Laporan Prak Fix
Laporan Prak Fix
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
3.5.2
3.5.3
3.5.4
3.5.5
Page 2
3.5.6
Page 3
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pelaksanaan Kegiatan Percobaan................................................................................ 17
Tabel 2 Data suhu kompos ....................................................................................................... 24
Tabel 3 Hasil Pengamatan jumlah tanaman yang hidup dan mati ........................................... 25
Tabel 4 Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman pada tanaman buncis 2 ....... 28
Tabel 5 Rata-Rata Tinggi Tanaman Bawang Daun ................................................................. 31
Tabel 6 Pengamatan pertumbuhan tanaman buncis 2 berumur 1 MST ................................... 39
Tabel 7 Pengamatan pertumbuhan tanaman buncis 2 berumur 2 MST ................................... 39
Tabel 8 Pengamatan pertumbuhan tanaman buncis 2 berumur 3 MST ................................... 40
Tabel 9 Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang daun tanggal 27 April 2015 .................. 40
Tabel 10 Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang daun tanggal 4 Mei 2015 .................... 41
Tabel 11 Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang daun tanggal 11 Mei 2015 .................. 41
Page 4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Layout penanaman sawi dan bawang putih secara organik ................................... 16
Gambar 2 Grafik Jumlah Tanaman Tumbuh Per Lubang Tanam ............................................ 26
Gambar 3 Benih buncis 2 ......................................................................................................... 27
Gambar 4 Benih buncis 1 ......................................................................................................... 27
Gambar 5 Grafik Rata-Rata Tinggi Tanaman Buncis 2........................................................... 28
Gambar 6 Grafik Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman Buncis 2 .......................................... 28
Gambar 7 Tanaman buncis 2 berumur 1 MST......................................................................... 30
Gambar 8 Tanaman buncis 2 berumur 2 MST......................................................................... 30
Gambar 9 Tanaman buncis berumur 3 MST yang hidup ......................................................... 30
Gambar 10 Tanaman buncis berumur 3 MST yang layu ......................................................... 30
Gambar 11 Grafik rata-rata tinggi tanaman bawang daun ....................................................... 31
Gambar 12 Tanaman bawang daun yang berbunga tanggal 11 Mei 2015 ............................... 31
Gambar 13 Pencampuran tanah dan kompos ........................................................................... 35
Gambar 14 Proses penimbangan kompos ................................................................................ 35
Gambar 15 Proses pemberian kompos di lahan ....................................................................... 35
Gambar 16 Proses pemerataan kompos pada tanah ................................................................. 35
Gambar 17 Proese pembuatan MOL dari buah maja ............................................................... 36
Gambar 18 Salah satu alat untuk pembuatan MOL (botol dan gula pasir) .............................. 36
Gambar 19 MOL siap untuk disimpan..................................................................................... 36
Gambar 20 Serbuk gerjaji dan dedak yang sudah diberi Trichoderma spp. ............................ 37
Gambar 21 Proses pembuatan pengendali hayati Trichoderma spp. ....................................... 37
Gambar 22 Kompos yang telah diinkubasi dengan Trichoderma ........................................... 37
Gambar 23 Bibit bawang daun ................................................................................................ 38
Gambar 24 Proses penanaman bawang daun ........................................................................... 38
Gambar 25 Proses penyiraman ................................................................................................ 38
Gambar 26 Pupuk organik cair Bion-Up ................................................................................. 38
Page 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar satu dekade terakhir ini, pertanian organik menjadi idola baru di dunia pertanian.
Briringan juga dengan meningkatnya kesadaran dan berubahnya gaya hidup masyarakat ke
arah yang lebih sehat, produk petanian organik pun semakin banyak peminatnya.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang menggunakan seluruh atau
sebagian besar bahan alami dan menghindari penggunaan bahan kimia atau sintetis. Pertanian
organik bertujuan untuk menghindari rusaknya alam akibat terganggunya ekosistem karena
bahan kimia dengan memanfaatkan semaksimal mungkin proses alami untuk kegiatan tani.
Pertanian organik berusaha menyediakan produk pertanian yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusk lingkungan.
Tanaman yang dijadikan bahan praktikum sistem pertanian organik adalah buncis tegak.
Buncis (Phaseolus vulgaris) yang dibudidayakan di Indonesia memiliki banyak jenis. Dari
beragam varietas tersebut, tanaman buncis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan tipe
pertumbuhannya, yaitu buncis tipe merambat dan buncis tipe tegak.
