(APBD)
Pendahuluan.
A. Latar Belakang Penelitian
Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem hukum pengelolaan keuangan
negara sebagaimana diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang
Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Peraturan perundang-undangan ini
keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien, yang dilaksanakan melalui tata kelola
pemerintahan yang baik yang berbasis pada tiga pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas, dan
partisipatif.
Dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 182 dan Pasal 194 Undang Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , serta Pasal 69 dan Pasal 86 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
maka dibentuk Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan ini memuat berbagai kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan
dan pertanggungjawaban keuangan Daerah.
Sebagai pelaksanan dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Kemudian dikeluarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Perubahan mendasar dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri ini adalah bergesernya fungsi
Ordonancering dan Badan/bagian/biro Keuangan ke setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
dan SKPD sebagai accounting entity yang berkewajiban untuk membuat laporan keuangan SKPD
serta penegasan bahwa Bendahara Pengeluaran sebagai Pejabat Fungsional.
Pengaturan dari aspek perencanaan bahwa seluruh proses penyusunan APBD semaksimal
mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan
umum, skala prioritas dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan
partisipasi
masayarakat.
Memperjelas
siapa
bertanggung
jawab
apa
sebagai
landasan
pertanggungjawaban baik antara eksekutif dan DPRD, maupun di-internal eksekutif itu sendiri.
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD harus dapat
menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran
(beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Maka diterapkan anggaran berbasis kinerja yang
mengandung makna bahwa setiap penyelenggara negara berkewajiban untuk bertanggungjawab atas
hasil proses dan penggunaan sumber dayanya.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus disusun dan dilaksanakan dengan tertip, baik
dan benar, untuk itu maka diatur landasan administratif dalam pengelolaan anggaran daerah meliputi
prosedur dan teknis pengganggaran yang harus diikuti secara tertib dan taat azas. Selain itu dalam
rangka disiplin anggaran maka penyusunan anggaran baik pendapatan maupun belanja juga harus
mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya baik berupa Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain (1)
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai
untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja; (2) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang
belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; (3) Semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukan
dalam APBD dan dilakukan melalui rekening Kas Umum Daerah.
Pedoman Penyusunan APBD adalah pokok-pokok kebijakan yang harus diperhatikan dan
dipedomani oleh pemerintah daerah dalam penyusunan dan penetapan APBD. Pokok-pokok kebijakan
yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dalam penyusunan APBD adalah meliputi :
pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Salah satu item belanja daerah yang
dapat dialokasikan adalah belanja hibah dan bantuan sosial,
Ketentuan mengenai dana hibah dan bantuan sosial menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Dalam Negeri 59 Tahun
2007, dalam pasal 42 ditentukan sebagai berikut :
(1) Kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan
organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
(4a) Belanja hibah diberikan secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah,
rasionalitas dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
(5) Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasa dapat diberikan kepada
pemerintah daerah tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada masyarakat dan organisasi kemasyarakatan bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi penyelenggaraan pembangunan daerah atau secara fungsional terkait dengan dukungan
penyelenggaraan pemerintahan daerah (Pasal 43 ayat (4). Selanjutnya dalam Pasal 44 ditentukan:
Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak
secara terus menerus dan tidak wajib serta harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam naskah perjanjian hibah daerah (Pasal 44 ayat (1) . Hibah yang diberikan secara tidak
mengikat/tidak secara terus menerus diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas
akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut
dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah (ayat (2) ); Naskah perjanjian hibah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat identitas penerima hibah, tujuan
pemberian hibah, jumlah uang yang dihibahkan ( ayat (3) )
Sedangkan
yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota
masyarakat, dan partai politik ( Pasal 45 ayat (1)); Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah (ayat (2)); Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus
menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan tidak
harus diberikan setiap tahun anggaran (ayat (2.a); Khusus kepada partai politik, bantuan diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam bantuan sosial (ayat (4).
