulai muntah

Derajat/beratnya muntah, kekuatannya (projektil)

Bagaimana keadaan kesehatan anak: apakah ia menjadi kurus atau penambahan berat badan normal

Adakah faktor predisposisi (yang lebih dikenal orang tua) yang menyebabkan timbulnya muntah ini
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNMAL RS Haji Medan

Apakah ada penyakit lain yang menyerang anak, seperti hidrosefalus, intoleransi susu, riwayat operasi
abdomen dll.

Bagaimana bentuk/isi muntahan, apakah seperti susu/makanan asal (isi dari esofagus), telah
merupakan susu yang telah menggumpal (isi lambung) atau mengandung empedu (isi duodenum) dan
adakah darah

Saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum

Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi kejadian muntah

Diperlukan informasi tentang diet: kualitas, kuantitas, ddan frekuensi makan, penting terutama pada
anak kecil

Bagaimana teknik pemberian minum

Bagaimana pula kondisi psikososial di rumah: bagaimana sifat ibu, ayah, apakah pencemas, apakah
ada nenek yang sering ngomel.
Anamnesa tambahan dapat berupa sebagai berikut:

Muntah yang terjadi saat makanan atau minuman baru sampai di dalam rongga mulut, pikirkan adanya
infeksi rongga mulut.

Adanya riwayat hidramnion selama kehamilan, pikirkan kemungkinan atresia esofagus

Bayi dengan muntah menyemprot beberapa saat setelah diberi minum pikirkan adanya gangguan
gastric outlet

Muntah dengan riwayat keterlambatan pengeluaran mekonium atau konstipasi sejak lahir perlu
dipikirkan adanya Morbus Hirschprung

Muntah didahului nyeri perut dan perut kembung perlu dipikirkan adanya obstruksi saluran cerna

Muntah pada bayi yang terjadi beberapa saat setelah minum sedangkan faktor lain yang disebut di
atas tidak ada, perlu dipikirkan kemungkinan RGE atau faktor non-organik sebagai penyebab muntah

Muntah pada anak yang selalu terjadi pada keadaan tertentu yang sama, perlu dipikirkan faktor
psikogenik sebagai dasar keluhan tersebut

2.4 Pemeriksaan Fisik1,3,4,5,7


-

Keadaan umum: kompos mentis, lethargi, kejang, gejala neurologi yang lain
Ikterus, rhinitis, moniliasis
Status hidrasi/sirkulasi: nadi, tensi, berat badan, lingkaran lengan, lingkaran kepala, KMS
Bila ada tanda infeksi, pikirkan muntah sebagai salah satu gejala infeksi tersebut
Bercak putih dengan dasar merah pada rongga mulut perlu dipikirkan suatu kandidiasis oral
Hipersalivasi pada bayi baru lahir, pikirkan adanya aresia esofagus
Muntah yang didahului gambaran gerakan peristaltik lambung setelah diberi minum, pikirkan stenosis

pilorus hipertrofik.
Distensi perut dan pada pemeriksaan colok dubur ditemukan ampula kolaps, perlu dipikirkan
kemungkinan adanya morbus hirschsprung.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNMAL RS Haji Medan

Obstruksi saluran cerna perlu dipikirkan bila ditemukan perut distensi dan bising usus meningkat pada

daerah proksimal dan menurun pada daerah distal.


Muntah pada bayi yang disertai gejala klinis lainnya seperti diare, kembung, eritema perianal, dan

sering flatus, perlu dipikirkan adanya intoleransi laktosa.


Muntah yang terjadi pada bayi sehat dan tidak ditemukan gejala seperti yang disebut diatas, perlu
dipikirkan adanya faktor organik, seperti teknik pemberian minum atau iritasi cairan amnion(bayi baru
lahir).