Dibandingkan dengan buncis rambat, buncis tegak lebih hemat biaya dalam proses
budidayanya. Pada buncis tipe tegak yang biasa dikonsumsi adalah bagian bijinya. Tanaman
buncis tegak biasa disebut kacang jogodan terkenal dengan nama kacang merah atau kacang
bureum dan kacang coklat atau kacang galling.
Menurut Pitojo (2004), beberapa karakteristik buncis tipe tegak adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Populasi tanaman per hektar dapat mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan tipe
merambat, yaitu sekitar 200.000 tanaman
Page 6
ini dapat beradaptasi dengan berbagai cuaca dan tumbuh diberbagai macam jenis tanah yang
subur, kecuali tanah berpasir atau tanah berat. Bawang daun termasuk tanaman semusim.
Tanaman ini berbentuk rumpun dengan tinggi mencapai 60 cm atau lebih, tergantung
varietasnya. Aroma bawang daun yang menyengat diharapkan dapat mengurangi populasi
hama pada lahan pertanian.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang ada diatas, maka tujuan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut,
1. Mengetahui teknik budidaya secara organik pada tanaman buncis tegak dan bawang
daun,
2. Menganalisis teknik multiple cropping tanaman buncis tegak dan tanaman bawang
daun secara organik,
3. Mengetahui pengendalian organisme pengganggu tanaman buncis secara organik.
Page 7
Page 8
:Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
Genus
: Phaseolus
Spesies
: Phaseolus vulgaris L.
Buncis (Phaseoius vuigaris L.) merupakan sayuran buah yang termasuk famili
Leguminosae. Tanaman buncis cocok dibudidayakan dan berproduksi baik pada dataran
medium maupun dataran tinggi. Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
merambat (bersifat indetennr'nare) dan tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinete).
Kultivar merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang
lebih banyak, tetapi tumbuhnya tidak serempak sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih
besar. Tipe buncis rambat panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga
memerlukan lanjaran turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak umumnya pendek
dengan tinggi tidak lebih dari 60 cm. Harga lanjaran yang mahal di beberapa daerah
Budidaya organik komoditas buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 9
pertanaman buncis rambat mendorong usaha beralih ke buncis tegak. Buncis tegak berbunga
serempak dan tidak memerlukan turus atau lanjaran, sehingga dapat menghemat biaya usaha
tani kira-kira sebesar 30%.
Tanaman buncis cocok ditanam pada jenis tanah andisol dan regosol. pH tanah yang
cocok adalah 5,5-6,0 dan memiliki tesktur tanah lempung dengan struktur yang remah dan
gembur. Tanaman buncis tumbuh baik pada ketinggianan 1000-1500 mdpl tetapi dapat juga
tumbuh pada ketinggian 300-600 meter. Beberapa varietas buncis tipe tegak seperti Monel,
Richgreen, Spurt, FLO, Strike dan Farmers Early dapat ditanam di dataran rendah pada
ketinggian antara 200-300 mdpl. Daerah yang sesuai untuk tanaman buncis yang memiliki
iklim basah sampai kering. Curah hujan umumnya berkisar 1.500-2.500 mm/tahun.
Umumnya memerlukan cahaya matahari sekitar 400-800 feetcandles. Suhu yang ideal untuk
tanaman buncis adalah 20-25C dan kelembaban udara yang diperlukan 55%.
Tanaman buncis memiliki akar tunggang yang dapat menembus tanah sampai pada
kedalaman + 1 m. Akar-akar yang tumbuh mendatar dari pangkal batang, umumnya
menyebar pada kedalaman sekitar 60-90 cm. Sebagian akar-akarnya membentuk bintil-bintil
(nodula) yang merupakan sumber unsur Nitrogen dan sebagian lagi tanpa nodula yang
fungsinya antara lain menyerap air dan unsur hara. Bunga buncis tersusun dalam karangan
berbentuk tandan. Kuntum bunga berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, bahkan ada
juga yang merah atau violet. Pada buncis tipe merambat, keluarnya karangan bunga tidak
serempak. Sedangkan pada buncis tipe tegak pertumbuhan karangan bunga hampir pada
waktu yang bersamaan (serempak). Kacang buncis termasuk tanaman yang bersifat
menyerbuk sendiri (self polination). Dari proses penyerbukan bunga akan dihasilkan buah
yang disebut polong. Polong tanaman buncis berbentuk panjang-bulat atau panjangpipih. Sewaktu polong masih muda berwarna hijau muda, hijau tua atau kuning, tetapi
setelah tua berubah warna menjadi kuning atau coklat, bahkan ada pula yang berwarna
kuning berbintik-bintik merah. Panjang polong berkisar anatara 12-13 cm atau lebih dan tiap
polong mengandung biji antara 2-6 butir, tatapi kadang-kadang dapat mencapai 12 butir. Biji
buncis berbentuk bulat tegak agak panjang atau pipih, berwarna putih, hitam, ungu, coklat
atau merah berbintik-bintik putih. Biji ini digunakan untuk benih dalam perbanyakan secara
generatif.