Bertitik tolak pada dasar aturan di atas Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten atau
Kota senantiasa mengalokasikan belanja hibah dan bantuan sosial tersebut dalam APBD. Demikian
pula dengan Pemerintahan Kota Pontianak, namun dalam pelaksanaannya, masih menimbulkan
persoalan-persoalan hukum . Setidaknya ada empat masalah anggaran di daerah:
a.
b.
Penyalahgunaan belanja hibah dan bantuan sosial serta pengeluaran iklan layanan
masyarakat pada belanja barang dan jasa diluar batas kewajaran untuk kepentingan politik
tertentu.
c.
keuangan daerah yang belum efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat, sebagaimana ditentukan
Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006, juncto peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang menyatakan :
(1)
Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif,
efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
(2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola
secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan buktibukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program dengan
target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
(5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yang maksimum
dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran
tertentu.
(6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan dengan
kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
(7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasIuasnya
tentang keuangan daerah.
(8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan kewajiban
seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
(9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi kewenangan
dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan
pertimbangan yang obyektif.
(10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap yang
dilakukan dengan wajar dan proporsional.
(11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan
daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul : Tata Kelola
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Dalam Hubungannya Dengan Belanja Hibah Dan Bantuan
Sosial ( Studi Pada Pemerintahan Kota Pontianak).
B. Perumusan Permasalahan
Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Pemerintahan Kota Pontianak, maka dari itu perlu diketahui dan dikaji bentuk alokasi anggaran
belanja hibah dan bantuan sosial dalam Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah . Dengan
demikian perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana bentuk
Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum Teori, Praktik, dan Konflik, Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, Hlm.1-2.
2
Sukanto Reksohadiprodjo, Keuangan Negara (Ekonomi Publik). Teori dan Praktek, Artikel, JKAP Volume 1, Nomor
1, Mei 1996, ISSN : 0852 9213, Hlm. 74.
pemerintah saja, namun menggambarkan pula utility (yang menangani kebutuhan atau hajat hidup
orang banyak), dan juga kegiatan perhimpunan amal (charitable associations).Public Finance
(Keuangan Negara) seperti yang telah dijelaskan di muka diinterprestasikan dalam arti sempit yakni
government
finance
(keuangan
pemerintah),
sedang
makna
finance
(keuangan),
yakni
menggambarkan segala kegiatan (pemerintah) di dalam mencari sumber-sumber dana (sources of fund)
dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan (uses of fund) untuk mencapai tujuan-tujuan
pemerintah.3
Keuangan negara memiliki tubuh pengetahuan yang kompak, tunggal dan homogen, pokok-pokok
bahasan (subject matters) yang terkandung dalam keuangan negara sebagai studi dan ilmu adalah: (1)
Pengeluaran Negara (Government Expenditures); (2) Sumber-sumber Penerimaan Negara di mana pajak
merupakan sumber penerimaan yang terpenting (Government Revenues and Taxes); (3) Pinjaman Negara
dan Perlunasannya (Government Borrowing and Indebtedness); (4) Administrasi Fiskal atau Teknik
Fiskal (Fiscal Administration or Technique) yang membahas hukum dan tatausaha keuangan negara; (5)
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Intergovernment Fiscal
Relationship), suatu studi dalam keuangan negara yang semakin penting dan menonjol; dan (6)
Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy) yang mempelajari peranan dan pengaruh keuangan negara atas
pendapatan nasional, distribusi pendapatan nasional, kesempatan kerja, harga-harga dan juga efisiensi
alokasi sumber-sumber daya.4
Dari sudut penyelenggaraan pemerintahan pusat, yang dimaksud keuangan negara adalah APBN,
sedang dari sudut pemerintahan daerah, yang dimaksud keuangan negara adalah APBD, demikian
seterusnya dengan Perjan, Perusahaan Negara maupun Perum. 5 Dengan perkataan lain definisi keuangan
negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD, Keuangan Negara pada BUMN dan BUMD, sedangkan
definisi keuangan negara dalam arti sempit, hanya meliputi setiap badan hukum yang berwenang
mengelola dan mempertanggungjawabkannya.6
3
Achmad Djuaeni Kadmasasmita, Akuntabilitas Keuangan Negara: Konsep dan Aplikasi, Makalah, Jakarta, STIA
LAN Jakarta, 2008. Hlm.2.
