BAHAN
AKTIF EKSTRAK LENGKUAS
BAB I
LATAR BELAKANG
Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) merupakan salah satu tanaman dari
famili Zingiberaceae yang rimpangnya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Secara
tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat sakit perut, karminatif, anti
jamur, anti gatal, bengkak, anti allergi, dan anti hipoglikemik (Kubo et al. 1991;
Akhtar et al.
2002; Matsuda
hidrolisis, dan senyawa ini tidak terdapat dalam minyak atsiri lengkuas. Senyawa
antijamur lainnya dari lengkuas dan sangat efektif untuk menghambat
pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Candida albicans adalah
(E)-8,17 epoksilabd-12-en-15,
16-dial, (E)-8-(17)-12-labadiene-15,
16 dial,
aktivitas biologi, dan pada gilirannya terhadap efek terafitik yang diberikan (Aftab
dan Sial 2004).
KELOMPOK 1
KELOMPOK 1
1997; Ghannum
mengontrol mikroba penyebab penyakit pada kulit dan rambut sangat diperlukan
(Kubo et al. 1991).
Penggunaan bahan alami untuk mengobati penyakit telah banyak dilakukan
oleh masyarakat dunia karena keamanannya (Alleyne et al. 2005). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektifitas daya anti jamur lengkuas setelah
diformulasikan dalam sabun transparan, karakteristik, dan penerimaan konsumen
terhadap sabun transparan yang dihasilkan. Aplikasi ekstrak lengkuas dalam
sabun transparan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari lengkuas.
KELOMPOK 1
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
Genus
: Alpinia
Spesies
2. Kandungan kimia
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri
berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %,
sineol 20 % 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, -pinen, galangin,
dan lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut
galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin,
kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa
flavonoid, dan lain-lain.
3. Aktivitas biologi
KELOMPOK 1
Buah lengkuas
Trichophyton
KELOMPOK 1
16-dial, (E)-8-(17)-12-labadiene-15,
16 dial,
dan galanolakton
BAB III
METODE KERJA
1. Formula
KELOMPOK 1
KELOMPOK 1
Komposisi/Composition (%)
1
2
3
6,8
6,6
6,4
19,8
19,6
19,4
6,0
6,0
6,0
20,1
19,9
19,7
9,8
9,6
9,4
15,0
15,0
15,0
13,8
13,6
13,4
1,0
1,0
1,0
0.2
0,2
0,2
6,5
6,5
6,5
1,0
2,0
3,0
2. Pengolahan Sampel
Pengolahan sampel dilakukan dengan mengekstraksi lengkuas, yang
dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat 60%
(perbandingan bahan terhadap pela-rut 1:10), diaduk selama 3 jam, lalu
didiamkan selama 1 malam. Setelah penyaringan, kemudian filtrat diuapkan
pelarutnya dengan pengurangan tekanan sampai diperoleh ekstrak kental.
Kualitas ekstrak lengkuas dianalisis dengan penentuan pH, sisa pelarut, dan
kelarutan
dalam
alkohol
80%.
Aplikasi
terhadap
sabun
transparan
Hasil analisis/
Analysis result
(%)
Materia Medika
Indonesia (1978)
(%)
7,80
9,12
2,93
Tidak dipersyaratkan
3,9
3,7
31,22
5,2
21,60
1,7
Kadar air sari larut dalam alkohol dan air jauh melebihi ketentuan
standar. Gupta (1999) menerangkan bahwa kadar sari larut dalam alkohol
dan kadar sari larut dalam air dilakukan untuk mengetahui jumlah zat
berkhasiat yang dapat larut dalam suatu pelarut, baik alkohol maupun air.
Senyawa yang dapat larut dalam alkohol dari lengkuas, antara lain
galangin, eugenol, kaemferol, dan kuersetin.
b) Karakteristik sabun transparan
Karakteristik sabun yang dihasilkan biasanya dipengaruhi oleh
distribusi dari asam-asam lemak yang digunakan (George 1994). Asamasam lemak yang digunakan pada penelitian ini berasal dari minyak kelapa
dan minyak jarak.