2.5 Pemeriksaan Penunjang1,3,4,5


Pemeriksaan laboratorium
-

Pemeriksaan urin: urin lengkap, reduksi, kultur

Pemeriksaan darah: darah lengkap, BUN, serum kreatinin, serum elektrolit, analisis gas darah, analisis
asam amino, LFT, glukosa darah, amonia
Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya:

kecurigaan terhadap atresia esofagus dapat dilakukan pemasangan pipa nasogastrik dan
pemeriksaan foto Roentgen toraks

adanya gangguan gastric outlet dapat dibuktikan dengan pemeriksaan minum barium, sedangkan
stenosis pilorus hipertrofi selain dengan minum barium dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
ultrasonografi

kecurigaan terhadap Morbus Hirschprung dapat dilakukan pemeriksaan barium enema dan biopsi
hisap rektum

adanya ileus (paralitik atau obstruksi) dapat dibuktikan dengan pemeriksaan foto polos abdomen 2
atau 3 posisi untuk melihat distribusi udara

adanya infeksi dapat dibuktikan dengan pemeriksaan darah perifer lengkap dan urin lengkap

kecurigaan adanya refluks esofagus dapat dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan pemantauan
pH esofagus 24 jam

konsultasi ke psikolog bila dicurigai adanya faktor psikogenik

kecurigaan kelainan organ di luar saluran cerna dapat dilakukan pemeriksaan sesuai SPM kelainan
tersebut.

2.6 Diagnosis Banding


Pada dasarnya penyebab muntah sangat banyak. Pendekatan muntah pada anak merupakan
problem yang sulit, diagnosa banding bukan hanya menyangkut masalah gastrointestinal tetapi juga
masalah emergensi pada anak. Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi dan tergantung usia.
Beberapa keadaan dapat sebagai pencetus terjadinya muntah seperti infeksi, iritasi makanan, trauma,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNMAL RS Haji Medan

alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness dan motin sickes, kelainan pada saraf seperti
trauma dan infeksi.Klasifikasi muntah biasanya didasarkan pada lokus anatomi, umur penderita, adanya
gejala dan tanda asosiasi yang lain4,5. Muntah harus dibedakan dengan:
Possetting
Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut. Sering didahului oleh
bersendawa. Tidak berbahaya. Akan hilang dengan sendirinya1,3.
Ruminasi (merycism)
Suatu kebiasaan abnormal, mengeluarkan isi lambung, mengunyahnya, kemudian menelannya kembali.
Kadang-kadang dirangsang secara sadar dengan mengorek faring dengan jari. Tidak berbahaya.
Kebiasaan sadar yang sulit untuk dihilangkan. Membutuhkan bimbingan psikologik/psikoterapi yang
intensif1,3.
Regurgitasi (gumoh, spitting)
Disebabkan inkompetensi spinkter kardioesofageal dan/atau memanjangnya waktu pengosongan
lambung. Dapat mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan infeksi traktus respiratorius berulang akibat
aspirasi. Malahan diperkirakan bisa merupakan salah satu penyebab sudden infant death syndrome. Tapi
sebagian besar akan menghilang sendiri dengan bertambahnya umur bayi1,3.
Refluks gastroesofageal (RGE)
RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini mungkin normal atau dapat pula
abnormal. Setiap refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah, tetapi setiap regurgitasi pasti
disertai refluks3.

Tabel 1. Diagnosis Banding Muntah pada Bayi4

Common

Rare

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

Anatomic obstruction

Adrenogenital syndrome

Gastroenteritis

Brain tumor (increased intracranial pressure )