4
Ibid, Hlm.3.
5
Arifin P Soeria Atmaja, Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum, Teori, Kritik, dan Praktik, Rajawali Pers, Jakarta,
2009, Hlm., 70.
6
Hekinus Manao, Definisi Keuangan Negara Kembali Diperdebatkan, Hukumonline, Hln., 2. diakses 30 Mei 2011.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah untuk
mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian negara.
Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut
keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang
dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara
efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan
baik.7
Berdasarkan Pasal 1 butir 1 jo Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, yang dimaksud dengan : Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Pengelolaan
keuangan negara juga wajib dilakukan secara: tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Karena itu, pengelolaan keuangan negara haruslah diformat ke dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.9
2. Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD :
Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD menegaskan pentingnya tujuan
dan fungsi penganggaran pemerintah, peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan
penetapan anggaran, pengintegrasian8negara akuntabilitas kinerja dalam 8negara penganggaran,
penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka
menengah dalam penyusunan anggaran.
Anggaran
adalah
alat
akuntabilitas,
manajemen
dan
kebijakan
ekonomi.
Sebagai
Suminto, Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan, Makalah sebagai bahan penyusunan Budget in Brief,
Jakarta, 2004, Hlm. 1.
8
Lihat pula, Sistem Administrasi Keuangan Negara, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP, Jkarta, 2007, Hlm.
12. Muhammad Djumhana, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm.12. Krishna D. Darumurti
dan Umbu Rauta, Otonomi Daerah, Op. Cit., Hlm. 86.
9
Ibid.
Anggaran belanja 9negara dan belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja. Berarti pula, setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan,
dan antar jenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.
Sistem anggaran yang berbasis pada prestasi kerja/hasil, memerlukan pengendalian kinerja dan
evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga/perangkat daerah. Karenanya, diperlukan penyatuan negara akuntabilitas kinerja dalam
negara penganggaran dengan memperkenalkan 9negara penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian 9negara/lembaga/perangkat daerah.
3.
Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,
dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran ini digunakan sebagai alat untuk menentukan
besarnya pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi
pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk
evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua
aktivitas dari berbagai unit kerja.
Sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hakekatnya merupakan salah
satu instrumen kebijakan yang dapat dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan
kesejahteraan masyarakat di daerah.10 Oleh karena itu, DPRD dan Pemerintah Daerah harus berupaya
secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil
masyarakat sesuai dengan potensi masing-masing Daerah, serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya
anggaran daerah yang transparan, berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Struktur
10
Nasir Azis, Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah (Perencanaan dan Penganggaran), Naskah Seminar, disampaikan
pada Seminar Pengelolaan Keuangan Publik Aceh (Economic Recovery Seminar Series) TARI di Balai Sidang Lt. 1 FE
Unsyiah Darussalam- 31 Januari 2007.
anggaran APBD hanya menyajikan informasi tentang jumlah sumber pendapatan dan penggunaan
dana. Sementara itu, informasi tentang kinerja yang ingin dicapai, keadaan dan kondisi ekonomi serta
potensinya tidak tergambarkan dengan jelas. Informasi tersebut diperlukan sebagai tolok ukur yang harus
dijadikan acuan dalam perencanaan anggaran. Karena ketidakjelasan tersebut, maka sistem
perencanaan anggaran yang digunakan selama ini tidak dapat memberikan gambaran yang
komprehensif mengenai inisiatif, aspirasi dan kebutuhan riil masyarakat dan potensi sumberdaya yang
dimilikinya.