1) Kadar air
Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa kadar air sabun
transparan tidak berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi ekstrak
lengkuas. Sabun transparan dengan penambahan ekstrak lengkuas 1;
2; dan 3%, masing-masing mempunyai kadar air 17,44; 17,46; dan
17,46%. Bila dibandingkan dengan standar kadar air maksimal yakni 17
%, ternyata kadar air sabun transparan
Bila
dibandingkan dengan SASO untuk jumlah asam lemak dan fraksi tak
tersabunkan, sabun yang dihasilkan memiliki karakteristik yang
berbeda. Dalam standar disebutkan untuk jumlah minimal untuk asam
lemak 65% dan kadar fraksi tak tersabunkan 2,0%. Fraksi tak
tersabunkan berkaitan dengan
minyak atau lemak yang tak tersabunkan karena hidrokarbon alkali dan
tidak larut dalam air.
lebih gelap
Bila sabun
terlalu lunak akan menyebabkan sabun mudah larut dan menjadi cepat
rusak (Anonymous, 2007).
4. Cara Pembuatan Sediaan
Formulasi untuk sabun transparan menggunakan modifikasi metode
Cognis (Anonymous 2003), sesuai dengan Tabel 1. Proses pembuatan sabun
diawali dengan mereaksikan asam stearat dengan fase asam lemak dengan
NaOH. Asam stearat dilelehkan dengan pemanasan (70C) sampai mencair.
Setelah asam stearat dan minyak homogen, kemudian ditambahkan larutan
NaOH 30% pada suhu 60-70oC. Pada saat penambahan NaOH ini, adonan
akan menjadi keras dan lengket yang menunjukan terbentuknya stok sabun.
Pengadukan
terus
dilakukan
penambahan
gliserin
sehingga
sampai
homogen
pengadukan
lebih
kemudian
dilakukan
mudah
dilakukan.
5. Uji Stabilitas
a) Uji Efektifitas sabun transparan antijamur terhadap jamur uji
Sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas mampu
menghambat pertumbuhan jamur uji, yaitu M. canis dan T. mentagrophytes.
Kedua jamur ini mudah menginfeksi kulit karena adanya kontak dengan
sesama, terutama dengan hewan piaraan seperti anjing, kucing, dan burung
(Trakranrungsie et al. 2008; Adenkule dan Okali 2004). Diameter hambat
sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas 1% terhadap
T.
yang ada dalam ekstrak sangat efektif untuk mengendalikan jamur tersebut
(Hernani et al. 2007). Diameter
menunjukkan
bahwa
perbedaan
yang
berwarna
lengkuas
pada tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Adenkule, A.A. and S.O. Okoli. 2004. Antifungal Activity of the Crude Extract
of Alafia barberi Oliver (Apocynaceae) and Chasmanthera dependens
Hoscht (Menisper-maceae). Hamdard. XLV(3):52-56.
Aftab, K. and A.A. Sial. 2004. Phytomedicine : New and Old Approaches.
Hamdard. XLII(2): 11-15.
Akhtar, M.S., M.A. Khan, and M.T. Malik. 2002. Hypoglycemic Activity of
Alpinia galanga Rhizome and Its Extract in Rabbits. Fitoterapia. 73:623628.
Alexander, B.D. and J.R. Perfect. 1997. Antifungal Resistence Trends Towards
the Year 2000. Implications for Theraphy and New Approaches. Drugs.
54:657-678.
Alleyne, T., S. Roche, C. Thomas, and A. Shirley. 2005. The Control of
Hypertension by use Coconut Water and Mauby : Two Tropical Food
Drinks. West Indian Med. J. 54(1):3-8.
Anonymous. 1962. Farmakope Indonesia I. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. 506 hlm.
Anonymous. 1998. Quality Control for Medicinal Plant Material. WHO,
Geneva : 1-3. Anonymous. 2002. Annual Book of ASTM Standards. Vol
15. West Conshocken, PA, USA. 12-14, 80.
Anonymous. 2003. Clear Bar Soap, Formulation No : GWH 96/25. Care
Chemical Division PT. Cognis Indonesia, Jakarta. 20 Januari 2009.
Anonymous. 2004. Transparent Soap Formulations and Methods of Making
Same. http://www.free patentsonline.com/5529714.html. 20 Januari
2009.
Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti
Jamur. Puslitbang Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta. 130:28-30.
Trakranrungsie, N.,
A. Chatchawanchontera, and W. Khunkitti. 2008.
Ethnoveterinary Study for Anti Dermotophytic of Piper betle, Alpinia
galanga and Allium ascalonicum Extracts In Vitro. Reserach in
Veterinary Science. 84:80-84.
Windono, T. dan Sutarjadi. 2002. Penyebaran dalam Aneka Jenis Bahan Alami
Serta Profil Struktur Kimia Senyawa Antifungi terhadap Candida
albicans dan Trichophyton mentagrophytes. Artocarpus. 2(2):48-62.