Hama pada tanaman buncis yaitu kumbang daun, penggerek daun, lalat kacang, kutu
daun, ulat jengkal semu dan ulat penggulung daun sedangkan penyakit yaitu antraknosa
(disebabkan cendawan Colletotrichum lindemuthianum), penyakit embun tepung (disebabkan
cendawan Erysiphe polygoni), penyakit layu (disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
Budidaya organik komoditas buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 10
Page 11
oleh jamur pathogen. Selain sebagai jamur antagonis yang penting dalam agen pengendali
hayati, beberapa isolat Trichoderma tersebut
belum
diketahui
kemampuan
lainya.
bahan
organik.
Trichoderma mampu
memproduksi
bermacam
enzim
Page 12
tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium
rolfsi (Prabowo AKE, Prihatiningsih N, dan Soesanto L., 2006). Disamping kemampuan
sebagai pengendali hayati, Trichoderma harzianum memberikan pengaruh positif terhadap
perakaran tanaman, pertumbuhan tanaman, hasil produksi tanaman. Sifat ini menandakan
bahwa juga Trichoderma harzianum berperan sebagai Plant Growth Enhancer (PGE).
Mengingat peran Trichoderma harzianum yang sangat besar dalam menjaga kesuburan
tanahdan menekan populasi jamur patogen, sehingga Trichoderma harzianum memiliki
potensi sebagai kompos aktif juga sebagai agen pengendali organisma patogen.
2.5 Pestisida Nabati
Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida
nabati sudah dipraktekkan 3 abad yang lalu. Pada tahun 1690, petani di Perancis telah
menggunakan perasaan daun tembakau untuk mengendalikan hama kepik pada tanaman buah
persik. Tahun 1800, bubuk tanaman pirethrum digunakan untuk mengendalikan kutu.
Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya
relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo,2005).
Pestisida nabati bersifat pukul dan lari yaitu apabila diaplikasikan akan mengendalikan
hama pada waktu itu dan setelah terkendali maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi
tanaman akan terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk dikonsumsi. Sudarmo
(2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat mengendaliakan atau menganggu serangga
hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara
atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :
a) Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
b) Menghambat pergantian kulit
c) Menganggu komunikasi serangga
d) Menyebabkan serangga menolak makan
e) Menghambat reproduksi serangga betina
f) Mengurangi nafsu makan
g) Memblokir kemampuan makan serangga
h) Mengusir serangga (repellent)
i) Menghambat perkembangan patogen penyakit
Menurut Sudarmo (2005), keunggulan pestisida nabati adalah : murah dan mudah dibuat
petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan resistensi hama,tidak
menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak meninggalkan residu pada tanaman, dan
kompatibel digabung dengan cara pengendalian lainnya. Sementara kelemahannya adalah
Budidaya organik komoditas buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 13
daya kerja relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung, tidak tahan
terhadap sinar matahari, tidak dapat disimpan lama jadi harus sering disemprotkan berulangulang.
Menurut Kardinan (2002), penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia
mengalami beberapa kendala berikut: pestisida sintetis (kimia) tetap lebih disukai dengan
alasan mudah didapat, praktis mengaplikasinya, hasilnya relatif cepat terlihat, tidak perlu
membuat sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak, dan tidak perlu membudidayakan
sendiri tanaman penghasil pestisida. Kurangnya rekomendasi dari para penyuluh karena
mungkin keterbatasan pengetahuan para penyuluh tentang pestisida nabati, tidak tersedianya
bahan tanaman secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan dan
sulitnya regristasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak dapat
dideteksi. Walaupun demikian di Indonesia, akhir-akhir ini telah mulai banyak kegiatankegiatan petani dengan sistem pertanian organik yang menggunakan pestisida nabati.
Berikut bahan-bahan yang digunakan sebagai pestisida nabati, yaitu
1. Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss), bagian yang digunakan untuk
pestisida yaitu daun dan biji. Pestisida yang terbuat dari tanaman ini dapat
mempengaruhi reproduksi dan perilaku hama. Tanaman ini dapat sebagai penolak,
penarik, antifeedant dan menghambat perkembangan serangga.