Untuk menghasilkan struktur anggaran yang sesuai dengan harapan dan kondisi normatif tersebut,
maka APBD yang pada hakekatnya merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran
Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi Unit Kerja harus disusun dalam struktur yang
berorientasi pada suatu tingkat kinerja tertentu. Artinya, APBD harus mampu memberikan gambaran
yang jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan atas berbagai sasaran yang hendak dicapai, tugas-tugas
dan fungsi pokok sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi dan kebutuhan riil di masyarakat untuk suatu
tahun tertentu.
Dengan demikian alokasi dana yang digunakan untuk membiayai berbagai program dan kegiatan
dapat memberikan manfaat yang benar-benar dirasakan masyarakat (value for money) dan kepuasan publik
(public satisfaction) sebagai wujud pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
yang berorientasi pada kepentingan publik (public accountability) dapat dicapai. Secara umum,
perencanaan anggaran daerah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1)
2)
Perencanaan serangkaian strategi, prioritas, program dan kegiatan yang diperlukan dalam
mencapai Arah dan Kebijakan Umum APBD, yang disebut juga Perencanaan Operasional
10
(Operational Planning) anggaran Daerah. Karena bersifat teknis dan operasional, proses ini
dibebankan kepada Pemerintah Daerah.11
Terkait dengan kondisi tersebut, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat, sebagaimana dimaksud Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 juncto peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
4. Tata kelola keuangan daerah yang baik
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 tahun 2009, untuk terciptanya
pengelolaan keuangan daerah yang baik, maka Pemerintah Daerah harus melakukan upaya
peningkatan kapasitas pengelolaan administrasi keuangan daerah, baik pada tataran perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan maupun pertanggungjawaban melalui perbaikan regulasi, penyiapan
instrumen operasional, pelatihan, monitoring dan evaluasi secara lebih akuntabel dan transparan.
Perbaikan regulasi dan penyiapan instrumen operasional dimaksud adalah menjabarkan
peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan daerah yang lebih tinggi maupun
pembentukan peraturan yang dibutuhkan oleh daerah.
Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Daerah dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan, dan penyiapan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara cepat dan
akurat, Pemerintah Daerah agar mengupayakan dukungan terhadap pengembangan dan implementasi
SIPKD dan Regional SIKD.
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia aparatur pengelola keuangan
daerah dan legislatif daerah melalui penataan organisasi, sosialisasi dan pelatihan/bimbingan teknis,
penerapan teknologi informasi, mengupayakan rekrutmen pegawai yang memiliki keahlian di bidang
pengelolaan keuangan daerah. Peningkatan monitoring dan evaluasi terhadap penyusunan anggaran,
perubahan anggaran dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh pemerintah provinsi kepada
11
Ibid.
11
1.Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi observasi awal untuk perumusan masalah dan pembuatan outline
penelitian, pengumpulan dan pemilihan bahan kepustakaan serta studi awal terhadap bahan kepustakaan,
penyusunan proposal penelitian.
2.Tahap Pelaksanaan
Kegiatan meliputi penelitian kepustakaan dan pembuatan instrument penelitian, termasuk alat
pengumpulan data berupa pedoman wawancara dan kuesioner. Dilanjutkan dengan penelitian
lapangan untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan. Penelitian
lapangan dilakukan dengan wawancara terhadap narasumber yang telah ditentukan dan kuesioner
terhadap responden yang akan dipilih.
3.Tahap Penyelesaian
12
Kegiatan meliputi analisis data dan penyusunan draft laporan penelitian dan penyusunan
final laporan akhir, penggandaan serta pengiriman laporan akhir.
Selengkapnya jadwal penelitian disajikan dalam table berikut:
Tabel Jadwal Penelitian
No
1.
2.
Uraian
Kegiatan
Observasi
awal dan
penelusuran
pustaka
Pembuatan
proposal
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Ok
Nop
Des
3.
Penelitian
Kepustakaan
4.
Pembuatan
instrumen
penelitian
5.
Pengumpulan
data lapangan
6.
Penyusunan draft
laporan
7.