Gastroesophageal reflux

Food poisoning

Overfeeding

Inborn error of metabolism

Systemic infection

Renal tubular acidosis

Rumination

Subdural hemorrhage

Tabel 2. Diagnosis Banding Muntah pada Anak dan Remaja4

Child

Adolescent

Common

Gastroenteritis

Gastroenteritis

Systemic infection

Syatemic infection

Toxic ingestion

Toxic ingestion

Pertussis syndrome

Inflammatory bowel disease

Medication

Appendicitid

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

Migraine

Pregnancy

Medication

Ipecac abuse/bulimia

Rare

Reye syndrome

Reye syndrome

Hepatitis

Hepatitis

Peptic ulcer

Peptic ulcer

Pancreatitis

Pancratitis

Increased intracranial pressure

Increased intracranial pressure

Middle ear disease

Middle ear disease

Chemotherapy

Chemotherapy

Achalasia

Cyclic vomiting

Cyclic vomiting

Biliary colic

Esophageal stricture

Renal colic

Duodental hematoma

Inbern error of metabolism

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

2.7 Penatalaksanaan1,3,4,5,7,8
1. Umum
a. Efek Lokal
Robekan Mallory-Weiss biasanya hanya menimbulkan perdarahan kecil sehingga tidak
diperlukan suatu tindakan. Sebaliknya robekan esofagus (sindroma Burhave) memerlukan tindakan
radikal.
b. Efek Metabolik
Pada penderita muntah berulang dan berkepanjangan dapat terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang memerlukan cairan dan elektrolit pengganti (Ringer
laktat), kemudian disusul dengan pemberian cairan dan elektrolit untuk rumatan
c. Aspirasi
Aspirasi isi lambung yang masif memerlukan pemberian antibiotika dan kadang-kadang
kortikosteroid. Pada inhalasi isi lambung berupa susu dalam jumlah dikit demi sedikit dapat
menimbulkan sensitisasi terhadap protein susu sapi sehingga menimbulkan bronkhitis alergik
d. Efek Nutrisi
Menjelaskan kepada orang tua mengenai cara-cara pembuatan minuman/ makanan, dan
teknik pemberian makanan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah menekankan hubungan yang
harmonis antara bayi dengan ibu dan ayah. Bila muntah terus menerus dan diperkirakan akan
menimbulkan terjadinya gangguan gizi atau penyembuhan muntah akan berlangsung lama,
kadang-kadang diperlukan pemberian nutrisi parenteral
2. Simptomatik
Obat Antiemetik
Walaupun tujuan utama penatalaksanaan muntah adalah menghilangkan kausa spesifiknya,
namun penatalaksanaan simptomatik untuk mengurangi atau menghilangkan gejala muntah acapkali
perlu dilakukan terlebih dahulu. Perlu diingat bahwa pada keadaan yang akut dan muntah yang hebat,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNMAL RS Haji Medan

obat anti muntah hanya bermanfaat jika obat tersebut dapat diserap dalam jumlah yang cukup.
Menghentikan makan/minum untuk beberapa jam dapat membantu mengurangi hebatnya muntah
sehingga memungkinkan pemberian obat-obat per oral.
Titik tangkap kerja obat anti muntah
Titik tangkap kerja obat anti muntah dapat terletak di beberapa bagian tubuh, misalnya reseptor
kimia terutama dipengaruhi oleh golongan fenotiasin, anti histamin dan antagonis dopamin.
Pusat muntah dipengaruhi secara langsung oleh golongan anti kholinergik. Reseptor di
vestibulum oleh golongan antihistamin, sedangkan reseptor perifer dipengaruhi secara berbeda-beda
oleh golongan fenotiasin, antagonis dopamin, betanekhol, peningkatan asetilkholin oleh golongan
metoklopramide, domperidone dan cicaprid. Secara umum dapat dikatakan, antihistamin terutama baik
dipergunakan untuk anti mabuk (motion sickness), antagonis dopamin untuk motilitas gastrointestinal
dan golongan fenotiazin untuk efek samping dari obat sitostatika, radiasi dan uremia.