2. Bawang putih (Allium sativum L.), tanaman ini dapat berfungsi sebagai repellent
(penolak) dan bersifat sebagai insektisida, fungisida, nematisida dan antibiotik.
3. Pepaya (Carica Papaya L.), , bagian yang digunakan untuk pestisida yaitu daun, biji
dan buah yang belum masak. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai repellent. Sasaran
hama yaitu lalat buah, trips bunga dan thrips kuning sedangkan penyakit yaitu karat
kopi, karat daun, dan virus mosaik.
4. Sirsak (Annona muricata, Linn.), bagian tanaman yang digunakan yaitu daun dan
biji. Dapat berfungsi sebgai insektisida, merupakan racun kontak, sebagai penolak
dan penghambat makan (antifeedant).
2.6 Mikroorganisme Lokal (MOL)
MOL (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang bisa
diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi atau kompos.
Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk diolah
menjadi MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran
lingkungan. Berdasarkan tujuannya, MOL dapat berperan sebagai pupuk atau aktivator bagi
miroorganisme yang berperan dalam penguraian bahan organik maupun antagonis patogen.
Budidaya organik komoditas buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 14
Page 15
BAB 3 METODELOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Percobaan
Percobaan penanaman budidaya organik tanaman buncis tegak dilaksanakan di Lahan
Percobaan Kebun Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, mulai tanggal 9
Maret 2015 sampai dengan 11 Mei 2015.
3.2 Alat Dan Bahan
a. Alat
b. Bahan
1. Cangkul
2. Garu
3. Emrat
3. Pupul kompos
4. Tugal
5. Alat tulis
3m
Ket:
Page 16
No.
Hari/Tanggal
Tempat
Rumah kaca
Ciparanje
Gedung HPT
Rumah kaca
Kegiatan
Pembuatan kompos
Pembuatan
Lahan Ciparanje
Lahan ciparanje
Pencampuran
tanah
dengan
kompos
Pengolahan lahan, dan pemberian
kompos pada lahan
Pembuatan MOL
Pembuatan
hayati
Trichoderma sp.
Ciparanje
pengendali
Lahan Ciparanje
bedengan,
jarak
Trichoderma spp.
Lahan Ciparanje
Lahan Ciparanje
baru
Pengamatan
Penyiangan gulma
Lahan Ciparanje
Lahan Ciparanje
Lahan Ciparanje
Pengamatan
Pemeliharaan tanaman
Pengamatan
Pemeliharaan tanaman
Pengamatan
Pemeliharaan tanaman
Page 17
Page 18
1. Tumbuk halus 200-300 gr biji nimba: rendam dengan 10 liter air semalam,
aduk rata dan saring, siap disemprotkan ke tanaman.
2. Tumbuk halus 1 kg daun nimba kering bisa juga dengan daun segar
rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata, saring, dan siap untuk di
semprotkan ke tanaman..
3. Dosis dan konsentrasi yang digunakan yaitu pada ekstrak daun 1 liter
larutan dilarutkan dengan 9 liter air sedangkan pada ekstrak biji 1 liter
larutan dilarutkan dengan 9 liter air.
b. Pestisida Nabati Daun Sirsak
Bahan
1. Daun sirsak
2. Air
3. Detergen
Cara pembuatan
1. Tumbuk halus 50-100 lembar daun sirsak
2. Rendam dalam 5 liter air+15 grm detergen,aduk rata dan diamkan
semalaman
3. Saring dengan kain halus.
4. Di cairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10-15 liter air
5. Siap disemprotkan ke tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari.
(http://ntb.litbang.pertanian.go.id/)
c. Pestisida Nabati Bawang
Alat dan bahan
1. 1 kg bawang merah
2. 1 liter air
3. Panci
4. Ember
5. Alat penyaring
Cara pembuatan
1. Didihkan air dalam panci.
2. Bawang merah dihancurkan dan dimasukkan ke dalam air mendidih.
3. Dibiarkan selama 24 jam, dan Kemudian disaring.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 19
Page 20
2. Plastik transparan
3. Limbah sayuran hijauan (kol, kangkung, bayam dll.)
4. Garam
5. Gula pasir
6. Air cucian beras/ air kelapa
b. Cara pembuatan
1. Limbah sayuran hijauan diiris-iris hingga menjadi potongan-potongan kecil
dan masukan kedalam drum plastik, setiap lapisan setebal 20 cm dan
taburkan garam sampai rata, lanjutkan dengan berlapis-lapis seperti diatas
sampai kedua bahan habis.