Penyusunan draft
publikasi ilmiah
8.
Penyusunan
Laporan final
9.
Penggandaan dan
pengiriman
13
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Krishna D. Darumurti, Umbu Rauta., Otonomi Daerah, Perkembangan Pemikiran,
Pengaturan dan Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
Kadmasasmita,Djuaeni Kadmasasmita, Achmad Akuntabilitas Keuangan Negara:
Konsep dan Aplikasi, Makalah, Jakarta, STIA LAN Jakarta, 2008.
Muhammad Djumhana., Pengantar Hukum Keuangan Daerah, Citra Aditya Bakti,
Bandung.2007.
Manao Hekinus Definisi Keuangan Negara Kembali Diperdebatkan, Hukumonline,
diakses 30 Mei 2011.
Reksohadiprodjo,Sukanto ; Keuangan Negara (Ekonomi Publik). Teori dan Praktek,
Artikel, JKAP Volume 1, Nomor 1, Mei 1996, ISSN : 0852 9213,.
Soekanto Soerjono & Mamudji Sri., Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Rajawali Pers, Jakarta.2001.
Suminto, Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan, Makalah sebagai
bahan penyusunan Budget in Brief, Jakarta, 2004,
Soeria Atmadja, P Arifin P., Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum Teori, Praktik,
dan Konflik, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta, 2005,.
----------------------., Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum, Teori, Kritik, dan
Praktik, Rajawali Pers, Jakarta, 2009.
B. Peraturan Perundang-Undangan.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
14
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
peraturan Menteri Dalam Negeri 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 tahun 2009,Tentang Pedoman Penyusunan
APBD.
15
Lampiran:
I.
Justifikasi Anggaran Penelitian.
Sesuai dengan rincian tahapan penelitian tersebut, maka jumlah biaya yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 40.000.000,- (empat puluh juta
rupiah) untuk jangka waktu penelitian 8 (delapan) bulan. Untuk lebih jelas mengenai
rincian biaya dapat dilihat pada tabel berikut:
Rekapitulasi Biaya Penelitian
No.
1.
Honor Peneliti
2.
Bahan Habis Pakai
3 Peralatan
4 Perjalanan
5 Aktivitas lain-lain
Uraian
Jumlah (Rp)
16.128.000
10.322.000
3.000.000
3.600.000
6.950.000
40.000.000
Jumlah
1. Honor Peneliti.
No. Pelaksana
Kegiatan
1.
Ketua peneliti
2.
Anggota Peneliti
Jumlah
Total (Rp)
1
1
9.216.000
6. 912.000
16.128.000
Volume
10 unit
2 orang
1 unit
10 unit
Total (Rp)
2.500.000
2.000.000
822.000
2.000.000
2 unit
10 unit
500.000
200.000
Jumlah
1.000.000
2.000.000
10.322.000
3. Peralatan
No.
1.
2.
Jenis/Bahan
Printer
Perangkat internet
Volume
1 unit
1 unit
Jumlah
Biaya satuan
(Rp)
1.000.000
2.000.000
Biaya
(Rp)
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4. Perjalanan
Komponen
Transportasi luar daerah
(Sewa kendaraan roda-4)
Volume Satuan
4
hari
16
Harga Satuan
400.000.-
Total (Rp)
1.600.000.-
hari
500.000.-
2.000.000.-
Sub Total
5. Aktivitas lain-lain
No.