Tabel 3. Golongan obat antiemetik3


Antikolinergik

Antihistamin

Hyocine, Buskopan, Holopon, Atropin

Dimenhydrinate (Dramamin, Antimo), Meclozine


(Tavegyl), Promethazine (fenergan, Avropeg)

Fenotiazin

Proklorperazine (Stemetil), Pervenazin (Avomit),


Tietilperazine maleat (Torecan)

Antagonis dopamin

Metoklopramid (Vomitrol), Domperidone (Motilium)

Meningkatkan asetilkolin

Metoklopramid

Langsung pada reseptor muskarinik

Betanechol

Berdasarkan pengaruhnya terhadap motilitas usus, obat yang biasa diberikan sebagai obat
simptomatik untuk muntah dapat dibagi menjadi 2 golongan:
Golongan I.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNMAL RS Haji Medan

Golongan stimulan motor gastrointestinal


Merupakan bahan (seringkali neurotransmiter atau sejenis) yang meningkatkan aktifitas otot polos.
Selain merangsang motilitas juga merangsang sekresi yang tidak terbatas pada usus saja.
Contoh: Betanechol, yang pada anak hanya digunakan pada RGE
Golongan II.
Golongan obat prokinetik
Obat ini menormalisir gangguan motilitas otot sehingga mempunyai sifat memperbaiki koordinasi
aktifitas peristaltik. Protipe dari golongan ini adalah metoklopramide yang mempunyai efek
antagonis terhadap reseptor dopamin (antagonis terhadap inhibisi motorik oleh dopamin) yang
tidak saja terbatas pada tingkat gastrointestinal, tetapi juga mempunyai pengaruh pada tingkat
susunan syaraf pusat sehingga dapat terjadi efek samping neurologik.
Obat golongan Domperidone (Motilium) dikatakan mempunyai efek sama tetapi tanpa
mempengaruhi susunan syaraf pusat, walaupun tidak spesifik.
Kedua obat antagonis dompamin ini daya prokinetikya adalah dengan cara antagonistik
terhadap inhibisi motorik oleh dopamin.
Akhir-akhir ini diproduksi obat yang mempunyai daya prokinetik tanpa efek antagonistik,
mempunyai efek langsung merangsang pengeluaran asetilkolin secara fisiologik dalam pleksus
mienterikus, dan dengan demikian mempunyai efek spesifik motorik pada tingkat usus bagian distal.
Tabel 4. Obat-obat yang mempengaruhi motilitas usus3
Mekanisme aksi

Stimultan motilitas

Obat prokinetik

Efek langsung pada reseptor

Betanechol

---

Antagonis reseptor Dopamin

---

Metoklopramid, Domperidone

Meningkatkan asetilkolin

---

Metoklopramid, Cisaprid

muskarinik

Obat yang sering dipakai mengobati muntah dan gangguan motilitas lambung:
1. Metoklopramid
Cukup efektif, cara kerja adalah blokade reseptor dopamine di CTZ (chemo receptive trigger zone),
sehingga dapat mengontrol baik nause maupun muntah secara sentral. Perlu diingat, obat ini dapat
menyebabkan reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulogirik
2. Domperidone
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNMAL RS Haji Medan

10

Dapat dikatakan lebih aman. Cara kerja blokade dopamin reseptor baik di CTZ, maupun di usus.
Dapat diberikan per oral atau supositoria. Bioavalibity rendah sebab cepat mengalami metabolisme di
dinding usus dan hati, dan hanya sedikit masuk kedalam otak.
Untuk mencegah nausea dan muntah pada pengobatan sitostatika, dosis per oral 1 mg/kg bb/hari
(lebih efektif dari metoklopramid 0,5 mg/kg bb/hari). Dosis pada anak-anak 0,2-0,4 mg/kg bb/hari per
oral, interval 4-8 jam.
3. Cisapride
Obat prokinetik yang baru, meningkatkan pengeluaran asetilkoholin secara fisiologis yang selektif
pada tingkat post ganglionik dari syaraf pada pleksus mienterikus. Tidak mempunyai sifat blokade
pada reseptor dopamin, tetapi meningkatkan peristaltik gastroduodenal. Pada anak juga efektif untuk
mencegah refluks dan memperbaiki klerens dari refluks material di esofagus. Dosis 0,2-0,4 mg/kg
bb/hari.
4. Betanekhol
Suatu kholinester dengan cara kerja selektif pada muskarinik reseptor, efek kerjanya cukup panjang.
Pada anak-anak dipakai untuk terapi RGE, dosis 0,6 mg/kg bb/hari, dibagi 3 dosis, per oral atau 0,150,2 mg/kg bb/hari sub kutan.