2. Tambahkan air cucian beras atau air kelapa,
3. Tambahkan gula dan diaduk hingga rata.
4. Drum ditutup rapat dengan plastik dan diatasnya diberi air sehingga tampak
plastik cekung terisi air.
5. Setelah 3-4 minggu baru dibuka, akan tampak cairan berwarna kuning
kecoklatan, baunya segar dan jika diukur PH nya 3- 5.
c. Cara Pengaplikasi
1. Pengomposan : jika akan digunakan untuk mempercepat penghancuran
bahan organik dapat mencampurkan 1 liter cairan ditambah 10 liter air
tambahkan gula 2 ons dan cairan siap di siramkan pada bahan organik yang
akan dikomposkan.
2. Penyemprotan pada tanaman: 1 liter MOL dicampur dengan 1 liter air dan
diaduk rata , semprotkan pada pagi atau sore hari (hindari sengatan cahaya
matahari pada siang hari) pada tajuk tanaman atau disiramkan ke media
tanam.
3.5.5 Pembuatan perangkap sederhana
a. Alat dan bahan
1. Botol plastik/ Plastik mika berwarna kuning/ Wadah plastik berwarna kuning
2. Perekat/lem
3. Tali rafia/benang kasur
4. Kayu
b. Prosedur kerja
1. Beri perekat pada botol plastik/ Plastik mika berwarna kuning/ Wadah plastik
berwarna kuning.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 21
tanaman.
Biasanya
dilakukan
pada
penyiangan
pertama.
Page 22
drainase.Untuk
mencegah
patogen
tular
tanah
dapat
menggunakan jamur Trichoderma spp. yang dicampurkan dengan tanah pada saat
pengolahan tanah. Selain itu dapat menggunakan MOL (Mikroorganisme Lokal)
dengan melarutkan 1 liter MOL kedalam 10 liter air dan menyemprotkan pada
tajuk tanaman atau disiram ke media tanam pada pagi atau sore hari. Jika terdapat
serangan organisme yang merusak tanaman, dapat menggunakan pestisida nabati
dengan cara menyemprotkan ke atas permukaan daun pada pagi atau sore hari.
6. Panen dan pasca panen
Panen dilakukan pada umur 40-45 hari jika kondisi pertanaman optimum dan
dapat dipanen sebanyak 4-5 kali. Panen dilakukan ketika polong masih muda dan
bijinya kecil dan belum menonjol ke permukaan polong. Penyimpanan dilakukan
pada suhu 5-10C dan RH 85-90% yang dapat menjaga umur simpan polong
selama 2-3 minggu.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 23
Suhu (C)
09 Maret 2015
31
16 Maret 2015
31
24 Maret 2015
31
Pada proses pengomposan yang normal, suhu akan berfluktuasi. Proses pengomposan
yang sedang aktif akan menunjukkan suhu yang lebih tinggi (30-40C) dikarenakan aktifnya
mikroogranisme yang mengurai bahan organik. Sementara, pada kompos yang sudah matang,
suhu kompos akan mengalami penurunan.
Dalam pembuatan kompos terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pada proses
pembuatan kompos kelembapan bahan organik saat pembuatan kompos perlu diperhatikan.
Kondisi yang kering akan memperlambat proses pengomposan. Walaupun kelembapan perlu
dijaga, namun kondisi yang terlalu basah juga dapat menghambat pengomposan. Ukuran
bahan organik yang dijadikan bahan baku pembuatan kompos juga perlu diperhatikan. Bahan
organik yang terlalu besar akan mengakibatkan proses penomposan berlangsung lebih lama.
Syarat proses pengomposan yang juga penting yaitu adanya mikroorganisme pengurai.
Mikroorganisme pengurai (decomposer) yang sedikit, tentunya akan memperlambat proses
penguraian bahan organik menjadi kompos yang matang.
Pada setiap pengamatan yang dilakukan, suhu selalu menunjukkan angka 31C.
Berdasarkan uraian di atas, diduga terjadi kesalahan saat pembuatan kompos antara lain,
kondisi kompos yang terlalu kering atau terlalu basah, ukuran serasah yang dijadikan bahan
baku kompos terlalu besar dan tidak dilakukan pemotongan yang teliti, ataupun kurangnya
mikroorganisme pengurai. Tidak matang sempurnanya kompos dilihat dari bahan yang
digunakan tidak hancur semuanya.