Uraian kegiatan
1. Penelusuran pustaka
2. Biaya korespondensi
3. Pembuatan proposal
4. Survey lapangan di Pontianak
4. Rapat Koordinasi Tim Peneliti
5. Fotokopi bahan-bahan
3.600.000.-
Total (Rp)
1.000.000
1.000.000
500.000
1.200.000
2.250.000
1.000.000
6.950.000
2. BIODATA PENELITI
1. Ketua:
I. IDENTITAS DIRI
1 Nama lengkap (dengan gelar)
2 Jabatan Fungsional
3 NIP/NIK/No. Identitas lainnya
4 Tempat dan tanggal lahir
5 Alamat Rumah
6 No Telepon / Fax
7 No. HP/Telp Rumah
8 Alamat Kantor
9
10
11
12
17
S2
S3
Unair Surabaya
Unair Surabaya
Ilmu Hukum
1992
1995
Ilmu Hukum
2005
2008
KEPANGKATAN
Calon Pegawai Negeri Sipil
Penata Muda/IIIA
Penata Muda Tingkat I /IIIB
Penata/IIIC
Penata Tingkat I/IIID
Pembina Muda/IV a
Pembina Tk. I/IV b
Pembina Utama Muda/ IV/c
Pembina Utama Madya /IV/d
TAHUN
1988
1989
1992
1996
1998
2000
2004
2007
2009
JABATAN
ASISTEN AHLI MADYA
Asisten Ahli
Lektor Muda
Lektor Madya/ Lektor
Lektor/Lektor Kepala
Lektor Kepala Madya
Lektor Kepala
Guru Besar
TAHUN
1990
1992
1995
1997
1999
2004
2007
2009
JABATAN
Sekretaris Bagian Hukum tata Negara Fakultas Hukum UNTAN
Sekretaris Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UNTAN
Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UNTAN
Sekretaris Konsentrasi Hukum Bisnis Program S2 Ilmu Hukum
UNTAN
5. Ketua Konsentrasi OTODA S2 Ilmu Hukum UNTAN
6. Ketua Program Magiter Ilmu Hukum UNTAN
TAHUN
1995
1998
2002
2003
2004
2010
18
DIPA-PNBP
UNTAN
VII.
No.
1
2
INSTANSI
Fak.
Hukum
PMIH
UNTAN
PMIH
UNTAN
Thn
Volume/
Nomor
75/5
2/1
75/5
77
Jatiswara
VariaBina
Civika
Era
Hukum
VariaBina
Civika
VariaBina
Civika
Perspektif
1/1
Perspektif
1/2
1/3
Perspektif
No Tahun
.
1.
2008
22/2
Nama
Jurnal
2013
Judul Buku
Jumlah
Halaman
Keputusan Tata Usaha Negara Yang
183
Merupakan
Perbuatan
Hukum
Perdata
(Karakteristik
Dan
Problematik Penanganannya)
Asas Legalitas Keputusan Tata
Usaha Negara Sebagai Objek
115
Sengketa Di Peradilan Tata Usaha
19
Penerbit
Untan
Press
Fakultas
Hukum
Negara
X. PENGALAMAN
Press
SEBAGAI NARA SUMBER
No Tahun
.
1.
Pebruari
2010
Judul
30 Juni
2010
16
Deseember
2010
5 Maret
2011
ImplementasiPemenuhan,Pengh
Kanwil
ormatan,Perlindungan,Dan
Hotel
Kementerian
Penegakan
HAM
Dalam
Kapuas
HUKUM&HA
Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi
Palace
M Prov. Kalbar
SKPD
Perubahan UUD 1945 Kelima
Kerja Sama
Secara
Komprehensif
Dan
UPB
UPB dengan
Konsolidasi Konstitusi Untuk
Pontianak
DPD RI
Mempertegas Sistem Presidentil
Urgensi Kurikulum Berbasis
Fak. Hukum
Kompetensi Dalam Prodi Ilmu
Singkawang
Untan
Hukum Di Fakultas Hukum
Keterbukaan Informasi Dan
Kanwil
Pelayanan Pu blik
Kanwil
Kementeria
Kementerian
n
HUKUM&HA HUKUM&
M Prov. Kalbar HAM Prov.