2.7 Pencegahan dan pendidikan


1. Anak diistirahatkan (sebaiknya di tempat tidur) sampai merasa lebih enak
2. Minuman diberikan dengan menggunakan sendok, sedikit demi sedikit yang dinaikkan secara bertahap
setiap 15 menit
3. Dapat diberikan minuman manis seperti jus (kecuali jeruk dan anggur karena terlalu asam), sirup, atau
madu (umur di atas 1 tahun)
4. Hindarkan makanan padat selama 6 jam
5. Berikan rasa nyaman (turunkan suhu tubuh)
6. Hindarkan aktivitas berlebihan setelah makan
2.9 dispepsia fungsional
2.9.1 definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yaitu dys berarti sulit dan pepse berarti pencernaan. Dispesia
merupakan nyeri kronis atau berulang atau ketidaknyamanan berpusat di perut bagian atas. Kumpulan
keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Gejalanya meliputi nyeri epigastrium, perasaan cepat kenyang (tidak dapat menyelesaikan
makanan dalam porsi yang normal), dan rasa penuh setelah makan.4-6
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNMAL RS Haji Medan

11

Dispepsia fungsional adalah .bagian dari gangguan pencernaan fungsional yang memiliki gejala umum
gastrointestinal dan tidak ditemukan kelainan organik berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
dan endoskopi. Kebanyakan pasien dengan keluhan dispepsia pada saat pemeriksaaan tidak ditemukannya
kelainan organik yang dapat menjelaskan keluhan tersebut (seperti chronic peptic-ulcer disease, gastrooesophageal reflux, malignancy).4-6
Pada anak, dispepsia termasuk dalam salah satu bagian dari sakit perut, yang merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada anak, dimana adanya gejala nyeri ulu hati, cepat kenyang, rasa kembung, dan nyeri epigastrium
atau heartburn.9
2.9.2 terapi10

Pada dispepsia organik, jika ditemukan penyebab organiknya maka tatalaksana disesuaikan dengan
penyebab yang mendasari. Sedangkan tujuan terapi pada dispepsia fungsional adalah untuk
meringankan gejala simtomatiknya.

Mengurangi atau menghindari makanan pedas, berlemak, atau makanan minuman yang mengandung
kafein mungkin dapat membantu sehubungan dengan onset gejala.

Pengobatan seperti prokinetic agent (meningkatkan motilitas gastrointestinal), H2-blockers (mengurangi


produksi asam), proton pump inhibitors (membatasi produksi asam), dan antidepresan trisiklik dosis
rendah (mengurangi nyeri) dapat digunakan untuk terapi.

Pada ulcer-like dyspepsia mungkin dapat berespon dengan propulsive agents yang dapat membantu
dalam mengantrol pergerakan karena ulcer-like dyspepsia

berhubungan dengan motilitas

gastrointestinal

Pada sebagian kecil anak mungkin terdapat gangguan kebiasaan atau gangguan psikologi yang
mendasari terjadinya dispepsia sehingga terapi modifikasi lingkungan, psikoterapi, mengurangi stres
atau hipnoterapi mungkin diperlukan.