4.2 Pembuatan Pengendali Hayati Trichoderma spp.
Pembuatan pengendali hayati Trichoderma spp. pada tanggal 23 Maret 2015 dengan
masa inkubasi 2 minggu. Tidak terdapat kontaminan pada biakan Trichoderma spp. ini.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 24
Aplikasi dari Trichoderma ini pada tanggal 13 April 2015. Pada setiap satu bungkus biakan
Trichoderma dicampurkan pada satu ember kompos dan diinkubasi selama satu hari.
Pemberian biakan Trichoderma pada setiap lubang tanam sebanyak tiga per empat air mineral
gelas. Pada tanggal 20 April 2015, belum terlihat adanya perubahan atau dampak dari
pemberian Trichoderma. Hal ini dikarenakan banyak tanaman yang mati atau tidak tumbuh.
4.3 Pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal)
Pembuatan MOL dilakukan pada tanggal 30 Maret 2015 dengan berbahan buah maja dan
air kelapa. Pengamatan mol dilakukan tiap minggu dengan mencium aroma dan cairan
berwarna coklat tua atau kehitaman. Tanda-tanda MOL telah jadi atau siap digunakan, yaitu:
a. Permukaan dipenuhi miselium
b. Aroma yang dikeluarkan seperti tape atau alkohol
c. Cairan berwarna coklat tua atau kehitaman
(Purwanasasmita dan Kurnia, 2009)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama dua minggu, MOL yang dibuat
mengeluarkan aroma seperti tape dan cairan atau air kelapa berubah menjadi kehitaman.
Untuk pengaplikasi ke tanaman, kelompok kami belum mengaplikasi. Hal ini dikarenakan
tanaman belum berumur 2 MST. Pada saat tanaman buncis, berumur 1 MST, tanaman yang
tumbuh sangat sedikt sehingga diganti dengan benih yang baru. Pada tanaman buncis baru
yang berumur 2 MST tidak dapat diaplikasikan dikarenan, cuaca yang tidak mendukung.
4.4 Pengamatan Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal Senin, 20 April 2015 Senin, 11
Mei 2015, maka data yang didapat sebagai berikut;
a. Persentase daya berkecambah dan tanaman tumbuh
Tabel 3 Hasil Pengamatan jumlah tanaman yang hidup dan mati
Tanaman tumbuh per
Tanaman mati per lubang
lubang tanam
Pengamatan
tanam
Buncis
Bawang daun
Buncis
Bawang daun
32
50
67
10
196
50
196
48
24
48
86
Ket: pada tanggal 20 April 2015, dilakukanpencabutan tanaman yang tumbuh pada setiap
bedengan dan dilakukan penanaman dengan benih buncis yang baru dan setiap lubang tanam
ditanam 2 benih.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 25
32
99
24
99
100% = 32,3 %
100% = 24,2 %
1 =
2 =
32
198
196
198
100% = 16,16 %
100% = 98,99 %
48
60
100% = 80 %
196
196
50
48
150
100
50
50
32
48
24
Buncis
Bawang Daun
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 26
Penyebab benih pertama tidak tumbuh yaitu jenis benih yang digunakan tidak memiliki
kualitas yang baik sehingga tidak dapat tumbuh. Hal ini dapat dilihat dari persentase daya
berkecambah yang kecil. Waktu daya berkecambah buncis 5-7 hari setelah tanam (HST).
Selain itu, kondisi tanah yang kurang baik dan terdapat benih yang terserang oleh hama.
Kurangnya pencegahan secara preventif membuat benih lebih mudah diserang oleh hama.
Selain itu, penanaman benih buncis yang terlalu dalam merupakan salah satu penyebab benih
tidak dapat tubuh. Menurut Warsito dalam Sutopo (1998) kedalaman optimum untuk
persemaian buncis yaitu 3-4 cm. Intensitas penyiraman yang jarang sehingga benih tidak
dapat berkecambah dengan baik dan pengaruh lingkungan seperti temperatur. Buncis dapat
tumbuh pada suhu 20-25C.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya berkecambah yaitu faktor dalam
(tingkat kemasakan benih, ukuran benih, masa dormansi benih, zat penghambat
perkecambahan), dan faktor luar (air, temperatur, cahaya, media/medium) (Sutopo, 1998).
Persentase pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada benih yang baru juga kurang
bagus. Hal ini ditunjukan pada umur tanaman 3 MST, banyak tanaman yang mati karena
layu. Namun, benih baru yang ditanam memiliki nilai daya berkecambah yang bagus. Dilihat
dari persentase daya berkecambah yang tinggi yaitu 98,99 %. Salah satu ciri mutu benih yang
baik yaitu memiliki daya berkecambah minimal 80 % (Sutopo, 1998).