Kalbar
Mewujudkan
Bangsa
Kerjasama
UPB
Berintegritas Dan Bebas Korupsi UPB Dan DPD
Pontianak
Melalui Pendidikan
RI
Urgensi,Relevansi Pembentukan
Badan
Pengkajian
Dan
Penibungan
Pemasyarakatan 4 (Empat) Pilar
UNTAN
Mempawah
Kehidupan
Berbangsa
Dan
Bernegara
Pendidikan Karakter Berbasis
Sekretariat
Pancasila
Jenderal
Kementrian
UNTAN
Pendidikan dan
Kebuadayaan
Peranan
Pemkot
Dalam
Memotivasi Insvestor Untuk
Berinvestasi
Di
Kota
STIH
STIH
Singkawang (Suatu Kajian Dari
Singkawang
Singkawang
Perspektif Hukum)
14 Maret
2012
28 April
2011
14 Juni
2012
20.Novemb
er
2012
18.April
2013
23Aril
2013
Pelaksana
Efektivitas
Pelaksanaan
Penyuluhan Hukum Dalam
Rangka Peningkatan Budaya
Dan
Kesadaran
Hukum
Masyarakat
PenguatanKelembagaan Komnas
20
Sekretariat
Dewan
Perwakilan
Daerah
Provinsi
Kalbar
Kerjasama
P3DI
Tempat
Sekretariat
Dewan
Perwakilan
Daerah
Provinsi
Kalbar
PMIH
XI. PENGHARGAAN
No.
Tahun
Nama Penghargaan
Instansi Pemberi
1.
2012.
2.
2013
Tahun
Kegiatan
1.
22 Juni
2010
16-17
April
2010
6 Mei
2013
Pelatihan KBK
2
3
Instansi
Pelaksana
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
Keterangan
Peserta
Nara sumber
Moderator
Tahun
5 Oktober 2010
29
2010
5 Oktober 2011
29
2012
5 April 2013
Kegiatan
Staf Ahli
Staf Ahli
Instansi
DPRD Kabupaten
Pontianak
DPRD Kota
Pontianak
DPRD Kabupaten
DPRD Kabupaten
Pontianak Pontianak
Staf
Ahli DPRD Kab. Sambas
DPRD Kab.
Sambas
21
Keterangan
Drafting Naskah
Akademik Dan
Peraturan Daerah
Kabupaten Kota
Pontianak
Pendapat Hukum
Penyelesaian
Masalah
Khatulistiwa
Plaza
Drafting Naskah
Akademik Dan
Peraturan Daerah
Kabupaten Kota
Pontianak
Drafting Naskah
Akademik Dan
Peraturan Daerah
Kabupaten Kota
Pontianak
Analisis Hukum
LKPJ Bupati
Kab. Sambas
Tahun 2012.
No
1.
Tahun
2008
21 Okt.
2010
Nama Organisasi
Lembaga Konsultasi Dan
Bantuan Hukum
Asosiasi Tenaga Pengajat
Hukum Tata Negara Dan
Hukum Administrasin
Negara Tingkat Daerah
Instansi Pembentuk
Keterangan
Anggota
Pembina
21 Juni
2012
Pengurus Wilayah NU
Kalbar
6.Des.
2012
5 Sept.
2013
Forum
Koordinasi Kepala Badan
Pencegahan
Teroris Nasional
Provinsi Kalimantan Barat Penanggulangan
Teroris RI
Badan Wakap Nasional
Kanwil Agama Prov.
Kalbar
Biro
Konsultasi
Hukum
Ketua
Bidang
Kajian dan
Penelitian
Wakil
Ketua
PWNU Kalbar
2. Anggota
I.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
II.