2.9.3 komplikasi

Pengobatan dispepsia dengan obat penekan asam dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi
enterik, pneumonia, patah tulang, dan kekurangan mikronutrien (Rippel SW et al., 2012)

Pada anak lebih sering terjadi dispepsia fungsional meskipun tidak mengancam kehidupan, dispepsia
fungsional dikaitkan dengan dampak yang besar pada kualitas hidup (QOL) dan pengeluaran kesehatan
.11

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

12

2.9.4 prognosis
Pasien dispepsia fungsional memiliki prognosis kualitas hidup lebih rendah dibandingkan dengan
individu dengan dispepsia organik. Dispepsia organik prognosis baik jika pemeriksaan klinis dan penunjang
akurat.12

BAB III
KESIMPULAN

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

13

Muntah merupakan pengeluaran isi lambung/esofagus dengan paksa. Usaha mengeluarkan isi lambung
akan terlihat sebagai kontraksi otot dinding perut. Muntah harus dibedakan dari posseting,ruminasi, regurgitasi
dan refluks gastroesofageal.
Muntah dapat dikatakan salah satu dari mekanisme pertahanan tubuh yang mengindentifikasi dan
berupaya mengeluarkan agen yang merugikan yang telah tertelan. Meskipun muntah terkesan hal yang
sederhana tetapi gejala ini dapat mengartikan begitu banyak kemungkinan penyebab yang mendasarinya mulai
dari keadaan yang ringan dan masih dalam batas normal, tetapi juga mungkin merupakan keadaan yang serius.
Muntah yang berkepanjangan dan berulang pada anak akan menimbulkan keadaan yang lebih buruk dan apabila
tidak ditangani dengan adekuat akan menyebabkan komplikasi yang berat. Pengenalan dan pendekatan
diagnosis sangat diperlukan.
dispepsia pada anak termasuk dalam salah satu bagian dari sakit perut, yang merupakan keluhan yang
sering dijumpai pada anak, dimana adanya gejala nyeri ulu hati, cepat kenyang, rasa kembung, dan nyeri
epigastrium atau heartburn.
Diharapkan melalui referat ini, muntah sebagai suatu gejala klinis dapat lebih dikenali dengan pendekatan
diagnostik yang benar dengan tujuan mencari etiologi yang tepat agar dapat segera ditangani.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

14

1. Ismail R dan Wahyu H. Muntah Pada Anak. Dalam: Suharyo, ed. Gastroenterologi Anak Praktis. 1988.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 109-115.
2. Markum AH, Ismael S, Alatas H. Muntah Pada Bayi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985.
Jakarta: Infomedika. Hal. 311.
3. Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Anak. 2005. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 155-169.
4. Putra, Deddy S. Muntah Pada Anak. Diunduh dari: www.dr-deddy.com/artikel-kesehatan/4-muntah-padaanak.pdf. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.
5. Sudarmo, Subijanto M. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak. Diunduh dari:
www.pediatrik.com/buletin/20060220-hw0gpy-buletin.pdf. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.
6. Ravelli, Alberto. Recurrent Vomiting. Dalam: Guandalini, Stefano ed. Essential Pediatric
Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. 2005. USA: McGraw-Hill Medical Publishing. Hal. 3-14.
7. Laney, Wayne. The Gastrointestinal Tract & Liver. Dalam: Rudolph, Abraham ed. Rudolphs
Fundamentals of Pediatrics. 2002. USA: McGraw-Hill Medical Publishing. Hal. 466-472.
8. Sondheimer, Judith. Vomiting. Dalam: Walker, Allan ed. Pediatrics Gastrointestinal Disease. 2004. USA:
BC Decker. Hal. 203-209.
9. Tack J, Nicholas J, Talley, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, et al. 2006. Functional Gastroduadenal.
Gastroenterology Journal. 130:1466-1479.
10. Baucke VL, 2006. Dyspepsia in Children. International Foundation for Functional Gastrointestinal
Disorder.
11. Rippel SW et al., 2012. Pediatric Patients with Dyspepsia Have Chronic Symptoms, Anxiety, and Lower
Quality of Life as Adolescents and Adults. Gastroenterology. 2012 April ; 142(4): 754761.
doi:10.1053/j.gastro.2011.12.043
12. Abdullah M dan Gunawan J, 2012. Dispepsia. CDK-197/ vol. 39 no. 9, th. 2012

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


FK. UNMAL RS Haji Medan

15

Anda mungkin juga menyukai