Pada tanaman bawang daun, persentasi tanaman tumbuh cukup tinggi yang dapat dilihat
dari nilai persentase tanaman yang tumbuh yaitu 80 %. Penyebab tanaman bawang daun yang
mati yaitu cara penanaman yang kurang tepat, bibit yang digunakan kurang bagus dan
penanaman yang terlalu pinggir.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 27
Umur
Tanaman
(MST)
12
10
8
9,97
9,89
7,87
9,17
8,61
8,09
Bedengan 1
6,06
5,96
5,88
Bedengan 2
Bedengan 3
2
0
1
1
0,9
0,8
1
0,9
0,6
Bedengan 1
0,4
Bedengan 2
0,2
Bedengan 3
0
1
Page 28
pada umur ke 3 MST mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan tanaman menjadi layu.
Penyebab tanaman menjadi layu yaitu kurangnya air dan unsur hara. Tanaman buncis peka
terhadap kekeringan dan genangan air sehingga bila tidak dilakukan penyiraman atau
memiliki drainase yang buruk dapat menyebabkan tanaman mati (Setiawati, dkk., 2007).
Kekurangan air dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan kimiawin dalam tanaman
yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesisi atau proses fisiologis berjalan tidak normal.
Menurut Jackson (1977) air sangat berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Air merupakan reagen untuk fotosintesis dan bahan penyusun utama
dari protoplasma. Semakin rendah kadar air yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman buncis
akan semakin menurun sehinga tanaman menjadi layu dan mati.
Kurangnya nutrisi menjadi penyebab utama dalam pertumbuhan tanaman buncis.
Penyebabnya dikarenakan kandungan unsur hara atau tersedia unsur hara dalam tanah untuk
tanaman buncis kurang atau tidak terpenuhi. Pada penanaman ini dilakukan secara organik
sehingga nutrisi yang diberikan berasal dari pupuk organik atau pupuk hayati dan berasal dari
bahan yang menukung pertanian organik. Menurut penelitian Nurmayulis, Fatmawaty dan
Andini (2014) bahwa penggunaan pupuk kotoran hewan dan pupuk organik cair tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Kandungan unsur hara pada pupuk organik
sangat rendah dan biasanya lambat tersedia dalam tanah (Tawakkal, 2009). Pada saat
penanaman ulang, lahan yang digunakan tidak diberi pupuk kompos atau pupuk dasar lagi
sehingga kandungan unsur hara yang ada sedikit dan tidak diberi pupuk susulan pada
tanaman saat berumur 2 MST.
Penambahan pupuk organik cair Bion-UP pada bedengan 2 menunjukan penambahan
yang cukup tinggi pada tinggi tanaman buncis. Bion-Up merupakan pupuk organik cair yang
berfungsi dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro seperti nitrogen dan fosfat dan
menstimulasi pertumbuhan tanaman melalui fitohormon (http://www.pupuk-kujang.co.id/).
Pemberian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh perbedaan pertumbuhan tanaman pada
bedengan yang tidak diberi pupuk ini. Pupuk Bion-Up termasuk kedalam pupuk hayati.
Pupuk hayati berfungsi untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam tanah yang akan
membantu penyerapan pupuk dan menambah ketersediaan unsure hara bagi tanaman.
Tanaman buncis memiliki daun yang susunanya adalah daun majemuk dengan tiga helai
daun atau trifoliotus. Jumlah daun pada tanaman buncis berumur 1 MST belum ada hal ini
dikarenakan belum ada daun yang berbentuk trifoliate. Pada tanaman berumur 2 MST
terdapat 1 daun trifoliate pada setiap tanaman. Pada grafik dapat dilihat, bahwa bedengan 3
rata-rata jumlah daun pertanaman mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan banyak
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 29
tanaman yang layu dan mati. Daun yang layu disebabkan kekurangan air pada tanah sehingga
tanaman menjadi kering. Akibat dari daun yang layu adalah tanaman tidak dapat
berfotosintesis sehingga menghambat pertumbuhan tanaman dan tanaman menjadi layu dan
mati.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 30
38,5
35,25
31,63
37,83
34,18
33,4
35,85
32,03
32
Bedengan 1
Bedengan 2
Bedengan 3
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 31
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang menggunakan seluruh atau
sebagian besar bahan alami dan menghindari penggunaan bahan kimia atau sintetis. Tanaman
buncis digunakan sebagai tanaman utama dan tanaman bawang daun sebagai tanaman
repelen. Kompos yang dibuat tidak matang sempurna yang dilihat dari bahan yang tidak
hancur secara sempurna. MOL yang dibuat berhasil dilihat dari aroma yang dikeluarkan
seperti tape sedangkan pada pengendali hayati Trichoderma tidak menunjukan hasil yang
baik. Pada tanaman buncis, benih pertama yang digunakan kurang baik sedangkan benih
kedua baik yang dilihat dari daya kecambah tetapi tidak bertahan lama. Faktor-faktor yang
mnyebabkan tanaman buncis tidak tumbuh, yaitu benih, iklim, tanah dan air.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 32
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, U,P., Wahyuni, T., dan Honorita, B. 2013. Pembuatan Pestisida Nabati. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). bengkulu.litbang.pertanian.go.id. (Diakses 4
April 2015)
Cahyono, Bambang. 2003. Kacang Buncis Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius. Yogyakarta
Cahyono, Bambang. 2005. Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta
Herawati,
N.