Identitas
Nama lengkap (dengan gelar)
Jabatan Fungsional
NIP/NIK/No. Identitas lainnya
Tempat dan tanggal lahir
Alamat Rumah
No Telepon / Fax
No. HP/Telp Rumah
Alamat Kantor
No. Telepon Kantor /Fax
Alamat E-mail
Lulusan yang dihasilkan
Mata Kuliah yang diampu
Riwayat Pendidikan
1. Program
2. Nama PT
3. Bidang Ilmu
4. Tahun
Masuk
5. Tahun lulus
S1
Untan
Pontianak
Ilmu Hukum
S2
S3
Untan Pontianak
Unhas Makasar
Ilmu Hukum
Ilmu Hukum
1980
2001
2008
1987
2003
2012
22
KEPANGKATAN
Calon Pegawai Negeri Sipil
Penata Muda/IIIA
Penata Muda Tingkat I /IIIB
Penata/IIIC
Penata Tingkat I/IIID
Pembina Muda/IV a
Pembina TK-1- IV/b
TAHUN
1988
1989
1992
1994
2006
2003
2007
TAHUN
1990
1992
1994
1996
2003
TAHUN
2002
2006
X. Pengalaman Penelitian
No Thn
Judul Penelitian
1 2006 Analisis Yuridis Atas Pelaksanaan Pasal 151 ayat (3)
dan Pasal 155 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Dalam Hubungannya Dengan Izin
Pemutusan Hubungan Kerja Oleh P4D Provinsi
Kalbar.
2 2007 Kemampuan Keuangan Daerah (KKD) Pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Kota Di Kalimantan Barat
dari Aspek Kontribusi Terhadap APBD Tahun 2005
dan Tahun 2006
3 2008 Reformasi
Kekuasaan
Kehakiman
Untuk
Mewujudkan Indepedensi Lembaga Peradilan Dalam
Upaya Mendukung Konsolidasi Demokrasi Di
Indonesia.
4 2012 Tertip Hukum Pengaturan Pengelolaan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Indonesia (Studi Normatif Dari
Perspektif Sinkronisasi Vertical dan Horizontal)
5 2013 Pengaturan Pajak Dan Retribusi Daerah Provinsi
Kalimantan Barat (Studi Dari Perspektif Upaya
Peningkatan PAD)
XI.
INSTANSI
Fak. Hukum
UNTAN
Fak. Hukum
UNTAN
Fak. Hukum
UNTAN
Fak. Hukum
UNTAN
Fak. Hukum
UNTAN
23
2007
3
2012
Untan
Fak.Hukum
Untan
Fak Hukum
Untan
2011
III/2
Konstitusi
Judul Buku
-
Jumlah
Halaman
-
Penerbit
-
Tahun
Judul
Pelaksana
Tempat
XI. PENGHAGAAN
No.
1.
Tahun
2005
Nama Penghargaan
Instansi Pemberi
Satya Lencana
Karya Satya X
Pemerintah RI
Tahun
Tahun
2007
2008
Kegiatan
Desimentasi Rekomendasi
Komisi Hukum Nasional RI
Bagi Pembaharuan Hukum
Di Indonesia Tahun 20042007 .
One Day Seminar Bank
Sentral Dan MK Dalam
24
Instansi Pelaksana
Komisi Hukum
Nasional RI &
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
PMI & BI
Pontianak
Keterangan
peserta
peserta
2011
2013
Sistem
Ketatanegaraan
Indonesia Pasca Perubahan
UUD 1945
Masa Depan Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan PulauPulau Kecil Pasca Putusan
MK RI.
Konferensi
Nasional
Hukum Indonesia Dalam
Perundingan
Perubahan
Iklim Aspek Hukum Terkait
Pasca Priode Komitmen
Kedua Protokol Kyoto
Kementerian
Kelauatan dan
Perikanan RI
dengan Unhas
Makasar
Peserta
Universitas
Indonesia
Peserta
Tahun
2013
Kegiatan
Staf Ahli
Instansi
DPRD Kabupaten
Sambas
Keterangan
Analisis Hukum
LKPJ Bupati
Kabupaten
Sambas Tahun
2012
Nama Organisasi
Biro Konsultasi Dan
Bantuan Hukum
Ikatan Keluarga Alumni
Magister Ilmu Hukum
Untan
Lembaga Kajian Hukum
Tata Pemerintahan Daerah
Kalimantan Barat
25
Instansi Pembentuk
Fakultas Hukum
Untan
Keterangan
Anggota
PMIH UNTAN
Ketua
PMIH UNTAN
Sekretaris