dan
Sulistyawati,
Y.
2014.
Pembuatan
Pestisida
Nabati.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 33
Soesanto L & Rahayuniati RF. 2009. Pengimbasan ketahanan bibit pisang Ambon Kuning
terhadap penyakit layu fusarium dengan beberapa jamura ntagonis. J. HPT Tropika
9(2): 130-140.
Soesanto L, Soedharmono, Prihatiningsih N, Manan A,Iriani E, & Pramono J. 2005. Potensi
agensiahayati dan nabati dalam mengendalikan penyakit busuk rimpang jahe. J. HPT
Tropika 5(1): 50-57.
Soesanto L, Utami DS, & Rahayuniati RF. 2011. Morphological characteristics of four
Trichoderma isolates and two endophytic Fusarium isolates. Can J Sci. and Industrial
Res. 2(8): 294-304.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisius Jakarta
Suiatna, R. U. 2010. Kompos, Pupuk dan Pestisida nabati. http://www.healthy-rice.com
(diakses tanggal 18 Mei 2015)
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius
Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tawakkal, I. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine
max L. Merr) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi. Skripsi. Departemen
Budidaya Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Volk, W. A. dan M.F. Wheeler . 1988 . The Basic ATicrobiology. Vol. I. Erlangga. Jakarta .
hal . 218
Wijaya, Koswara. 2013. BPTP Kalimantan Selatan, Badan Litbang Pertanian, Kementrian
Pertanian.
Membuat
Pestisida
Sendiri
untuk
Pertanian
Organik.
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 34
LAMPIRAN
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 35
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 36
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 37
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 38
Bedengan
Bedengan
Tanaman
Ke1
1.1
1.2
4,5
6,1
6,8
2.1
10
2.2
5,5
3.1
3.2
6,2
4.1
4.2
6,4
5.1
6,5
5.2
Rata
6,06
5,96
5,88
Bedengan
Bedengan
1.1
9,9
7,8
10,3
1.2
9,7
15,1
2.1
12,3
2.2
6,8
7,2
8,2
3.1
8,6
9,7
10
3.2
7,1
10,6
9,1
4.1
8,5
9,1
10,9
4.2
8,3
11
11,3
5.1
9,9
13
5.2
7,5
11,6
11,8
Rata
7,87
9,89
9,97
0,9
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 39
Bedengan
Bedengan
Tanaman
Ke-
Ket.
1.1
9,4
7,5
8,3
1.2
8,2
10
14,2
2.1
6,2
8,6
2.2
7,8
8,8
11,7
Tanaman
3.1
9,6
7,6
7,6
layu
3.2
8,3
9,4
6,5
parah
4.1
7,4
8,4
13,9
dan daun
4.2
6,4
8,6
9,6
layu.
5.1
8,6
9,4
5.2
9,6
8,6
10,5
Rata
8,09
8,61
9,17
0,9
Bedengan
Ke1
31
41
28
32
34
27
36
39
34,5
42
40
37
Rata
35,25
38,50
31,63
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 40
Bedengan
Ke1
30,2
31,5
30,4
30,4
32,8
27,6
31,8
38,4
33,3
35,7
40,7
36,7
Rata
32,03
35,85
32,00
Bedengan
1
29,5
35,4
34,9
34
39,3
28,5
34,5
38,2
35,8
38,7
38,4
34,4
Rata
34,18
37,83
33,40
Laporan Penanaman Budidaya Organik Komoditas Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Page 41